Suasana dingin saat subuh membuat orang orang enggan untuk bangun dan memilih untuk kembali menarik selimut dan melanjutkan tidurnya.
Tapi berbeda dengan rumah yaang ada di seberang jalan sana.
Dinginnya subuh menjadi hangat dengan lantunan ayat suci Al-Quran.
Rumah itu adalah rumah pak Ahmad Syarif.
Dia tinggal berdua bersama putri semata wayangnya, Bintang Syarifah.
Setiap hari selepas sholat suara merdu mereka saat mengaji membuat damai siapapun yang mendengarnya.
Itu rutin pak Ahmad lakukan demi menjaga hafalan Alquran putri nya.
Hari ini jam 7 pagi pak Ahmad bersiap untuk pergi mengajar, dia adalah seorang dosen di salah satu kampus terkenal di kota itu.
Bintang yang kini usianya sudah menginjak 20 tahun menyiapkan sarapan di dapur.
"Abah, sarapan dulu yuk" panggil Bintang dari depan pintu kamar
"Iya sebentar lagi nak"
Bintang menunggu di meja makan sambil mengoleskan selai coklat pada rotinya.
Tak lama pak Ahmad datang dengan pakaiannya yang sudah rapi.
"Kamu hari ini ga kuliah?" Tanya pak Ahmad karena melihat putrinya masih menggunakan pakaian rumah.
"Bintang hari ini kuliah siang, jadi sekarang nyantai"
"Oh gitu"
"Oh iya bah, Bintang kayaknya nanti pulangnya telat deh, soalnya akan ada bazar gitu di kampus. Ga papa kan bah?"
"Ga papa, nanti kalo udah pulang telfon abah buar abah jemput"
"Ga usah bah, Bintang naik ojek aja. Nanti kalo abah jemput Bintang, bagaimana dengan anak-anak"
Bintang menolak di jemput karena selepas maghrib pak Ahmad mengajar ngaji di masjid.
"Ya sudah terserah kamu aja"
Selesai sarapan pak Ahmad pun pergi mengajar dengan menggunakan sepeda motornya.
Bintang terlahir dari keluarga yang sederhana.
Sejak kecil ia hanya hidup berdua dengan abahnya karena umi nya meninggal sesaat setelah melahirkan dirinya.
Sebab karena itu pak Ahmad memberinya nama Bintang, karena kehadirannya bagaikan sinar terang Bintang di gelapnya langit malam.
Setelah tamat sekolah dasar, Bintang di masukkan ke pondok pesantren untuk melanjutkan sekolah dan juga belajar lebih dalam tentang agama.
2 tahun Bintang di pesantren sudah bisa memberikan mahkota pada abahnya.
Bintang berhasil menjadi hafizah di usianya yang masih 14 tahun.
Bintang adalah anak yang cantik dan cerdas.
Ia selalu aktif mengikuti berbagai kegiatan ektra kurikuler, baik itu acara sekolah maupun acara pondok.
Barulah setelah tamat SMA Bintang keluar dari pondok dan melanjutkan pendidikan nya di bangku kuliah.
Karena kecerdasannya Bintang kuliah tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun karena Ia mendapatkan beasiswa.
Selain itu Bintang juga mempunyai hobi menulis, dan dari hobinya itu ia bisa menhasilkan uang.
Hingga saat ini sudah banyak buku yang Bintang cetak, di antaranya ada buku Kumpulan Doa Harian, Cerita tentang 25 Nabi, Hidup Mengikuti Sunah Nabi dan masih banyak lagi.
Setiap ia mengikuti kegiatan bazar buku buku yang ia bawa pasti habis terjual.
Jam 10 siang Bintang mandi dan bersiap untuk pergi ke kampus.
Dengan menaiki ojek online yang sudah ia pesan tadi.
Sesampainya di kampus teman sahabatnya sudah menunggu.
"Hai Bin..." Sapa Tasya
"Hai Sya, hampir ajaaku telat. Dosen kita udah datang?" Tanya Bintang
"Belum, kayaknya ga datang deh. Soalnya tadi aku sempat dengar dari anak-anak yang lain katanya pak Firman sakit"
"Oh gitu, berarti kosong dong hari ini?"
