NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Aluna

#Aluna

Kakiku melangkah tak tentu arah, ketika bayangan masa lalu mencoba menjatuhkan aku ke dalam lubang penuh penyesalan. Menjadi mati saat tahu kalau dia benar-benar mencintai aku dengan tulus. Membuat aku seolah mati daya saat harus menelan pahitnya kenyataan, kalau aku sudah pernah mengacuhkan orang sebaik dia.

Dalam diam aku coba untuk terus merayap. Mencoba mencari jejak-jejak langkah kaki sang pujaan yang mungkin masih bisa melihatku, atau mungkin..

Sudah bahagia dengan orang lain.

Arkh!!! Ingin sekali aku mengulang waktu itu kembali, menjadikan masa SMA ku dengan dia penuh kenangan indah, sayangnya, aku terlalu angkuh..

Hingga penyesalan itu kini malah datang..

Membuat aku tidak bisa mengelak, kalau aku..

Sungguh merindukan kamu..

Gio!!

...****************...

Tiga tahun yang lalu..

POV Aluna..

Hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah yang sangat.. iya.. sangat besar. Isinya sudah pasti bisa kalian tebak. Gerumulan anak orang kaya, dengan gaya dan kecerdasan otak yang tidak bisa di bandingkan dengan sekolah manapun.

Awalnya aku hanya bersekolah di SMA yang berada di pinggiran kota kecil, tempat kelahiran juga tempat tinggalku. Sebut saja namanya kota X.

Apakah kalian bertanya-tanya mengapa aku masuk ke dalam sekolah ini??

Baik!!

Akan aku jawab!!

Aku lahir dari orang tua yang tidak mampu, atau lebih tepatnya, kami memang dari keluarga susah. Untuk biaya sekolah di sekolah lama juga kebingungan, apa lagi di sekolah ini.

Tapi aku benar-benar gadis yang sangat bodoh!! Aku tidak punya otak yang cerdas seperti kawan yang lain. Aku datang ke sini hanya berbekal pada keberanian. Tentu saja keberanian menghadapi dunia yang berbanding terbalik dengan kehidupan lamaku di seberang.

Orang tuaku jungkir balik mencoba membawaku ke tempat seperti ini, berharap bisa membuat aku jadi lebih baik.

Aku sangat berhutang budi pada mereka.

Brakk!?

"Arkh!!"

Aku tersungkur tatkala seseorang menabrak tubuhku dan membuat aku terjatuh dalam kubangan air.

Brakh...

Semua orang di depan sekolah elit itu memandangku dengan penuh ledekan. Seolah tahu betapa tidak berharganya aku di antara mereka. Kejam sekali.

Tapi uluran tangan itu mendadak menyambutku. Seorang pemuda tampan yang berkulit lembut, mungkin seperti orang China. Iya, hanya itu tebakanku saat pertama kali bertemu.

Aku memilih mengacuhkannya, dan berdiri menggunakan kekuatanku sendiri. Wajah itu begitu tampan, hingga aku tidak mampu menatap dia begitu lama. Aku mengalihkan kecanggungan ini dengan berlari sejauh mungkin.

Aku tahu dia pemuda yang tadi menabrakku dan membuat aku jatuh. Mungkin dia mengulurkan tanganku karena merasa bersalah. Tapi entahlah, dia membuat aku jadi wanita bodoh untuk yang ke sekian kalinya.

"Hallo, namaku Caca, aku, juga sama seperti kamu, berasal dari keluarga yang kekurangan, jadi jangan sungkan padaku, ya.."

Dia adalah teman pertamaku di SMA elit ini. Aku tidak perlu canggung dengan gadis berkacamata yang satu ini. Bagi orang seperti aku dan dia, mungkin lebih baik diam dan jangan berulah pada mereka, adalah jalan yang terbaik.

"Aku Aluna, salam kenal.."

Dengan senang hati aku menyalami gadis itu. Dan sejak saat itu, mungkin hanya Caca yang berhasil menjadi sahabat terbaikku dalam kehidupanku selanjutnya.

"Awas minggir.." ( bisiknya dengan lirih ).

"Kenapa?"

"Ada anak orang kaya mau lewat, semua orang di sini selalu memberi mereka jalan setiap mereka lewat. Jika tidak, siap-siap saja untuk di bully sampai hari kelulusan. Kau kan tahu kita masih butuh dua tahun lagi untuk tinggal di sini."

