NovelToon NovelToon

Jodoh Andra

Prolog

"Andra!" Panggil seorang pria pada teman nya yang kini tengah berjalan di depan rumah nya.

Merasa nama nya di panggil, pria itu pun berhenti. Dia menoleh ke sumber suara.

Seketika guratan senyum tercetak di bibir pria itu.

"Eh Kamil, ada apa?" tanya Andra.

"Ayo sini, mampir dulu. " Tawar Kamil.

Andra pun menerima tawaran Kamil, dia masuk ke dalam rumah Kamil.

"Mau minum apa?"

"Apa aja deh, penting yang dingin" jawab Andra sambil mengibas ngibaskan tangan nya ke ceruk leher nya.

Cuaca saat ini memang kelewat panas, matahari bersinar sangat terik. Andra yang baru saja berjalan kaki dari rumah nya merasa kehausan.

Di sebuah perkampungan X, Andra tinggal bersama ayah dan ibu nya. Mereka merupakan orang biasa saja, namun ayah nya sangat di segani oleh masyarakat sekitar.

Umur Andra saat ini sudah menginjak kepala 2. Memiliki wajah yang tampan dan kulit sawo matang. Membuat dirinya terlihat exotic di mata kaum wanita.

Kamil merupakan teman Andra yang paling dekat, bisa di katakan mereka bersahabat sejak kecil. Bagi kedua orang tua Andra, Kamil sudah seperti anak mereka sendiri. Begitu juga dengan dengan kedua orang tua Kamil.

"Panas panas begini, kamu mau kemana?" Tanya Kamil, dia membawakan satu teko es teh dan 2 gelas plastik .

"Wah seger nih" ucap Andra menatap teko es teh tersebut.

Kamil pun menuangkan untuk Andra es teh, kemudian menyodorkan nya.

"Nih minum"

"Makasih bro...Kamu memang teman ku yang paling baik" puji Andra sambil menerimanya.

Kamil juga menuangkan esteh ke dalam gelas plastik satu lagi untuk nya. Mereka sama sama menikmati segar nya air dingin masuk ke dalam tenggorokan mereka.

"Aahh...Segar banget, panas panas begini memang ini yang paling enak!!"

"Memangnya tadi kamu mau kemana?"

"Aku mau ke post, siapa tahu aja ada job dadakan" jawab Andra.

Andra dan Kamil adalah seorang pengangguran, mereka lulusan SMA tapi tidak memiliki pekerjaan.

Menganggur bukan berarti mereka pemalas, namun mereka hanya belum mendapat rezeki pekerjaan.

Bukti mereka tidak pemalas adalah, ketika ada pekerjaan serabutan, kedua pria ini pasti menerima nya. Asalkan pekerjaan itu halal.

"Huh...Sudah 2 hari, gak ada job" keluh Andra.

"Apalagi aku, tadi aja ibu bilang beras habis" sahut Kamil, dia juga sedang pusing tidak mendapat job.

Andra meraih teko, kemudian menuangkan es teh ke gelasnya. Setelah meneguk habis, dia pun langsung berdiri.

"Yaudah lah, ayo kita ke pos. Siapa tahu ada orang butuh tenaga kita" ajak Andra.

Kamil pun bergegas mengambil teko dan gelas plastik bekas dirinya dan juga sahabat, lalu mengantarnya ke dapur.

Kedua pria itu berjalan beriringan menuju ke pos ronda. Tempat biasa mereka menongkrong.

Sesampainya di pos, Andra dan Kamil bertemu dengan Budi dan Aryo. Mereka ternyata sudah lebih dulu menongkrong di sana.

"Eh Bud, Ar. Kalian sudah ada di sini saja?" Sapa Andra.

"Iya An, siapa tahu saja ada rezeki" sahut Budi.

"Rezeki apa, rezeki nomplok" timpal Aryo.

Andra dan Kamil akhirnya bergabung dengan Budi dan Aryo, mereka bersenda gurau bersama sambil mengaduk nasib.

Tawa mereka menggelega memenuhi ruangan pos. Tawa Andra tak henti henti nya hingga terdengar suara lembut memanggil namanya.

