Bimo Setiawan harus menelan pil pahit ketika Ia menerima sambungan telepon seluler dari pihak rumah sakit. Yang menangani pasien kecelakaan tol Jagorawi. Kalau istrinya Alena meregang nyawa akibat kecelakaan laka lantas. Yang menelan banyak korban, salah satunya istrinya Alena saat melakukan perjalanan menuju puncak.
Alena berniat pergi menemui kedua orang tuanya. Setelah mendapat kabar kalau ayahnya dalam keadaan sakit. tentunya Alena setelah mendapat izin dari suaminya Bimo. perasaan bersalah muncul di hati Bimo karena telah mengizinkan istrinya pergi sendiri untuk melihat kondisi orang tuanya yang sedang sakit.
Bimo disibukkan dengan pekerjaan sehingga dirinya tidak memiliki waktu menghantarkan istrinya menemui kedua orang tuanya. putranya Devan saat itu ikut bersama Alena. tetapi Tuhan masih sayang kepada Devan sehingga Devan selamat paskah laka lantas itu.
Kecelakaan beruntun terjadi begitu cepat. membuat sanak saudara seolah tidak percaya kalau kecelakaan tol Jagorawi memakan banyak korban. Sungguh tak disangka dan tak diduga. Dalam waktu yang singkat Bimo Sudah menjadi seorang duda memiliki anak satu.
Membesarkan anak seorang diri tidaklah mudah bagi Bimo. Terkadang Bimo kewalahan untuk mengurus saat dirinya ingin pergi ke kantor memimpin perusahaan milik keluarga Setiawan. Bimo tidak percaya sepenuhnya kepada baby sitter dan asisten rumah tangga. Karena ia sering sekali mendapat kabar Kalau baby sitter bertindak tidak baik kepada anak yang diasuhnya.
Sementara nyonya Anita yang merupakan ibu kandung dari Bimo. Wanita paruh baya itu kondisi kesehatannya tidak memadai untuk membantu Bimo merawat putranya. Ibunya yang mengalami stroke ringan membuat bemo merasa tidak tega membebani ibunya.
"Ya ampun betapa beratnya cobaan ini Tuhan!" di saat istriku meninggalkanku kini ibuku mengalami stroke. Apa yang harus aku lakukan sekarang." teriak Bimo Setiawan yang sudah tampak tidak terurus. Tubuhnya yang kekar semakin kurus setelah kepergian istrinya menghadap Sang khalik. Di saat larut dalam kesedihannya. Ia Pun menatap putranya yang membutuhkan kasih sayang penuh darinya.
"Aku harus kuat! kalau aku sakit siapa yang mengurus Mereka lagi. Bimo bermonolog sendiri sambil menatap putranya Devan dan ibunya Nyonya Anita secara bergantian. kini hidup Bimo disibukkan dengan mengurus Nyonya Anita dan putranya kemudian ia berlalu ke kantor, setelah ia membereskan segalanya dan menitipkan putranya devan kepada asisten rumah tangga dan Baby sitter yang ia sewa khusus untuk merawat Nyonya Anita dan juga Devan.
Sekalipun Bimo memiliki asisten rumah tangga dan juga baby sitter ia tidak ingin membiarkan baby sitter dan asisten rumah tangga saja yang mengurus Putra dan ibunya. Sehingga ia Terus menyempatkan waktu untuk tetap memberikan perhatian kepada Devan dan juga Nyonya Anita.
Di tempat lain, tepatnya di panti asuhan kasih bunda. Terlihat gadis 20 tahun dengan teladan memasak menu makanan untuk anak-anak panti. Ibu Fatimah menghampiri Almaira. "Tolong antarkan ini ke rumah Tuan Setiawan!" sepertinya Nyonya Anita membutuhkan ini."Ibu Fatimah meminta kepada Almaira untuk menghantarkan ramuan obat, yang ia ramu sendiri kepada Nyonya Anita. Berharap Nyonya Anita dapat pulih kembali.
"Ya, Tuan Setiawan merupakan donatur terbesar panti asuhan yang dikelola oleh ibu Fatimah. Tetapi karena Tuan Setiawan sudah meninggal dunia. Sehingga Bimo putranya sendiri yang melanjutkan amanah itu.
"Tapi Almaira tidak mengetahui alamatnya. bu!"
