Disya Fanesya adalah wanita cantik dengan rambut yang sedikit berwarna emas jika terkena cahaya, wanita cantik yang memiliki segudang pesona dengan wajah yang cantik dan juga body tubuh yang indah. Membuat wanita bernama Disya itu banyak yang mendambakan dirinya.
Meskipun semua pria yang melihatnya seperti ingin menelannya hidup-hidup, tapi seorang Disya tidak akan menjadi wanita gampangan yang mudah di taklukkan.
Disya yang sedang merayakan kelulusan wisuda di fakultas ternama, sehingga membuat dirinya dan beberapa temannya memilih untuk merayakan keberhasilan mereka dengan berlibur ke London.
London atau yang terkenal dengan julukan kota 'The smoke' .
Disya dan lima temanya sengaja mendatangi negara yang terkenal dengan keindahan kota London seperti , London Eye, Tower Bridge, Tower of London, Big Ben, Buckingham Palace, Hyde Park, Camden Town, Piccadilly Circus, Madame Tussauds London, ZSL London Zoo, British Library, dan masih banyak lagi. Yang ingin mereka jelajahi selama ada di negara ini.
Disya adalah anak satu-satunya dari pasangan Frans Handoko dan Diana Handoko. Mereka hanya dikaruniai satu anak yaitu seorang putri yang cantik dan baik.
"Sya, coba lihat arah sana." Dina menujuk meja pojok di bar yang mereka datangi. "Laki-laki itu sejak tadi menatap kearahmu."
Disya mengikuti tatapan Dina, dan benar saja saat Disya menoleh kearah sana, laki-laki itu tersenyum padanya.
"Heh, dia tersenyum." Ucap teman Disya satunya bernama Vivi.
Mereka tiga wanita dan dua pria, lebih tepatnya kekasih Dina dan juga Vivi, dan Disya hanya sendiri yang memang tidak memiliki kekasih.
Dina dan Vivi membawa kekasih lantaran mereka satu angkatan dengan fakultas yang sama, sehingga seperti sambil menyelam minum air mereka liburan bersama.
"Ish, kalian ini, bikin dia kesini kan." Disya menggerutu saat melihat pria tadi berjalan kearah meja dimana mereka duduk, dua sahabatnya itu malah tertawa.
"Aduh Sya, modelan bule hot gitu, sayang Sya." Vivi sudah mengembangkan senyum saat pria bule tampan, tinggi dan memiliki jambang halus semakin mendekat kearah mereka.
"Memangnya kenapa kalau bule." Tanya Disya melirik Vivi.
"Yang bule itu yang terongnya gede." Jawab Dina.
"Heh, mulut." Jino kekasih Dina mencomot bibir kekasihnya yang asal trabas.
Vivi hanya bisa tertawa cekikikan, mendengar ucapan Diana dan melihat ekpresi Disya yang syok.
"Sialan kamu Din." Disya menatap Dina kesal.
Sahabatnya itu malah asik tertawa.
"Hey pretty lady." Pria bule itu menyapa Disya dengan menampilkan senyum terbaiknya.
"Oh, hi sir." Disya sedikit melengkungkan bibirnya.
"Do you want to dance with me?"
Pria itu mengajak Disya untuk turun kelantai joget, dimana banyak orang-orang yang asik menggoyahkan tubuhnya mengikuti musik yang bisa membuat stres hilang.
"Udah Sya mau aja, lagian kamu mau jadi obat nyamuk kami." Ucap Vivi yang diangguki Dina.
"Tapikan aku_"
"Sudah anggap saja ini hadiah untuk ku, kau mau kan membuat sahabatmu ini bahagia." Ucap Dina dengan wajah memaksa.
Pria bule itu hanya diam tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Kalau Disya ngak mau ngak usah dipaksa sayang." Jino yang melihat Disya tidak ingin melakukan apa yang kedua sahabatnya inginkan tidak tega.
"Ihh, inikan pesta ulang tahun ku, jadi aku meminta sama kamu Sya." Balas Dina.
"Tapi sayang Disya tidak_"
"Stop..!!" Suara Disya membuat Jino dan Dina berhenti berdebat.
"Oke aku akan menuruti permintaanmu, dan anggap saja hadiah untuk ulang tahun sahabatku ini." Disya tersenyum menatap Dina.
"Ohhh, sosweet."