"Andra"

"Eh Siti"

Andra berdiri dari duduk nya, dia menghampiri wanita cantik yang berdiri di luar pos.

Siti adalah wanita cantik di kampung itu, semua orang bisa melihatnya jika Siti menyukai Andra. Namun, semua itu terlipu oleh sebuah status.

Ibu Siti adalah keponakan ayah Andra.

"Ciee... Andra" sorak sorak anak anak lain, membuat Siti menunduk malu.

"STT...Kalian apaan sih" serga Andra menatap teman teman nya menyuruh mereka diam.

"Ada apa Siti, kamu mencari ku?"

Siti dengan malu malu menatap Andra, terlihat dengan jelas pancaran cinta di mata Siti untuk Andra.

"Ibu ku mencari mu, katanya ingin membuat kandang untuk ayam ternak nya"

"Wah kebetulan sekali, kami sedang tidak ada pekerjaan" jawab Kamil girang, dia langsung berdiri di samping Andra sambil merangkul bahu sahabat nya itu.

"Bagus lah, kalian bisa datang kerumah" ucap Siti. Dia langsung berbalik dan pergi.

"Ayo guys, kita kerjakan"ajak Andra pada Budi dan Aryo. Namun, mereka menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" Tanya Andra bingung.

"Kami tidak berminat ke sana, berurusan dengan ibu Siti sangat ribet!" Ujar Budi.

"Benar, kemarin saja setelah kita membantunya menebang pohon, dia malah marah marah " tambah Aryo.

"Ya sudah lah, kita berdua saja. Lumayan dapat 1 jt" ujar Kamil.

"Kita cabut dulu yah" pamit Andra.

"Oke" balas Budi dan Aryo serempak.

Andra pun pergi berjalan kaki bersama Kamil menuju ke rumah Siti.

Di daerah perkampungan itu, memang mayoritas masyarakat nya berjalan kaki. Hanya beberapa saja yang menggunakan kendaraan beroda dua.

Sebut saja perkampungan ini masih berada di masa, dimana Kendaraan masih terbilang jarang.

Siti adalah anak dari Bu Maria, yang mana keluarganya masih ada hubungan dengan ayah Andra. Sebut saja Siti adalah keponakan ayah Andra, namun tidak sedarah.

Begitulah, jika berada di perkampungan. Satu kampung terkadang satu keluarga meskipun tidak sedarah, hubungan jauh lah dekat lah. Karena, jika di perkampungan Andra dan Kamil ini, selagi tidak sedarah dan satu suku, maka mereka bisa menikah.

Persukuan anak mengikuti suku dari seorang ibu. Jadi, Siti dan Andra tidak memiliki suku yang sama.

"Assalamualaikum" ucap Andra dan Kamil saat tiba di depan rumah Siti.

Tak ada sahutan, mereka kembali mengucapkan salam sekali lagi.

"Assalamualaikum!!"

"Waalaikumsalam, eh Andra. Udah datang yah"

"Iya Bu, kata Siti ibu mau buat kandang untuk ayam?" tanya Andra.

"Oh iya nak, kemarin hujan lebat dan angin juga. Jadi kandang ayam lama roboh" jelas Bu Maria.

"Oh yasudah Bu. Mumpung masih siang. Kami akan langsung mengerjakan nya" ucap Andra sopan.

Karena sikap nya yang seperti itu, membuat ibu ibu di perkampungan itu menyukainya. Ada yang memintanya menjadi calon menantunya. Namun, Andra selalu menanggapinya dengan senyum ramah.

"Ayo Kamil, kita kebelakang" ajak Andra.

Mereka mengikuti Bu Maria menuju ke belakang rumah. Di sana sudah terdapat bahan bahan yang di perlukan untuk membuat kandang ayam itu.

Andra dan Kamil hanya tinggal mengerjakan nya saja.

Setelah memberikan peralatan yang di perlukan, Bu Maria kembali masuk ke dalam rumah. Dia ingin membuatkan minum untuk Andra dan Kamil.

