Aku Rima mahasiswi tingkat akhir yang sedang kecanduan membaca novel tidak perduli meski harus begadang sekalipun. Kali ini aku membaca novel fantasi romantis yang banyak digemari para wanita akhir-akhir ini. Novel fantasi romantis yang menceritakan seorang pangeran dan putri. Pemeran antagonis di cerita ini adalah Louisse de Roman, satu-satunya putri dari keluarga Baron Benyamin de Roman yang terlilit banyak hutang. Louisse bisa menikah dengan seorang pangeran karena dia berkomplot dengan Ratu Media dari Kerajaan Eliador. Di Kerajaan Eliador terdapat dua pangeran. Pangeran pertama yang terlahir dari seorang Permaisuri keturunan rakyat biasa, Pangeran Leonard Francis de Eliador, dialah tokoh utama dalam novel ini dan Pangeran ke dua yang merupakan putra kandung sang Ratu, Oscar Brilliand de Eliador.
Sang Ratu sangat takut jika Pangeran pertama akan menikahi seorang gadis bangsawan dari keluarga yang berpengaruh dan punya kekuasaan untuk mendukung Pangeran pertama dalam suksesi perebutan tahta karena Ratu ingin menjadikan Pangeran kedua yang merupakan darah dagingnya penerus berikutnya dari Kekaisaran Eliador. Demi mencegah hal itu terjadi Ratu Media memilih gadis dari keluarga Baron Roman yaitu Louisse de Roman untuk menjadi pasangan Pageran pertama Leonard. Baron Benyamin de Roman yang merupakan bangsawan rendah dan hampir bangkrut bersedia menjual putri satu-satunya kepada sang Ratu demi mempertahankan gelar kebangsawanannya dan menaikkan reputasinya di kalangan sosial. Sayangnya Louisse yang bekerjasama dengan Ratu untuk mengendalikan Pangeran Leonard ternyata gadis yang bodoh. Dia suka berfoya-foya menggunakan anggaran istana pangeran, dia juga suka menjelek-jelekkan Permaisuri yang merupakan ibu kandung dari suaminya bila ada kesempatan dan suka menyiksa para pelayannya serta melakukan berbagai kejahatan dengan mengatasnamakan kedudukannya sebagai putri. Louisse yang merupakan kaki tangan Ratu Media berencana untuk bercerai setelah Pangeran Leonard kehilangan kedudukannya dan akan bersenang-senang dengan pria lain yang dikenalkan oleh Ratu selama menjalani sisa hidupnya. Lalu apakah rencana Louisse tersebut akan berjalan semulus yang dia harapkan? Jawabannya tentu saja tidak. Kebanyakan tokoh antagonis dari novel fantasi romantis akan berakhir mati. Begitu pula Louisse yang akan dijatuhi hukuman mati oleh suaminya sendiri setelah kejahatannya bersama sang Ratu diketahui.
Tapi masalahnya adalah... Aaarrgh... Kenapa aku bisa menjadi Louisse pemeran antagonis yang dihukum mati oleh suaminya sendiri? Yang terakhir kuingat adalah aku begadang untuk menyelesaikan membaca novel yang berjudul Pangeran Yang Terbuang lalu pergi tidur setelahnya. Namun saat terbangun kenapa aku justru berada dalam novel tersebut dan menjadi Louisse si tokoh antagonis? Dan parahnya setelah aku susah payah beradaptasi dengan dunia ini, lamaran dari Kekaisaran datang dan sekarang adalah hari dimana Louisse melaksanakan pernikahannya dengan Pangeran Leonard. Bagaimana bisa anak yang baru berusia tiga belas tahun dibiarkan untuk menikah?! Dunia novel ini benar-benar sampah! Ahh... Abaikan hal itu untuk sementara waktu karena ada satu hal yang benar-benar masalah di sini. Pangeran Pertama Leonard Francis de Eliador saat ini tengah bersama diriku, pemeran utama novel fantasi romantis, suami yang akan membunuh istrinya dan itu adalah aku yang saat ini. Dan apalagi ini? Kamar pengantin baru? Sebenarnya apa yang diharapkan para orang dewasa dari anak-anak mereka? Benar-benar sampah! Aku dan Pangeran kan baru berusia tiga belas tahun.
