NovelToon NovelToon

Suamiku Pewaris Tunggal

Masalah Jodoh.

POV Azizah. 

Malam ini aku baru saja pulang kerja di sebuah butik di kotaku. Aku pulang sampai rumah jam sembilan malam biasa bapak sudah tidur tapi malam ini saat aku buka pintu aku melihat bapa sedang duduk di ruang tamu. 

"Assalamualaikum pak" Ucapku. 

"Waalaikumsalam" Jawab bapak. 

"Bapak kok tumben belum tidur?" tanyaku. 

"Sini duduk, ada yang mau bapak bicarakan" Titahnya padaku. Aku pun menuruti perintah bapak duduk di hadapannya. 

"Za, apa kamu sedang dekat dengan laki-laki?"

Tanya bapak. 

"Maksud bapak?" Tanyaku balik karena bingung. 

"Ratih, tadi pacarnya kesini dan bilang kalau dia ingin melamar Ratih, tapi bapak belum jawab" Ucapannya terhenti. 

"Kenapa pak?" Tanyaku. 

"Karena bapak ingin kamu nikah dulu jangan sampai kamu didahului Ratih" Ujar bapak. 

"Zizah ikhlas pak kalau harus didahului"

"Tapi bapak yang tidak mau, sekarang saja kamu susah dapat jodoh apalagi kalau didahului"ujar bapak dengan nada sedikit tinggi. 

" Tapi pak, Zizah belum ada calonnya"

"Kalau kamu tidak ada bapak terpaksa jodohin kamu sama Rahman"

"Zizah tidak mau pak" Selalu cepat karena laki-laki yang bapak bilang itu suka mabuk dan main perempuan. 

"Ya sudah bapak harap dalam waktu dekat ini kamu dapat laki-laki yang mau nikahin kamu dengan cepat"ucap bapak lalu berdiri dan meninggalkan aku sendiri. 

Aku pun masuk kamar dan membersihkan badan lalu rebahan. Aku memikirkan ucapan bapak sampai aku tak bisa tidur karena aku bingung harus gimana. Aku bisa tidur saat menjelang subuh jadi saat pagi bangun kepalaku agak pusing. Aku keluar kamar setelah melakukan shalat subuh dan tujuanku adalah dapur. 

"Sudah bangun kamu Za?" Tanya ibu. 

"Iya bu," Jawabku sambil berjalan menuju cucian piring karena setiap pagi aku selalu membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Aku kerja berangkat jam sembilan karena  butik bukanya jam sepuluh. 

"Za, tadi malam kamu bicara sama bapak?" Tanya ibu. 

"Iya bu" Jawabku tanpa melihat ke arah ibu. 

"Terus gimana?"

"Za bingung bu, karena Za belum punya pilihan" Jawabku. 

"Kamu sabar ya sayang, ibu yakin Allah sedang menyiapkan laki-laki yang tepat buat jadi pendamping mu" Ujar ibu. 

Aku hanya mengangguk. 

Tak lama semua orang sudah bangun dan sudah bersiap akan berangkat sesuai aktivitas mereka. Sarapan pun sudah siap dan kami semua sarapan namun saat aku duduk tiba-tiba Ratih berkata "aku tidak mau ya teh kalau sampai Bagas putusin aku gara-gara bapak lama ngasih keputusan"

Aku langsung menatapnya karena kaget tiba-tiba Ratih berkata seperti itu. 

"Ra, ini lagi makan lo, kamu jangan bahas seperti itu" Tegur ibu. 

Aku hanya diam dan selera makan aku pun hilang. Tapi karena aku menghargai ibu yang capek sudah menyiapkan ini semua jadi aku makan sedikit. Setelah di rasa habis aku langsung beranjak namun tiba-tiba aku mendengar Ratih berbicara "Nah gitu kalau tidak bisa dandan jadi nggak laku kan" Sindirnya. 

Hatiku sakit saat mendengar itu semua tapi aku bisa apa karena kalau aku ladeni yang ada akan tambah panjang. Ku biarkan dia ku lanjutkan jalanku menuju kamar. Sesampainya di kamar aku langsung duduk di sebelah tempat tidurku dan menangis. Setelah puas aku pun bersiap untuk berangkat kerja. 