"Yap, betul. Eh kita langsung ke tempat bazar yuk"
"Ya udah, ayuk"
Bintang dan Tasya pergi ke tempat bazar dan menyiapkan semuanya.
Tasya adalah pembaca berat, semua buku ia suka baca. Tak heran jika mereka berdua sahabatan karena yang satu suka menulis dan satunya lagi suka membaca.
Mereka berdua sama sama menyukai buku, dan tempat nongkrong favoritnya adalah di perpustakaan.
Semua mahasiswa yang ikut bazar kompak berisiap.
Tasya membatu Bintang menata buku-bukunya, tak hanya itu Bintang yang memang kreatif juga membuat banyak bros hijab.
Setelah sholat dhuhur Bintang menyempatkan dirinya untuk mengaji meski hanya beberapa ayat.
Karena itu sudah seperti kewajiban baginya.
Jam 2 siang waktunya untuk pembukaan bazar.
Semua mahasiswa berkumpul di lapangan untuk menyaksikan pembukaan acara.
Acara di buka dengan menyanyi bersama dan sambutan dari dosen dan ketua organisasi.
Setelah sambutan selesai semua stand bazar resmi di buka.
Stand Bintang dan Tasya banyak di datangi oleh ibu-ibu dan anaknya, karena kebanyakan buku yang di jual adalah untuk anak-anak.
Sedangkan ibu-ibu nya asyik memilih bros hijab.
Selain murah kualitas nya juga bagus, tak heran jika stand nya selalu ramai.
Bintang melihat jam tangannya dan kini sudah masuk waktu ashar.
"Sya, aku sholat ashar dulu ya. Kamu ga papa kan jaga stand sendirian?" Ucap Bintang
"Ga papa, pergilah. Tapi ingat jangan lama-lama ya"
"Oke"
Segera Bintang pergi ke musholla dan langsung sholat.
Di sana hanya ada beberapa orang, karena semuanya berkumpul di lapangan.
Setelah sholat saat Bintang hendak kembali ke lapangan, ia melihat ada dompet berwarna coklat di depannya.
Bintang melihat sekeliling namun tak ada siapapun.
Bintang mengambil dompet itu dan melihat apakah ada kartu pengenal.
Di dalamnya ada KTP atas nama Dimas Pratama.
"Melihat angka kelahirannya sepertinya bukan mahasiswa, aku harus mencari kemana pemiliknya ini?" Batin Bintang.
Bintang segera kembali ke stand nya dengan buru-buru.
"Maaf Sya, aku sedikit lama" ucap Bintang
"Ga lama kok. Eh, itu dompet baru ya beli di mana" tanya Tasya melihat dompet bagus di tangan sahabatnya itu
"Ini, ini bukan punya ku"
"Terus punya siapa?"
"Aku ga tau, aku nemuin ini di depan musholla tadi. Oh ya kamu tau ini siapa" tanya Bintang memperlihatkan KTP nya
"Wah ternyata pemiliknya ganteng ya"
"Kok malah bahas ganteng nya sih, kamu kenal ga?"
"Hehe... Ngak. Tapi kalo lihat umurnya kayak nya dia bikan mahasiswa deh, apa mungkin dia dosen?"
"Tasya Tasya, aku nanya kamu malah balik nanya, sekarang gimana caranya aku balikin dompet ini?"
"Ye elah Bin, tunggu aja di sini. Nanti kalo ada yang nanya ya tinggal di kasih. Emang apa sih isinya?"
"Aku ga tau Sya, aku cuma lihat KTP nya aja"
"Ya udah, kamu simpen aja dulu. Nanti pasti akan ada yang nyariin"
Acara bazar akan berakhir jam 9 malam.
Kini satu persatu orang mulai pergi dan stand bazar perlahan mulai sepi.
Bintang dan Tasya mulai beberes, hanya tersisa beberapa buku dan bros hijabnya semuanya ludes terjual.
"Bin, kamu pulang di jemput sama abah?" Tanya Tasya
"Ngak Sya, aku pesen ojek online aja"
"Ojol? Pulang bareng aku aja. Aku bawa mobil sendiri kok"
"Emang ga papa?"
"Ya bayar dong, emang ada yang gratis di dunia ini"
"Beneran bayar?" Tanya Bintang
"Hahaha Bin... Bin. Aku bercanda kok, ayo bawa barang barang mu ke mobil"
Dengan perasaan lega Bintang kembali tersenyum dan membawa barangnya ke mobil Tasya.