Aku menoleh, menatapi siapa saja yang di maksud Caca itu.

Dan..

Ternyata..

Pemuda itu!!

"Ca, apa mereka semua berasal dari keluarga kaya??"

"Iya, dan yang paling terkenal di sini adalah.. dia.." ( menunjuk pada seorang pemuda ).

Aku mengikuti arah telunjuk Caca, dan berhenti pada pandangan seseorang. Dia masih berjalan tidak melihatku dan juga Caca.

"Dia??"

"Iya, namanya Gio, seluruh manusia di kota ini tahu kalau dia berasal dari keluarga yang sangat kaya, jadi jangan pernah macam-macam dengan dia saat bersekolah di sini, apa lagi, dia punya kawan khusus yang siap membully siapapun yang berani melawan."

"A??"

"Dua orang di depan, yang berambut pirang itu, namanya James, dan yang di sisi kiri, namanya Harves, lagi, yang di belakang, namanya Chris, dan terakhir, yang berkulit agak ketimuran itu, namanya Julian."

"Nama yang sangat aneh. Apa mereka bisa di sebut penguasa di sekolah ini??"

"Memangnya apa lagi selain sebutan itu?? Mereka sangat berkuasa di sini, jadi jangan main-main dengan mereka."

Berkali-kali Caca mencoba mengingatkan aku tentang mereka semua, tapi mengapa aku sama sekali tidak takut ??

"Oh iya, jangan lupakan juga, gadis yang terakhir itu.."

Aku melongok sedikit, ingin tahu siapa yang di maksud oleh Caca.

"Namanya Ankalisa, ratu di sekolah ini."

Selain punya pangeran, mereka juga punya ratu?? Apa mungkin dua orang itu, adalah sepasang kekasih?

Kenapa jadi bingung sendiri..

" Ooh, begitu, ya, sayangnya, aku merasa kedudukan kita semua di sini adalah sama, sama-sama pelajar, mana bisa di banding-bandingkan. "

"Jangan berkata macam-macam.."

"Baiklah.."

Aku menundukkan kepalaku, dan mencoba untuk berpaling tatkala rombongan para orang kaya itu melewati kami.

Tapi..

Sesuatu malah terjadi di sana..

Tak!?

Langkah kaki itu berhenti tepat di depanku, dan entah kenapa, saat aku mendongak, aku melihat wajah putih bersih dengan mata yang khas tengah menatapku tanpa sungkan.

Dadaku bergemuruh. Seluruh gejolak dalam diriku mendadak meluap bagai tersihir oleh wajah yang tampan dan berhasil membuat nyaliku di sini menjadi ciut.

Caca menarik lengan bajuku beberapa kali, mungkin memberi aku kode untuk menunduk dan jangan menatapi dia.. Tapi.. mataku tidak bisa sinkron, aku memutuskan untuk terus, menatapi wajah itu, tanpa mengenal adanya perbatasan di antara kami.

"Aku mau bilang minta maaf, tapi kamu sudah pergi duluan.."

"A?? Apa??"

"Kalau begitu, maaf..." ( tersenyum ).

Dia meminta maaf padaku?? Untuk soal di luar sekolah tadi??

Huhh!!

Mungkin wajahku sudah sangat merah akibat tatapan dia..

"Hey, jangan terlalu lama, kita akan segera kedatangan murid baru, katanya si perempuan, kita lihat saja, wajahnya cantik atau tidak, kalau cantik, mungkin bisa aku pacari selama sebulan.. Hahahaa..."

Mereka bergerak melarak kerah kemeja laki-laki itu, dan memaksanya untuk menjauh dari pandanganku. Iya, ini adalah awal perjumpaan kami.

Tapi beberapa saat kemudian, tatapan sinis dari sang ratu sekolah, Ankalisa berhasil membuat nyaliku semakin menyempit. Dia menatapku seolah benci sekali dengan tingkah laku lelaki itu padaku. Tahukah kalian bagaimana rasanya tatapan itu??

Mungkin rasanya seperti sedang di hadapkan peluru yang akan bergerak menembus jantung kita, sampai mati!!

Sejak saat itu, aku menjadi bagian dari SMA elit dengan seorang laki-laki, yang aku sendiri tidak pernah tahu, kalau dia.. akan menjadi masa depanku..

#Gio

POV

Gio!!