"Ibu akan tulis alamatnya. Kamu tenang saja, tidak mungkin Ibu menyuruh kamu tanpa memberikan alamat. Sebelum kamu pergi ke kampus Sepertinya kamu bisa singgah terlebih dahulu ke sana" Almaira menganggukkan kepalanya. lalu ia meraih ramuan obat yang diberikan oleh ibu Fatimah kepadanya.
Seperti biasa Almaira bepergian ke mana-mana selalu menggunakan sepeda kesayangannya. Ia mengayuh sepeda itu dengan semangat. Hingga Almira tiba di sebuah perumahan komplek elit, dan mencari nomor rumah sesuai dengan alamat yang diberikan oleh ibu Fatimah kepadanya.
Ketika Almaira sudah menemukan alamat yang diberikan Ibu Fatimah, Almaira menghampiri petugas keamanan yang berjaga di rumah utama Setiawan.
"Permisi Apa benar ini rumah Nyonya Anita?
"Ya, kamu siapa?
"Saya Almaira, Saya ingin bertemu langsung dengan Nyonya Anita. Katakan kalau saya disuruh oleh ibu Fatimah.
"Tunggu di sini, sebentar saya akan memanggil nyonya Anita. Terlihat Almaira menunggu di luar gerbang sekolah dirinya mengemis meminta sumbangan.
beberapa menit kemudian petugas keamanan itu datang menghampiri Almaira.
Mempersilahkan Almaira masuk ke rumah utama keluarga Setiawan. Almaira melangkah masuk ke rumah utama keluarga Setiawan. baru pertama sekali Almaira menginjakan kaki ke rumah semoga dan sebesar milik keluarga Setiawan. "Assalamualaikum! Safa Almaira ketika dirinya melangkah masuk dari pintu utama.
"Waalaikumsalam!" Siapa nyonya Anita yang duduk di kursi roda. "Kamu Almaira ya? tanya Nyonya Anita dengan nada kurang jelas. tetapi Almaira masih mengetahui apa yang dimaksud oleh Nyonya Anita.
"Selamat pagi nyonya! perkenalkan saya Almaira yang membantu ibu Fatimah di panti.
"Bagaimana kabar Nyonya saat ini Apa sudah baikan? tanya Almaira sambil mendekatkan diri kepada Nyonya Anita. "seperti yang kamu lihat sekarang bagaimana kondisiku saat ini." keluh Nyonya Anita kepada Almaira.
"Jangan mengeluh berserah kepada Allah." Almaira meminta kepada Nyonya Anita untuk lebih bersabar dan berserah kepada Sang khalik. "Oh iya Bu ini obat ramuan tradisional racikan Ibu Fatimah. saya datang ke sini hanya untuk menghantarkannya. Almaira memberikan dua botol obat tradisional untuk diminum dan dioles di bagian tubuh yang terasa kaku.
"Botol putih ini obat untuk diminum. sedangkan botol yang hijau ini untuk dioles ke bagian tubuh yang terasa tidak berdaya. Almaira mencontohkan obat olesan itu ke bagian kaki Nyonya Anita. Membuat Nyonya Anita mengembangkan senyumnya menatap wanita cantik yang memberikan obat kepadanya. Tiba-tiba bocah berusia 2 tahun datang menghampiri Almira dan juga Nyonya Anita.
Almaira terbanyak dengan kehadiran bocah kecil berusia 2 tahun lebih itu, tiba-tiba berada di sana."Masya Allah comelnya." Almaira begitu gemas melihat sosok Devan yang tiba-tiba datang melangkah dengan tertatih-tatih. Almaira meraih tubuh Devan.
"Mom....mom...mom! kata-kata itu yang keluar dari mulut Devan. membuat Halmahera terbanyak Begitu juga dengan nyonya Anita.
"Perkenalkan namaku tante Almaira. kamu siapa namanya sayang? Almaira mencoba berinteraksi dengan Devan. sepertinya Devan mengerti pertanyaan Almaira
"Pan....pan....pan." sahut bocah kecil itu yang mampu membuat Almaira tertawa ngakak Begitu juga dengan Nyonya Anita. Almaira memberikan kecupan hangat di wajah tampan Devan bocah kecil yang mampu membuatnya tertawa hingga tertawa lepas. membuat dirinya melupakan segala masa-masa pahit ketika berada di panti.
