NovelToon NovelToon

Terjebak Pesona Mama Muda

Bab 1. Pertemuan Melalui Tabrakan.

"Arthur!"

suara keras menggelegar memanggil seorang lelaki yang masih bergelung dalam selimut, terik matahari mulai masuk ke dalam kamar tetapi tidak juga membuat lelaki itu bangun.

"Arthur! bangun kamu!"

Untuk sekali lagi terdengar jeritan seorang wanita sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar.

"Iya-iya!" Akhirnya lelaki yang dipanggil Arthur turun dari ranjang dan berjalan gontai ke arah pintu.

"Hoam! kenapa sih Ma?" Arthur menggaruk-garuk kepalanya sembari terus menguap.

"Kenapa-kenapa? ini sudah siang! kamu gak kuliah?"

Omelan Mamanya berhasil membuat Arthur menutup kedua telinga. "Iya-iya! inikan udah bangun!"

Arthur berbalik dan kembali masuk ke dalam kamar, suara gerutuan dari Mamanya masih bisa dia dengar walaupun sudah berada di dalam kamar mandi.

"Menyebalkan sekali! kenapa pagi-pagi harus ada kelas sih?" Tangan Arthur terulur mengambil handuk karna proses mandinya sudah selesai.

"durururu nanana, selamat pagi Ma, Pa!" sapa Arthur yang sedang berjalan ditangga menuju dapur, terlihat kedua orang tuanya sedang sarapan saat ini.

"kamu itu sudah dewasa, Arthur! seharusnya kamu sudah bisa bangun sendiri!" Lelaki paruh baya yang mempunyai wajah mirip dengan Arthur memberi nasehat, dia sudah bosan mendengar keributan setiap pagi.

"Aku bangun sendiri kok!" Arthur memakan sarapan yang sudah tersedia, dan tidak peduli dengan ucapan papanya.

Kedua orangtuanya hanya bisa mengelus dada, mereka tidak tau lagi harus bagaimana memberi nasehat pada putra mereka itu.

"aku berangkat duluan ya!" pamit Arthur kemudian, dia bangkit dan menyambar kunci mobilnya yang ada di atas meja.

Begitulah Arthur Ravindra, anak dari pasangan Papa Ari dan Mama Mawar yang sukses membuat seisi rumah penuh dengan keributan.

Semua orang yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kapala, entah bagaimana lagi harus memberi nasehat agar Arthur bisa lebih dewasa lagi.

Arthur melajukan mobilnya dengan kencang membelah keramaian jalanan pagi ini, dia terus menambah laju mobilnya dan menyalip kendaraan lain yang ada di depannya.

Tidak berselang lama, Arthur sampai di Universitas tempatnya kuliah. Dia memarkirkan mobilnya dideretan mobil mewah lainnya yang khusus disediakan untuk para orang kaya.

"pagi, Arthur!"

"hay, Arthur!"

"hello, tampan!"

Arthur mengedipkan matanya saat para wanita menyapa, dia terus berjalan dengan angkuh menuju ruang kelasnya.

Bruk, tiba-tiba tubuh Arthur ditabrak oleh seorang wanita yang nyaris membuat mereka berdua terjatuh.

"hah! apa-apaan sih?" Arthur mendorong tubuh wanita itu yang masih menempel ditangannya.

"Maaf-maaf, saya tidak sengaja!" Wanita itu berjongkok untuk mengambil buku-buku yang berserakan di atas tanah.

"lain kali hati-hati dong! kamu sengaja yah?" bukannya membantu, Arthur malah menuduh wanita itu sengaja menabraknya.

Wanita itu mendongakkan wajahnya untuk menatap Arthur, mata mereka saling tatap dan seakan terkunci untuk beberapa saat.

"Saya sedang terburu-buru, jadi tidak sengaja menabrak anda!" Wanita itu lalu berdiri, dan berjalan meninggalkan Arthur yang seakan terhipnotis dengan wajah cantiknya.

"gila! dia cantik sekali," mata Arthur masih terus mengikuti ke mana wanita itu pergi.

"Woy! ngapain kamu diam di sini?"

Tiba-tiba Arthur terkejut saat salah satu temannya datang, sangking khusyuknya melihat wanita itu dia sampai tidak sadar dengan sekitarnya.

"ngapain sih? awas kesambet loh," seru Dewa, yang tadi mengejutkan Arthur.