Sesampainya di butik aku langsung bekerja tanpa bicara apa-apa dan saat rekan kerjaku bertanya aku hanya menjawab seperlunya saja karena pikiranku masih sama. Namun saat makan siang aku di kagetkan dengan kedatangan Anto laki-laki yang hampir sebulan ini gangguin aku terus. 

"Hai cantik, sudah makan belum? Ni abang bawakan baso di makan ya! " Ucapnya. 

Aku hanya menatapnya bahkan aku sempat berpikiran "apa aku ajak dia saja" Namun langsung aku hapus karena dia bukan laki-laki yang aku mau. 

"Kenapa kok melamun sayang?" Tanya nya. 

"Nggak apa-apa, makasih baso nya" Ucapku. 

"Oke, kalau gitu abang kerja lagi ya" Pamitnya. 

Dia bekerja di salah satu bengkel di dekat sini. 

"Ti,kamu mau nggak basi nya?" Tanyaku pada salah satu rekan kerjaku. 

"Memang teteh tidak mau?" Tanya nya saat menghampiriku. 

"Aku lagi malas makan Ti, jadi kamu makan saja ya" Ujarku. 

"Ya sudah teh makasih ya?" Ucapnya. 

Aku hanya tersenyum. 

Saat jam pulang aku melihat Anto diam di depan butik ketika melihat aku keluar dia langsung menghampiriku 

"Mau pulang aku anterin ya?" Ucapnya 

Aku hanya diam karena bingung juga saat ini hujan dan pasti angkutan umum sudah jarang. 

"Za, kok diam?" Tanya nya.

"Memang kamu siap dengan konsekuensinya kalau nganterin aku pulang?"

"Memang apa?" Tanya nya. 

"Tidak ko aku hanya bercanda"

"Ya udah ayo aku antar saja hujan juga." Ucapnya. 

Akhirnya aku pun mau di antar nya kalau masalah nanti di tanya orang rumah tinggal bilang ojeg aja. 

Sesampainya di rumah aku langsung turun dan langsung menyuruhnya pulang karena takut bapak keluar. 

"Makasih ya" Ucapku. 

"Nggak di suruh masuk dulu ni?" Tanya nya. 

"Udah malam To, mending pulang aja deh" Titahku. 

"Kamu ngusir aku?" Ujarnya. 

"Bukan gitu" Jawabku. 

"Ya sudah aku pulang" Ucapnya lalu menyalakan motornya dan pergi. 

Aku masuk dan syukurnya semua orang rumah sudah pulang. Aku langsung masuk kamar dan membersihkan badan lalu tidur. 

Paginya aku seperti biasa namun setelah semuanya beres aku tidak ikut sarapan tapi langsung balik ke kamar karena tidak mau bertemu dengan Ratih. Setelah semua orang pergi baru aku keluar untuk sarapan. 

"Kamu sengaja ya menghindar Ratih" Tanya ibu. 

"Aku tidak mau ribut sama dia bu"

"Kamu harus ngertiin perasaan Ratih" Ucap Ibu. 

Namun belum sempat aku berucap tiba-tiba teh Melda datang dan langsung menyambar ucapan ibu. 

"Kamu sih Za terlalu pilih-pilih jadi susah kan dapet jodohnya" Ucap teh Melda. 

"Maksud teteh apa? Perasaan aku tidak pernah pilih-pilih laki-laki kok, aku cuman tidak mau gegabah aja takut kejadian dulu terulang" Ucapku dengan sedikit tinggi. 

"Terserah kamu, kamu mau jadi perawan tua kali ya"

Sakit hati aku di katain seperti itu oleh teh Melda. Aku merasa meraka menyalahkan aku padahal dari awal aku sudah ikhlas kalau harus di langkahi. Aku pun beranjak meninggalkan teh Melda dengan ibu karena tidak mau mendengar kata-katanya lagi yang hanya membuat aku sakit hati. Aku pun bersiap untuk berangkat kerja karena diam di rumah juga hanya membuat kepalaku panas saja.

Setelah siap aku pamit sama ibu dan ternyata teh Melda sudah pulang jadi aku tidak harus bertemu dengannya lagi.

Mengajaknya Bicara.

Akhirnya aku berangkat kerja karena tidak mau berdebat lagi dengan teh Melda. Sesampainya di butik aku menyapa Tika partnerku di butik.