Ughh... Kamar pengantin baru ini benar-benar mengejutkan hingga membuatku berdiri membatu sampai aku lupa jika aku tidak sendiri di sini. Ada Pangeran Leonard yang tengah duduk di pinggiran ranjang dengan wajah lesunya. Ahh... Apakah sekarang aku harus memanggilnya "Suamiku"? Ya ampun... Ini benar-benar konyol. Haruskah aku menyapanya terlebih dahulu? Baiklah, kakak ini akan menyapa terlebih dahulu.
"Emm... Hai? Bukankah kita seumuran, bisakah aku berbicara santai denganmu?" Kenapa aku malah gugup hanya untuk menyapa seorang bocah lelaki, apalagi saat ini dia hanya menatapku dengan wajah garang mirip kucing liar yang sedang marah. Apa dia terang-terangan mengatakan tidak mau dengan ekspresi wajahnya yang seperti itu? Tentu saja, mana mungkin dia senang menikahi wanita yang tidak dia inginkan sama sekali dan merupakan pilihan Ratu sendiri. Tentu saja dia akan waspada terhadapku.
"Ahh... Tidak boleh ya? Tentu saja, saya kan hanya putri seorang Baron dan anda adalah seorang Pangeran." Ucapku dengan muka yang mungkin terlihat aneh. Ya ampun... Ini sungguh suasana yang canggung.
"Terserah kamu!" Ahh ya ampun... Dia menjawabnya.
"Wahh... Pangeran memang orang yang baik" Ujarku sambil melompat ke atas tempat tidur dan itu membuatnya terperanjat kaget.
"Saya hanya lelah karena harus menyambut para tamu sepanjang acara pernikahan tadi dan saya ingin cepat-cepat tidur. Hoamm..." Uajarku lagi sambil menguap, aku benar-benar capek, capek fisik, hati juga pikiran. Dan lihatlah, dia tetap mengabaikanku.
"Astaga... Kakak ini mana mungkin tertarik dengan bocah kecil sepertimu." Gerutuku dalam hati.
"Ahh enaknya... Rasa lelahku karena pesta pernikahan tadi seakan menghilang." Seruku sambil memejamkan mata merasakan rasa empuknya kasur di bawah punggungku.
Aku membuka mataku sebelah, mencoba melirik Pangeran Leonard yang tetap duduk di pinggiran ranjang dengan wajah tertunduk lesu di sebelahku.
"Kamu sedang apa? Tidak tidur? Bukankah ini hari yang melelahkan?" Ujarku padanya.
"Dia tetap diam. Ahh, apakah dia gugup karena ini adalah malam pertama? Apa yang dipikirkan anak lelaki berusia tiga belas tahun yang harus tidur satu ranjang untuk pertama kalinya dengan seorang gadis? Ya tentu saja dia akan gugup. Mungkin itu yang dia rasakan saat ini." Ya itulah yang aku pikirkan di benakku saat ini.
"Hehe... Apa mau aku nyanyikan lagu pengantar tidur?" Ya... Aku hanya sedikit menggodanya tapi dia malah langsung membaringkan tubuhnya dan memunggungiku sekan berkata jika dia tidak menyukaiku. Dasar anak kecil, begitu saja langsung ngambek. Ohh ya ampun... Kenapa aku merasa seakan baru saja ditolak ya? Dengan seorang bocah pula.