Tanpa mereka sadari sosok Bimo memperhatikan interaksi ketiganya dari lantai atas. "siapa wanita itu? Mengapa mami begitu dekat dengannya dan apalagi dengan Devan biasanya Devan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Tetapi dengan wanita itu Sepertinya dia langsung dekat." Bimo membatin.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
Ketika Almaira telah usai mencontohkan cara mengoles obat yang diramu oleh ibu Fatimah Ia pun akhirnya berpamitan kepada Nyonya Anita. "Sepertinya Almaira harus segera pamit nyonya, pagi ini ada mata kuliah di kampus."
"Kamu masih kuliah?
"Alhamdulillah iya nyonya, kebetulan saya dapat program beasiswa Bidikmisi. Jadi saya dapat melanjutkan pendidikan saya tanpa biaya uang kuliah. Hanya saja biaya sehari-hari saja yang saya butuhkan. Kalau untuk biaya kuliah sudah ditanggung sama pihak pemerintah." sahut Almaira sambil mengulas senyum manis kepada Nyonya Anita.
"Senyum yang terpancar dari wajah wanita paruh baya itu membuat hati Almaira menjadi damai. "Ternyata orang kaya tidak seburuk yang aku pikirkan. Buktinya Nyonya Anita menerima aku dengan baik bertamu disini." Almaira membatin sembari berpamitan kepada Nyonya Anita.
Sebelum pergi, ia kembali meraih tubuh bocah kecil Devan yang sudah membuat dirinya gemas. "Hai....Adik Devan yang tampan." sapa Almaira sambil meraih tubuh bocah yang berusia 2 Tahun itu.
"Mom....mom..mom!" Bocah itu kembali berceloteh. "Eh Devan panggil kamu mami." ucap Nyonya Anita dengan nada sedikit kesulitan berbicara karena Stroke yang ia alami. Tetapi terlihat dari raut wajahnya menunjukkan kalau Nyonya Anita begitu bahagia. Melihat kedekatan Almaira dengan cucunya Devan.
Almaira kembali memberikan Devan kepada babysitter yang selama ini menjaga Devan. lalu ia melambaikan tangannya kepada bocah kecil itu melangkah keluar. Tiba-tiba suara jeritan tangi Devan terdengar jelas di telinga Bimo dan nyonya Anita. Ketika Almaira membalikkan Tubuhnya berniat ingin segera ke kampus.
"Hik.....hik.... mom....mom...mom!" celoteh bocah kecil itu sambil menjerit menangis mengulurkan tangannya seolah ia tidak rela Almaira meninggalkannya. Bimo meraih tubuh putranya dari gendongan babysitter.
"Kenapa sayang, Ayo sama papi." Bimo berusaha menenangkan Devan. Tetapi Devan tak kunjung diam dan selalu berceloteh mom.... mom.....mom"membuat Bimo semakin kewalahan menenangkan putranya.
"Ada apa ini Mami, Mengapa tiba-tiba saja Devan berceloteh seperti ini?
Nyonya Anita menggelengkan kepalanya.
"Devan membutuhkan kasih sayang seorang ibu." sahut Nyonya Anita dengan nada yang kurang jelas tetapi Bimo mengerti apa yang dimaksud oleh Nyonya Anita membuat Bimo langsung terdiam.
"Mungkin karena wanita cantik tadi Tuan.
"Maksud kamu?
"Begini Tuan, sepertinya Tuan muda Devan menyukai wanita yang datang menghampiri nyonya besar. Terlihat ketika wanita cantik itu menghampiri nyonya besar, ia langsung berjalan lalu mendekati wanita itu.
Padahal jarang sekali Tuan muda Devan mudah dekat dengan seseorang yang baru ia kenal. Tetapi dengan wanita itu, sepertinya Devan begitu dekat. Entahlah Bibi hanya menduga. Sepertinya Tuan muda Devan membutuhkan figur seorang ibu. Sebelumnya Bibi meminta maaf Tuan sudah lancang mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya.
Bimo hanya terdiam. Ia sama sekali tidak menjawab. Sudah beberapa bulan lamanya dia menduda, tetapi bayang-bayang sosok istrinya masih terngiang di pikirannya. sehingga hingga saat ini Bimo sama sekali tidak terpikir mencari pengganti istrinya Alena. Sulit baginya dapat melupakan istri yang sangat ia cintai.
"Maaf Tuan saya sudah lancang!"
"Bimo menggelengkan kepalanya, pertanda ia tidak mempermasalahkan kalau asisten rumah tangganya mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya. Sorot mata Bimo menatap putranya depan dengan tatapan penuh kasih sayang.
