Raka adalah anak dari Mira dan Lian, dari hasil pernikahannya mereka dikaruniai seorang anak.
Alya adalah anak dari Susi dan Tio. Raka dan Alya berbeda satu tahun, lebih tua Raka. Tetapi sekolah mereka selalu bareng walaupun tidak pernah akur. Setiap hari selalu berdebat, Raka si tukang ngadu sedang Alya yang selalu bikin ulah.
Raka selalu menjaga Alya dengan baik, itu semua tak luput perintah dari orang tua Alya.
Dania adalah anak dari pernikahan Lisa dan Fandy, setelah bercerai dengan Aldo, Lisa dijodohkan dengan Fandy. Gaya hidup Ane yang terlalu mewah membuat Fandy tidak suka, dan meninggalkan Lisa.
Lisa dan Ane menjadi miskin, dan hidup di pinggir kota dalam rumah kecilnya. Ane selalu menyalahkan Dania karena kehamilan Lisa menjadikan miskin. Dia juga selalu menyebut Dania anak haram.
Lisa sangat menyesal telah menikah dengan laki-laki yang tidak bertanggungjawab, padahal yang menjodohkan adalah Mamahnya sendiri.
"Mah, jangan menyalahkan Dania terus! ini semua salah Mamah juga!" bentak Lisa.
"Kita dulu hidup enak, gara-gara untuk membiayai anak haram itu sekarang kita hidup miskin!" teriak Ane lagi.
Air mata Dania tak berhenti menetes, dia menyesal telah dilahirkan dan membuat beban untuk orang tuanya.
"Sudah tidak usah menangis!" bentak Lisa.
"Mah, apa salah Dania... "ucapnya lirih.
Lisa mengajak Dania untuk mencari Fandy ayahnya, dan akan memberikan Dania pada Ayahnya.
"Bersiap-siaplah kita pergi ke kota sekarang!" ajak Lisa pada Dania.
Penampilan Lisa saat ini berubah drastis, dulu yang selalu modis dengan barang mewahnya sekarang hanya berpenampilan biasa.
Di sebuah perusahaan besar dia mencari Ayah dari anaknya itu, memang benar Lisa bertemu dengan Fandy.
Lisa ingin meminta pertanggung jawaban dari Fandy, beruntung Fandy mau menerima Dania yang memang sangat mirip dengannya.
"Lisa! siapa gadis itu?" tanya Fandy.
"Dia anak kamu, aku datang kesini ingin meminta tanggung jawab kamu," ucap Lisa.
"Maafkan Papah, Nak! kalau tidak karena Nenek kamu, pasti kita sekarang bisa hidup bersama," ucap Fandy, memeluk anak semata wayangnya itu.
"Pa, semua menyalahkan aku," ucap Dania, membalas pelukan Papahnya.
"Kalau begitu aku pamit! jaga baik-baik Dania," kata Lisa, berlalu begitu saja dari kantor Fandy.
Fandy kemudian menyuruh asistennya untuk membelikan rumah baru untuk Dania, karena tidak mungkin dia membawanya pulang ke rumah. Istri mudanya tidak mungkin bisa menerima Dania.
Sampai di rumah Lisa bertengkar lagi dengan Mamahnya, mereka bertengkar masalah Dania.
"Mana anak haram itu?" tanya Ane.
"Aku berikan ke Fandy, biar dia yang membiayai sekolahnya," ucap Lisa.
"Bodoh kamu! harusnya minta ganti rugi," kata Ane.
"Semua belum saatnya, Mah," kata Lisa.
"Kenapa juga kamu kembali ke sini? cari pekerjaan dong!" teriak Ane.
Perdebatan antara Anak dan Ibu itu tidak ada habisnya, saling menyalahkan begitu kiranya setiap hari.
Hari ini Fandy mendaftarkan Dania ke sekolah, yang tak lain sekolahan yang sama dengan Raka dan Alya.
"Dania, rumah kamu dimana?" tanya Alya.
Dania bercerita tentang kehidupannya pada Alya, membuat Alya merasa kasihan dengan Dania.
"Alya," panggil Raka, saat melihat Alya dan Dania di kantin sekolah.
"Ada apa, Raka?" tanya Alya, kemudian menuju ke arah Raka.
"Siapa orang yang sama kamu? jangan mudah percaya sama orang," ucap Raka.