Ya tentu saja dia sangat bersikap waspada kepadaku karena dia sudah sangat sering menerima perlakuan jahat dari Ratu. Di dalam novel aslinya sang Ratu sering memperlakukan Permaisuri dan Leonard dengan kasar dan berbuat jahat terhadap mereka berdua. Ratu sering menghina Permaisuri dan Leonard secara terbuka di depan umum, mengurangi setengah dari anggaran istana pangeran. Pernah suatu hari Ratu memerintahkan para pelayan untuk membuang semua hadiah yang diberikan untuk Leonard di hari ulang tahunnya dan para pelayan tidak mampu berbuat apapun karena itu adalah perintah sang Ratu. Leonard yang mengetahui hal itu hanya terdiam sedih tanpa protes apapun, bahkan dia tidak mampu untuk mengadu pada sang Baginda Raja ayahnya sendiri karena lebih takut dengan Ratu yang mungkin akan lebih menyakiti ibunya dan dirinya sendiri. Leonard menghabiskan masa kecilnya dengan kehidupan yang berat dan kesepian dalam siksaan Ratu. Leonard mendapat banyak perhatian setelah dia pulang dari medan perang sebagai pahlawan perang yang membawa kemenangan. Kemudian dia menghukum mati Louisse dan Ratu yang dulu pernah menyiksanya. Kemudian diakhir cerita dia menikah dengan Putri Barbara yang sangat dia cintai.
"Hiks... Karena teringat dengan isi novelnya aku jadi tambah sedih, aku kasihan pada diriku sendiri saat ini mengingat aku akan mati di tangan suamiku sendiri." Batinku dengan air mata yang tiba-tiba mengalir.
"Ahh... Setelah kupikir-pikir kenapa aku harus melakukannya sesuai dengan novel aslinya sedangkan nyawaku dipertaruhkan di sini? Kalau aku memperlakukannya dengan baik mungkin dia akan mau menceraikanku dengan tenang kan?" Pikirku dalam hati.
"Baiklah! Tujuanku sekarang adalah mencegah kepalaku terpisah dari tubuhku setelah Leonard pulang dari medan perang. Persetan dengan Ratu sialan itu! Tujuanku saat ini adalah bertahan hidup dan bercerai dengan tenang. Semangat!!"
Setelah mengatakan itu dalam hati dan menyemangati diriku sendiri akupun terlelap di semping Pangeran Leonard yang tidur memunggungiku.
Bersambung....
Ini... Ini di kamar lamaku, tempat aku berasal. Apa akhirnya aku pulang? Dan ini... Sepertinya aku pernah melakukan hal ini. Novel Pangeran Yang Terbuang? Ini novel terakhir yang aku baca sebelum... Ahh! Hidungku berdarah! Aku ingat sebelum aku tidur aku mendapati hidungku sedang mimisan dan kepalaku terasa pusing. Apakah ini hari itu? Apakah aku sedang mengulang waktu? Apakah ini mimpi? Rasa pusing di kepalaku terasa begitu nyata. Engghh... Pusing....
"Louis..."
Suara apa itu? Seseorang seperti sedang memanggilku.
"Isse..."
Engghh... Siapa?
"Louisse bangun!!"
Mataku langsung terbuka dan melihat Leonard sedang menatapku dengan wajah terlihat... Cemas?
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Leonard dengan nada cemasnya.
"Ahh Leonard... Apakah aku bisa tidur lebih lama lagi?" Tanyaku sambil menutup lagi mataku, sungguh kepalaku terasa amat pusing.
Ehh? Kenapa Leonard tiba-tiba menyentuh keningku dengan telapak tangannya.
"Sudah aku duga kamu demam." Ujarnya.
Ahh... Ternyata aku demam, pantas rasanya napasku terasa panas. Aku pasti kelelahan karena pelaksanaan pesta pernikahan kemarin, Kenapa aku harus terjebak di tubuh anak kecil yang buruk ini? Menyebalkan, rentan dan mudah lelah. Ya ampun... Kenapa wajah Leonard menatapku seperti itu? Pasti dia cukup khawatir melihatku tumbang seperti ini. Ahh, aku tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti wajah baik di hadapanku ini yang akan memenggal kepalaku.
"Hehe... Aku tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir, demam seperti ini tidak akan membuatku mati." Ujarku agar Leonard tidak lagi mengkhawatirkanku, tapi kenapa wajahnya semakin terlihat frustasi begitu dan hanya diam menatapku?
"Nanti kalau keluar tolong panggilkan saja pelayan untukku ya? Sepertinya aku akan lebih baik jika minum obat." Pintaku pada Leonard.