Ketiganya berpelukan sebentar dan Disya kembali menatap pria yang masih berdiri di belakangnya itu.
"All right, sir, just for tonight."
Pria itu tersenyum lebar, mendengar persetujuan yang keluar dari bibir wanita itu.
Disya pun mengikuti pria yang belum tahu namanya itu kelantai joget.
"Lihatnya tadinya ngak-enggak, sekarang dia paling heboh." Vivi melihat bagaimana cara Disya berjoget menikmati alunan musik di bar yang ramai ini.
Dan mereka berempat juga mengikuti apa yang sedang Disya lakukan, mereka ikut turun dan menemani sahabatnya itu dilantai joget.
.
.
Ditempat yang berbeda, tapi masih dengan lokasi yang sama, seorang pria sedang duduk dengan beberapa berkas diatas meja.
Pria itu menunggu seseorang yang sedang duduk didepannya agar mau menandatangani berkas yang pria itu ajukan.
Adam Malik Adhitama, pria tampan tinggi dengan rahang yang tegas, memiliki paras wajah yang digilai banyak wanita hingga sangking banyaknya Adam sampai tidak bisa memilih salah satu dari mereka.
Pria itu datang ke London untuk bertemu dengan pria pemilik perusahaan terbesar di London, dan Adam yang terkenal dengan pembisnis yang alot dan tidak mengenal gagal itu sedang mengajukan kerja sama dengan Mr. Chaiton.
"Well, it's a profitable partnership."
Mr.Chaiton langsung membubuhkan tanda tanganya diatas berkas yang Adam sodorkan.
Adam tersenyum smirik, setelah ini pasti di negara Inggris yang tepatnya memiliki ibukota London ini akan membuat nama Adhitama Grub semakin berkembang.
"Terima kasih Mr. Chaiton."
Adam tersenyum dan menjabat tangan pria paruh baya itu.
Jika papanya mendengar berita ini pasti Nathan Adhitama papa dari Adam Malik Adhitama akan semakin bangga padanya.
Tak lama seorang waiters datang menghantarkan minuman untuk keduanya, dan tak lama juga datang dua orang wanita berpakaian seksi dengan make up yang mencolok mendekati keduanya.
Adam yang melihat wanita itu ingin mendekatinya buru-buru mengangkat tangannya untuk pergi.
Mr.Chiton yang melihat itu tertawa. "You don't like women, Mr. Adhitama."
""No, it's not like that, it's just that the culture in our country isn't as free as it is here."
Mr.Chiton hanya mengaguk saja , dirinya juga pernah mendengarnya. "If you want to drink, you don't mind."
"Of course."
Adam ikut menenggak minuman yang sudah tersedia di meja tanpa rasa curiga, jika hanya alkohol, Adam bisa kuat sampai lima gelas.
"Duh kepalaku," Disya berjalan sempoyongan dilorong hotel yang dirinya dan teman-teman menginap.
Setelah berjoget, Disya dan temen-temennya melakukan pesta minuman, dan Disya yang tidak tahan dengan alkohol meminumnya hingga dua gelas dan berakhir sekarang dirinya mabuk berat.
Matanya sudah tidak bisa melihat dengan jelas, bahkan untuk berjalan saja Disya sudah berpegangan dengan dinding.
"Eng, 290." Disya menatap nomor kamar yang sepertinya nomor kamarnya, karena penglihatannya yang rabun, membuat Disya salah masuk kamar.
"Ehh, hehee tidak dikunci."Gumamnya sambil tertawa.
Mendorong pintu kuat Disya langsung masuk tanpa berpikir panjang.
Sedangkan pria yang baru saja keluar dari kamar mandi tersentak, tiba-tiba melihat wanita yang sudah tergeletak di atas ranjangnya.
Glek
Pria itu menelan ludah dengan kasar, tiba-tiba tubuhnya terasa panas kembali, dan sekarang bertambah panas lantaran melihat wanita cantik dengan hanya menggunakan tengtop tali kecil dengan celana pendek Levis memperlihatkan paha mulus wanita itu.
Adam yang sejak tadi berada didalam kamar mandi untuk meredakan tumbuhnya yang terasa panas, kini semakin tidak bisa mengendalikan diri melihat mangsa yang menggugah selera.
Apalagi posisi Adam sekarang hanya memakai handuk yang melilit dipinggang, dan karena dirinya ingin menuntaskan gejala aneh yang dia alami, Adam sampai lupa mengunci pintu kamar hotel.