☀️☀️☀️☀️☀️
Saat Bintang hendak masuk ke mobil ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.
"Bintang, tunggu..." Panggil Fahmi teman sekelas nya
"Fahmi, ada apa?"
"Kamu ada nemuin dompet ga di sekitaran musholla?"
"Dompet, warna apa?"
"Dompet warna hitam"
"Iya, aku memang menemukan dompet di depan musholla. Memang nya di mana pemilik nya?"
"Dia ada di depan perpus"
"Fahmi, kok lo tau kalo dompetnya Bintang yang nemuin?" Tanya Tasya keluar dari mobil
"Gue ga tau, gue kan nanya. Ya kebetulan aja gue nanya sama orang yang tepat. Eh ayo Bin, orangnya udah nungguin dari tadi"
Bintang dan Tasya ikut ke kantin bersama Fahmi.
Di sana berdiri seorang yang tinggi dan tegap dengan setelan jas.
Dari penampilannya saja sudah bisa di lihat, selain tampan dan berkarisma pria itu sudah pasti sangat mapan.
"Pak Dimas, ini yang menemukan dompet bapak" ucap Fahmi menunjuk Bintang
"Bin, ternyata aslinya lebih tampan dari foto KTP nya..." Bisik Tasya
"Tasya..."
Pria itu menatap Bintang
"Benar kamu yang menemukan dompet saya?" Tanya Dimas dengan suaranya yang tegas
"Iya benar. Tapi mohon maaf sebelumnya, bisa bapak sebutkan ciri-ciri dompet bapak?" Kata Bintang
"Bin, dia pak Dimas. Kamu masih meragukan dia pemiliknya?" Tanya Fahmi
"Maaf, bukan maksud saya meragukan. Tapi saya hanya ingin memastikan bahwa anda memang benar pemilik yang sebenarnya" Bintang menegaskan maksud perkataan nya barusan
"Ya, saya mengerti. Dompet saya warna hitam, di dalam nya ada KTP, 4 kartu ATM dan uang cash 2 juta. Juga ada 2 lembar cek yang sudah saya tanda tangani" jelas Dimas
Bintang membuka tas nya dan mengambil dompet Dimas lalu menyerahkannya.
"Maaf jika permintaan saya membuat anda tersinggung. Saya hanya melihat KTP anda saja tanpa melihat isi yang lainnya. Mohon di cek dulu takutnya ada yang kurang"
"Memangnya kalau ada yang kurang kamu mau ganti?" Tanya Dimas
Dengan santai Bintang menjawab
"Bagaimana mungkin saya harus mengganti barang anda yang saya sendiri tidak pernah melihat isi di dalamnya"
"Ya siapa tau, mungkin saja"
"Maaf pak, kalau bapak tidak mau berterima kasih pada teman saya setidaknya jangan menuduh" Tasya menyela karena tidak terima
"Saya tidak menuduh, hanya saja-"
"Hanya saja apa? Masih untung dompet anda di temukan sama Bintang, kalo saya yang nemuin udah ku buang tuh dompet"
"Tasya, sudah..." Ucap Bintang
"Ayo Bin, kita pergi dari sini" Tasya menarik tangan Bintang mengajaknya pergi
"Tunggu..." Cegah Dimas
Bintang menghentikan langkah kakinya
"Kenapa berhenti Bin, ayo" ajak Tasya
Dimas melangkah mendekati Bintang dan mengeluarkan kertas dari dompetnya.
"Ini ada cek buat kamu sebagai tanda terima kasih ku"
"Tidak perlu pak Dimas. Berikan saja pada yang lebih membutuhkan. Permisi, assalamualaikum..."
Bintang dan Tasya pergi dan Dimas masih terus memandangi nya "Wa'alaikum salam" jawab Dimas pelan
Fahmi mengintip jumlah uang yang tertulis di atas cek itu, dan ternyata sebesar 5 juta.