"Baiklah." Jawab Leonard dan diapun keluar dari kamar.
Ughh... Mataku berat dan kepalaku masih saja pusing, aku perlu meminum obat. Aku akan memejamkan mataku sebentar, pelayan pasti akan membangunkanku jika mereka sudah datang.
Apa aku bermimpi lagi? Aku ingat ini pertama kali aku terbangun di dunia novel ini. Awalnya sulit dipercaya dan aku hanya menganggapnya sebuah mimpi saja. Namun cukup lama berada di sini tidak membuatku terbangun dari mimpi. Tentu saja sangat sulit untuk beradaptasi di dunia yang benar-benar berbeda dari dunia asalku. Kira-kira butuh satu tahun mungkin lebih untuk beradaptasi dan menyesuaikan kebiasaan hidup di dunia ini. Sadar jika aku sudah meninggalkan dunia asalku dan benar-benar tidak bisa kembali sempat membuatku sangat frustasi. Sebesar apapun keinginanku untuk kembali itu akan menjadi hal yang sia-sia. Setelah dengan susah payah aku berhasil beradaptasi di dunia ini, kabar itu datang. Sesuai alur cerita dalam novel, surat pinangan dari Kekaisaran datang. Apa yang harus terjadi memang harus terjadi, aku tidak dapat mengganti alur cerita ini sesuka hati. Jadi harus bagaimana lagi? Aku harus berusaha yang terbaik agar tetap hidup di dalam novel ini. Meski sudah bertekat seperti itu, kenyataannya kehidupanku di dunia ini cukup berat untuk kujalani. Orang tua baruku rela menjual anaknya yang masih berusia tiga belas tahun kepada pihak istana demi untuk mempertahankan gelar kebangsawanannya dan menaikkan reputasi di dunia sosial. Setelah memasuki istana, para pelayan terang-terangan bersikap tidak sopan kepadaku serta merendahkanku. Aku tidak punya orang tua, kerabat ataupun teman di dunia ini. Hiks... Ayah... Ibu... Aku ingin pulang...
"Kenapa dia keadaannya masih seperti ini terus?! Apakah kalian benar-benar sudah memberinya obat?!"
Enggh... Berisik, siapa?
"Ka, karena tuan Putri dari tadi hanya tidur terus..."
"Apa?! Jadi jangankan untuk memanggil dokter, bahkan sampai sekarangpun kalian masih belum memberinya obat?!! Apa kalian bisa bertanggung jawab jika terjadi apa-apa pada Putri hahh?!!"
Ughh... Pusing....
Suara ini... Yang sedang marah-marah...
"Ma, maafkan kami Yang Mulia Pangeran."
"Louisse!! Jika kamu tidak mau jadi Putri yang mati sehari setelah menikah maka bukalah matamu sekarang juga!!"
Leonard... Apakah kali ini dia berteriak pada orang yang sakit? Hmm... Halus sekali cara bicaranya.
"Bukalah matamu! Kamu akan mati jika demammu tidak segera turun!"
Apa? Mati?!
Mataku langsung terbuka setelah mendengar kata 'mati' dari mulut Leonard. Namun jika dengan mati aku dapat kembali ke dunia asalku, lebih baik aku mati saja. Aku ingin memejamkan mataku kembali, tapi apa ini? Leonard tiba-tiba menyuapiku obat sebelum mataku terpejam kembali. Bagaimna bisa? Bukankah dia membenciku.
"Ahh Pangeran, biar kami saja yang..."
Leonard tidak mendengarkan para pelayan yang ingin menggantikannya dan terus menyuapiku obat dengan diam tanpa bicara. Aku melihat wajah khawatir Leonard yang seakan mengatakan untuk jangan mati, maka aku hanya mampu menurutinya untuk meminum obat dengan tenang hingga tanpa sadar mataku kembali terpejam. Ahh... Mungkin setelah bangun nanti aku sudah kembali lagi ke dunia asalku. Hingga....