"Hai Ti"

"Eh teh baru datang ya?" Tanya nya. 

"Iya ni, kamu pagi banget datang nya?"

"Aku ikut bapak jadi pagi deh datang nya"

"Oh, ya sudah ayo lanjut" Ajak ku. 

Aku dan Tika pu  melanjutkan beres-beres butik karena akan buka. Butik dari buka sampai siang rame banget jadi saat jam satu aku baru bisa istirahat sholat dan makan. Namun aku merasa ada yang kurang karena biasanya tiap jam makan siang Anto pasti akan datang nganterin aku makan siang atau cuman cemilan. 

"Hanyo cari siapa teh?"Tika ngagetin aku. 

" Apaan sih kamu ini, aku nggak cari siapa-siapa juga"jawabku bohong. 

"Bang Anto tadi pergi, nggak tau kemana" Ujar Tika. 

Aku langsung meliriknya. 

"Tika tau teteh cari bang Anto kan karena biasanya tiap siang dia selalu ngasih makan"ucap Tika. 

Aku hanya tersenyum tak menanggapi ucapannya. Aku lanjutkan makan agar cepat selesai. 

Malamnya aku pulang dengan naik taksi online karena hujan. Saat aku buka pintu aku melihat bapak masih duduk di ruang TV. 

"Bapak belum tidur?"tanyaku setelah menyalami tangannya. 

" Bapak nunggu kamu"jawabnya.

Aku pun duduk di hadapannya menunggu bapak bicara. 

"Malam minggu Bagas akan kesini bersama orang tuanya, bapak bingung harus gimana" Ujarnya. 

"Bapak tidak usah bingung Terima saja, Zizah janji sebelum Ratih nikah Azizah sudah menikah pak" Ujarku walau sebenarnya aku tak yakin. 

"Kamu yakin?" Tanya bapak. 

"InsyaAllah pak" Jawabku. 

"Kamu bilang begitu bukan untuk menenangkan bapa kan?"tanya nya. 

Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum. 

" Ya sudah kamu istirahat bapak masih ingin nonton"titahnya.

Aku pun beranjak dan pergi ke kamar untuk istirahat. Namun setelah bersih-bersih aku mencoba meminta petunjuk pada Allah agar aku bisa mengambil keputusan yang baik. 

Paginya aku bangun seperti biasa dan sekarang aku tidak mencoba menghindari Ratih. Semua orang sudah bangun dan sudah bersiap namun saat aku mengambil piring di dapur Iroan adik bungsuku menghampiri aku. 

"Teh" Panggilnya. 

"Ada apa?" Tanya ku. 

"Teteh dekat sama bang Anto?"

Aku langsung meliriknya lalu bertanya "kamu kenal sama bang Anto?"

Irfan pun mengangguk. Namun belum sempat Irfan menjawab ibu sudah memanggil kami. 

"Zizah, Irfan cepat bawa piringnya" Panggil ibu. 

"Iya bu, udah ayo sarapan" Ajak ku pada Irfan. 

Kami pun sarapan dengan diam tak ada yang bicara. Setelah selesai bapak dan Irfan pergi tapi Ratih malah menghampiriku. 

"Teteh ingat ya jangan sampai bapak membatalkan pernikahan aku"ancam nya. 

" Iya tidak akan"jawabku.

Ratih punya pergi dan aku membereskan sisa sarapan kami semua. 

Setelah jam sembilan aku berangkat kerja. Sesampainya di butik ternyata mbak Rina sudah datang. 

"Mbak" Panggilku. 

"Eh Za, baru datang?" Tanyanya. 

"Iya mbak, kapan pulang mbak?"

"Semalam" Jawabnya. 

"Oh, aku lanjut kerja ya mbak" Pamitku. 

Aku langsung bersihkan butik dan membukanya. Namun saat jam makan siang Anto tidak muncul lagi sepertinya dia belum pulang namun karena aku penasaran akhirnya aku putusin buat datangi tempat kerjanya. 

"Ti, aku pergi dulu bentar ya?"

"Mau kemana teh?" Tanya nya 

"Ada perlu sebentar" Jawabku. 