"siapa dia? kenapa aku belum pernah melihatnya?" tanya Arthur.

"hah! siapa?" teman Arthur melihat ke kanan dan kiri, dia tidak mengerti siapa yang sedang dibahas oleh Arthur saat ini.

"wanita tadi, yang barusan menabrakku!" Arthur memberi penjelasan, dia bahkan sampai menunjuk-nunjuk kearah di mana wanita tadi pergi.

"Aku tidak melihat ada wanita! jangan-jangan tadi malam kau habis bercinta yah, makanya masih terbayang-bayang sampai sekarang!" Dewa menaik turunkan alisnya bermaksud untuk menggoda Arthur.

"Ck!" Arthur hanya berdecak kesal mendengar ucapan temannya.

Tidak mau ambil pusing dengan wanita tadi, akhirnya Arthur dan temannya berjalan kearah kelas mereka.

Brak, suara pintu terbuka membuat seisi ruang kelas yang tadinya riuh kini terdiam.

"Tumben dosennya belum masuk?" Arthur berjalan kearah kursi kosong di samping temannya, diikuti oleh lelaki yang bersamanya tadi.

"bukan belum masuk, tapi udah keluar!" jawab Bimo, dia tidak habis pikir karna Arthur dan Dewa baru datang saat jam pelajaran mereka sudah selesai.

Arthur menaikkan bahunya seakan tidak peduli, dia lalu mengambil ponsel dan melihat aplikasi hijau untuk memasang story di akun sosial medianya.

Suasana kelas yang tadinya ramai dipenuhi oleh suara, kini mulai diam saat ada seorang wanita yang masuk ke dalam kelas itu.

"assalamu'alaikum, selamat pagi semuanya," sapa seorang wanita sembari tersenyum manis kearah mereka semua.

Para mahasiswa dan mahasiswi membalas sapaan wanita itu dengan penuh semangat, apalagi kaum adam yang terpesona melihat kecantikan wanita itu.

"gila! cantik sekali dia," seru Dewa, matanya melotot tajam memandangi makhluk ciptaan Tuhan yang ada dihadapan matanya.

"cih, kampungan!" ledek Arthur sembari tetap fokus dengan ponselnya.

"lihatlah, Arthur! dia benar-benar cantik." Dewa menarik kepala Arhur untuk melihat wanita yang sedang dia kagumi.

"Cih, tidak ada wanita yang lebih cantik dari yang sedang kulihat ini!" Rupanya Arthur sedang melihat-lihat foto model top dunia yang sedang memamerkan keseksian tubuh mereka.

Dewa merasa tidak peduli, dia mengabaikan Arthur dan kembali melihat kearah depan.

"perkenalkan, nama saya Liliana Fadhilah. Saya akan menggantikan Pak Ammar mengajar mata kuliah Ilmu Bisnis selama satu semester ke depan," wanita bernama Lili memperkenalkan diri sekaligus menjelaskan maksud dari kedatangannya keruangan kelas itu.

"jadi, Pak Ammar sudah tidak mengajar lagi?" tanya salah seorang mahasiswi yang ada diruangan itu.

Lili tersenyum. "Saya tidak tau apakah beliau mengajar lagi atau tidak, tapi yang pasti saat ini saya yang akan mengajar dikelas ini."

Para mahasiswi bergumam kesal karna dosen favorit mereka sudah tidak masuk ke dalam kelas dan digantikan oleh Ibu Lili.

"Baiklah, apa ada yang ingin kalian tanyakan?" Lily mengeluarkan tumpukan berkas dari dalam tasnya dan diletakkan di atas meja.

"apa Ibu sudah menikah?" satu pertanyaan berhasil meluncur dari salah satu mahasiswa, terlihat semua orang juga penasaran dengan status dosen cantik itu.

"saya sudah menikah, dan juga sudah bercerai!"

"Hah?" Seluruh kelas menjadi ramai karna jawaban yang terlontar dari mulut dosen baru mereka.

"Hebat sekali! sudah menikah sekaligus bercerai." Arthur yang sejak tadi merasa tidak tertarik kini mendongakkan kepalanya untuk melihat sosok wanita yang menjadi dosen dikelasnya. Sementara keributan yang terjadi langsung senyap saat mendengar ucapan Arthur.

"Kau! apa yang kau lakukan di sini?" Arthur berdiri menatap wanita yang tadi tidak sengaja bertabrakan dengannya.