Sudah tahu namaku kan?? Gio, anak pengusaha terkaya di kota tempat tinggalku. Jadi, aku tidak perlu lagi memperkenalkan diri terlalu banyak di sini. Mungkin di bab sebelumnya, Caca sudah banyak mendeskripsikan tentang siapa dan bagaimana kedudukan aku di sekolah elit itu. Tapi, ada baiknya kalau aku yang menyapa kalian sendiri.

Hari itu adalah hari yang, entah bagaimana aku bisa mendeskripsikannya. Hari yang sungguh tidak bisa aku bayangkan sebelumnya. Dimana aku, untuk pertama kalinya, jatuh cinta pada seorang gadis, yang lucunya lagi, dia bahkan mungkin sangat membenciku. Tapi aku suka tantangan semacam itu.

Iya... aku tidak pernah mengejar anak gadis. Itu lucu!! Apa kalian tidak percaya?? Maklum saja, mungkin dalam otak kalian hanya mengarah pada pria tampan yang kaya, mana mungkin tidak pernah mendekati seorang gadis. Tapi aku memang tidak pernah melakukan hal itu selama ini.

Ankalisa.. Jika ada yang bertanya apa hubungan aku dengan gadis itu, mungkin aku bisa menjawab dengan sedikit rumit.

Aku bertunangan dengan gadis itu sejak kami kecil. Orang tua kami yang menjodohkan kami berdua. Tapi aku tidak pernah melihat hal menarik dari gadis itu. Aku bahkan, ingin sekali menjauh dari gadis yang selalu berhasil membuat aku muak tersebut.

"Sial!! Aku tangkap kau!!"

Teriakan itu terdengar begitu keras dari arah kananku. Dua pelajar sedang saling mengejar dan tidak sengaja mendekat ke arahku saat aku sedang berjalan seimbang. Dan akhirnya..

Brakk!!

"Arkh!!"

Aku tidak sengaja menabrak seorang gadis yang belum pernah aku temui sebelumnya. Gadis yang berwajah mungil bak anime di komik, atau mungkin, agak mirip dengan artis Korea kalau saja dia punya penampilan yang lebih rapi.

Dia terjatuh ke dalam kubangan air, akibat ulahku yang sebenarnya juga tidak sengaja. Dua orang itu menabrak tubuhku dan membuat aku berjalan tidak seimbang, dan karena itulah aku membuat gadis itu jadi bahan tertawaan oleh semua penghuni SMA.

Aku berinisiatif untuk menolong dan memberikan uluran tanganku padanya. Tapi dia hanya menatapku sekilas, dan entah kenapa dia langsung memalingkan wajahnya yang manis. Padahal, saat itu, aku hanya ingin minta maaf saja. Tapi dia lebih dulu menolakku..

Dia berlari menjauh dariku dan mungkin pergi untuk mengganti bajunya, atau mungkin menuju kelasnya, aku tidak tahu. Yang jelas, wajah itu terlihat sangat asing. Dan aku bisa memastikan kalau dia memang baru masuk ke sekolah ini.

"Hh.. apa aku terlihat sangat menakutkan??"

Sampai akhirnya, aku berjalan masuk dengan beberapa orang yang menjadi rombonganku. Ada James, Harves, Julian, dan Chris.

Gadis itu terlihat sedang menatapku dari kejauhan. Mungkin dia sedang bertanya-tanya pada Caca, siapa aku sebenarnya. Tapi aku hanya pura-pura tidak peduli. Dan setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya aku bisa menyapa gadis itu.

"Aku hanya mau bilang minta maaf, tapi kamu sudah pergi duluan.."

Tapi hanya kata itu yang bisa aku sampaikan padanya kala itu. Ke empat kawanku melarak kerah kemeja sekolahku dan memaksa tubuh ini untuk mengikuti mereka. Aku terpaksa harus menurut.

Dan sekarang....

"Selamat pagi semuanya.."

"Pagi pak.."

"Hari ini kita kedatangan murid baru di kelas kita, saya harap, kalian bisa berkawan dengan baik.. Ayo, silahkan masuk!!"

Aku yang lemas dan tidak ada gairah untuk memulai pelajaran, mendadak begitu bersemangat saat aku melihat wajah gadis itu yang masuk ke dalam ruang kelas kami.

Gadis yang sangat menarik..

"Hallo, namaku Aluna, salam kenal.."

Aluna..

