NovelToon NovelToon

Xena

XENA @ BAB 1

Seorang lelaki dengan busur ditangannya tengah berjalan mengendap-mengendap, mengikuti hewan buruannya. Karena tak ingin gagal mendapatkan mangsanya, si pemburu tidak akan bertindak ceroboh seperti tadi.

Merasa sekarang adalah waktu yang tepat, pemburu itu bergegas mengarahkan dan melepaskan satu anak panah dari busurnya. Dengan cepat anak panah itu melesat dan tertancap tepat di perut mangsanya. Dia nampak senang, lalu berjalan menghampiri mangsa yang sudah tidak berdaya.

"Malam ini kita akan makan besar." Ujarnya senang seraya mengangkat hewan itu sambil tersenyum. Namun, senyum dibibirnya perlahan memudar, saat dia menyadari sesuatu. Dia mengedarkan pandanganya ke sekeliling hutan, dan ternyata dirinya hanya sendirian disana. Tidak ada satupun orang yang mengikutinya, padahal tadi dia bersama sepuluh orang lainya dihutan itu. "Kemana mereka? Apa mereka sengaja ingin membuangku?." Gumamnya.

Dia, si pemburu itu adalah pangeran Alaric yang sudah hampir lima hari berburu di area hutan itu, bersama sembilan orang pengawal, dan satu ajudan kepercayaannya. Karena hobinya itu, pangeran Alaric tidak mempedulikan larangan penasehat kerajaan ataupun nasehat orang tuanya, untuk tidak berburu di hutan tersebut. Selain sangat lebat dan seperti belum terjamah oleh manusia, hutan itu juga memiliki cerita yang menyeramkan.

"Jangan berburu dihutan itu, Ayah tidak akan mengijinkanmu."

"Tapi kenapa ayah?. Kenapa ayah tidak mengijinkanku?."

"Kamu tidak tahu nak, siapapun yang masuk ke hutan itu tidak akan pernah bisa kembali dengan selamat. Banyak hewan buas, dan menurut cerita, hutan itu juga dijaga oleh sesosok makhluk aneh menyeramkan dan sadis. Dia tidak akan membiarkan manusia yang sudah berani menginjakkan kakinya dihutan itu keluar begitu saja. Ayah tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu."

"Ayah tenang saja. Itu tidak akan terjadi, aku berjanji."

Pangeran Alaric sama sekali tidak peduli dengan semua mitos atau cerita yang dia dengar. Sebaliknya dia sangat tertantang dan ingin sekali bertemu dengan makhluk itu, dan bertekad akan mengalahkan dan membawanya ke istana.

...

Pangeran Alaric melangkahkan kaki mencari ke sepuluh orang pengawalnya sambil berteriak memanggil nama mereka masing-masing. " Paman Conrad!! Matthew!! Gabriel!! Pangeran Alaric memanggil anak buahnya. Suaranya terdengar begitu menggema di tengah hutan yang sangat lebat dan jauh dari tempat asalnya.

Sudah hampir satu jam dia mencari jalan keluar dari hutan itu, dan mencari ke sepuluh pengawalnya, tapi tak kunjung menemukanya. Sebaliknya, dia malah semakin terjebak jauh kedalam hutan itu. "Sepertinya aku tersesat." Gumamnya sambil tersenyum miring.

Pangeran Alaric menghentikan langkahnya, saat merasakan kehadiran orang atau makhluk lain yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Awalnya dia mengira mungkin mereka adalah pengawalnya, tapi ternyata bukan.Yang datang menghampirinya adalah sekawanan serigala hutan yang sepertinya sedang kelaparan. Pangeran Alaric bisa melihatnya dari tatapan para serigala itu yang tertuju pada hewan buruan yang dibawanya, juga kepada dirinya. "Arggghhhh sial." umpatnya.

Manik mata berwarna biru milik pangeran Alaric bergerak sangat lincah, menatap satu persatu serigala hutan yang berjumlah lebih dari sepuluh ekor itu.