"Ini sebentar saja siap Kamil. Mungkin jam 5 bisa" gumam Andra.

"Semoga saja, jadi kita bisa lebih cepat menerima upah nya" balas Kamil.

Bu Maria kembali keluar dari dalam rumah, dia membawa nampan berisi air dan beberapa cemilan untuk mengganjal perut lapar Andra dan Kamil.

"Ayo di makan, jangan sungkan"ucap Bu Maria.

"Iya Bu" balas mereka.

Maria pun kembali meninggalkan mereka, dia masih ada pekerjaan yang belum selesai di dalam rumah.

"Ibu ke dalam rumah dulu yah, kalau udah mau balik panggil ibu nanti"

"Ok Bu siap" sahut Kamil semangat. Membuat Maria jadi tersenyum senang.

Dag Dig Dug

"Ah, Akhirnya selesai juga"

Andra duduk bersandar di teras belakang rumah Bu Maria. Sedangkan Kamil, dia pergi mengambil minuman dan makanan yang tadi sudah di siapkan oleh Bu Maria.

"Ini, minum dulu"

"Makasih bro" sahut Andra menerima gelas yang sudah terisi penuh oleh Kamil.

Mereka duduk bersandar sambil memperhatikan hasil kerja mereka.

Tanpa terasa sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.

"Gak terasa, kerja kita selesai juga yah Ndra."

"Yah, namanya di kerjain. Yah pasti selesai lah Mil. Kecuali di liatin doang, baru gak selesai" balas Andra menyebalkan.

Kamil mencebik, dia mengedarkan pandangannya. Tanpa sengaja, Kamil melihat ke balik jendela kamar Siti.

Siti ngintip? dia liati......Andra?.

Kamil mengikuti arah pandangan mata wanita cantik di kampung itu.

Seperti nya dia suka sama Andra.

"Yuk cabut!" ajak Andra membuyarkan lamunan Kamil.

"Eh iya" sahut Kamil terkejut, dia segera memunguti gelas dan juga teko milik Bu Maria. Lalu, mereka pun mengitari rumah Bu Maria untuk ke depan rumah.

Saat kedua pria itu tiba di depan rumah, saat itu pula Bu Maria keluar dari rumah nya.

"Eh Andra, Kamil. Udah siap?"

"Udah Bu, Alhamdulillah sudah siap semua" jawab Andra. Di lanjutkan oleh anggukan kepala Kamil.

"Wah cepat sekali yah, uhm... Tunggu sebentar, ibu ambil uang nya dulu" Bu Maria langsung bergegas masuk ke dalam rumah nya, lalu dia kembali keluar sambil membawa dua kantong plastik.

"Ini buat ibu kalian, bawa pulang yah. dan ini, upah membuat kandang ayam ibu"

Maria memberikan kantong plastik berwarna hitam yang sudah dia isi dengan beras, jagung dan ubi kayu.

"Wah terimakasih Bu, kenapa harus repot repot"

"Iya Bu, upah nya sudah lebih dari cukup kok" sahut Kamil.

"Gak masalah, itu rejeki kalian. Kebetulan kemarin ibu pane padi dan jagung, makanya deh bisa bagi bagi sama kalian"

"Makasih banyak yah bu, kalau gitu aku sama Kamil pamit pulang dulu" pamit Andra.

"Iya iya, pulang lah. sebentar lagi seperti nya akan turun hujan" ujar Bu Maria sambil menatap langit.

Andra dan Kamil pun ikut menengadah. Benar saja, dari arah barat langit sudah terlihat gelap.

"Permisi Bu" ujar Kamil.

"Iya"

Andra dan Kamil pun bergegas pulang, mereka tersenyum dengan apa yang mereka bawa kali ini.

Sungguh hidup terlihat sederhana oleh kedua pria tersebut.

Di perjalanan, Andra menyuruh Kamil untuk membawakan kantong plastik nyam Dia ingin menghitung uang yang di berikan bua Maria tadi.

"Pegang bentar, aku mau hitung dulu" ucap Andra.