"Dia anak baru, namanya Dania," jawab Alya.
"Ingat jangan dekat-dekat! kamu baru kenal juga," omel Raka.
"Iya, dasar galak!" kata Alya, lalu kembali duduk dengan Dania.
Raka masih mengawasi Alya, dia khawatir kalau terjadi apa-apa dengan Alya.
"Raka belum pergi juga," ucap Alya, melihat ke arah Raka.
"Dia siapa, Al? dari tadi memperhatikan kamu terus," ucap Dania.
"Itu Raka, pacarnya Alya," sahut Melisa.
"Bukan! ngawur kamu, Melisa," ucap Alya, mengerucutkan bibirnya.
Dania masih malu karena dia anak baru dan belum banyak yang dia kenal.
Jam istirahat mereka sudah habis, lalu kembali ke kelas masing-masing. Raka juga baru pergi dari kantin dia melewati kelas Alya lebih dulu, untuk memastikan apakah Alya sudah masuk kelas atau belum. Karena Mira akan sedih jika terjadi apa-apa dengan Alya.
"Tante, tadi di sekolah Alya punya teman baru," ucap Raka, saat mengantarkan Alya pulang.
"Dasar tukang ngadu, Raka!" ketus Alya.
"Alya, gak boleh gitu," kata Susi.
"Tante, Raka pulang dulu," pamit Raka.
Setelah Raka pulang Susi menasehati Alya, memang Susi sendiri yang menyuruh Raka untuk mengawasi Alya.
Bagi Susi anak gadis membutuhkan perhatian yang lebih, jangan sampai salah pergaulan. Beruntung ada Raka yang selalu menjaga dan mengawasi Alya di sekolah.
"Alya, benar kata Raka kamu harus hati-hati dalam berteman. Jangan sampai salah bergaul," kata Susi.
"Mah, tadi itu teman baru. dia baru masuk hari ini," kata Alya.
"Iya, tapi kamu harus tetap hati-hati," ucap Susi tersenyum ke arah Alya.
***
Sore hari saat Aldo pulang kerja, dia membawakan es krim lagi. Kebiasaan sejak mereka kecil terbawa sampai sekarang. Mira juga sudah tidak melarang Raka untuk menemui Aldo, Raka sudah besar pasti tau bagaimana cara memposisikan diri.
"Raka," panggil Aldo dari rumahnya.
"Om, sudah pulang?" tanya Raka, kemudian menuju rumah Aldo.
"Baru saja sampai rumah, Alya mana?" ucap Aldo.
"Ada di rumahnya, Om," jawab Raka.
Aldo kemudian menyuruh Raka untuk memanggilkan Alya, untuk mengajak Alya ke rumah Aldo mereka berdua harus berdebat dulu.
"Ini buat kalian berdua," ucap Aldo, memberikan es krim kepada Alya dan Raka.
"Om, masih ingat saja kesukaan Alya," ucap Alya.
"Tentu dong," jawab Aldo. Sekarang bagaimana kalau kita jalan-jalan sore!" ajak Aldo.
"Kita harus pamit Mamah dulu, Om. Kalau tidak boleh gimana?" kata Raka.
"Om, tau kan? Mamah kita kata gimana kalau marah," sahut Alya.
Mereka bertiga kemudian tertawa, keakraban antara mereka memang sangat erat. Aldo sendiri juga menganggap mereka berdua seperti anaknya sendiri.
Dulu Aldo pernah datang ke kantor Lian, dia meminta izin untuk bertemu dengan Raka. Aldo juga memohon agar memperbolehkan Raka bermain ke rumahnya, dia memang kesepian tidak ada lagi yang menemaninya di rumah. Lian juga mengizinkan Raka untuk bermain ke tempat Aldo.
"Pah, kenapa Om Aldo belum punya istri atau anak? kasihan dia hidup sendiri," ucap Raka.
"Dulu punya istri, tapi sudah berpisah. kenapa kamu tiba-tiba tanya seperti itu?" tanya Lian, pada anaknya.
"Heran aja, Pah. Dari dulu dia selalu membawakan Raka sama Alya oleh-oleh, dia baik banget," kata Raka.
"Gak baik ngomongin orang, ayo kita makan dulu!" ajak Mira, setelah selesai menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya.
Selesai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga. Raka tipe anak yang sering bertanya jika ada hal yang membuatnya penasaran.