"Ee... Pak, Bintang kan tidak mau, bagaimana kalau itu di berikan saja pada saya" pinta Fahmi
"Untuk apa saya berikan ini pada mu"
"Ya itung itung sedekah pak"
"Kamu tau siapa nama lengkap dia?" Tanya Dimas pada Fahmi
"Yang mana pak, yang berhijab apa yang ngak. Kalo yang berhijab itu namanya Bintang Syarifah dan yang satunya lagi Tasya Alexa. Mereka berdua semester akhir di fakultas ekonomi"
Dimas tersenyum lalu pergi meninggalkan Fahmi
"Loh pak, bagaimana dengan saya?" Panggil Fahmi
Dimas hanya melambaikan tangannya dan terus melangkah pergi.
"Huu dasar orang kaya pelit. Sama cewek aja sok baik, giliran sesama cowok pelit" gerutu Fahmi
*****
Di dalam mobil Tasya masih kesal sama Dimas, dan sepanjang perjalanan ia hanya diam.
Bintang menyadari itu dan mencoba mencairkan suasana hatinya.
"Sya, kamu masih kesal?"
"Iyalah Bin, gimana enggak. Mentang mentang dia kaya terus ga bisa bilang terima kasih"
"Kok kamu sampe semarah ini sih, ga baik loh suka marah marah nanti cepet ubanan loh" goda Bintang
"Aduh Bintang, jangan samakan aku sama kamu ya. Aku ga bisa tuh sesabar kamu"
"Ga boleh gitu ih, nanti glowing nya ilang loh terus mukanya kusam, hiii"
"Bintang..."
"Hahaha... Udah lah ga usah di pikirin lagi, its oke, iam oke. Oh ya sampe di rumah nanti kamu mau aku buatkan seblak gak?"
"Seblak? Ya jangan di tanya lah Bin, pasti mau dong"
Seketika wajah kesal Tasya menjadi ceria
"Nah gitu dong, kalo senyum kan jadi tambah cantik"
"Iya iya umi Bintang Syarifah yang baik, maaf ya kalo dari tadi sohib mu ini selalu kesal"
Mereka pun tertawa bersama.
Persahabatan mereka memang sangat dekat, mereka kenal saat pertama kali masuk kuliah.
Meski berbeda agama, Bintang seorang muslim dan Tasya seorang kristiani tak membuat persahabatan mereka goyah.
Tingginya rasa toleransi membuat keduanya semakin saling menyayangi.
Tasya bahkan sangat suka ketika mendengar suara Bintang saat mengaji.
Tak lama, mereka pun sampai di rumah Bintang.
Abah rupanya sudah menunggu Bintang di teras depan rumah sambil memutar tasbih di tangannya.
"Assalamualaikum Abah..." Ucap Bintang
"Wa'alaikum salam, sudah pulang. Sama siapa?"
"Assalamualaikum abah" ucap Tasya yang baru turun dari mobil
"Wa'alaikum salam, nak Tasya"
Abah lalu menyuruh mereka masuk.
"Abah ke kamar dulu ya ada yang harus abah kerjakan"
"Iya bah" jawab Bintang
Setelah selesai membawa masuk barang-barang nya, Bintang pergi ke dapur untuk membuatkan Tasya minuman.
"Bin, kamu mau kemana?"
"Tunggu bentar aku mau buatin kamu minum"
"Eh ga usah Bin, aku mau langsung balik aja"
"Loh kok buru-buru Sya, katanya mau aku bikinin seblak?"
"Lain kali aja ya Bin, ini aku dapet chat dari mami aku di suruh cepet pulang"
"Yah, ya udah deh ga papa. Makasih ya udah anterin aku pulang, hati-hati di jalan ya Sya"
"Oke, salam buat abah ya. Assalamualaikum"
"Wa'alaikum salam" Bintang mengantar Tasya hingga teras depan rumah dan menunggu mobilnya pergi hingga tak terlihat lagi.
Tanpa Bintang sadari ada yang memandanginya dari seberang jalan.
Dia adalah Dimas, diam-diam Dimas membuntuti mobil Tasya sedari tadi.
Setelah Bintang masuk ke rumah Dimas pun pergi.
Dimas sengaja membuntuti hanya karena ingin tau di manakah rumah Bintang.
Karena pertemuan nya yang tak sengaja dengan Bintang membuat hatinya bergetar merasakan hal yang belum pernah ia rasakan.
Kecantikan dan kebaikan pribadi Bintang mampu membuat Dimas langsung jatuh cinta dalam pandangan pertamanya.