Dan Adam yang sudah dalam pengaruh obat tidak memikirkan hal lain selain, menuntaskan hasratnya pada wanita yang tergelatak di atas ranjangnya.
Satu malam di London akan membawa mereka kesebuah hubungannya tidak tahu akan kemana.
Dan sini author kembali membuat cerita anak-anak dari Ayana Malika Ifana dan Nathan Adhitama.
Cerita ke4 dari lanjutan "Pembantu Canduku" Kisah kedua orang tua Nathan Adhitama.
Dukung Author untuk terus berkarya, berikan dukungan apapun yang kalian punya 🤣 Pasti author akan senang hati menerimanya 🤣🤣🤣
Jangan lupa Di VAFORITKAN ya sayang, tanda TITIK POJOK ATAS KARYA 🥳 🙏🙏🙏
"Arrgh.."
Adam ambruk diatas seorang wanita yang tidak dia kenal sama sekali, hanya saja dirinya tahu jika wanita yang sudah terkulai lemas dibawah tubuhnya ini adalah seorang wanita yang berasal dari negaranya. karena wanita yang mabuk berat itu sempat merancau dengan menggunakan kata Enak membuat Adam yakin dia adalah wanita yang berasal dari negaranya.
Setelah beberapa kali menuntaskan hasratnya, Adam langsung terkulai lemas.
Meskipun dalam pengaruh obat, tapi Adam masih sadar jika dirinya sudah merenggutnya mahkota milik seorang wanita. Wanita yang sama sekali tidak dia ketahui asal usulnya.
Lelah bercinta sampai beberapa kali, membuat Adam memilih untuk tidur sambil memeluk wanita yang sudah terlelap itu.
"You are mine." Bisik Adam sebelum memejamkan matanya.
.
.
Malam tadi mungkin malam naas untuk seorang wanita bernama Disya Fanesya, wanita itu secara tak sadarkan diri menyerahkan sesuatu yang berharga untuk pria yang tidak dikenal.
Disya menatap pria yang masih terlelap dengan posisi tengkurap membelakanginya, meskipun dirinya penasaran, tapi Disya tidak ingin melihat wajah pria itu yang pasti akan mengingatkan masa kelamnya malam ini, dan Disya memilih diam dengan menahan rasa sakit yang luar biasa bagian intinya.
"Meskipun aku tidak menyesal, tapi setelah malam ini kehidupanku kedepan pasti akan berbeda." Ucap Disya lirih dan segera pergi dari kamar yang memberinya kenangan buruk selama ini.
Kamar yang ternyata salah untuk dia masuki, dan Disya sadar jika dirinya yang salah sini. Jadi wajar pria itu tidak tahan dengannya karena keadaanya yang mabuk.
Pukul 11siang setempat Disya baru saja masuk kedalam kamarnya dengan menahan rasa sakit yang membuatnya tidak nyaman untuk berjalan. Tapi sebisa mungkin Disya terlihat biasa saja jika bertemu dengan sahabatnya, diirinya tidak mungkin menceraikan apa yang dia alami sekarang.
Ceklek
Disya membuka pintu kamar hotel yang bernomor 260, nomor kamar yang benar.
Tapi karena mabuk berat Disya sampai tidak bisa melihat angka dengan benar.
Disya masuk kedalam dengan menatap kesekeliling sepi, seperti tidak ada orang.
"Huh, mungkin mereka sedang jalan-jalan." Ucapnya yang merasa lega.
Jangan ditanya kenapa Disya tidak menangis setelah mahkotanya hilang begitu saja? Bagi Disya semua tidak akan selesai atau baik-baik saja jika diratapi dengan tangisan, karena sesuatu yang hilang dan tidak bisa kembali itu tidak akan kembali datang setelah ditangisi.
Sedih sih, tapi Disya mencoba untuk menerima musibah yang menimpa dirinya, karena semua orang pasti akan merasakan apa itu kesedihan setelah mendapat musibah.
Disya langsung masuk kedalam kamar mandi, gadis yang sudah menjadi wanita seutuhnya itu kini hanya bisa menerima kehidupan yang akan merubah dirinya.
Meskipun pergaulan bebas di negara ini bukan rahasia umum, tapi dinegara asalnya adat ketimuran masih dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya semua orang memiliki hak dan kehidupan masing-masing yang mereka jalani. Tapi terkadang mulut netizen 62+ itu yang membuat gaduh dan ramai di masyarakat.