Kami pun menerimanya, dia sama sekali tidak ada merasa keberatan jika itu bersama Andra.

"Alhamdulillah Mil, kita di kasi 1 juta sama Bu Maria." ucap Andra setelah menghitung uang yang tadi Bu Maria kasih.

"Ni buat kamu setengah, dan buat aku setengah"

Andra memasukkan uang ke dalam kantong Kamil.

"Loh kok kamu kasih aku setengah Ndra, kan yang banyak kerja kamu. Aku hanya bantu bantu"

"Udah gak papa, kita kerja berdua, hasilnya milik kita berdua" jawab Andra sambil kembali mengambil kantong plastiknya.

Mereka berjalan kaki menuju ke rumah, dalam perjalanan mereka tak henti hentinya bercanda, kadang Andra yang membuat lelucon.Kadang, Kamil yang membuatnya.

Mereka memang sangat cocok menjadi sahabat, sahabat tanpa kenal pamrih.

"Oh iya Ndra, tadi gak sengaja aku lihat Siti ngintip kamu di jendela kamar dia" ucap Kamil antusias.

"Terus?"

"CK...Kamu kok gitu sih"decak Kamil kesal, ketika melihat Andra yang tidak penasaran dengan ceritanya.

"Yah, aku harus apa coba? mungkin dia mengintip kita yang sedang bekerja"

"Tapi ini beda Andra, bahkan ketika kita akan pulang. Aku juga melihat dia mengintip!" ujar Kamil lagi.

"Benarkah?" lagi lagi Andra bersikap seolah acuh.

"Ah sudah lah,lupakan saja" dengus Kamil merajuk.

"Cih... itu aja merajuk, dasar pria kurang tulen!!" ucap Andra meledek.

"Terserah kamu saja, huh" Rajuk Kamil.

Andra terkekeh, Kamil memang paling beda. Dia terlihat kekanak-kanakan bola bersama nya.

Asik berjalan kaki, mereka pun tiba di rumah Kamil. Pria itu menawari Andra untuk mampir, tapi Andra menolak nya.

"Aku pulang dulu yah, sudah mau magrib soal nya"

"Gak mau mampir nih" tawar Kamil.

"Besok aja, aku mau cepat pulang dan mandi"

"Oh yaudah deh, besok aku ke rumah kamu"

"Ok siap" jawab Andra.

Pria tampan itu pun kembali melanjutkan langkah nya, dia melangkah lebar tidak sabar tiba di rumah.

Ibu pasti senang, aku mendapat uang dan juga beras.

"Andra!" panggil seorang gadis cantik.

Andra pun berhenti, dia menoleh dan tersenyum pada wanita yang kini juga tersenyum pada nya.

"Kamu dari mana?" tanya wanita itu tersenyum manis. Dia terlihat malu malu pada Andra.

"Aku baru saja pulang dari rumah Siti" jawab Andra jujur.

Seketika senyum manis berubah menjadi senyum masam.

"Ngapain kamu di rumah Siti?" tanya gadis itu terdengar sinis.

"Aku kerja di sana, membuat kandang untuk ayam Bu Maria" jawab Andra.

Tanpa terasa, jantung Andra berdetak kencang. Gadis itu adalah gadis yang sempat di sukai oleh Andra.

Seli Tiansa, putri dari Kolik Tiansa. Dia merupakan teman dekat Siti, namun tanpa mereka tahu. Kedua nya menyukai pria yang sama.

"Bagus lah, kalau cuma hanya bekerja" balas Seli.

Andra hanya mengangguk pelan, dia tidak berkata kata lagi. Mereka sama sama terdiam dalam suasana senja.

"UM..Seli, pulang lah. Hari sudah semakin sore" kata Andra.

"Kamu gak mau pulang emang nya?"

"Tentu saja aku mau pulang, aku juga mau berikan ini pada ibu ku" jawab Andra gugup.

"Ya sudah, ayo"

"huh?" kaku Andra. Dia terbengong, rasa gugup di hatinya membuat dia terlihat konyol.

"Bukan kah kita sejalur? pulang bareng gak papa lah" ujar Seli lagi.