Tbc.

Terima kasih buat yang udah baca 😘

Semoga kalian suka dengan karya baruku ini yah 🥰

Bab. 2. Seorang Anak Kecil.

"Kau! apa yang kau lakukan di sini?" Arthur berdiri menatap wanita yang tadi bertabrakan dengannya.

"aku? kenapa aku di sini?" Lili membalikkan pertanyaan itu pada Arthur sembari berjalan keluar dari belakang meja.

"sstt, Arthur! kau mengenalnya?" bisik Dewa, dia menarik-narik celana Arthur dengan heboh.

"apa kau mengikutiku ke sini?" jiwa pede Arthur meronta-ronta, dia menyugar rambutnya sembari mendekati Lili.

"aku tau kalau kau tadi sengaja menabrakku, dan sekarang kau juga mengikutiku. Apa kau akan tetap di sini bersamaku?"

Suasana kelas menjadi hening, entah apa yang sedang terjadi pada Arthur saat ini sampai membuat teman-temannya merasa bingung dan tidak mengerti.

"benar! Aku akan tetap berada diruangan ini bersamamu!"

Arthur tertawa mendengar jawaban dari wanita itu, dia lalu duduk di atas meja tepat dihadapan Lily dengan angkuh.

"Baiklah, aku akui keberanianmu!" Arthur mengedipkan sebelah matanya pada Lily.

"Lalu, apa yang kau inginkan dariku?" Arthur memajukan wajahnya sampai begitu dekat dengan Lili.

Lili menatapnya tajam, untuk sepersekian detik mereka terdiam sembari saling menatap membuat semua yang melihat mereka menelan salive dan hendak bersorak, cium, cium, cium.

"Keluar dari kelasku dan jangan membuat keributan!" Lili mundur, lalu bergeser menjauhinya.

"apa? kenapa kau mengusirku?"

"karna aku adalah dosenmu! dan kau sudah berlaku tidak sopan padaku!"

"apa?"

suasana menjadi tegang, khususnya Arthur yang tidak menyangka kalau wanita yang ada dihadapannya adalah dosen.

Lili menghela napas kasar, dia lalu sedikit menggeser tubuhnya agar bisa melihat kearah semua orang.

"Jika tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, maka saya akan membagikan modul untuk tugas kalian selama satu semester ini!" Lili berjalan meninggalkan Arthur yang melihatnya dengan bingung.

"Arthur! apa kau sudah gila?" suara Dewa tertahan saat Lili melihat kearahnya, dia lalu menyuruh Arthur untuk kembali ke tempat duduk melalui tangannya.

Sangking terkejutnya, Arthur sampai tidak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri.

"Baiklah, kalian saya beri waktu selama 15 menit untuk membaca modul yang sudah saya bagikan."

Semua orang melirik kearah Arthur, begitu juga dengan Arthur yang melirik kearah Lili.

"dan kau!"

Arthur menelan salivenya saat berhadapan dengan Lili, jantungnya berdebar keras saat bola mata mereka kembali bertemu.

"silahkan keluar dari kelas ini, dan kamu tidak akan mendapat nilai untuk mata kuliah ini!"

"hah! apa?" Arthur terkejut dengan apa yang Lili ucapkan.

"baiklah, pertemuan kita hari ini cukup sampai di sini. Saya harap minggu depan kita sudah bisa belajar dengan baik dan benar!" Lili mengabaikan keberadaan Arthur ditempat itu, dia lalu menutup pertemuan mereka dan keluar dari ruangan.

Dewa langsung mendekati Arthur saat melihat Lili sudah keluar dari ruangan, sementara yang lainnya terkikik geli melihat ekspresi Arthur saat ini.

"dasar kau sudah tidak waras! aku tau kalau Bu Lili itu cantik, tapi kenapa kau- hei, Arthur!"

Arthur berlari keluar dari ruangan untuk mengejar Lili, dia melihat ke sana kemari mencari keberadaan wanita itu.

"tunggu!"

Lili yang sudah berdiri di depan ruangannya melihat ke arah belakang, keningnya berkerut saat melihat Arthur sedang berlari ke arahnya.

"mau apa dia? apa dia mau mengataiku lagi!"

Napas Arthur terasa hampir habis karna berlari mengejar wanita itu, dia lalu duduk di kursi yang ada di depan ruangan Lili.