Mau bagaimana lagi, Disya hanya bisa berdoa agar dirinya tidak akan hamil.
"Shh, Segede apa sih miliknya sampai membuat milikku terasa sakit begini." Gumam Disya sambil membersihkan area Intinya yang terasa perih. bahkan terlihat bekas luka lecet diarea sensitifnya.
Sambil berendam di balthup dan merileksasikan miliknya agar tidak terlalu sakit, Disya mencoba mengingat-ingat bagaimana dirinya melakukan penyatuan dengan pria yang sama sekali tidak dirinya tahu, bahkan wajah pria itu saja Disya tidak tahu sama sekali. Dan juga tidak ingin tahu.
"Huh, kenapa nasibku jadi malang begini," Disya mengingat bagaimana sang ibu yang selalu menasehatinya untuk tidak salah pergaulan.
"Tapikan aku tidak salah pergaulan, hanya saja aku salah masuk kamar." Ucapnya pada diri sendiri.
.
.
.
Dan di sebuah kamar yang mewah, seorang pria baru saja merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Adam mengusap wajahnya kasar saat kesadaran sudah kembali penuh. Jam sudah menunjukan hampir 12 siang, dan dirinya baru saja membuka mata. Adam merasakan tidurnya malam ini yang nyenyak, bahkan tubuhnya terasa lebih segar dari pada sebelum-sebelumnya.
Membuka selimut Adam baru menyadari sesuatu, pria itu menatap Bagian perut bawahnya yang tidak mengunakan penutup apapun. Dan saat dirinya melempar selimut Adam melihat bercak merah yang sudah mengering diatas sprei berwarna putih itu.
Adam segera turun dari ranjang dan menyambar handuk yang semalam dia lempar, pria itu membuka pintu kamar mandi dan mencari wanita yang tadi malam sudah membuatnya puas.
"Sial.!! Dia sudah pergi." Adam berjalan ke pintu, membulinya dan melongokan kepalanya ke kanan dan kiri, tidak ada siapa-siapa. Dan Adam tidak tahu Wanita tadi siapa.
"Sial, dia sudah melepaskan keperjakaanku." Adam seolah lupa jika dirinya yang lebih dulu menerkam wanita yang tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya.
Adam masih mengingat jelas wajah wanita itu, bukan hanya wajahnya, tapi rasa manis bibirnya dan yang tidak bisa Adam akan lupakan, rasa nikmat miliknya untuk pertama kali.
Membayangkan itu junior Adam malah berontak lagi.
"Heh, lu ngak tau diri, ngak ada lawan gue ogah main solo sendiri. ngak enak." Dengus Adam pada juniornya yang kembali berontak.
Adam segera masuk kedalam kamar mandi, jam 2siang waktu setempat pesawatnya akan take off, dan Adam akan kembali ketanah air untuk kembali pada aktifitasnya.
Adam tidak akan mencari wanita itu disini, dia yakin jika suatu saat wanita itu akan dia temukan di Jakarta. Ya, Adam sangat yakin itu.
.
.
SILSILAH KARYA BERANAK PINAK 🤣
PEMBANTUKU CANDUKU
_ INDIRA CAHAYA PUTRA & ALLANARO PUTRA ADHITAMA (NATHAN ADHITAMA & AILLEN PUTRI ADHITAMA)
PEMBANTUKU CANDUKU 2
_BIMO BAGASKARA & ALENA ADHISTI
MY HUSBAND OM-OM
_ NATHAN ADHITAMA & AYANA MALIKA IFANA
(ADAM MALIK ADHITAMA & HAWA MALIKA ADHITAMA.)
ONE NIGHT IN LONDON
_ ADAM MALIK ADHITAMA & DISYA FANESYA
YANG BELUM MAMPIR JUDUL DI ATAS? JANGAN LUPA MAMPIR YA SAYANG..😘😘😘
"Sya, Disya..!"
Dina dan Vivi mencari Disya sahabatnya di kamar, tapi wanita itu tidak ada sama sekali. Sejak tadi malam Dina dan Vivi hanya berdua, tapi karena keadaan mereka tidak berbeda jauh dengan Disya, keduanya tidak menyadari jika sahabatnya tidak kembali ke kamar, dan baru tadi pagi setelah mereka bangun barulah sadar jika Disya tidak ada di kamar mereka.