"Ya sudah sok teh"

Aku pun pergi dan berjalan menuju bengkel tempat kerja Anto. Sesampainya di sana aku mencari kang Tio. Setelah melihatnya aku langsung menemuinya. 

"Kang" Panggilku. 

Kang Tio pun menengok ke arahku lalu berdiri. 

"Eh neng Zizah ada apa neng?" Tanya nya. 

"Em… bang Antonya ada?" Tanyaku sedikit malu. 

"Anto, oh dia pergi paling pulang nanti sore, ada apa?"

"Tidak apa Kang" Jawabku. 

Kang Tio dia malah tersenyum

"Saya tau, kangen ya sama Anto karena dari kemarin tidak di gangguin?" Ledeknya. 

"Apaan sih kang"

"Ya sudah nanti aku bilangin kalau kamu cari dia" Ujar kang Anto. 

Aku pun pamit dan kembali ke butik dan melanjutkan kerja. 

Malamnya saat aku selesai tutup toko aku melihat Anto dia berjalan ke arahku. 

"Za, mau pulang?" Tanya nya. 

Aku pun mengangguk. 

"Kamu tadi cari aku?" Tanya nya. 

"Iya" Jawabku. 

"Ada apa?"

Sebenarnya aku gugup untuk bicara sama Anto tapi aku mencoba memberanikan diri biar aku bisa ambil keputusan untuk kedepannya. 

"Kok diam?" Tanya nya. 

"Eh, ada yang mau aku bicara kan bang" Ucapku. 

"Oh, ya sudah ayo aku antar pulang kita bicaranya di jalan saja" Ajaknya 

"Tapi"

Namun tiba-tiba Anto pegang tanganku dan aku langsung menariknya. 

"Kenapa?"

"Lepasin tangan aku" Lirihku. 

"Sorry, aku lupa, ya sudah ayo" Ajaknya setelah melepaskan tangan ku. 

Aku pun mengikutinya dan ternyata dia bawa mobil karena aku bingung jadi aku meliriknya. 

"Aku sewa mobil buat bawa barang dari jakarta, karena belum di balikin jadi aku pakai buat anterin kamu saja" Ujarnya. 

Akhirnya aku pun naik dan Anto pun menjalankan mobilnya. 

Selama di perjalanan aku hanya diam karena bingung juga harus bicara dari mana. 

"Bukannya kamu mau bicara?" Tanya Anto. 

"Aku bingung memulai dari mana" Ujarku. 

"Ya yang pentingnya saja biar cepat juga"

"Em… Em… bang Anto serius suka sama saya?" Tanyaku. 

"Ya aku serius, memang kamu pikir aku selama ini bercanda?"

"Kalau abang serius, abang lamar aku ke orang tuaku"

Namun tiba-tiba Anto mengerem mendadak membuat kepalaku terbentur dashboard mobil. 

"Maaf Za, aku kaget" Ujarnya. 

"Iya tidak apa?" Sambil ku pegangin keningku. 

"Kamu tidak apa?"

Aku hanya menggeleng dan Anto memarkirkan mobilnya ke pinggir. 

"Kamu tadi serius?" Tanya. 

"Aku serius bang"

"Ok kalau kamu ingin melihat keseriusanku, aku akan lamar kamu ke orang tuamu"

"Tidak hanya itu bang" Potong ku. 

"Apa?" Tanya nya. 

"Setelah abang setuju melamar aku abang juga akan diminta nikahi aku cepat" Ujarku. 

"Ok aku sanggup, tapi kamu setahu saya kamu belum ada perasaan sama saya"

"Untuk itu aku kan belajar"

"Oke, besok kamu libur kan, aku akan datang ke rumahmu jam tujuh malam." Ucapnya. 

Anto pun melanjutkan mobilnya dan akhirnya sampai rumah. Aku masuk dan Ratih sedang berdiri di pintu kamarnya lalu berkata.

"Teteh diantar siapa pakai naik mobil?"

Aku hanya diam saja lalu dia berkata lagi.

"Jangan bilang kalau teteh jalan sama om-om"

"jaga mulut mu ya Ratih" tariakku sampai ibu keluar kamar.

"ada apa ini kenapa teriak-teriak?" tanya ibu.

"Ibu tanya saja sama Ratih kenapa aku sampai marah begini" ucapku lalu pergi ke kamar tanpa menjelaskan apa-apa.