"Pah, kapan kita liburan? perasaan kita di rumah terus," ucap Raka.
"Liburan kemana? sekolah juga belum libur," ucap Mira.
"Kaya orang-orang gitu, Pah. Biar keluarga kita terlihat bahagia," kata Raka.
"Papah sudah bahagia melihat kamu dan Mamah mu bahagia," ucap Lian, sembari mengacak rambut anaknya.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Lian, saat ini dirinya merasa bahagia begitu juga dengan Mira. Dengan kesederhanaan hidup dan keluarga yang saling menyayangi.
Lian memeluk Mira dan Raka, dia bangga memiliki istri dan anak yang nurut.
"Alya!" teriak Raka, saat berada di depan rumah Alya.
"Bentar!" teriaknya sambil berlari.
"Kebiasaan banget kamu!" kata Raka.
Kedua anak itu kemudian berangkat ke sekolah, setelah sampai gerbang sekolah sudah di tutup.
"Raka, gerbangnya sudah di tutup! gimana ini?" tanya Alya.
"Ini semua gara-gara kamu!" kata Raka.
"Kamu nyalahin aku? kamu saja ke rumah telat," ucap Alya.
"Menyebalkan kamu, Alya!" ucap Raka.
Raka menitipkan sepeda motornya di warung depan sekolah, lalu dia mengajak Alya melompat pagar belakang gedung sekolah.
Setelah mereka berdua berada di dalam, mereka jalan secara mengendap masuk dalam kelas. Beruntung guru yang mengajar di kelas mereka tidak mengetahui.
Alya sudah terbiasa di ajak Raka lompat pagar, bahkan memanjat pohon yang tinggi pun bisa.
Guru di sekolah mereka sudah hafal dengan kelakuan Raka dan Alya saat terlambat masuk sekolah. Orang tua mereka juga di panggil seperti saat ini.
"Mira, aku dapat panggilan ke sekolah Alya nanti jam sepuluh," ucap Susi saat beli sayur di tukang sayur keliling kebetulan ada Mira.
"Kok sama! aku juga di undang," kata Mira.
"Mungkin ada rapat wali murid, Mbak," sahut kang sayur.
"Tidak, Kang! pasti anak kita terlambat datang ke sekolah," kata Mira sudah hafal dengan kelakuan Raka dan Alya.
"Terlambat kok orang tuanya di panggil," ucap kang sayur.
"Mungkin mereka lompat pagar lagi," sahut Susi.
Mira dan Susi kemudian masak terlebih dahulu sebelum pergi ke sekolah.
Mira dan Susi kemudian berangkat bersama ke sekolah anaknya, mereka naik angkot. Sampai di sekolah mereka disuruh masuk ke ruang guru. Sudah ada yang guru yang menunggunya dari tadi. Guru itu lalu menjelaskan alasannya kenapa meminta m orang tua dari Raka dan Alya datang ke sekolah.
"Maaf Bu Mira dan Bu Susi, kita memanggil orang tua dari Raka dan Alya karena mereka datang terlambat," jelas guru itu.
"Kok bisa terlambat Bu? Padahal mereka sudah berangkat pagi," ucap Susi.
"Kenyataannya mereka melompat pagar sekolah agar bisa masuk," terang Bu guru.
"Mereka memang harus diberi pelajaran," ucap Mira.
Guru itu meminta agar Mira dan Susi untuk, memberitahu Raka dan Alya agar tidak datang terlambat lagi. Kalau mereka mengulangi kesalahannya lagi pihak sekolah akan memberikan surat peringatan.
Setelah selesai menerima penjelasan dari guru Mira dan Susi kemudian pulang ke rumah.
Sore hari saat Raka sudah pulang dari sekolah Mira bertanya pada Raka.
"Raka, kenapa kamu bisa terlambat ke sekolah tadi pagi?" tanya Mira dengan lembut.
"Raka nunggu Alya lama banget, Mah" jawab Raka.
"Jangan menyalahkan orang lain!" ucap Mira.
"Emang begitu, Mah! tadi pagi Raka nungguin Alya" jelas Raka.
"Kamu sudah tahu terlambat, kenapa masih saja melompat pagar?" tanya Mira lagi.
"Kok Mamah tau!" Raka terkejut.
"Mamah tadi di panggil ke sekolahan kamu tadi pagi," ucap Mira.
Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia mengakui kesalahannya.
" Ya sudah! lain kali jangan diulangi lagi, ya," kata Mira dengan sabar menghadapi anaknya. Mira lalu menyuruh Raka untuk berganti baju dan makan siang.
Di rumah Susi juga bertanya kepada Alya.
"Alya, kenapa kamu melompat pagar sekolah?" tanya Susi.
"Alya diajak oleh Raka, Mah" jawab Alya sembari menaruh tasnya di kursi.
"Kamu jangan menyalahkan Raka!" kata Susi.
"Raka yang mengajak" ucap Alya tidak mau di salahkan.
"Tapi dia terlambat gara-gara kamu, Alya" ucap Susi.
"Kenapa aku yang disalahkan?" tanya Alya.
"Mama tidak mau tau! sekarang juga kamu ke rumah Raka dan minta maaf kepada Tante Mira" kata Susi.
"Aku tidak mau!" kata Alya lalu pergi ke kamarnya.
Raka hendak bermain basket bersama teman-temannya, tiba-tiba Alya datang.
"Raka aku ikut!" teriak Alya.
"Tidak! aku tidak mau mengajakmu lagi," kata Raka.
"Kamu pelit sekali" ucap Alya.
"Gara-gara kamu, tadi aku dimarahin Mamah!" terang Raka merasa kesal dengan Alya.
"Aku juga! gara-gara kamu mengajakku melompat pagar," sahut Alya.
"Kalau kita tidak melompat pagar, kita tidak bisa mengikuti pelajaran," ucap Raka.
"Iya, aku minta maaf," ucap Alya.
"Aku sudah tidak mau mengajakmu bareng ke sekolah lagi! selalu membuat aku telat!" kata Raka.
"Raka, aku nungguin kamu lama! jangan menyalahkan aku terus," ucap Alya.
Raka kemudian meninggalkan Alya, dia pergi bersama teman-teman untuk bermain basket.
Alya kemudian menemui Mira, yang sedang memasak di rumah.
"Tante, lagi apa?" tanya Alya.
"Ini lagi masak sayur," jawab Mira.
"Tante, besok Raka sudah tidak mau bareng sekolah sama Aliya lagi" ucapannya.
"Kenapa?" tanya Mira
"Katanya aku membuatnya terlambat, Tante," jelas Alya.
"Kamu jangan sedih! nanti tante bilang Raka," ucap Mira dengan tersenyum.
Alya kemudian membantu Mira memasak, padahal dia kalau di rumah tidak mau membantu Susi. Setelah selesai memasak, Mira mengajak Alya untuk makan. Alya tidak mau karena sudah hampir petang kemudian dia pulang karena mau mandi.
Di sela-sela makan malam Mira bertanya kepada Raka.
"Raka, kenapa kamu besok tidak mau mengajak Alya berangkat bareng ke sekolah?" tanya Mira.
"Nanti terlambat lagi Mah! dia lama sekali kalau ditungguin," ucap Raka.
"Kasihan dong! kamu harus bareng sama dia," ucap Mira.
"Kan ada Om Tyo yang mengantar, kenapa harus Raka?" tanya Raka.
"Raka, keluarga Alya itu sudah seperti saudara kita," jelas Mira.
"Kenapa Raka yang harus mengalah, Mah," kata Raka lagi.
"Besok biar Papah yang mengantar Alya," sahut Lian.
"Kenapa Papah yang mau antar Alya? kan bisa bareng Raka," kata Mira.
"Tyo tadi sore berangkat ke luar kota lagi, Mah," jelas Lian.
Setelah selesai makan malam Mira pergi ke rumah Susu, mereka membicarakan soal anaknya.
"Kenapa Raka dan Alya tidak bisa akur seperti kita, Susu?" tanya Mira.
"Mungkin karena laki-laki dan perempuan, Mir," jawab Susi.
Susi menasehati Mira agar tidak terlalu membela Alya di depan Raka, karena memang Alya sendiri yang bandel. Susi tidak ingin ada perselisihan hanya gara-gara masalah anak. Sukses sendiri juga menyadari kalau anaknya juga salah, kadang sengaja mengerjai Raka. Selama ini memang Mira selalu menuruti permintaan Alya jadi, Alya lebih menurut dengan Mira ketimbang Susi.