"Oh iya, hm..Ayo"

Mereka pun berjalan beriringan. Tak henti hentinya Seli tersenyum, dia sangat menyukai momen ini.

Andai kamu tahu Andra, jantung ku berdebar sangat kencang. Kamu selalu membuat ku salah tingkah.

Setiba nya di persimpangan, mereka berdua berhenti.

"UM..Aku pulang dulu Andra" ucap Seli salah tingkah.

"Iya, hati" jawab Andra santai.

"Kamu yang hati hati, rumah kamu masih jauh kayanya"

" Gak kok, udah deKet" jawab Andra semakin membuat Seli salah tingkah.

"Yaudah, aku pulang"

"hmm.."

Andra menatap kepergian Seli, gadis itu melangkah masuk ke dalam gang. Sesekali dia menoleh kebelakang untuk memastikan, apakah Andra masi melihat nya atau tidak.

"Ehh..." tubuh Andra tergerak namun tertahan ketika melihat Seli hampir tersandung batu besar.

"CK.." Andra terkekeh pelan, melihat tingkah konyol Seli.

Jadi Musang!

Malam yang indah, rembulan terlihat bercahaya menyinari bumi. Siti dan Seli duduk di depan rumah Siti.

"Bagaimana hubungan kamu sama Alex?" tanya Siti.

Seli tidak menjawab, dia hanya menggeleng pelan. Sejujurnya Seli tidak memiliki perasaan pada Alex. Dia menerima pernyataan cinta Alex, hanya karena ibu nya menyukai Alex yang memiliki usaha.

"Bertengkar lagi?"tebak Siti.

"Hm.. Begitulah" sahut Seli.

Mereka mendadak diam, keheningan malam menguasai malam itu. Ada rasa kecanggungan di antara keduanya.

"Bagaimana dengan Andra" ujar Seli tiba-tiba.

"Huh?" Siti tergagap, dia menatap Seki dengan tatapan malu.

"Aku dengar tadi dia datang ke rumah kamu"

"Oh itu, iya. Ibu ku menyuruh dia dan Kamil membuat kandang untuk ayam ternak nya" jawab Siti salah tingkah.

Fyuu..

Seli menghela nafas lega, dia pikir Andra datang ke rumah Siti sendirian. Ternyata bersama Kamil.

"Kenapa? Kamu terlihat lega mendengar nya" tanya Siti penasaran.

Kini suasana gugup berbalik pada Seli, dia yang mendadak salah tingkah harus memberikan alasan apa pada Siti.

"Tidak ada apa apa, tadi aku hanya berpapasan dengan Andra, dan aku bertanya dia dari mana"jelas Seli.

Siti mengangguk mengerti, di dalam benak nya dia mulai menerka nerka apakah Seli menyukai Andra?

Jika iya, maka mereka akan mengalami ketidak nyamanan.

"Aku hanya memperingatkan kamu Seli. Kamu dan Alex sudah berpacaran lama, dan kalian serius menjalani hubungan" peringat Siti.

"Ya" jawab Seli singkat.

Cukup lama Seli bermain di rumah Siti, akhirnya dia pamit pulang. Alex sudah datang menjemputnya.

Teet..

"Iya iya bentar" sahut Seli. Dia berjalan masuk ke rumah Siti, berpamitan pada ibu Siti dan juga ayah Siti.

"Aku pulang yah Siti, besok kita maraton bersama"

"Oke siap" sahut Siti.

Alex tersenyum pada Siti, menghidupkan klakson beberapa kali sebagai tanda pamit.

"Hati hati" ucap Siti melambaikan tangan.

"Semoga kamu dan Alex semakin dekat dan terhindar dari perpisahan" gumam Siti masih menatap kepergian Seli dan Alex.

Setelah memastikan mereka telah menghilang, barulah Siti masuk ke dalam rumah.

Sementara itu, Andra dan teman teman nya tengah bermain gitar di depan rumah Andra.

Mereka ada 5 orang. Andra, Kamil, Budi , Aryo dan Cakra. Kamil tengah memetik gitar, sedangkan keempat teman nya bernyanyi bersama.