Apa ini?! Kenapa aku masih saja terbangun di tempat ini?! Aku melihat Leonard tertidur dalam keadaan duduk di kursi samping ranjang. Arrgghh...!!! Kenapa aku masih berada di dalam novel?! Aku kira aku akan mati dan kembali lagi ke dunia asalku. Tapi... Apakah tubuh asliku masih ada di dunia asalku? Jangan-jangan orang-orang di sana sudah benar-benar menguburku?! Atau... Apakah Louisse yang asli mennggantikanku di sana? Jika itu benar, sungguh beruntungnya dia. Huuaaa....!! Aku semakin terlihat menyedihkan...!!
"Ahh, kamu sudah bangun? Tadi kamu langsung tertidur pulas setelah meminum obat." Leonard terbangun dan mengatakan kenyataan yang terjadi saat ini. Sungguh aku benar-benar tidak dapat tertolong lagi. Aku benar-benar terjebak di tubuh dan di sunia yang asing ini.
"Ibu, aku ingin pulang..." Tanpa sadar aku terang-terangan menggumamkan hal itu di hadapan Leonard.
"Ha? Apa??" Tanya Leonard yang mungkin samar-samar mendengar ucapanku barusan.
"Bu bukan apa-apa! Toh jika aku mengatakannya, kamu juga tidak akan mengerti." Aku langsung membalikkan badanku memunggunginya. Aku tidak ingin memperlihatkan wajahku yang terlihat menyedihkan ini.
"Kamu ini ya, benar-benar!!" Leonard terlihat emosi hingga bangkit dari duduknya.
"Terimakasih." Aku harus segera mengatakan itu sebelum dia benar-benar marah padaku.
"Karena kamu sudah mau menyuapiku obat meskipun dengan terpaksa, kalau terlambat sedikit saja mungkin aku akan benar-benar mati jika kamu membiarkanku." Lanjutku.
Leonard hanya diam mendengarkan ucapanku, dia sudah tidak marah kan? Tapi...
"Tapi kenapa kamu mau menyelamatkanku?"
Kenapa dia terdiam? Apa dia tidak mau mengatakan jika dia membenciku karena dia tokoh utama yang terlalu baik? Di dalam novel aslinya Louisse de Roman bagi Pangeran Leonard tidak lebih dari sekedar musuh. Itu karena Louisse de Roman adalah perempuan yang dibawa masuk ke istana atas rekomendasi Ratu Media sendiri demi mencegah Pangeran Leonard menikah dengan perempuan dari keluarga bangsawan yang berpengaruh. Karena Ratu Media tidak ingin Leonard mendapat dukungan dari para bangsawan lainnya untuk duduk di atas tahta selanjutnya. Bagi Ratu Media tahta selanjutnya hanya pantas diduduki oleh garis keturan murni yaitu Pangeran Oscar Brilliand de Eliador, putra kandungnya sendiri. Leonard yang sampai sekarang masih menerima perlakuan jahat dari Ratu Media pasti tahu hal ini. Dan dia tidak punya alasan apapun untuk menyelamatkanku saat ini. Bukankah lebih baik untuknya jika aku mati?
"Apa kamu selalu berpikiran jelek seperti itu?" Tanyanya dengan nada datar.
Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu?! Seakan dia mengetahui isi hatiku. Apa dia cenayang?
Bersambung...
"Apa kamu selalu berpikiran jelek seperti itu?" Tanyanya dengan nada datar.
Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu?! Seakan dia mengetahui isi hatiku. Apa dia cenayang?
"Haahh..." Leonard mendesah lelah.
"Aku tahu kamu sangat merindukan keluargamu, terlebih kamu pasti merindukan ibumu. Aku cukup tahu jika kehidupan di istana ini sangat berat dan asing bagimu. Tapi kan kamu bukan berarti tidak dapat menemui keluargamu sama sekali. Kamu bisa mengundang mereka ke sini atau kau bisa sesekali berkunjung ke rumah keluargamu." Ujar Leonard yang mencoba menasehatiku.
Hmm... Tak ku sangka hari ini dia banyak bicara padaku dan ini cukup membuatku terkejut. Tapi Leonard... Aku memang tidak dapat mengunjungi keluargaku lagi. Karena aku bukan dari dunia ini.