"apa Ibu punya minum, aku haus sekali!" Arthur mengulurkan tangannya untuk meminta minum.

Lili memasang wajah masam, dia lalu masuk ke dalam ruangan dan kembali lagi dengan membawa sebotol minuman.

"Terima kasih!" Arthur mengambil minuman yang disodorkan oleh Lili dan meminumnya hingga kandas tak bersisa.

Lili menunggu dengan sabar, dia mengetuk-ngetukkan jarinya ke jam yang melingkar dipergelangan tangannya seolah-olah menunjukkan kalau waktu terus berjalan.

"begini, Buk! aku ingin bicara mengenai-"

"Arthur!"

Arthur yang sudah ingin meminta maaf mengenai ketidaksopanannya tadi tidak jadi mengeluarkan suara saat ada seorang gadis yang berteriak memanggil namanya.

"Arthur, aku merindukanmu!" Gadis yang tadi berteriak kini memeluk tubub Arthur membuat lelaki itu tidak bisa bergerak.

Lili yang melihat pemandangan itu langsung berbalik dan masuk ke dalam ruangan, dia merasa kesal karna berhasil dibod*oh-bod*ohin oleh Arthur.

"Dasar kurang ajar! kenapa anak-anak jaman sekarang tidak punya sopan santun sama sekali?" Lili menarik napas panjang, dia lalu beristighfar untuk menenangkan jiwa dan raga.

Arthur yang masih berada dalam pelukan seorang gadis mendorong tubuh gadis tersebut, lalu dia mencoba untuk mengingat siapa sebenarnya gadis yang ada dihadapannya ini.

"kau semakin tampan saja, Arthur!"

Terlihat jelas tatapan memuja yang terpancar dari pandangan mata gadis tersebut.

"terima kasih! tapi ngomong-ngomong, kau siapa?"

Gadis itu langsung cemberut, dia kesal karna ternyata Arthur tidak mengenalinya.

"Aku Gesya, teman SMA mu dulu!" Gesya menunjukkan potret kebersamaan mereka sewaktu masa putih abu-abu.

Arthur menganggukkan kepalanya, dia kini ingat siapa gadis yang sedang bersamanya ini.

Tiba-tiba, Arthur teringat akan hal lain. Dia belum jadi meminta maaf pada dosennya mengenai apa yang terjadi, bisa gawat kalau sampai dia tidak mendapat nilai yang nantinya akan berimbas pada uang jajan.

"senang bertemu denganmu, Gigi!"

"apa? namaku Gesya, bukan Gigi!" serunya dengan kesal.

"Baiklah, siapapun namamu aku harus pergi! sampai jumpa!" Arthur bangkit dan hendak masuk ke dalam ruangan Lili.

"tunggu, Arthur! aku ingin- ck!" gadis itu kesal karna belum mendapat nomor ponsel Arthur.

Sementara itu, Arthur yang sudah berada di dalam ruangan Lili mencari keberadaan wanita itu. Dia membuka seluruh ruangan, tetapi tidak juga menemukannya.

"apa yang kau lakukan?"

Tiba-tiba, ada dosen lain yang masuk ke dalam ruangan mengagetkan Arthur yang sibuk memeriksa kamar mandi.

"Saya mencari Ibu Lili, apa Bapak melihatnya?" Arthur kembali menutup kamar mandi dan berlalu mendekati dosen itu.

"Ibu Lili sudah tidak ada di sini, tadi saya lihat dia sedang berjalan ke parkiran!"

"Baiklah, terima kasih, Pak!"

Arthur kembali berlari untuk mengejar Lili, dia mengambil jalan pintas agar lebih cepat sampai ke parkiran.

Bruk, sangking cepatnya berlari. Arthur tidak melihat ada anak kecil yang sedang berdiri di dekat pot bunga.

"Astaga! siapa sih, yang melepas tuyul di tempat ini?" Arthur melihat kearah anak kecil yang sedang terduduk ditanah sambil menangis.

"Mama!"

Arthur terkejut dengan apa yang diucapkan anak kecil itu.

"apa? seenaknya saja memanggilku Mama, aku ini berbatang, bukan berbuah!" Arthur merasa kesal, dia tidak terima dikatai Mama oleh anak kecil itu.

"Mama!"

"ya Allah, apa yang terjadi?"

"Mama! hiks."

