Sudah satu bulan Mentari dan Kenzo menikah. Pernikahan mereka terjadi karena sebuah insiden. Jadi di malam itu Kenzo salah masuk kamar hotel. Kebetulan kamar hotel yang dia masuki itu kamar Mentari. Ini salah sahabat Mentari yang di malam itu keluar di saat Mentari sedang tidur. Namun dia lupa menutup pintu. Kebetulan teman Mentari itu ingin menemui kekasihnya saat itu yang ada di lobi hotel.
Dunia Mentari seakan berubah setelah dia menikah dengan Kenzo Zua sang selebritis terkenal di ibukota. Tentu mereka menjadi sorotan publik. Di depan kamera mereka terlihat sangat mesra. Namun jika di rumah mereka menjaga jarak. Bahkan mereka tidur pisah kamar. Kenzo tak sudi jika satu kamar dengan istrinya yang sama sekali tidak dia cinta. Dia menikahi Mentari karena saat skandal satu bulan yang lalu banyak sekali fans yang mendukung hubungan mereka berdua. Jadi Kenzo menggunakan kesempatan itu untuk popularitasnya.
Mentari dan Kenzo baru pulang pemotretan. Kenzo keluar dari mobil begitu saja meninggalkan Mentari yang masih duduk di dalam. Mentari mengambil perlengkapan mereka yang di taruh di bagasi.
''Duh beratnya,'' gumam Mentari sambil menarik koper milik Kenzo. Di antara barang peribadi miliknya dan Kenzo lebih banyak milik Kenzo.
Kenzo yang sedang duduk di sofa, menatap ke arah pintu masuk. Namun Mentari belum juga terlihat.
''Tari , cepat! Lelet banget sih jadi orang,'' Kenzo merasa tak sabar karena Mentari begitu lama.
Terlihat Mentari yang baru memasuki rumah dengan berjalan tergopoh-gopoh karena merasa berat membawa koper milik suaminya.
Dengan tidak sabar Kenzo berteriak memanggil istrinya.
''Cepat sini!'' ucapnya dengan nada suara meninggi.
Mentari menaruh kopernya di dekat sofa ruang keluarga. Lalu dia mendekati suaminya yang sedang duduk sambil menopang satu kaki di kaki yang lainnya.
''Ada apa, Mas?''
Mendengar kata Mas, tentu membuat Kenzo menoleh menatap istrinya.
''Mas? Ini di rumah ya, jadi jangan panggil saya dengan sebutan itu. Kamu boleh memanggil Mas jika kita sedang berada di lokasi shooting,'' ucapnya.
''Baik, Tuan. Saya minta maaf,'' Mentari berucap sambil menunduk.
''Bagus, sekarang buatkan saya minum!' pintanya.
''Baik, Tuan. Saya permisi dulu,'' Mentari pergi ke dapur untuk membuatkan minuman kesukaan suaminya.
Tak lama Mentari kembali dengan membawakan es lemon tea kesukaan suaminya.
''Silakan di nikmati, Tuan!'' Mentari menaruh gelas berisi lemon tea ke atas meja.
Dengan cepat Kenzo langsung menyambar gelas itu karena dia sudah merasakan sangat haus.
''Apa-apaan ini? Kenapa lemon tea rasanya seperti ini?'' Kenzo meludah ke samping sehingga lantai di sampingnya basah.
''Maaf, Tuan. Tapi bukannya Tuan suka lemon tea?''
''Ya saya suka, tapi bukan yang seprti ini rasanya. Ah dasar tidak becus. Cepat bersihkan lantainya! Saya gerah kalau bicara sama kamu,'' setelah mengatakan itu Kenzo berlalu pergi menuju ke kamar.
Mentari menatap kepergian suaminya hingga tak terlihat lagi dari pandangan matanya. Dia sedikit menghela napasnya lalu segera pergi dari sana.
Mentari sudah kembali dengan membawa alat pel. Dia mulai mengepel lantai yang basah yang tadi suaminya meludah.
Kini Mentari sudah berada di kamarnya. Dia segera beristirahat karena merasa sangat lelah.
Baru juga dia duduk, namun Mentari mendengar pintu kamarnya ada yang mengetuk dari luar.
"Siapa sih yang datang?" gumamnya.
Mentari membuka pintu kamarnya. Dia melihat suaminya yang sedang berdiri dengan menaruh tangannya di atas pinggang.
''Ayo ke kamarku!'' ajaknya.
''Kamar? '' mendengar kata kamar tentu Mentari panik. Dia takut jika suaminya melakukan sesuatu kepadanya.
''Iya kamar, cepat kamu bereskan kamar saya!'' pintanya.
Mentari merasa lega, karena ternyata suaminya memanggilnya hanya untuk membereskan kamarnya.
Dengan menahan rasa lelah, Mentari pergi ke kamar suaminya. Sedangkan Kenzo pergi ke lantai bawah. Dia akan menunggu di bawah sampai Mentari selesai merapikan kamarnya.
Mentari yang sedang membereskan kamar, tak sengaja dia melihat laci meja paling bawah terbuka. Dia hendak menutup kembali laci yang terbuka itu. Namun tatapannya tak sengaja melihat sesuatu di dalam laci. Itu adalah foto Kenzo bersama seorang wanita cantik. Sepertinya itu foto lama karena tempat mereka berfoto itu di depan universitas.