Lagu yang sedang mereka nyanyikan adalah lagu lawas, yang di nyanyikan oleh Nike Ardilla, bintang kehidupan.

Kruyuukkkk...

Aryo memegangi perutnya, saat itu baru jam 10 malam. Tapi perut Aryo sudah berbunyi seperti tidak makan dua hari.

Kamil menghentikan petikan gitar nya,dia menatap keempat teman nya yang sama sama terbengong.

"Bunyi apa itu?" Tanya nya.

Andra, Budi dan Cakra bergidik bahu, sedangkan Aryo hanya menunduk sambil memegangi perutnya.

Melihat tingkah Aryo, Kamil tahu bahwa bunyi itu berasal dari perut Aryo.

"Kamu lapar Aryo?" tanya Kamil.

"Hehehe....Aku hanya makan sedikit di rumah tadi, eh tau nya sudah lapar jam segini" jawab Aryo.

Andra dan kedua teman nya menggeleng pelan, sudah biasa hal ini terjadi ketika mereka berkumpul seperti ini.

"Tau lambung besar, malah makan sedikit"cibir Budi.

"Terus gimana dong?" Cicit Aryo dengan wajah memelas.

"Bentar, aku lihat dapur dulu yah. Siapa tahu ada sisa rebusan ubi tadi" ucap Andra seraya berlalu masuk ke dalam rumah.

Andra kembali keluar, Aryo menatap nya penuh harap.

"Loh, mana ubi nya Ndra?"

"Maaf Yo, ternyata sudah habis. Ibu merebusnya hanya beberapa saja"sesal nya.

"Yah.... Gimana dong, aku lapar banget"Kelu Aryo.

Budi dan Cakra saling melirik, melempar tatapan bertanya apa yang harus merek lakukan.

Tek.kotek....

Swing....

Sebuah ide masuk ke dalam benak Cakra.

"Guys...Aku ada ide" seru Cakra memberi kode agar teman teman nya mendekat padanya.

"Gimana kalo kita goreng ayam saja?" Usul nya.

Keempat teman nya mengangguk setuju,lalu kemudian mereka mengerut bingung.

"Ayam siapa yang akan kita goreng?"tanya Budi.

Cakra menyeringai, dia menunjuk kearah pohon jambu samping rumah Andra.

"Gak...Gak...Aku gak mau dosa" tolak Budi menggelengkan kepalanya.

"Dosa Cakra" sahut Kamil.

Kruyuukkkk.......

Aryo dan Budi sama sama memegang perutnya terasa lapar.

"Humm...Yang mau ikut siapa?"tanya Andra.

"Aku setuju" sahut Cakra.

Andra menatap Kamil, Budi, Aryo secara bergantian.

"Bagaimana?"

"Setuju deh" Kamil.

"Yaudah aku juga" Aryo.

"Ngikut deh" jawab Budi.

"Oke sip, karena semuanya setuju. Maka kita bakalan tanggung semua akibatnya" ujar Andra lagi.

Mereka mengangguk setuju, Cakra paling antusias di antara mereka semua.

"Yuhuuu makan ayam" sorak Cakra, dan diikuti oleh Budi, Kamil dan juga Aryo.

"Kamil, sama Aryo tangkap ayam nya. Aku dan Cakra siapkan bumbunya." Jelas Andra membagi tugas.

"Dan kamu Budi, bersihkan ayam setelah di sembelih"

"Oke siap!!" Balas mereka serempak.

Mereka pun bubar, Kamil meletakkan gitar nya di dalam rumah Andra. Kemudian mengikuti Aryo dan Budi ke pohon samping rumah Andra. Di atas pohon itu, terdapat banyak ayam yang menompang tidur.

"Kalian yakin gak sih?"tanya Kamil masih meragu.

"Ya yakin lah, lagian ayam lumayan banyak. Hilang satu, mereka gak bakalan tahu" jawab Budi.

"Benar juga" sahut Aryo.