Salah satu dari kawanan serigala mulai melolong. Pangeran Alaric lalu melemparkan hewan buruan ditangannya ke arah yang lumayan jauh dari kawanan serigala tersebut. Dan dengan cepat kawanan serigala itu berlari mengejar kearah hewan buruan yang pangeran Alaric lemparkan, mengerumuni dan mencabik-cabik dagingnya hingga dalam sekejap hanya tinggal tulangnya saja yang tersisa.

Serigala yang sepertinya masih kelaparan kembali melolong, dan mulai bergerak berbalik arah mengejar pangeran Alaric yang berusaha pergi dari sana. Kawanan serigala dengan cepat menemukan keberadaan pangeran Alaric, langsung mengelilingi dan mulai menyerangnya.

Pangeran Alaric mengangkat busur dan melesatkan anak panahnya satu persatu ke arah serigala, hingga mereka semua mati, lalu dia pergi dari sana. Banyak sekali hewan buas yang dia temui, namun dengan kekuatan dan ketangkasannya dia bisa melindungi dirinya dari serangan hewan-hewan itu, walau tetap saja ada luka kecil yang dia dapatkan di tangan ataupun bagian tubuh lainya.

Setengah jam berjalan, sepertinya pangeran Alaric semakin terjebak jauh kedalam hutan. Suasana disana semakin gelap dan terasa semakin dingin. Hanya pepohonan besar dan tanaman semak belukar yang bisa dia lihat. Sejenak kemudian, mata pangeran Alaric melihat pantulan cahaya beberapa meter di depannya. Dia yakin cahaya itu berasal dari pantulan sinar matahari yang jatuh diatas permukaan air.

Dia berjalan mendekat kesana, dan seperti dugaanya, dia melihat sebuah danau yang sangat indah. Pangeran Alaric mempercepat langkahnya mendekati danau tersebut. Namun tiba-tiba, sekawanan serigala kembali menghadangnya. Sial. Mereka menyerang pangeran Alaric, hingga pertarungan sengit pun terjadi.

Pangeran Alaric melawan kawanan serigala itu seorang diri dengan pedangnya, karena anak panah yang dia bawa habis tak tersisa. Pangeran Alaric sedikit kewalahan, hingga ia pun lengah. Salah satu serigala itu menyerang dari belakang dan menggigitnya hingga dia terluka cukup dalam.

Darah segar menetes dari luka gigitan itu. Bau darah pangeran Alaric membuat para serigala semakin bernafsu untuk memangsanya. Banyaknya luka gigittan dan cakaran dari para serigala membuat pertahanannya melemah. Dia merasa tidak mungkin akan menang melawan kawanan serigala itu sendirian. Dia harus bisa secepatnya pergi melarikan diri darisana. Tapi bagaimana mungkin?. Dia terluka dan banyak mengeluarkan darah, serigala-serigala itu pasti dengan mudah bisa mengejarnya.

Sebisa mungkin dia bertahan melawan serigala itu, walau harus mendapatkan luka yang lebih banyak ditubuhnya.

Pangeran Alaric semakin kewalahan menghadapi para serigala itu. Dia memilih untuk melarikan diri, tapi usahanya sia-sia. Para serigala mengejarnya, dan satu diantaranya bahkan akan menerkamnya. Serigala itu kini berada di atas tubuh pangeran Alaric, dan sedang bersiap menerkam lehernya. Namun tiba-tiba saja, secepat kilat sebuah anak panah melesat dan tertancap tepat di leher serigala itu, hingga dia roboh ke tanah.

Tak hanya satu, tapi puluhan anak panah seolah bertebangan dan menancap tepat di tubuh kawanan serigala itu hingga akhirnya mereka semua mati. Pangeran Alaric menghela nafas lega, karena lolos dari maut. Para pengawalnya datang disaat yang tepat. Aku harus memberikan penghargaan yang sangat besar kepada mereka. Itulah yang dipikirkan pangeran Alaric saat ini, untuk para pengawal yang sudah menyelamatkanya dari kematian konyol yang akan sangat memalukan bagi keluarga kerajaan.