Tentu saja aku akan mengingat nama itu dengan sangat baik. Dan suara yang lembut itu, seakan amat membius telingaku yang biasanya hanya di hiasi oleh teriakan keras dari para penghuni kelas.

"Oke, silahkan duduk, di sana.."

Guru bertubuh gemuk dan pendek itu menunjuk ke arahku, dan menyuruh dia untuk duduk bersebelahan denganku. Sontak saja, Ankalisa memandangku dengan ketidak sukanya.

Tapi aku tidak peduli. Alasan guru lah yang membuat aku bisa menolak kekesalan Ankalisa padaku.

Kembali lagi pada gadis bernama Aluna.

Dia berjalan dengan muka datar, dan tentu saja menuju arahku. Saat itu, aku hanya bisa memaku tak berdaya.

Bruk!

Terduduk.

Entah apa yang membuat aku begitu lemah saat berdekatan dengan gadis ini. Dia yang berpenampilan sederhana, bahkan sangat jauh berbeda dengan Ankalisa. Dan dia bahkan tidak menyemprot parfum apapun di tubuhnya. Tapi, dia punya hal menarik tersendiri.

"Namaku Gio.." ( mencoba menyalami dengan ramah ).

Dia terdiam di sebelahku, dan mematung untuk beberapa waktu.

"Halo?? Apa kamu dengar??"

"Aku dengar, namaku Aluna.."

Dia hanya mengucapkan nama, dan tanpa menyalami aku. Huhh!! Berasa hina sekali aku..

"Kamu pindahan dari sekolah mana??"

"Bukan urusan kamu.." ( tatapan sinis ).

Entah apa yang dia pikirkan tentang aku pada saat itu, hingga aku tidak bisa menebak mengapa dia begitu acuhnya pada pria tampan seperti aku. Apa mungkin.. karena Caca sudah berkata banyak padanya tentang keburukanku..

Awas saja!! Aku akan membuat kamu tidak lulus ulangan hari ini!!

"Aku bisa bantu kamu kalau kamu kesulitan dalam pelajaran, terutama matematika.."

"Aku tidak butuh." ( masih sangat dingin ).

Hingga jam pelajaran pertama usai, dia tetap saja diam dan tidak mau bicara sedikitpun padaku. Apa aku sangat buruk??

Tak tak tak tak..

Suara langkah kakiku yang bergerak diiringi beberapa kawanku seperti biasa. Kami bergerak menuju kantin sekolah, dan mengambil jatah makan siang kami di sana.

Brukk!!

Kami kembali terduduk di atas kursi, dan memulai santapan makan siang kami. Tapi, tatapan mataku, mendadak menemukan sebuah objek yang membuat hatiku tergerak.

Gadis itu.. Hanya memakan sepotong roti.

Kenapa??

Apa karena dia tidak punya uang?

"Gio, aku ambil dua daging, kamu mau satu??"

Bahkan tawaran Ankalisa yang tulus itu aku abaikan. Tentu saja dia pasti akan sangat marah.

Aku bergerak secepat kilat, meninggalkan meja makanku, dan memilih untuk duduk bersama gadis itu.

Brukk!!

"Hai.." ( senyumku sangat ramah ).

Dia hanya menoleh, lalu kembali dengan buku pelajaran dan sepotong roti di tangannya.

"Kenapa kamu tidak makan nasi?"

Dia menoleh dan menatap mataku dengan tajam.

"Meskipun aku hanya makan roti sekalipun, itu semua urusan aku, tidak ada hubungannya dengan kamu, jadi tolong berhenti mengganggu aku, aku tidak mau berurusan dengan laki-laki seperti kamu.."

Deg!?

Jantungku terasa nyeri. Mendengar penolakan yang sangat menusuk, hingga membuat nafasku terasa sesak di dalam dada.

Apalagi saat dia beralih tempat duduk. Menjauh dariku dan memilih untuk duduk di kursi yang lain, dan tentunya sangat jauh dariku. Sakit sekali!!

Aku tidak tahu apa salahku padanya, tapi mungkinkah, ke depannya kami bisa menjadi teman akrab??

#Makan Siang

Hari itu, adalah hari kedua Aluna masuk ke sekolah kami. Dia kembali duduk di sebelahku. Meskipun begitu, dia masih saja sangat dingin. Entah apa yang ada di matanya kala melihatku, mungkin aku selalu terlihat buruk bagi siapapun.