Sementara Almaira dengan riang menggayuh sepeda yang menemani hari-harinya jika dirinya berpergian ke mana saja, termasuk ke kampus. "Astaga, ternyata aku sudah suudzon selama ini menuduh setiap orang kaya akan bersikap angkuh dan sombong. Padahal Nyonya Anita begitu sopan, baik dan menghargaiku. Almaira membatin sambil terus menggayuh sepedanya. Hingga dirinya tiba di sebuah kampus ternama di kota ini.
Ketika Almaira sudah tiba di kampus, salah satu temannya datang menghampirinya.
"Al...., Kamu sudah siap belum tugas dari dosen killer itu? tanya Yuli yang tiba-tiba datang menghampiri Almira ketika Almaira sudah memarkirkan sepedanya tepat di samping motor milik Yuli.
"Memangnya kenapa?
"Aku belum siap soalnya, aku lupa mengerjakannya Di rumah. Terlalu asik menonton drakor baru. Kebetulan yang baru tayang malam tadi. Hingga aku melupakan tugas yang diberikan dosen kepada kita.
"Salah kamu sendiri kenapa aku yang jadi ikut korbannya?
"Tolonglah Al, please....
"Sebagai gantinya, aku traktir kamu makan di kantin."
"Mau sampai kapan kamu seperti ini? setiap kali dosen memberikan tugas kepada kita, kamu selalu minta contek kepadaku. Bagaimana kamu bisa wisuda?"
"Pasti bisa dong, kan ada kamu yang membantu aku." jawab Yuli dengan santai seolah dirinya tidak merasa bersalah.
Almaira hanya menggelengkan kepalanya dan memilih untuk melangkahkan kakinya masuk ke ruang kelas. Ia duduk sambil menunggu dosen tiba. "Ayolah Al, please... bantu aku kali ini, aku janji deh, lain kali aku mengerjakan tugasku sendiri. Asalkan kamu memberikan contekan kali ini.
Kamu tau sendiri kan kalau dosen killer itu tidak akan memberiku ampun nanti, jika Aku tidak mengerjakan tugas .
"Sudah tau, tapi kenapa kamu melakukan terus?
"Namanya juga lupa karena keasyikan nonton drama Korea.
Karena merasa tidak tega temannya itu dihukum oleh dosen, akhirnya Almaira pun memberikan contekan kepada Yuli. Cepat-cepat Yuli menulis jawaban tugas yang diberikan dosen kepada mereka. Hingga akhirnya Yuli bernafas lega karena Akhirnya tugas yang akan dikumpulkan sudah selesai ia contek dari milik Almaira.
Tiba-tiba saja dosen datang menghampiri mereka.
"Selamat pagi! sapa dosen yang mendapat julukan dari mahasiswa mahasiswi yang ada di sana dosen killer.
"Kumpulkan tugas yang saya berikan sebelumnya." perintah dosen killer itu kepada mahasiswa mahasiswi yang ada di ruang kelas. Dengan raut wajah yang datar.
Satu persatu mahasiswa-mahasiswi maju ke depan Untuk mengantarkan tugasnya ke meja kerja dosen itu.
"Syukurlah aku mencatatnya dengan tepat waktu, Kalau tidak aku sudah pasti dihukum." gumam Yuli di dalam hati sembari mengembangkan senyumnya. Sorot mata Almaira menatap Yuli sambil menggelengkan kepalanya."Lain kali aku tidak akan memberimu contekan lagi."bisiknya membuat Yuli mengembangkan senyumnya.
****
Mata kuliah hari ini telah selesai. Kini Almaira harus segera kembali ke panti. Mengingat ia tidak ingin membuat Ibu Fatimah terlalu kerepotan mengurus anak-anak panti, karena Ibu Fatimah pasti membutuhkan bantuan Almira mengurus anak-anak yang diasuh di sana.
Seperti biasanya Almaira menggayuh sepedanya walaupun jarak kampus ke panti sekitar 5 km tetapi Almaira tidak pernah mempermasalahkan kalau dirinya pergi hanya menggunakan sepeda kesayangannya.
Ketika Almaira tiba di pantai dengan adanya mobil mewah terparkir di sana. Mobil itu belum pernah sama sekali datang ke panti tempat mereka selama ini, mengasuh anak-anak panti dan Almaira juga awalnya dibesarkan di sana.