Pangeran Alaric bangkit dengan menahan rasa sakit karena luka ditubuhnya. Dia sedikit heran saat melihat tidak ada satupun pengawalnya ditempat itu. Yang ada hanyalah bangkai kawanan serigala dengan panah yang masih menancap di tubuhnya. "Kemana perginya mereka?. Kenapa bisa secepat itu?." Gumamnya.

Pangeran Alaric mengedarkan pandangan mencari jejak para pengawalnya, tapi dia tidak menemukanya. Dan sepertinya memang tidak ada tanda-tanda kalau ada orang yang datang kesana selain dirinya dan para serigala itu.

Sesaat kemuadian, pangeran Alaric tertegun, saat melihat tubuh salah satu bangkai serigala yang berubah warna menjadi biru kehitaman. Dia mendekati dan memperhatikan anak panah tersebut untuk memastikan sesuatu. Ternyata apa yang dia fikirkan memang benar, anak panah tersebut memang beracun. Dan....anak panah itu bukan anak panah yang dia atau pengawalnya gunakan. Anak panah itu bukan berasal atau milik kerajaannya.

"Lalu dari mana anak panah itu berasal?. Siapa pemiliknya?. Siapa yang telah menyelamatkan nyawaku? Kemana dia?." Tanyanya heran.

🌻🌻🌻🌻

XENA @BAB 2

Pangeran Alaric melebarkan mata, menolehkan pandangan ke segala arah, mencari keberadaan orang yang telah menyelamatkanya. Dia sangat yakin orang itu bukan orang sembarangan. Orang itu pastilah seorang ksatria hebat. Itu terbukti dari kemampuanya memanah kawanan serigala tadi. Dengan waktu beberapa detik saja, orang itu sudah berhasil melumpuhkan kawanan serigala buas yang hampir saja memangsanya.

Pangeran Alaric masih mencari sosok ksatria itu, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaanya disana. Sampai sepersekian detik selanjutnya, telinganya bisa mendengar pergerakan dari arah belakang. Secepatnya dia berbalik, dan benar saja sosok itu ada dibelakangnya. Pangeran Alaric melihat sesosok tubuh tegap, walau tak setegap dirinya, memakai pakaian tertutup bahkan sampai kepalanya, berwarna serba hitam, dengan busur ditangan dan banyak anak panah, tengah berdiri membelakanginya.

Ksatria itu melangkahkan kaki, sepertinya dia akan pergi. "Tunggu." Kata Alaric membuat langkah ksatria itu terhenti. "Siapa kamu?."Tanyanya. ksatria itu tidak menjawab.

"Maksudku, terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku." Imbuh pangeran Alaric.

"Tidak perlu berterima kasih!! Sekarang pergi saja dari sini dan jangan pernah berani menginjakkan kakimu di hutan ini, jika kamu masih ingin hidup." Jawab ksatria itu tanpa berbalik.

"Aku juga ingin keluar dari sini, tapi aku tidak bisa menemukan jalan keluar. Apa kamu tahu jalan keluar dari hutan ini?." Tanya pangeran Alaric.

"Ikuti saja burung itu. Dia akan menunjukan kemana arah keluar dari hutan ini." Jawab si ksatria, seraya menunjukan tanganya ke arah ranting pohon. Pangeran Alaric melihat ada seekor burung bertengger disana.

"Apa aku tidak boleh ikut bersamamu?. Aku sedang terluka. Aku tidak bisa melawan, seandainya saja nanti aku kembali diserang binatang buas dihutan ini." Ujar Alaric.

Ksatria itu berbalik, menatap Alaric dengan seksama. Begitupun sebaliknya.

Pangeran Alaric memperhatikan sosok yang berdiri sekitar tiga meter didepanya. Dia tidak bisa melihat jelas wajah ksatria itu karena hampir seluruh wajahnya tertutup kain hitam menyerupai cadar, hingga hanya bagian matanya saja yang bisa dia lihat.

"Kamu seorang Zephyrus?." Tanya ksatria itu.

Kenapa dia bertanya seperti itu?. Tanya Alaric dalam hati. Dari nada dan caranya bertanya, Pangeran Alaric sepertinya merasakan kalau ksatria itu tidak suka saat dia mengatakan "Zephyrus". Apa mungkin dia mata-mata musuh kerajaanya?. Tanyanya lagi dalam hati.