"Dan satu hal yang harus kau tahu, meskipun ruangan ini dihias cukup cantik untuk saat ini tapi ini adalah tempat tidurku. Aku hanya tidak ingin ada mayat di ruang tidurku, itu sangat merepotkan untuk membersihkannya." Ujarnya dengan kata-kata sarkas dan berbalik untuk pergi. Apa dia tersinggung dengan pertanyaanku tadi?
"Bu, bukan itu maksudku... Hei tunggu!!" Leonard berhenti ketika mendengar seruanku dan menengok ke arahku dengan tangan yang sudah memegang handle pintu.
"Aku akan berbaik hati untuk sekali ini saja dan cepat kembali ke istanamu sendiri setelah Matahari terbit." Setelah mengatakan itu Leonard benar-benar keluar dari kamarnya, sementara aku hanya diam menatapnya keluar tanpa mampu berkata-kata lagi. Ya... Aku akui jika aku sudah menyusahkannya hari ini dan mungkin telah membuatnya tersinggung.
Bagaimana ini? Sepertinya dia salah paham dan mengartikan pertanyaan tadi...
'Aku kan ingin mati tapi mengapa kamu menyelamatkanku?!'
Kira-kira seperti itu. Ah.. Pantas saja jika dia marah, dia kan sudah tulus menolongku agar tidak mati. Haruskah aku meminta maaf? Ya, tentu saja aku harus meminta maaf demi kepalaku yang masih menancap di leherku.
Tok..tok..tok...
Siapa yang mengetuk pintu? Apa Leonard akhirnya kembali lagi?
"Masuk!" Seruku dari dalam, dan saat masuk ternyata itu para pelayan istana.
Untuk apa para pelayan istana datang kesini?
"Tolong maafkan kami Tuan Putri..." Ucap para pelayan tersebut seraya membungkukkan badannya ke arahku.
Ha?! Sebenarnya ada apa lagi ini?
"Ini semua salah kami karena tidak tahu jika anda sedang sakit. Kami kira Tuan Putri hanya kelelahan dan kami jadi tidak enak untuk membangunkan Tuan Putri yang tertidur lelap." Ucap salah satu pelayan istana tersebut dengan kepala tertunduk namun terlihat jelas tidak ada penyesalan dari raut wajah mereka.
"Tolong maafkan kami Tuan Putri... Kami pantas mati!" Seru mereka serempak dengan membungkukkan badan.
Bohong! Itu sangat terlihat jelas dari wajah kalian. Aku yakin Leonard sudah memberitahukan pada mereka jika aku sedang sakit, tapi sebenarnya mereka sengaja membiarkanku karena tidak ingin repot mengurusku. Aku tahu mayoritas pelayan istana Pangeran ini adalah kaki tangan Ratu Media. Aku adalah Putri yang dipilih langsung oleh Ratu Media, namun meski demikian bagi Ratu aku tidaklah penting karena aku hanya sekedar boneka baginya. Aku akan otomatis diusir jika Pangeran Leonard jatuh dan Pangeran Oscar yang merupakan putra kandung Ratu naik tahta. Terlebih lagi aku sama sekali tidak punya koneksi di Kekaisaran ini. Meskipun begitu kelalaian pelayan terhadap Putri yang merupakan istri Pangeran adalah kesalahan besar.
Aku turun dari ranjangku dan menghampiri mereka yang masih tertunduk di hadapanku.
Hahh... Bagaimana ya? Tujuanku adalah hidup tenang sampai aku bercerai dengan Leonar baik-baik. Tapi jika aku membiarkan mereka sekarang, nanti para pelayan istana ini akan memandangku remeh dan semakin kurang ajar. Terpaksa aku harus bertindak tegas.
"Angkat kepala kalian!" Perintahku dengan tegas dan merekapun langsung mengangkat kepala tanpa rasa ragu.
Hmm... Kalau begini aku tidak bisa tinggal diam lagi.
Plak!!
Aku langsung menampar wajah pelayan istana yang berbicara tadi dan dia langsung terkejut, begitupun pelayan yang lainnya.