"Mobil siapa itu? Apakah ada yang ingin berdonasi ke panti ini?"Almaira bertanya di dalam hati sambil pelan-pelan ia menggayuh sepedanya masuk ke dalam. "Assalamualaikum!" Sapa Almaira ketika ia sudah tiba di depan pintu panti.
"Waalaikumsalam sahut Ibu Fatimah bersamaan dengan anak-anak panti yang ada disana.
Almaira masuk memberi salam kepada Ibu Fatimah. Terlihat wajah ibu Fatimah seperti ada sesuatu yang membuat Wajah Ibu Fatimah Terlihat sedih dan semua anak anak panti yang ada disana tampak lesu. Seolah tidak memiliki semangat.
"Ada apa Bu?
"Kok dari raut wajah kalian semua tidak bersahabat?" tanya Almaira yang belum menyadari kalau salah satu dari Ahli waris pemilik tanah rumah panti itu harus memberikan kabar buruk, kalau tanah beserta bangunan yang selama ini mereka tempati akan di jual ke salah satu pengusaha. Dan disana akan di bangun tempat hiburan.
"Katakan Bu, ada apa?" Almaira kembali bertanya. Tetapi ibu Fatimah tidak sanggup menjawab pertanyaan Almaira. Hingga salah satu dari anak panti yang angkat bicara.
"Kak mulai bulan depan kita tidak bisa tinggal di sini lagi. Dan entah ke mana kita akan tinggal, karena pemilik tanah panti dan gedung ini sudah menjual tempat ini." Abimanyu salah satu anak panti yang lebih besar daripada yang lainnya memberitahu kepada Almaira.
"Jangan asal bicara kamu!"
"Iya Kak, tanah dan bangunan ini sudah diukur dan pemiliknya yang baru sudah datang meminta kita agar segera berkemas memberikan kita waktu hingga 1 bulan mencari tempat tinggal."Abimanyu berbicara apa adanya membuat Almaira terkejut mendengar apa yang diucapkan adik pantinya.
"Katakan Bu, apa yang dikatakan Abimanyu tadi hanya bercanda. Almaira menghampiri Ibu Fatimah, berharap Apa yang diucapkan Abimanyu itu hanya candaan belaka.
"Tidak nak apa yang dikatakan Adik kamu Abimanyu benar padanya."sahut Ibu Fatimah yang mampu membuat Almaira terhenyak.
"Jadi kita harus tinggal di mana Bu? Almaira begitu terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh ibu Fatimah. Kalau saat ini mereka harus mencari tempat tinggal baru. tiba-tiba seorang pria paruh baya keluar dari pintu belakang. Diikuti beberapa orang asistennya.
"Jadi begini Ibu Fatimah, saya akan memberikan kalian waktu selama satu bulan. untuk mencari tempat tinggal yang baru. karena tanah dan bangunan ini akan saya runtuhkan karena di tempat ini akan saya buat tempat hiburan." pria paruh baya itu memberitahu kalau mereka hanya diberi waktu selama satu bulan.
Ibu Fatimah mohon memperpanjang waktu. tetapi pria paruh baya itu tetap dengan pendiriannya. Hingga Ibu Fatimah tidak dapat berbuat apa-apa. Deraian air mata mengalir dari wajah cantik Almaira. " Ya Allah tunjukkanlah jalanMu, ke mana kamu harus berlindung selain kepadamu. kami tidak tahu harus tinggal di mana lagi karena tempat ini akan segera diambil alih oleh yang empunya.
Almaira hanya dapat mengadu kepada Sang khalik. "Bagaimana ini Bu? Bagaimana ini kak? Abimanyu dan adik-adik cantik lainnya menangis mendengar Kalau tempat tinggal mereka akan digusur. Kini ibu Fatimah dilanda dilema. Ibu Fatimah tidak tahu lagi harus berbuat apa saat ini.
Kita akan mencoba berbicara kepada salah satu pendana yang sering memberikan bantuan kepada kita. Siapa tahu dapat membantu kita." Ibu juga sudah mengirimkan surat kepada orang-orang yang biasa berdonasi ke panti ini. Tetapi ibu belum mendapatkan jawaban dari mereka. Entah apa yang harus kita lakukan saat ini Ibu juga bingung."