"Bukan!! Aku....aku hanya seorang pem.... Maksudku aku hanya orang biasa yang tersesat dihutan ini."Jawab Alaric

"Apa mungkin orang biasa bisa memiliki pedang seperti itu?." Tanya ksatria itu curiga.

"Oh ini. Ini bukan milikku. Sebenarnya aku mencuri pedang ini dari seorang pengawal kerajaan saat aku kabur dari tahanan."Jawab Alaric berbohong.

Ksatria itu bergeming. Alaric terus meyakinkan sang ksatria hingga akhirnya dia mau menolong mengobati luka-luka ditubuhnya. "Ikuti aku." Ksatria itu membawa Alaric ke sebuah ruangan bawah tanah, mirip bungker kecil, setelah sebelumnya Alaric setuju, saat ksatria itu mengajukan syarat agar Alaric bersedia menutup matanya dengan kain yang diberikannya.

Ksatria itu mengijinkan Alaric membuka kain penutup matanya saat dia sudah selesai mengobatinya. "Makanlah. Kamu pasti lapar." Ujar ksatria itu seraya menyimpan satu sisir buah pisang.

"Terima kasih." Ucap Alaric yang berusaha mencuri pandang ke arah si ksatria misterius itu. "Apa kamu tinggal disini?." Tanyanya.

"Kamu tidak perlu tahu." Jawab sang ksatria, acuh. "Makan saja, lalu istirahatlah. Setelah itu pergi dari sini, dan anggap saja kita tidak pernah bertemu." Tegas si ksatria.

"Lalu bagaimana caraku untuk membalas budi baikmu?." Tanya Alaric.

"Sudah ku bilang anggap saja kita tidak pernah bertemu. Lupakan saja kalau aku pernah menolongmu. Aku tahu kamu seorang Zhephyrus. Dan aku tidak suka." Ujarnya. Membuat Alaric tersentak. Dia ternyata sangat pintar dan tidak mudah dibohongi.

"Lalu kenapa kau mau menolongku?." Tanya Alaric.

"Kalau aku tahu kamu seorang Zhepyrus, aku tidak mungkin menolongmu. Aku menyesal." Jawab ksatria itu.

"Kenapa kamu tidak menyukai Zhepyrus?. Bukankah hutan ini dan kamu masih berada diwilayah kekuasaannya?." Tanya Alaric penasaran.

"Itu memang benar. Tapi bukan berarti aku harus menyukai kalian?." Jawab ksatria itu, lalu pergi meninggalkan pangeran Alaric sendirian di bungker itu. Pangeran Alaric sangat penasaran dengan sosok ksatria misterius itu, dan kenapa dia sepertinya sangat tidak suka bahkan cenderung terasa membenci kerajaanya.

....

Pangeran Alaric bangun setelah empat jam lamanya beristirahat. Tubuhnya terasa lebih baik, lukanya pun dirasa tidak sesakit tadi. Obat yang diberikan ksatria misterius itu cukup mujarab. Selain jago memanah, dia juga ternyata pintar mengobati.

Pangeran Alaric melangkahkan kaki mencari pintu keluar dari bungker itu, tapi tidak juga menemukanya. Menarik sekali orang ini. Apa sekarang dia ingin mengurungku disini?." Gumamnya dalam hati.

Alaric dibuat semakin penasaran oleh ksatria misterius yang telah menyelamatkan dirinya. Selain itu, Alaric juga ingin tahu kenapa dia sepertinya sangat membenci kerajaanya. Siapa sebenarnya dia?. Mungkinkah dia seorang pemberontak?. Mata-mata musuh?. Atau mungkin dia mempunyai dendam pribadi kepada kerajaannya atau orang-orang yang ada dikerajaanya?. Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dalam benak pangeran Alaric

....