Arthur berbalik dan terkejut melihat Lili ada di belakangnya, dan lebih terkejut lagi saat bocah kecil itu memanggil Lili dengan sebutan Mama.

Tbc.

Terima kasih buat yang udah baca 🥰

Bab. 3. Tidak Memaafkan.

"ada apa, Sayang?" Lili mengusap air mata yang membekas diwajah sang putri.

"Mama, Cia jatuh!" gadis kecil itu mengadukan apa yang sudah terjadi padanya dengan bola mata berkaca-kaca.

"Apa ada yang sakit?" Lili berjongkok dan memeriksa tubuh putrinya untuk melihat apakah ada yang terluka.

Gadis kecil itu menggelengkan kepala, dia lalu menunjuk kearah Arthur yang masih diam memperhatikan mereka.

"Kau!" Lili bangkit dengan tatapan tajam kearah Arthur.

Arthur yang baru sadar langsung gelagapan, dia merapikan pakaian dan rambutnya agar terlihat lebih rapi.

"tunggu! apa yang sedang kulakukan?" entah karna terkejut atau apa, Arthur malah merapikan diri seolah-olah sedang bertemu dengan kekasihnya.

"apa yang kau lakukan?" bertanya dengan tajam, dia melipat kedua tangannya di depan dada agar terlihat lebih garang.

"begini, Bu! saya ingin-"

"apa dia laki-laki, Ma?"

lagu-lagi ucapan Arthur terpotong, dia merasa kesal karna sepertinya semesta tidak mendukungnya untuk meminta maaf.

"Iya, Sayang! kenapa?" Lili tersenyum manis sembari mengusap kepala sang putri, dan semua itu sukses membuat hati Arthur bergetar.

"Papa!"

"hah?"

Lili dan Arthur sangat terkejut saat mendengar apa yang diucapkan Zia, gadis kecil itu bahkan saat ini sedang memeluk kaki Arthur membuat tubuh lelaki itu menegang.

"Zia, dia bukan Papa!" Lili menarik tangan putrinya agar melepaskan pelukannya dari kaki Arthur.

"kenapa? kata Mama kan, kalau Papa itu laki-laki?" gadis kecil itu terlihat bingung, dia lalu melihat kearah Arthur yang diam seperti patung.

"Sayang, tidak semua laki-laki itu Papa, dan yang menjadi Papa Zia itu bukan dia!" jelas Lili, rupanya putrinya itu salah memahami apa yang pernah dia katakan.

Zia mengangguk-anggukkan kepalanya, dia mencoba untuk memahami apa yang baru saja Ibunya itu jelaskan.

"jadi, Papa Cia mana?" tanyanya dengan polos, binar-binar kebahagiaan yang tampak diraut wajah gadis kecil itu terasa mengiris hati Lili.

Apalagi saat ini dia menatap wajah Lili dengan menggemaskan, bola matanya yang bulat dan jernih membuat perasaan Lili menjadi tidak tega.

"Papa, dia ...."

Untuk sepersekian detik, suasana menjadi hening. Sebenarnya sudah berulang kali Zia bertanya tentang keberadaan Ayah kandungnya, yang membuat hati Lili menjadi pilu.

Arthur yang tersadar dengan apa yang terjadi beranjak dari tempatnya, dia berjongkok tepat dihadapan gadis kecil itu membuat Lili sedikit kaget.

"Zia boleh memanggil aku Papa, tapi Zia harus janji tidak akan bertanya lagi pada Mama tentang siapa Papa Zia!"

Gadis kecil itu tersenyum lebar, dia lalu berteriak memanggil Arthur dengan sebutan Papa sembari memeluk leher lelaki itu.

Berbeda dengan Zia, Ibunya itu kini malah tampak murka dengan apa yang Arthur lakukan. Lelaki itu sudah sangat lancang karna mengatakan pada putrinya untuk memanggilnya dengan sebutan Papa.

"Papa di mana? kok enggak rumah?" Gadis kecil itu seperti lupa akan keberadaan sang Ibu dan asyik merangkul tubuh Arthur.

Arthur mencoba untuk memahami apa yang Zia ucapkan karna memang dia sedikit bingung dengan pertanyaan gadis kecil itu.

"Papa sedang-"

"Zia, ayo ikut Mama!"

Arthur yang baru ingin menjawab pertanyaan Zia kalah cepat dengan ucapan Lili, wanita itu lalu membawa Zia menuju mobilnya.