Keesokan harinya Raka tetap menghampiri Alya dirumahnya. Alya sendiri belum bangun tidur itu yang membuat Raka marah. Raka hampir meninggalkan Alya, tetapi Mira datang ke rumah Susi dan meminta agar Raka menunggu.
Dengan tergesa-gesa Alya mandi lalu berganti seragam sekolah. Dia kemudian keluar dan mengajak Raka untuk berangkat ke sekolah sebelum Raka marah lagi.
Di sekolah Alya duduk di samping Dania membuat Raka kesal, sudah berulang kali Raka mengingatkan agar Alya tidak terlalu dekat dengan orang asing tetapi Alya tetap ngeyel.
Raka melempar kertas yang di gulung pada Alya, membuat Alya menoleh dan menatap kesal Raka.
"Raka!" teriak Alya membuat semua temannya menoleh ke arah Alya, padahal mereka sedang mengerjakan ulangan.
Guru yang duduk di mejanya berdiri lalu menjewer telinga Alya dan Raka, mereka juga di minta untuk mengumpulkan kertas ulangan yang belum selesai.
"Semua gara-gara kamu! awas saja kalau nilai ulangan ku turun!" ancam Alya yang kebetulan tadi masih berfikir karena belum selesai mengerjakannya.
"Jangan berlagak sok pintar! nilai kamu apa pernah bagus," kata Raka mengejek Alya.
Alya kemudian memukul lengan Raka, membuat Raka membalas perbuatan Alya.
"Auw... sakit! Raka!" teriak Alya sembari memegang bekas pukulan Raka pakai tangan yang satunya.
"Rasain! makanya jangan mulai duluan," ucap Raka lalu berjalan hendak mengambil motornya.
Alya mengikuti Raka dan langsung naik begitu saja di atas motor Raka, membuat Raka kesal.
"Turun!" kata Raka.
"Kamu tega membiarkan aku pulang sendiri? aku aduin Mamah Mira nanti," ucap Alya seraya memeluk tubuh Raka dengan erat.
"Lepas, Alya!" kata Raka.
Raka kemudian menjalankan motornya, tak di sangka saat di tengah perjalanan pulang motor Raka mogok di jalan.
"Kok berhenti," kata Alya masih memeluk tubuh Raka.
"Turun dulu! coba aku cek sebentar," ucap Raka sembari menepikan motornya, jalan yang mereka lewati kebetulan sepi kendaraan.
"Gak mau! nanti kamu pura-pura lagi, terus aku ditinggal sendirian," kata Alya mempererat pelukannya.
Raka kemudian melepaskan diri dari pelukan Alya, dan membuat Alya turun juga karena takut jatuh. Raka mengecek keadaan motornya, sepertinya ada salah satu bagian mesin yang rusak.
"Bantuin dorong, Alya," ucap Raka.
Alya menolak membantu Raka, dia berjalan di belakang Raka yang mendorong motornya. Sedangkan Alya membawakan tas Raka.
"Tau begini aku tadi naik taksi," ucap Alya.
"Aku sudah sering bilang, jangan ikut aku! kamu malah ngadu sama Mamah," kata Raka menoleh ke arah Alya dan menghentikan langkahnya.
Alya kelihatan sangat capek, wajahnya memerah dan basah karena keringat. Ia mengajak Raka untuk beristirahat, kebetulan mereka berhenti di sebuah kebun buah.
"Raka, lihatlah," kata Alya sembari menunjukkan buah rambutan yang berbuah lebat di pinggir pagar.
"Petik aja sendiri," kata Raka duduk di atas rumput yang hijau, jalan yang mereka lewati sangat sejuk.
Tanpa berfikir panjang Alya memanjat pohon rambutan itu, dan memetiknya. Buah yang Alya petik lumayan banyak, kemudian dia menuju di mana Raka berada.
Mereka berdua asyik menikmati buah rambutan, tanpa di sadari ada satpam yang menghampiri mereka.
"Kalian maling! ayo ikut kita ke kantor!" ajak satpam itu sembari mencekal tangan Raka dan Alya.
"Saya jelaskan dulu, Pak," kata Raka dengan sopan.
"Tidak ada alasan!" kata Satpam itu.
Raka dan Alya di bawa ke pemilik kebun, pemilik kebun itu meminta ganti rugi. Karena tidak membawa uang Raka terpaksa menjaminkan motornya.