Lamaran.

Dari siang setelah membereskan semuanya aku hanya rebahan saja di kamar karena badanku tidak enak, aku keluar kamar kalau mau makan saja. Seperti sore ini karena mendengar tukang bakso aku keluar untuk beli. 

"Mang satu porsi ya" Panggilku pada tukang bakso itu. 

"Kirain ada apa kamu lari lari Za" Omel ibu. 

"He… he… maaf Bu takut keburu ngilang tukang bakso nya" Ujarku. 

"Kamu ini, ibu satu porsi ya" Ucap ibu. 

"Ya sok aja bu"

Akhirnya aku sama ibu makan bakso di tersakiti rumah berdua namun tak lama datang Ratih bersama pacarnya Bagas. 

"Sore Bu, teh" Sapa Bagas. 

Aku hanya diam saja, entahlah sejak Ratih ngenalin Bagas aku kurang suka saja. 

"Makan Gas" Tawar ibu pada Bagas. 

"Makasih bu, kami sudah makan tadi di jalan" Tolaknya. 

"Ya sudah masuk sana, ibu mau habiskan bakso dulu" Ujar ibu. 

Aku hanya memperhatikan saja. Bagas dan Ratih pun masuk aku sama ibu melanjutkan makan bakso. Namun tiba-tiba ibu berkata "kok ibu perhatian Bagas suka curi-curi pandang terus sama kamu ya Za" 

Aku langsung menatap ibu lalu berkata "perasaan ibu saja kali". Walau sebenarnya aku juga agak risih sih sama tu cowok. 

" Iya kali, ya sudah ibu masuk dulu, udah habis juga, nanti kamu kasih mangkoknya ke si mang nya"titah ibu sebelum pergi. 

"Iya bu" Jawabku. 

Setelah makan bakso tadi aku langsung masuk kamar dan rebahan kembali namun tiba-tiba perutku sakit dan saat ke kamar mandi ternyata aku datang bulan. Aku tiap datang bulan pasti sakit perut, karena sakit akhirnya aku coba tidur sampai ketiduran. 

Aku tidak tahu berapa lama aku ketiduran karena saat aku bangun ternyata sudah magrib. Aku segera membersihkan badan namun saat aku selesai ganti baju tiba-tiba ibu memanggil. 

"Za, ibu boleh masuk?"

"Masuk saja bu" Jawabku. 

Ibu pun masuk lalu menghampiriku dan berkata "ada tamu Za"

"Terus?" Tanya ku. 

"Kamu kenapa tidak bilang kalau bakalan ada tamu" Ujar ibu. 

"Maksud ibu apa, aku tidak ngerti?" Bingung ku. 

"Ya itu ada tamu laki-laki sama keluarganya"

"MasyaAllah bu aku lupa"

"Lupa?"

"Iya bu, ya udah Zizah pakai kerudung dulu bu" Kataku sambil mengambil kerudung. 

Ibu keluar menemui tamunya. Setelah selesai aku keluar dan ternyata itu Anto, Tio dan ibunya Tio. Aku menghampiri mereka dan duduk. Namun tiba-tiba Ratih keluar dengan memakai celana pendek dan kaos oblong. Namun saat aku lihat Anto hanya melihat sekilas berbeda dengan Tio dia sepertinya menikmatinya. 

"Ratih" Tegur bapak. 

Ratih pun masuk kembali. Lalu bapa kembali berbicara dengan Anto. 

"Tadi kamu bilang kesini ingin melamar anak saya Azizah?" Tanya bapak. 

"Iya Pak" Jawab Anto. 

"Kalian sudah kenal lama?"

"Baru sebulan pak" Jawab Anto. 

"Kamu serius dengan anak saya?"

"Iya Pak saya serius karena itu saya datang untuk melamar anak bapak" Ujarnya. 

Aku sampai kagum melihat Anto begitu tenang tidak ada raut ragu di wajahnya. 

"Saya senang dengan niat baik anda, tapi saya juga kembalikan pada Zizah kalau dia mau menerima maka saya setuju" Ucap bapak lalu menatap ku. 

"Zizah Terima pak" Ucapku dengan yakin. 

"Sekarang nak Anto sudah mendengar jawaban Zizah jadi saya sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Tapi kalau saya boleh tau kapan nak Anto siap menikahi Zizah?"