"Tu.. Tuan Putri...!" Dengan terbata dia berseru padaku sambil memegang pipinya bekas tamparanku dengan wajah terkejut.
Ohh, dia bahkan berteriak padaku. Hmm... Sudah aku duga dengan melihat ekspresi keterkejutannya, mereka pasti tidak mengira jika aku bertindak sejauh ini. Dari awal mereka sudah mengira aku akan diam saja dan mudah untuk meredamkan amarahku.
"Karena kecerobohan kalian keluarga Kekaisaran hampir saja mati! Apa kalian lupa siapa aku?! Aku adalah istri Pangeran pertama yang dipilih langaung oleh Ratu. Jika sesuatu terjadi padaku apa kalian mau bertanggung jawab??" Ocehku dengan nada sengit pada mereka.
Lihatlah! Setelah aku menyebut nama Ratu wajah mereka mulai terlihat cemas.
"Aku akan melaporkan masalah ini kepada Ratu Media." Gertakku pada mereka seraya membalikkan badan hendak kembali ke ranjangku.
"Tu, Tuan Putri tolong maafkan kami sekali ini saja!" Serunya dengan nada memohon penuh ketakutan.
"Ratu Media yang akan memutuskan hukuman yang tepat untuk kalian." Ucapku penuh penekanan, dan itu sontak membuat mereka semakin ketakutan dan memohon padaku.
"Yang Mulia Putri tolong maafkan kami...!"
"Kami mohon Tuan Putri maafkan kami...!" Seru mereka semua yang membuat telingaku berdengung.
"Sebaiknya kalian keluar semua! Kepalaku masih pusing!" Seruku mengusir pelayan-pelayan istana tersebut dan mereka keluar dengan patuh.
Akhirnya aku sudah mengusir para pelayan kurang ajar itu. Sudah aku duga pengaruh Ratu sangatlah hebat. Meskipun bagi Ratu aku adalah boneka yang kapan saja dapat dibuang jika sudah tidak berguna, tapi sekarang bukan saatnya aku dibuang! Yang harus aku lakukan selanjutnya adalah...
Keesokan harinya di Istana Putri...
"Ini adalah jadwal harian Pangeran Pertama yang anda inginkan Tuan Putri..." Ucap pelayan pribadiku Anne seraya menyerahkan gulungan kertas yang berisi jadwal harian Leonard.
"Terimakasih." Sahutku sambil menerima gulungan kertas tersebut. Dan akupun langsung memeriksanya.
Siang nanti Leonard ada kelas seni pedang. Bagus, ini dia!!
"Anne, tolong katakan pada koki untuk membuatkan salad buah dan kue yang manis siang nanti." Perintahku pada Anne.
"Baik Tuan Putri." Jawab Anne.
"Oh, dan tolong bantu aku siap-siap untuk pergi keluar keluar sekarang juga." Perintahku lagi pada Anne.
"Tapi Tuan Putri, itu... Anda tidak ada jadwal apa-apa pagi ini. Kalau boleh saya tahu Tuan Putri ingin pergi kemana?" Tanya Anne dengan rasa penasarannya.
"Aku mau pergi ke istana Ratu." Mendengar jawabanku Anne terlihat sedikit terkejut.
"Apa?! Kenapa Tuan Putri tiba-tiba ingin pergi ke istana Ratu?" Tanya Anne lagi padaku.
"Sebagai menantu yang baik tentu saja aku harus memberi salam pada Ratu yang merupakan mertuaku bukan?" Jawabku dengan senyum di bibirku.
"Baiklah Tuan Putri saya akan membantu anda bersiap-siap sekarang juga." Ucap Anne seraya menundukkan kepala dengan sikap sopan.
"Terimakasih Anne." Sahutku.
Setelah selesai bersiap aku langsung menuju ke istana Ratu untuk bertemu Ratu Media. Dan tanpa terasa, disinilah aku berada saat ini. Di istana Ratu.
"Masuklah Putri Louisse." Perintah Ratu setelah mengetahui kedatanganku.
"Tolong panggil saya Louisse saja Yang Mulia Ratu." Pintaku dengan hormat.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!