Malam telah tiba, tapi ksatria itu tidak juga muncul. Alaric memakan sisa buah pisang karena merasakan lapar. Dia melebarkan matanya menjelajahi seisi bunker. Rasanya tempat ini tidak asing baginya. Ya benar memang tidak asing karena dia sering masuk ke dalam bunker seperti ini, saat sedang berperang. Setelah itu dia pun tertidur.

...

Pagi harinya saat terbangun, ternyata ksatria itu sudah berada di dalam bunker, berdiri di ujung sana memperhatikan Alaric dengan kedua tangan yang dia lipat didadanya.

"Tidak usah menatapku seperti itu. Makan dan cepatlah pergi dari sini. Kamu sudah terlalu merepotkanku." Ujar ksatria yang masih menggunakan pakaian serba hitam itu.

Ada sepotong roti tepung yang sepertinya baru saja dibuat. Juga buah pisang baru, karena buah pisang sebelumnya sudah dia habiskan. "Cepat makan. Aku akan segera mengantarkanmu." Titah ksatria itu.

Pangeran Alaric menurut patuh. Dia memakan roti dan pisang itu." Kamu tidak makan?." Tanyanya disela-sela dia menikmati roti itu.

"Tidak perlu mempedulikanku." Jawab ksatria itu cepat. Pangeran Alaric tidak lagi bertanya, dan fokus pada makanannya.

Selesai makan, Ksatria itu melemparkan kain penutup mata yang harus dipakai pangeran Alaric. " Apa kamu seorang wanita?." Alaric kembali bertanya pada ksatria itu. Dan sepertinya ksatria itu tidak suka mendengar pertanyaanya. Dia tidak menjawab pertanyaan pangeran Alaric.

Pangeran Alaric beranjak dari duduknya, lalu melangkah mendekati ksatria misterius yang berdiri membelakanginya. Dengan cepat ksatria itu berbalik siaga seraya mengarahkan pedangnya ke arah pangeran Alaric, saat dia merasakan sentuhan tangan pangeran Alaric di bahunya. "Berani sekali kamu menyentuhku." Hardiknya marah, seraya menatap tajam dan mengarahkan pedangnya.

Pangeran Alaric tersentak dan refleks mengangkat satu tanganya. Dia menatap manik mata ksatria itu sejenak lalu berkata: "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud kurang ajar. Ada sesuatu dibahu kamu. Ini" Jelasnya, seraya menunjukan seekor ular kecil yang cukup berbisa. Ular itu menempel di bahu si ksatria.

Manik mata ksatria misterius bergerak kearah ular itu, menatapnya beberapa detik, sebelum akhirnya dia melemparkan ular itu dengan pedangnya. Gerakan yang begitu cepat membuat pangeran Alaric kembali tersentak, namun sesaat kemudian timbul rasa kagum dalam hatinya pada ksatria itu. Benar-benar hebat. Aku yakin dia seorang ksatria yang tangguh. Jika memang dia seorang mata-mata, dia adalah ancaman yang sangat berbahaya. Aku harus hati-hati. Jangan sampai dia tahu siapa aku sebenarnya. Batin Alaric

XENA @BAB 3

Mereka berdua sudah keluar dari bungker itu. Sang ksatria membuka kain penutup mata yang dipakai pangeran Alaric. "Pergi dan ikuti kemana burung itu terbang, karena dia yang akan membawamu keluar dari hutan ini." Ujar ksatria itu, lalu dia naik menunggangi seekor kuda putih.

"Tunggu!! Alaric menghentikan ksatria itu. "Terima kasih sudah menyelamatkan dan merawatku. Siapa namamu?." Tanyanya. Tapi ksatria itu tidak menjawab dan pergi begitu saja.

Kita pasti akan bertemu lagi. Aku pasti akan menemukanmu. Gumam pangeran Alaric dalam hati.

Pangeran Alaric berjalan mengikuti burung itu, sampai akhirnya dia bisa keluar dari hutan. Pangeran Alaric berterima kasih kepada sang burung walau dia tidak tahu burung itu mendengarnya atau tidak, karena dia sudah terbang jauh, menghilang dari pandanganya.