Kami sedang ulangan!!

Ini adalah saat-saat favoritku. Jujur saja, meskipun aku anak orang kaya, tapi aku tidak pernah meremehkan yang namanya pendidikan. Aku selalu berhasil mendapat nilai seratus di ulangan matematika. Bisa di bilang, aku jagonya kalau mata pelajaran itu.

Aku yang selalu menganggap semua soal ini mudah, tapi, gadis di sampingku ini, dia bahkan tidak bisa menjawab soal pertama sampai kira-kira menit yang ke sepuluh. Dan setelah itu pun, aku yakin dia hanya menjawab asal-asalan. Huhh!!

Aku pikir dia sangat pintar. Rupanya tidak lebih cerdas dariku..

Entah sengaja atau tidak, dia tiba-tiba menoleh ke arahku, yang sedang melihatnya secara diam-diam, dan mengawasi setiap jawaban yang dia coret dengan tinta di atas kertas.

Dengan cepat dia menutup kertas ulangannya, dan menjauhkannya dariku. Haha.. Lucu sekali!! Mungkin dia pikir, aku sedang berusaha untuk mencontek. Padahal aku sudah hampir menyelesaikan semuanya. Jagoan kelas buat apa nyontek.

Hingga akhirnya.

Tring!!

"Waktu sudah habis!! Kumpulkan kertasnya ke depan.."

Brukk!!

Gadis itu menjatuhkan jidatnya yang lebar ke muka meja. Aku sungguh tahu alasannya, pasti karena dia tidak selesai menjawab soal. Kasihan sekali.

Ankalisa beranjak dari duduknya dan mulai mengambil kertas-kertas hasil ulangan kami satu per satu, hingga akhirnya dia sampai di meja kami.

"Halo, Gio.. Aku tahu nilai kamu kali ini pasti sangat bagus, soal ini terlihat mudah bagiku, apa lagi kalau buat kamu.." ( tersenyum selebar yang dia bisa ).

"Hanya terlihat saja, belum tentu memang mudah.." ( jawabku dengan malas ).

Aku menyodorkan kertas ulanganku pada Ankalisa, yang kemudian di terima saja oleh gadis itu dengan ramah.

Nah!!

Sekarang giliran gadis itu. Aku ingin lihat ekspresi gadis itu saat memberikan kertas jawaban itu pada Ankalisa.

Sret!!

Hanya di terima saja oleh Ankalisa, dan setelah itu dia kemudian pergi. Tapi yang di sebelah, wajahnya, aku sudah bisa menebak, kalau dia benar-benar kesulitan dengan soal yang ada di kertas ulangan itu. Huh! Kasihan sekali.

Jam istirahat!!

Semua orang berjalan dengan santai ke luar dari kelas, dan meninggalkan kami satu per satu. Tapi gadis itu, entah apa yang sedang bergelut dalam otaknya, mendadak dia hanya diam dan menunduk saja di meja kelas. Apa dia sedang galau karena ulangan yang dia jawab dengan asal itu??

"Hai..." ( aku menyapa dengan sedikit takut ).

"Jangan ganggu aku!! Aku sedang tidak enak badan.."

"Kamu sakit??" ( tanyaku dengan polos ).

Dia membangunkan kepalanya, yang kemudian menatapku dengan layu.

"Kamu, kamu kenapa?? Kamu sakit, ya??"

Aku cemas saat melihat wajah yang mulanya sangat manis itu mendadak terlihat pucat pasi dan sangat lemah.

"Aku tidak apa-apa, jangan pedulikan aku.."

Tapi lagi!!

Sikapnya masih sebegitu dinginnya terhadapku. Apa salahku sebenarnya??

"Tidak!! Kau boleh marah padaku, tapi aku tidak mau membiarkan kamu seperti ini, jangan keras kepala lagi, kamu sudah sangat lemah, ada apa dengan kamu sebenarnya?"

Kruuuuukkkkk...

Aku terkejut dan melongo saat mendengar perutnya yang berbunyi bak musik disko yang di putar keras hingga memekakkan telinga. Hahaha.. lucunya kalau mengingat hal itu, aku ingin sekali tertawa sampai puas.

"Kamu lapar??"

Gadis itu terdiam dan membisu. Apa dia semiskin itu hingga uang jajan saja tidak punya?