Dimas menelfon seseorang dan memintanya untuk mencari tau lebih dalam tentang Bintang.
"Segera cari tau tentang dia, dan begitu datanya sudah lengkap segera kirim ke email saya" titah Dimas pada orang di telfonnya.
☀️☀️☀️☀️☀️
Keesokan harinya seperti biasa, abah pergi mengajar di kampus.
Pagi pagi Bintang sudah rapi dengan gamisnya karena hari ini dia kuliah pagi.
"Bintang bareng sama abah aja ya berangkat nya, dari pada pesan ojol" kata abah
"Tapi Bintang kasian sama abah, arah ampus kita kan beda. Nanti abah malah telat lagi"
"Abah masuk kelasnya jam 9.20, sengaja berangkat pagi karena abah masih mau ketemu sama temen abah. Kebetulan rumah temen abah agak deket sama kampus kamu"
"Oh ya udah tunggu bentar abah, Bintang mau ambil helm dulu di kamar"
Abah menyalakan motornya sambil menunggu putrinya.
Setelah mengunci pintu mereka pun berangkat.
"Abah nanti pulangnya jam berapa?"
Tanya Bintang
"Paling sekitar jam 3, habis sholat ashar abah pulang. Kamu sendiri pulang jam berapa"
"Harusnya sih Bintang pulang jam 3 sore juga, tapi kayaknya Bintang pulang nya telat bah, soalnya Bintang masih mau nyari buku buat inspirasi skripsi"
"Udah mau nulis skripsi?"
"Hehehe iya bah, sebentar lagi in sya Allah putri abah akan segera memakai toga"
"Aamiin... Mudah mudahan di beri kelancaran ya. Selain menjadikan mu seorang hafizah, mendapatkan gelar sarjana juga adalah salah satu keinginan umi mu. Dia pasti sangat bahagia dan bangga sama kamu nak"
Mendengar itu Bintang jadi sedih dan matanya mulai berkaca-kaca.
Ia segera menyeka nya takut abah melihatnya menangis dari kaca spion.
"Aamiin... Ini juga semua berkat abah, meski abah membesarkan Bintang sendirian tapi abah berhasil menjadi abah sekaligus umi bagi Bintang"
Sepanjang perjalan Bintang dan abah asyik mengobrol, dan tanpa terasa kini sudah sampai di kampus Bintang.
Turun dari motornya, Bintang langsung bersalaman
"Abah hati-hati ya, Bintang masuk dulu. Assalamualaikum..."
"Wa'alaikum salam..."
Bintang masuk ke kampus sambil menenteng helm di tangannya.
Biasanya Tasya kalau datang lebih dulu dia akan menunggunya di taman depan kampus.
Karena sekarang tidak ada, Bintang mengira bahwa Tasya belum tiba.
Ia menunggunya di taman sambil memainkan hp nya.
TING...
Bunyi notifikasi pesan masuk di hp Bintang.
Pesan chat dari Tasya, katanya hari ini ga kuliah karena papi nya sakit dan ada di rumah sakit.
Bintang langsung menelfon Tasya
"Halo Sya, assalamualaikum...." Ucap Bintang begitu telfonnya tersambung
"Wa'alaikum salam, Bin. Aku hari ini ga ngampus soalnya papi sakit, kasian mami kalo jagain papi sendirian" saut Tasya dari seberang telfon
"Ya Allah, papi kamu sakit apa Sya?"
"Papi kan punya darah tinggi, semalam papi pingsan dan langsung di bawa ke rumah sakit sama mami"
"Pantesan semalam kamu buru-buru pulang, sekarang gimana keadaan papi kamu?"
"Puji Tuhan papi sekarang sudh lebih baik. Kalo ga besok, lusa sudah boleh pulang kok kata dokter"
"Alhamdulillah, insya nanti aku ke sana ya"
"Katanya hari ini kamu mau nyari buku?"
"Iya habis nyari buku langsung ke rumah sakit"
"Ya udah, nanti kalo kamu udah mau ke sini kabarin aku ya"
"Pasti, assalamualaikum.."
"Wa'alaikum salam"
Telfon berakhir dan Bintang pergi masuk ke kelas karena sebentar lagi kelas akan di mulai.
*****
Di rumah Dimas
Pagi ini semua anggota kelurga sarapan bersama.