Mereka pun berhasil menangkap satu ayam, karena sekarang malam jadi tidak terlalu susah menangkap satu ayam.

Tek...Kotek!!....

Hewan enak itu langsung riuh ketika melihat temannya di tangkap oleh musang berkaki 2.

"Yes.berhasil" sorak Budi.

"Ayo bawa ke belakang " ajak Kamil.

"Aryo, ambil pisau sama Andra" titah Budi.

"Oke" Aryo pun langsung bergegas pergi masuk ke dalam rumah Andra. Sedangkan Budi dan Kamil, mereka langsung pergi ke belakang rumah Andra.

Beruntung ayah dan ibu Andra sudah tidur, jadi mereka tidak perlu terlalu was was.

Setelah ayam nya di bersihkan, mereka masuk ke dalam rumah Andra. Dengan bersama sama, mereka memasak ayam goreng tanpa sambal di dapur rumah Andra.

"Kalo gak pake sambal gak enak, Ndra" gumam Kamil.

"Bener tuh, pasti enak kalo pake sambal, apalagi pedas" sambung Aryo.

Andra berpikir sejenak, di dalam kulkas rumah nya. Tidak ada apa apa, hanya ada jahe giling saja.

"Yaudah Aryo, kamu petik aja cabe di kebun belakang rumah Tante kamu" celetuk Cakra.

"Huh?" Kaget Aryo.

Di samping rumah Andra, adalah rumah tante Aryo. Dan, Tante Aryo suka menanam sayur dan juga cabe di belakang rumahnya.

"Kalau Tante aku tahu gimana?"cicit Aryo ngeri.

"Yah jangan sampai tahu lah, gimana sih" cibir Kamil.

"Udahlah Aryo, cepetan keburu busuk ni ayam!"desak Cakra mendorong Aryo agar segera pergi memetik cabe rawit tantenya.

"Lewat sini aja bego, biar cepat" Budi menarik tangan Aryo dan mendorong nya pelan lewat pintu belakang rumah Andra.

Mau tidak mau, Aryo terpaksa pergi ke kebun Tante nya. Dia dengan hati hati agar tidak menimbulkan suara.

Andra memimpin teman teman nya, dia mengaduk potongan ayam ke dalam bumbu yang dia racik sendiri. Diantara mereka berlima, hanya Andra yang paling pintar memasak.

"Wangi banget Ndra, aku semakin lapar"ujar Budi menghirup udara dalam dalam. Membiarkan aroma wangi masakan Andra masuk ke dalam tenggorokan nya.

"Yah jelas wangi lah, Andra gitu Lo" ujar Kamil.

"Kalau aku ada duit, aku mau buka rumah makan, dan Andra yang akan menjadi koki nya" ucap Cakra berkhayal.

"Sayangnya, kamu itu gak ada duit" celetuk Andra, membuyarkan khayalan Cakra.

"Namanya juga berkhayal Ndra" desa Cakra mengerucut bibir nya kesal.

Merekapun langsung tertawa bersama. Sungguh indah persahabatan mereka. Jika lagi ngumpul di bilang preman, jika lagi kerja di bilang anak berbakti. Jika lagi kawin????

Ups... Lupa, mereka kan jomblo.

Setelah Aryo kembali, Andra langsung membuat sambal mentah terasi. Lalu, setelah semua nya masak. Mereka semua langsung masuk ke kamar Andra dan pesta di sana.

Jika mereka makan di luar, orang orang akan mencium aroma sedap dan curiga dengan apa yang mereka makan.

"Enak banget!!!" Ungkap Aryo setelah memasukkan sepotong daging ayam yang sudah di colek nya ke dalam sambel.

"Bener banget, enak!" Sahut Budi.

Mereka makan dengan sangat lahap, ayam yang mereka masak sangat besar. Tidak salah Kamil dan Budi menangkapnya.

Andra tersenyum geli, melihat keempat teman nya menikmati makanan hasil curian mereka. Entah kapan moment ini akan mereka rasakan lagi.

Apalagi, setelah menikah nanti. Mungkin mereka akan berpencar, merantau ke seluk beluk daerah lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!