"Saya ikut bapak sama Zizah saja" Jawabnya. 

Bapak menatapku lalu berkata "kamu siap jika saya minta minggu depan kalian menikah?"

"Saya siap pak" Ucapnya dengan tegas. 

Aku langsung menatapnya karena sebenarnya aku belum siap untuk semua ini karena masih ada rasa takut yang menghantuiku. 

"Kamu Zizah?" Tanya bapak. 

"Zizah ngikut saja pak" Ujarku. 

"Ya sudah karena mengurus surat-suratnya aga lama jadi kalain paling nikah agama dulu" Ujar bapak. 

"Em… biar saya saja pak yang urus surat-suratnya biar langsung terdapat pak" 

"Memang bisa?" Tanya bapak. 

"Bisa pak biar bapak tahu beres saja"

Akhirnya bapak pun setuju meski sebenarnya aku tidak yakin karena syarat buat daftar nikah itu harus sebulan sebelumnya kecuali kalau sudah hamil. 

Akhirnya selesai juga dan kami berbincang sebentar sebelum mereka pamit. 

"Karena sudah malam kami pamit pulang" Ucap ibunya Tio. 

"Oh… iya silahkan, maaf ya kami tidak menjamu dengan baik karena Zizah tidak bilang kalau akan ada tamu" Ujar ibu. 

"Tidak apa karena kami juga tidak membawa apa-apa" Ucap Ibunya Tio. 

Karena para orang tua sedang bicara aku pun mengikuti Anto dan Tio keluar. 

"Za, yang tadi adikmu?" Tanya Tio. 

"Iya kang, kenapa?" Tanyaku. 

"Cantik buat aku ya" Ujarnya. 

"Udah punya calon kang, bentar lagi nikah" Jawabku. 

"Ha… ha… . Kasihan kamu belum apa-apa udah patah hati" Ledek Anto. 

"Senang kamu melihat temannya menderita"

"Iya lah aku senang" Jawab Anto. 

Tak lama ibu keluar bersama ibunya Tio. 

"Ayo nak kita pulang"

Mereka pun pamit dan pulang. Aku masuk bersama ibu namun bapak tiba-tiba mengajakku berbicara. 

"Kamu tidak sedang membohongi bapak kan?"

"Maksud bapak?" Tanyaku karena tak mengerti. 

"Kami tidak bayar mereka buat mau nikahin kamu"

"MasyaAllah pak, Zizah tidak pernah punya pikiran seperti itu, Anto memang sudah lama dekitan Zizah tapi Zizah tidak pernah anggap karena Zizah belum yakin dan siap untuk berhubungan lagi dengan laki-laki tapi saat bapak minta Zizah buat cepat menikah dan hanya dia yang bisa Zizah percaya"Ujarku.

"Maaf bapak tidak maksud menuduhmu"

"Ya sudah Zizah masuk kamar dulu Zizah tidak enak badan karena sedang datang bulan" Pamitku. 

Bapak dan ibu pun mengangguk lalu aku berjalan menuju kamarku namun tiba-tiba Ratih keluar dan menghadang ku. 

"Teh cowok yang melamar teteh ganteng juga" Ujarnya. 

"Terus?" Tanyaku. 

"Kok aku merasa pernah lihat ya! "

"Ya pernah karena dia kerja di bengkel deket butik aku kerja" Beritahu ku. 

"Iya kali ya"

Aku pun melanjutkan langkahku dan tidak menghiraukan Ratih. Sesampainya dikamar aku langsung merebahkan badanku karena perutku sakit lagi. Namun tiba-tiba ibu masuk sambil membawakan jamu untuk meredakan sakit perutku.

"Za minum ini dulu" titahnya.

Aku pun bangun dan menerima jamu yang di berikan ibu dan meminumnya.

"Makasih bu" ucapku sambil memberikan gelas kosong.

"Ibu harap kamu tidak terpaksa melakukan ini Za" ucap Ibu.

"Ibu tenang saja aku melakukan itu karena Allah dan aku yakin pasti semuanya akan baik-baik saja" ucapku.

"Tapi Za"

"Ibu doakan saja aku supaya aku bahagia" ucapku.

lalu ibu pun memelukku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!