"Kenapa tidak mau berkata apapun padaku? Tunggu sebentar, jangan pergi kemanapun, aku akan segera kembali.." ( beranjak dari kursi ).

"Eh? Mau kemana?? Aku tidak ..."

Dan setelah itu aku tidak ingat apa lagi yang dia bicarakan. Yang jelas, aku berlari sejauh beberapa meter demi membawa dua nampan berisi makanan untukku dan Aluna. Aku menjadi potret terjelas di kantin dan mendapat perhatian yang sangat banyak dari orang-orang di sana saat mereka melihatku membawa dua nampan berisi makanan ke dalam kelas.

Dan akhirnya, setelah melalui perjalanan yang amat panjang, aku bisa memberikan gadis itu makan siang. Aku tahu dia sangat lapar, seperti hal nya kemarin, saat dia hanya memakan satu potong roti saja untuk makan siang. Aku menjadi iba padanya.

"Ini, makanan untuk kamu.."

Dia menatap kedua mataku dengan sangat aneh. Sementara aku melihat, dia masih setia memegangi perutnya yang terus berbunyi.

"Jangan menatapku begitu, aku hanya tidak tahan duduk bersebelahan dengan perut yang nakal." ( senyumku yang sangat baik ).

Iya, aku pikir aku lebih ramah saat bersama dengan Aluna di bandingkan saat bicara dengan Ankalisa, atau empat kawanku lainnya. Tapi mengapa gadis ini begitu mengacuhkan aku?

"Aku tidak butuh uluran tangan orang lain!!" ( ucapnya begitu keras menohok ).

"Jika ada yang mengatakan padamu aku jahat, maka kamu boleh saja peduli, tapi jujur saja, aku sangat baik pada orang tertentu.." ( tersenyum lagi ).

Tersenyum saja terus, sampai pipiku terasa pegal.

"Aku tidak percaya pada kebaikan orang."

"Ini hanya makanan, bagaimana kamu bisa fokus, kalau perut kamu saja terus berbunyi seperti itu, makanlah.." ( pintaku memaksa ).

Dia memandangku agak lama..

"M? Makanlah, aku yang traktir.."

Aku mendorong nampan berisi makanan padanya..

Dan alangkah senangnya aku saat dia tiba-tiba menerima makanan dariku, lalu menyantapnya. Entah bahagia yang bagaimana sampai bisa sebahagia ini.

"Aku sebenarnya ingin menjadi temanmu, tapi kamu mungkin tidak mau.." ( kataku sambil mengunyah ).

Dia berhenti sejenak, lalu menatapku lagi untuk yang kesekian kalinya. Jantungku bergemuruh tidak mau berhenti berdegup.

"Aku tidak pernah punya teman selain Caca."

Itu adalah kalimat pertama gadis itu padaku yang terdengar sangat lembut.

"Dan sekarang, kamu punya dua teman.."

"Aku tidak yakin kamu mau berteman denganku apa tidak."

"Memangnya kenapa? Kamu sangat baik, dan juga tidak terlalu buruk, ya, setidaknya itu yang aku lihat."

"Tapi aku tidak seperti dugaan kamu, aku hanya gadis miskin yang masuk ke sekolah ini karena ayahku yang kerja banting tulang."

"Aku juga sama, aku adalah orang miskin, semua uang yang aku gunakan adalah milik keluargaku, apa yang bisa aku banggakan?"

Dia menatapku lagi, membuat aku merasa sangat canggung.

"Jangan dingin lagi, ya.. aku tidak suka duduk bersebelahan dengan gadis dingin di bangku kelasku, karena itulah aku selalu duduk sendirian."

"Aku minta maaf, sejak awal, aku tidak pernah berpikir anak orang kaya mau berteman denganku."

"Tapi sekarang aku mau.." ( tersenyum ).

"Kamu yang memaksa.."

Aku terkekeh saat dia dengan beragam alasan menolak permintaan persahabatan dariku. Hehh.. gadis yang sangat berbeda..

"Oh iya, terima kasih untuk makan siangnya, aku tidak bisa membalas semua kebaikan kamu.."

"Setidaknya perut kamu tidak lagi berbunyi."

Dia tersenyum untuk pertama kalinya di depanku. Manis sekali. Aku sampai tidak bisa menahan mataku untuk tergoda melihat kecantikan wajahnya saat tersenyum seperti itu. Hhh.. aku tahu, aku memang sudah jatuh cinta padanya, Aluna..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!