Pangeran Alaric berjalan menuju arah kepulan asap yang dilihatnya di udara. Dia yakin kepulan asap itu berasal dari camp-nya, dan itu memang benar. Dia mempercepat langkahnya hingga akhirnya sampai disana. "Pangeran!! Seru salah satu pengawal saat melihat pangeran Alaric.

Semua pengawal berdiri sambil menunduk hormat. Walau merasa malu dan takut, tapi mereka senang dan merasa lega melihat sang pangeran telah kembali dan baik-baik saja. Semuanya berlutut dan menundukkan kepala.

"Ampuni kami pangeran. Kami ceroboh. Kami pantas mati." Ujar Conrad, kepala pengawal seraya berlutut dan menundukkan kepala, diikuti semua pengawal lainya.

"Bangunlah!! Tidak perlu kalian berlutut seperti itu." Sahut Alaric.

"Terima kasih pangeran." Conrad dan para pengawalnya bangun.

"Pangeran, anda terluka?." Ujar Conrad cemas.

"Ini hanya luka kecil, aku baik-baik saja. Aku hanya ingin istirahat sebentar." Sahut pangeran Alaric, lalu masuk ke dalam camp-nya untuk istirahat.

Pangeran Alaric masih memikirkan ksatria misterius itu. Dia sangat yakin sosok ksatria itu adalah seorang perempuan. Dia bisa melihat dari gestur tubuh juga suaranya. Walaupun dia (ksatria itu) saat berbicara suaranya dibuat seperti suara laki-laki, pangeran Alaric tahu dia adalah seorang perempuan.

Keyakinannya semakin kuat saat dia menatap manik mata Amber milik ksatria misterius itu, pada saat dia menunjukan ular tadi. Walau hanya beberapa detik, pangeran Alaric yakin dia seorang perempuan. Menurutnya, tidak mungkin ada laki-laki yang memiliki mata seindah itu. Aku pastikan secepatnya kita akan bertemu lagi. Bagaimanapun juga dia sudah menyelamatkanku. Dia pantas diberi penghargaan. Gumamnya.

Jenderal Conrad memerintahkan salah satu anak buahnya memeriksa dan mengobati luka pangeran, karena besok mereka akan kembali ke istana. Setelah itu pangeran Alaric dan jenderal Conrad nampak berbincang. Pangeran Alaric menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Aku minta paman jangan menceritakan apa yang terjadi padaku, jika kita tiba di istana." Ujar Alaric pada Conrad.

"Sesuai perintah pangeran." Jawab Conrad. Bagaimana mungkin dia akan memberitahukan semua ini pada raja. Kalau raja tahu nyawa pangeran hampir melayang, maka nyawanya dan kesembilan pengawal yang akan jadi taruhanya.

"Paman Conrad, siapa yang bertanggung jawab memimpin wilayah ini?." Tanya Pangeran Alaric.

"Kalau tidak salah wilayah ini ada dibawah kepemimpinan Dimitri, pangeran." Jawab jenderal Conrad.

"Oh dia. Apa paman tahu, seberapa luas wilayah ini, dan apa ada pemukiman warga disekitar sini?."

"Ada pangeran. Ada satu desa di seberang hutan ini, yang masih masuk dalam kekuasan wilayah kerajaan kita." Jelas Conrad.

"Aku ingin kesana. Paman tidak keberatan kan mengantarkanku?."

"Tentu saja tidak pangeran. Tapi maaf, tidak sekarang. Kita harus secepatnya kembali ke istana. Kalau tidak, raja pasti akan sangat marah dan mengkhawatirkan pangeran. Sudah satu pekan lebih kita meninggalkan istana." Jawab jenderal Conrad.

"Baiklah."

🌼🌼🌼🌼🌼

Di tempat berbeda, di seberang hutan itu ada sebuah desa kecil yang dihuni oleh kurang lebih sekitar seratus lima puluh orang penduduk, yang terbagi menjadi enam puluh keluarga atau rumah. Mayoritas penduduk disana bekerja sebagai petani gandum, kentang, oat dan ada juga yang mengurus hewan ternak seperti domba dan sapi.

Ditempat itulah Xena dan keluarganya tinggal. Dia tinggal bersama kakek dan neneknya, juga kakak perempuannya yang bernama Audrey.