Pak Hendra duduk di kursi utama dan bu Ririn di sampingnya.
Dimas dan adik Hani di kursi sebelahnya lagi.
"Bagaimana dengan kantor hari ini?" Tanya pak Hendra pada Dimas
"Ya begitu lah pa" jawab Dimas santai sambil menikmati roti bakarnya
"Oh ya papa dengar hari ini kamu ada meeting dengan klien baru, siapa?"
"Oh itu pa klien dari Jerman, aku berhasil memenangkan proyek ini. Dengan ini perusahaan kita akan semakin maju dan kita bisa dapat keuntungan besar"
"Wah, papa salut sama kamu" ucap pak Hendra sambil menepuk pundak Dimas
"Selamat ya sayang, kamu tekah membuat kami bangga" sambung bu Ririn
"Ya ya ya, cuma kakak yang bikin mama papa bangga. Sedangkan aku mah apa" celetuk Hani
"Makanya kamu kuliah yang bener biar bisa bikin papa mama bangga" saut Dimas
"Halah, mama sama papa emang menganak emas kan kakak" muka Hani cemberut dan menyobek rotinya dengan kesal
"Kok gitu sih, ya ngak dong sayang. Papa sama mama juga bangga sama kamu, meskipun masih kuliah prestasi kamu ga kalah sama kakak kamu"
Ujar bu Ririn
"Iya bener kata mama, masih kuliah aja kamu udah bisa punya penghasilan sendiri. Papa sangat bangga sama kamu" sambung pak Hendra
"Tuh dengerin, cuma 1 yang ga pernah berubah dari dulu. Tukang ngambek" ejek Dimas
"Kakak.... Ih. Papa sama mama lihat tuh, kakak ngecengin aku terus"
Dimas tertawa karena Hani semakin cemberut.
"Dimas...." Bu Ririn memintanya untuk diam agar Hani tidak semakin ngambek
"Iya iya, udah ah aku mau berangkat. Papa mau bareng apa ngak" Dimas mengelap bibir yang basah karena hanis meminum susu
"Kamu berangkat duluan aja, papa masih mau mampir ke kantor temen papa" jawab pak Hendra
"Ya udah, aku pamit pa ma. Kamu mau ikut kakak ngak?" Tanya Dimas pada Hani
"Ga mau, aku mau di anter sam supir aja" saut Hani ketus
"Ya sudah, aku berangkat"
Tak lupa sebelum berangkat Dimas mencium kepala Hani lalu mengunyel rambutnya, baru saja Hani tersenyum kini Hani kembali merajuk karena nya.
Pak Hendra dan bu Ririn hanya bisa tertawa melihat kedua anaknya.
Hani adalah gadis yang cantik dan juga cerdas, di usianya yang masih 19 tahun ia sudah mempunyai penghasilan sendiri.
Hani adalah selebgram dengan followers mencapai 4,3 jt.
Tak heran jika ia banyak mendapat endors an dengan harga yang lumayan tinggi.
Keluarga Pratama adalah keluarga kaya, tak heran jika bu Ririn menjadi ketua sosialita di grupnya.
*****
Jam 2 siang Bintang sudah tidak ada kelas lagi.
Ia langsung pergi ke toko buku untuk mencari buku yang ia perlukan.
Barulah dari sana Bintang langsung pergi ke rumah sakit, namun sebelum itu Bintang lebih dulu membeli buah untuk buah tangannya.
Setelah sampai di rumah sakit Bintang langsung menelfon Tasya.
"Assalamualaikum Sya, ini aku udah di ada di lobby rumah sakit"
"Wa'alaikum salam, oh tunggu bentar ya. Kamu duduk aja di sana aku mau turun dulu"
"Iya, jangan lama-lama ya"
"Iya iya" Tasya lalu mematikan telfonnya dan segera turun ke lantai bawah.
"Mau kemana Sya?" Tanya mamanya
"Ini ma, temen Tasya ada di bawah. Katanya mau besuk papa"
"Siapa, Bintang?"
"Siapa lagi ma, udah ya takut Bintang nunggunya kelamaan"
Tak lama Tasya pun sampai di lobby, ia mencari di manakah Bintang.
Ternyata Bintang menunggunya dengan duduk di kursi dekat pintu.
Segera Tasya menghampirinya.
☀️☀️☀️☀️☀️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!