"Kemana Din si Disya." Tanya Vivi yang khawatir.
"Mana aku tahu, sejak pagi aku bersama kamu." Dina mengigit kuku jarinya karena khawatir dan panik.
Tadi mereka keluar juga untuk mencari keberadaan Disya, siapa tahu gadis itu yang tersesat masuk kamar karena kondisinya yang mabuk.
Tapi mereka tidak menemukan sahabatnya itu.
Drt...Drt..
Mendengar suara getaran ponsel membuat keduanya mengambil ponsel mereka masing-masing, dan mereka saling tatap kerena ternyata ponsel itu bukan milik keduanya.
Mencari sumber getaran, keduanya melihat ponsel yang baru saja menyala. Ternyata ponsel Disya yang di charger.
"Lah ini ponselnya, jangan-jangan?" Dina dan Vivi langsung menatap satu pintu yaitu kamar mandi.
Keduanya menghela napas, "Pasti dia tidur di dalam sana." Dina menggemaskan tumbuhnya terlentang di atas ranjang, sedangkan Vivi berjalan menuju pintu kamar mandi yang mereka yakin jika Disya berada di sana.
Ceklek
Vivi melongo kepalanya kedalam, dan benar saja Disya berada didalam balthup, dan sepertinya dia tertidur.
"Kebiasaan putri tidur di dalam air." Vivi geleng kepala.
Kebiasaan Disya memang tidak akan pernah berubah, gadis itu akan tertidur di balthup jika memang dirinya kelelahan. Dan yang dialami Disya sekarang gadis itu memang lelah jiwa dan raganya.
Siapa sangka acara liburnya kali ini, menghantarkannya kesebuah perbuatan yang tidak pernah di bayangkan.
Sedangkan di, Bandar udara Heathrow Adam baru saja menaiki pesawat yang akan membawanya pulang ketanah air. Saat duduk di kursi penumpang Adam mengambil sesuatu dalam saku pakaian tebalnya.
Sebuah anting mutiara Adam temukan diranjang sebelum dirinya keluar dari kamar hotel, dah Adam yakin anting yang dia temukan itu adalah milik wanita yang sudah menghabiskan malam panas bersamanya tadi malam.
"Anting yang cantik." Adam tersenyum samar.
Kembali memasukkan anting itu kesaku, Adam mengirim pesan lebih dulu kepada Arfin, asisten sekaligus sahabatnya dari masa kecil, sampai sekarang mereka tumbuh besar bersama dan menjadi partner yang solid.
Adam lebih tua dari Arfin tapi hanya beberapa bulan saja, karena mereka lahir di tahun yang sama.
Arfin sudah seperti saudara baginya dan Adam juga menyukai kerja keras Arfin yang notabene orang tuannya memiliki usaha resort yang cukup berkembang, tapi arfin ingin mencari kepuasan dengan menyalurkan bakat yang dia punya, dan masih nyaman bekerja dengan Adam.
"London is a place I will never forget."
Setelah cukup puas tertidur, Disya akhirnya keluar dari dalam kamar mandi menggunakan baltrobe.
Matanya terbuka juga karena perutnya yang sudah terasa lapar, Disya memang belum makan sejak pagi, karena bangun saja dia kesiangan dan dikamar orang.
"Heh, putri tidur sudah bangun." Vivi yang duduk disofa sambil menatap benda persegi empat menatap sahabatnya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Aku laper Vi," Tanpa basa basi Disya berkata.
"Sudah ku Dugong, sebentar lagi Dina pasti datang, dia ingin makanan di luar, jadi dia pergi beli sama Jino."
Disya hanya mengaguk saja, dirinya berjalan menuju kopernya untuk megambil pakaian ganti.
"Sya, kamu tadi malam tidur dimana?"
Pertanyaan Vivi membuat pergerakan tangan Disya yang ingin membuka koper terhenti.
"Tadi malam kami tidak tahu jika kamu tidak pulang, dan baru tadi saat kita bangun baru menyadari." Ucap Vivi lagi semakin membuat jantung Disya berdebar.
Dirinya bingung ingin menjawab apa?
"Aku tidur di_"
Ceklek
"Makanan datang..!!"
Tiba-tiba Dina berseru dari luar dengan menenteng makanan ditanganya.
Disya bernapas lega, karena dirinya tidak perlu menjawab pertanyaan Vivi sekarang, setidaknya dirinya akan memikirkan jawabnya lebih dulu.