Raka dan Alya kemudian pulang dengan berjalan kaki. "Gara-gara kamu semua ini, Alya," kata Raka melirik ke arah Alya yang berada di sebelahnya.
"Kok aku! salah kita berdua dong," protes Alya tidak terima disalahkan.
"Seandainya kamu tidak memetik buah itu, kita tidak akan di marahin nanti sampai rumah," kata Raka.
"Kalau motor kamu tidak rusak aku juga tidak akan memetik buah itu," kata Alya tidak mau kalah.
Kemudian mereka melanjutkan jalan kakinya, padahal rumah mereka masih lumayan jauh. Di jalan itu kebetulan sangat sepi tidak ada kendaraan ataupun orang yang lewat, jalan yang mereka lewati sebenarnya adalah jalan pintas.
Alya merengek karena kecapekan, dia meminta Raka untuk mencari taksi online lewat ponselnya. Raka tidak mau karena menurutnya sudah hampir dekat, mereka berdua akhirnya berdebat lagi.
Tiba-tiba ada mobil lewat dan berhenti di depan mereka, ternyata adalah Aldo yang kebetulan lewat.
"Raka, Alya! kalian ngapain di sini?" tanya Aldo yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Om, gak lihat kita lagi jalan!" ketus Alya.
"Ketus amat jawabnya, ayo pulang bareng Om," ucap Aldo.
"Makasih, Om! Raka jalan dulu," kata Raka yang menolak ajakan Aldo lalu melanjutkan jalan kakinya.
"Raka!" teriak Aldo.
"Biarin aja, Om! Raka emang gitu, sok kuat jalan padahal capek," kata Alya.
Aldo kemudian mengajak masuk Alya ke dalam mobilnya, lalu melakukannya. Saat melewati Raka yang sedang berjalan Aldo berhenti, lalu membuka kaca mobilnya.
"Raka, ayo naik!" ajak Aldo.
"Duluan aja, Om! Raka mau jalan," tolak nya lagi.
Alya mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil dan menjulurkan lidahnya, membuat Raka kesal lalu mengepalkan tangannya.
"Alya, gak boleh ngeledek gitu," kata Aldo.
"Raka ngeselin, masa tadi nyalahin aku," ucap Alya.
Aldo hanya tersenyum jika melihat kedua anak itu berantem, pasti tidak ada yang mau mengalah. Alya yang suka mengadu dan Raka tak pernah mau mengalah.
Aldo dan Alya lebih dulu sampai di rumah, Alya kemudian turun dari mobil tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Aldo.
Alya kemudian masuk ke dalam rumah, lalu mandi dan berganti baju. Dia mencari keberadaan Susi tetapi tidak ada, Alya mencari ke rumah Mira.
"Mamah!" teriak Alya dari luar.
Saat ini Susi sedang memasak di rumah Mira, karena Mira sedang sibuk tadi siang.
"Kaya suara Alya," kata Susi seraya mengaduk masakannya.
"Biar aku yang buka pintu," sahut Mira kemudian berjalan ke arah pintu.
Mira kemudian membuka pintu, ternyata Alya beneran yang datang.
"Mamah Mira," sapa Alya sambil tersenyum.
"Alya, kamu sudah pulang? mana Raka?" tanya Mira sembari melihat ke arah luar mencari keberadaan anaknya.
Alya kemudian menceritakan kejadian pulang sekolah yang dia alami dengan Raka, dia mengatakan semua.
"Untung saja tadi ada Om Aldo yang lewat, jadi Alya bisa nebeng. Raka malah sok mau jalan kaki," jelas Alya dengan jujur.
Mira kemudian menyuruh Alya untuk masuk ke dalam rumah, dia mengatakan kalau Susi sedang memasak di dapur. Mira dan Alya lalu menuju ke dapur untuk membantu Susi.
"Mamah, masak apa? Alya laper banget," tanya Alya sembari memegang perutnya.
"Soto ayam, kamu mau?" tanya Susi tanpa menoleh ke arah anaknya.
Alya yang kurang suka dengan makanan berkuah menggelengkan kepalanya, lalu dia mengambil telur di kulkas dan menggoreng sendiri.
Mira duduk di kursi sambil membersihkan sayur, dia kepikiran dengan anak semata wayangnya. Walaupun sudah besar tetapi ia tetap menghawatirkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!