"Papa?" Zia melihat kearah Arthur seakan-akan sedang bertanya kenapa lelaki itu tidak ikut bersamanya.

Arthur yang melihat kepergian mereka tidak tinggal diam, dia harus segera mendapat maaf dari Lili sebelum nilanya tidak ada.

"tunggu, Bu! Aku belum selesai bicara."

Lili terpaksa kembali menghentikan kakinya yang sudah akan masuk ke dalam mobil, dia lalu menyuruh Zia untuk masuk dan duduk diam di dalam mobil.

"Bu, aku ingin meminta maaf!" Setelah perjuangan panjang, akhirnya Arthur berhasil untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan.

Lili tidak menanggapi apa yang Arthur ucapkan, dia menunggu apa masih ada lagi yang ingin lelaki itu katakan atau tidak.

Sementara Arthur merasa bingung, dia tidak tau kenapa Dosennya itu tidak memberi reaksi apapun padanya dan berpikir kalau kesalahannya tidak bisa dimaafkan.

"apa aku sudah melakukan dosa besar? kenapa dia diam saja?"

Akhirnya mereka sama-sama menunggu untuk suatu kesalahpahaman yang tidak tau kapan akan berakhir.

1 menit, 2 menit, sampai 5 menit belum ada yang bersuara. Hanya pandangan mata mereka saja yang saling bertemu dengan mulut terkunci.

"apa kamu sudah selesai?" akhirnya Lili kalah dalam hal diam-diaman itu.

"sudah, Bu! apa Ibu sudah bisa memaafkanku?" Arthur melihat wajah Lili dengan senyum cerah yang bisa mengalahkan sinar matahari.

"Tidak!" Lili berbalik dan masuk ke dalam mobil membiarkan Arthur yang terkejut dengan jawabannya.

"Apa? tunggu!" Arthur mengetuk-ngetuk kaca mobil Lili agar wanita itu mau memaafkannya.

Tetapi sayang sekali, Lili merasa tidak peduli dan sudah kebal dengan tingkah laku Mahasiswa yang selalu berbuat seenak jidat mereka pada Dosen.

Zia yang sejak tadi diam merasa penasaran dengan apa yang terjadi, apalagi saat melihat Arthur mengetuk-ngetuk kaca mobil Ibunya sembari meminta untuk dimaafkan.

"sial! bisa gawat aku kalau sampai tidak dapat nila!" Arthur meremmas rambutnya dengan geram, jatah keuangan yang diberi oleh otangtuanya bisa raib karna dia tidak mendapat nilai.

"Papa!"

Arthur terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang menarik celananya, dia lalu melihat ke arah bawah dan tampaklah Zia yang sudah berdiri dihadapannya.

"Zia?"

"Papa mau masuk? kenapa enggak dari sana?" Zia menunjuk kearah pintu mobil yang tadi dia masuki, dia berpikir kalau Arthur ingin masuk ke dalam mobil.

Lili yang tidak sadar kalau Zia sudah tidak ada di sampingnya bersiap untuk melajukan mobilnya.

Tetapi, saat dia baru menyakan mobil. Tiba-tiba Arthur berjalan ke depan mobilnya sembari menggendong sang putri.

"Loh, itukan Zia!" Lili melihat kearah samping dan tidak mendapati putrinya duduk di dalam mobil.

"Dasar laki-laki itu!" Dengan kesal Lili kembali mematikan mobilnya dan keluar menemui Arthur.

"Zia! kenapa kau ada diluar?" tanya Lili dengan suara tertahan, dia tidak mau bersuara keras dihadapan putrinya.

Zia turun dari gendongan Arthur dan berjalan mendekati sang Ibu. "Cia mau bukain pintu untuk Papa, tapi kata Papa enggak mau!"

Lili beralih menggendong putrinya, dia menatap tajam kearah Arthur yang juga sedang melihatnya dengan tersenyum.

"awas, kamu yah!" geram Lili, dia lalu berbalik dan hendak kembali ke dalam mobil.

"wah wah wah, coba lihat siapa ini?"

Tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang berjalan mendekati mereka dengan menggandeng seorang pria.

Lili mengalihkan pandangannya kearah samping untuk melihat siapa yang baru saja berbicara dengannya.

"di, dia?"

Tbc.

Terima kasih buat yang udah baca 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!