Xena Elvira Corrado, seorang gadis berparas cantik, yang memiliki mata indah. Tubuhnya yang ramping dengan rambut pirangnya membuatnya menjadi gadis tercantik didesanya. Tidak hanya parasnya saja yang cantik, tapi juga hatinya.

Selain cantik, Xena juga pandai dalam ilmu beladiri, memanah juga memainkan pedang. Sejak kecil sampai sekarang, Xena memang senang sekali belajar semua itu bersama almarhum ayah dan juga kakeknya. Tak heran jika kini dia begitu mahir. Tapi, tidak ada satupun yang tahu kehebatan yang dia miliki, karena Xena tidak pernah menunjukan kehebatannya didepan orang lain, kecuali didepan kakeknya dan paman Yacob.

Paman Yacob adalah sahabat baik ayah Xena, yang Xena dan Audrey anggap seperti pamanya sendiri. Paman Yacob tinggal tidak jauh dari rumah kakek Abraham. Sejak kematian Hector, Yacob dan kakek Abraham lah yang selalu menjaga Xena dan Audrey.

Xena sering membantu kakek dan nenek mereka di ladang. Walau Audrey pergi ke ladang hanya mengantarkan makanan dan sesekali membantu, itupun tidak lama.

Berbeda dengan Xena, Audrey sama sekali tidak tertarik mempelajari apa yang Xena pelajari dari ayah dan kakeknya. Sejak dulu, Audrey bercita-cita ingin masuk ke istana, menjadi seorang pelayan atau apapun yang penting dia bisa bekerja di istana, seperti almarhum orangtuanya dulu.

Hidup di desa terpencil seperti ini sungguh tidak menyenangkan bagi Audrey. Dia masih ingat bagaimana senangnya saat dulu dia, Xena kecil dan juga orang tuanya masih tinggal di istana, dan karena itulah yang membuatnya ingin kembali tinggal disana.

Usia Audrey lima tahun lebih tua dari Xena. Tak berbeda dengan Xena, Audrey juga memiliki paras yang cantik, dan rambut pirang. Sekilas mereka berdua terlihat seperti saudara kembar, hanya iris mata mereka saja yang berbeda. Sifat dan karakter mereka juga berbeda. Audrey tidak seramah Xena. Dia cenderung tinggi hati dan sedikit pemalas.

Dengan wajah cantik yang dimilikinya, Audrey sangat yakin bisa mendapatkan lelaki dari keturunan bangsawan. Oleh karena itu dia semakin berambisi ingin bisa masuk ke dalam lingkungan istana kerajaan.

Selain menanam gandum dan kentang, kakek Abraham juga menanam bibit bunga di ladangnya. Xena yang bertanggung jawab merawat tanaman bunga-bunga itu. Seperti kebanyakan perempuan pada umumnya, Xena sangat menyukai bunga, apalagi bunga mawar dan lily.

Xena memang sangat senang menghabiskan waktunya di alam bebas. Bermain-main dengan kuda, anjing dan juga burung peliharaanya. Selain itu dia juga sangat senang bermain di sungai yang ada di dekat hutan. Hutan yang sama saat dirinya menyelamatkan seorang lelaki Zephyrus dari serangan kawanan serigala.

Xena tidak tahu kalau lelaki yang dia selamatkan adalah lelaki yang paling dia benci. Dia adalah pangeran Alaric, putra mahkota dari kerajaan Zhepyra. Xena sangat membencinya, karena menurutnya dialah yang telah menyebabkan kematian ayahnya, Hector Corrado, tiga belas tahun lalu.

Sejak kematian ayahnya, Xena menyimpan dendam pada sang pangeran. Bagi Xena pangeran Alaric lah yang bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Walau ibu dan kakeknya sudah menjelaskan bahwa ayahnya meninggal dalam menjalankan tugasnya yang sangat mulia, yaitu melindungi putra mahkota, bagi Xena tetap saja semua tidak adil. Ayahnya mati gara-gara putra mahkota, itulah yang difikirkanya dari dulu sampai sekarang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!