"Eh, Sya kamu sudah siuman?" bertanya sekaligus meledek.
Disya memutar kedua matanya malas, "Kayak Ngak tau Disya saja." Vivi yang menjawab.
Dina hanya mengakat kedua bahunya, dan membawa makanan kemeja dimana Vivi sedang duduk di sana.
"Tungguin, aku ganti baju dulu." Disya kembali masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
"Lah, ganti baju pakai pergi segala, bisanya juga enggak." Heran Dina melihat Disya yang masuk kedalam kamar mandi.
"Lagi dapet kali." Jawab Vivi enteng.
Dina hanya ber Oh saja.
Didalam kamar mandi Disya membawa concealer untuk menutupi bekas kissmark disekitar leher dan dadanya yang terlihat.
"Bisa gawat kalau mereka melihat ini." Disya mengoleskan tepat di dadanya yang terlihat.
Untung saja dirinya membawa pakaian yang tidak terlalu terbuka hingga bisa menutupi bagian pundak yang juga terdapat banyak jejak kepemilikan yang ditinggalkan Adam.
"Udah kayak orang rabies aja aku ini." Disya menghela napas saat semua sisa jejak yang Adam buat tidak terlihat.
"Nggak bayangin gimana pria itu diatas ranjang sama istri atau pasangannya." Ucapanya lagi sambil merapikan alat yang dia bawa. "Eh, tapi ngomong-ngomong pria itu single atau beristri ya." Pikirnya lagi.
"Bodolah ngak ngurus." Disya buru-buru keluar dari dalam karena perutnya sudah meronta-ronta ingin di isi.
"Ahhh akhirnya aku bisa makan juga." Disya langsung bergabung dengan dua sahabatnya dan mengambil duduk dibagian tengah, hingga membuat Dina dan Vivi bergeser agar Disya bisa duduk.
"Sumpah aku laper banget." Disya langsung melahap makanan yang sudah tersedia di depannya tanpa basa basi. Kedua sahabatnya yang melihat hanya geleng kepala.
"Kamu rakus, tapi aku heran badan kamu malah semakin seksi." Ucap Dina yang tidak habis pikir dengan cara makan Disya yang memang tidak pilih-pilih dan apa saja masuk tanpa memikirkan porsi.
"Aku insecure sama kamu deh Sya, pengen makan banyak tapi takut kalau lemak di tubuhku juga semakin banyak."
Hahahaha
Mereka berdua menertawakan ucapan Vivi barusan. Diantara mereka bertiga memang Vivi yang memperhatikan makanan dan pertumbuhan berat badannya. Karena dulu Vivi memang sedikit big tapi gadis itu sudah berusaha keras untuk menurunkan berat badannya hingga menjadi sekarang ideal. Dan kata Vivi Naik itu gampang, Tapi turunnya yang susah.
"Ngak papa Vi, lagian Kiki udah bucin sama kamu." Ledek Disya.
Vivi hanya mencebik, yang dikatakan Disya benar, karena sejak dulu sampai sekarang hanya Kiki yang ada disampingnya.
"Oya ngomong-ngomong aku dapat lowongan pekerjaan di perusahaan terbesar di kota, pasti kalian tahu lah milik siapa?" Vivi tersenyum penuh makna.
"Jangan bilang milik orang yang dipikiran aku." Dina menatap Vivi dengan serius.
"Yap." Vivi mengaguk. "Perusahaanya membuka lowongan butuh lima orang untuk menduduki kantor pusat dan cabang, tiga dipusat dan dua di cabang, dan manejemen mereka sesuai dengan jurusan kita, so apa kalian mau?" Vivi menatap keduanya temannya yang tampak berpikir.
Tapi lima detik berikutnya, mereka saling tatap dan tersenyum bersama.
"We fight together again, to achieve success together."
Mereka melakukan tos bersama. Jika sebelumnya mereka berjuang di kampus dan mendapatkan nilai yang memuaskan, kini ketiganya akan kembali berjuang untuk menuju kesuksesan bersama.
kesuksesan apa yang akan mereka dapatkan, yang jelas mereka memiliki jalan kehidupan sendiri-sendiri.
.
.
Jangan lupa dukungan dan tinggalkan jejak kalian sayang 💋 LIKE, KOMEN DAN RATE BINTAN 5 JUGA YAAK😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!