Pria paruh baya itu berlalu dari sana bersama dengan beberapa anak buahnya. kali ini Almaira tidak akan tinggal diam. Ia berusaha mencari jalan keluar berharap mereka segera mendapatkan tempat tinggal yang baru.
"Ya Allah kalau pantai ini digusur, mungkin aku tidak akan mendapatkan kesempatan lagi bertemu dengan orang tua kandungku. Aku sama sekali belum pernah melihat raut wajah Ibu kandungku dan ayah kandungku." Almaira membatin, membayangkan seumur hidupnya tidak akan dapat bertemu lagi dengan kedua orang tuanya.
"Entahlah Siapa yang tau, kalau orang tua kandung Almaira masih hidup atau tidak. yang pasti ibu Fatimah juga tidak mengetahuinya. Karena sekitar 20 tahun yang lalu, Almaira ditemukan oleh ibu Fatimah di pintu panti. Pagi-pagi sekali saat salat subuh tiba, Ibu Fatimah mendengar suara tangisan bayi yang berasal dari luar yang tak henti-hentinya menangis.
Yang ternyata di sana Almaira menangis tetapi tak ada seorangpun yang ada di luar menemani dirinya. hanya ada sebuah liontin dan surat yang diselipkan di baju milik Almaira ketika Almaira berusia 6 bulan. Dari hari itulah Almaira dirawat dan diasuh oleh ibu Fatimah hingga besar sampai sekarang. Almaira wanita yang sangat pintar, bijak dan rajin.
Sejujurnya Almaira tidak ingin tempat tinggal mereka digusur. Berharap ia dapat kembali bertemu dengan kedua orang tuanya. Tapi bagaimana caranya Almaira bingung.
DI RUMAH UTAMA KELUARGA SETIAWAN
Jeritan tangis bocah kecil menggema di seisi ruangan. Membuat sang babysitter yang selama ini merawat Devan kewalahan untuk menenangkan Devan. Bocah berusia 2 tahun lebih itu sangat rewel karena tubuhnya demam tinggi. Membuat sang baby sitter pun terpaksa harus menghubungi Bimo Setiawan yang masih berada di kantor.
Nyonya Anita tidak dapat berbuat apa-apa. tubuhnya yang sulit untuk digerakkan pun membuat dirinya tidak dapat menenangkan cucu kesayangannya. Hingga air bening mengalir dari wajah Nyonya Anita yang tidak tega melihat tangisan cucunya.
Beberapa asisten rumah tangga sudah berusaha untuk menenangkan Devan. membuat seluruh asisten rumah tangga itu terlihat dan mendengar suara tangisan Devan yang sama sekali belum pernah mereka dengar. "Ada apa ini mengapa Tuan Devan seperti ini? selama aku merawatnya belum pernah tuan muda Devan tangisnya seperti ini." babysitter itu membatin sembari berusaha menghubungi Bimo Setiawan.
kring.....
kring ....
kring....
Suara deringan ponsel milik Bimo Setiawan terdengar jelas di telinganya ketika dirinya bersibuk berkutat di laptopnya. Ia melihat nomor ponsel baby sitter yang menghubungi dirinya. "Ada apa mengapa baby sitternya Devan menghubungiku? gumamnya dalam hati sambil menekan tombol hijau yang ada di layar ponselnya agar sambungan telepon selulernya tersambung kepada baby sitter itu.
"Ada apa Bi?
"Mengapa bibi menghubungiku?
"Maaf Tuan, sudah mengganggu kerja Tuan sore ini. Bibi hanya ingin memberitahu Kalau tuan muda Devan saat ini sangat rewel dan Sudah dari tadi menangis histeris dan tubuhnya panas tinggi.
Padahal Bibi sudah memberikan obat yang biasa bibi berikan jika Tuan muda Devan sakit Tetapi demamnya tak kunjung turun. Tuan muda Devan terus menangis seolah tubuhnya merasa sakit, tetapi dokter yang biasa menangani Tuan muda Devan, sudah kami hubungi dan sepertinya dokter itu kebingungan.
Menurut pemeriksaan dokter pribadi keluarga kita, kondisi kesehatan Tuan muda depan baik-baik saja dan hanya demam biasa. Tetapi entah mengapa Tuan muda Devan terus memanggil mom....mom...begitu saja di dalam tangisnya. Babysitter itu memberitahu apa yang ia dengar dari ocehan bocah kecil Devan kepada Bimo Setiawan yang masih berada di kantor.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!