Mentari kaget saat mendengar pintu kamar terbuka. Dia hendak menaruh kembali foto yang sedang dia pegang, namun foto itu malah terjatuh dan membuat kaca figuranya pecah.
''Hei apa yang kamu pecahkan?'' dengan langkah cepat Kenzo menghampiri Mentari. Dia marah saat melihat foto kenang-kenangannya jatuh ke lantai. Untung saja hanya kaca figuranya saja yang pecah, sedangkan fotonya masih utuh.
Dengan cepat Kenzo menaruh tangannya di leher istrinya. Dia mencekik leher istrinya hingga sampai terlihat agak kebiruan.
Uhuk uhuk
Mentari terbatuk saat melihat suaminya yang sudah melepaskan tangannya. Mentari memunguti pecahan kaca figura dengan tergesa-gesa agar dia bisa cepat keluar dari kamar itu.
Mentari sudah kembali ke kamarnya. Dia menangis menumpahkan sesak di dadanya. Sungguh bukan pernikahan seperti ini yang dia inginkan. Setiap orang pasti menginginkan pernikahan yang bahagia dan begitu pun dengan dirinya. Namun semuanya tidak seperti yang dia pikirkan. Suaminya sangat kasar dan suka main tangan.
''Sampai kapan aku bertahan?'' gumam Mentari.
Berada di posisi mentari tentu sangat sulit. Dia yang seorang istri dari selebritis terkenal tentu harus menjaga image suaminya.
.....
Hari ini Kenzo dan Mentari tidak pergi shooting. Karena hari ini hari libur mereka.
Mentari mengusap perutnya karena merasa lapar. Dia memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mencari apa yang bisa di makan untuk mengganjal perutnya.
Saat menuruni tangga, tak sengaja Mentari melihat suaminya yang sedang mengobrol asyik bersama seorang wanita. Karena merasa penasaran, Mentari menghampiri mereka.
''Maaf, apa mau saya buatkan minum?'' tanya Mentari. Sebenarnya dia mendekati mereka karena penasaran dengan wanita yang sedang bersama suaminya.
''Tidak perlu. Pergi sana! Mengganggu saja,'' gumam Kenzo.
Mentari masih tak bisa mengalihkan arah pandangnya dari wajah wanita yang saat ini sedang bersama dengan suaminya. Wanita itu yang ada di foto, berdua bersama suaminya.
Kenzo merasa tak suka saat melihat Mentari yang masih diam di tempatnya, bukannya pergi dari sana.
''Ngapain masih disitu! Cepat pergi!'' usirnya.
''Maaf, Tuan.'' Mentari langsung menundukkan pandangannya lalu dia segera pergi dari sana.
Wanita yang bersama Kenzo bernama Vania. Dia merupakan mantan kekasih Kenzo saat kuliah dulu.
''Sudah jangan marah-marah! Lagian dia salah apa sehingga kamu bisa semarah itu?'' tanya Vania.
''Entahlah, yang jelas aku sangat membencinya.'' terlihat Kenzo terkesan membenci Mentari tanpa alasan yang jelas.
''Kalau benci ngapain di nikahi?'' Vania kembali bertanya.
''Itu semua demi popularitasku,'' jawabnya.
Vania memegang satu tangan Kenzo lalu mengusapnya.
''Tenanglah! Mana Kenzo yang manis seperti dulu?'' Vania tersenyum menatap Kenzo.
Melihat senyuman itu tentu Kenzo ikut tersenyum. Dia senang karena kedatangan Vania ke kehidupannya lagi bisa membuat perasaannya tenang. Vania masih seperti dulu, satu-satunya wanita yang bisa membuat hatinya berdebar.
Mentari dan Kenzo sedang berpose mesra di depan kamera. Mereka melakukan pemotretan gaun pengantin dari salah satau desainer terkenal. Pose yang mereka lakukan sangat bagus dan terlihat serasi.
''Oke, kita istirahat dulu,'' ucap seorang fotographer sambil melihat hasil jepretannya.
Mentari dan Kenzo pergi ke tempat istirahat mereka.
Terlihat dua orang wartawan yang menghampiri mereka berdua.
''Selamat siang Tuan Kenzo, Nona Mentari, bolehkah kami sedikit mewawancarai kalian?'' tanya seorang wartawan sambil mengarahkan kameranya untuk merekam mereka.
''Silakan!'' ucap Kenzo. Lalu dia menggeser kursi yang sedang di duduki oleh istrinya sehingga dekat dengannya. Kini kursi mereka berdempetan. Kenzo langsung merengkuh pinggang Mentari sehingga mereka berdua terlihat sangat mesra.
''Wah sepertinya Tuan Kenzo dan Nona Mentari ini pasangan yang sangat hasrmonis. Boleh kasih tahu kami apa tips dari kemesraan kalian berdua? Kami lihat-lihat kalian itu terlihat romantis di manapun,'' ucap wartawan perempuan yang bertanya kepada mereka berdua.
''Tentu kami akan selalu terlihat romantis. Karena saya dan Mentari saling mencintai,'' Kenzo berucap sambil menatap Mentari yang duduk di sebelahnya. Dia juga menyunggingkan senyum manisnya.
Mentari ikut tersenyum menatap suaminya. Namun senyum manisnya itu hanyalah akting dan itu membuatnya sangat muak. Mentari merasa tidak bebas dengan pernikahannya yang penuh kebohongan.
Wartawan yang tadi kini beralih bertanya kepada Mentari.
''Nona Mentari, jika di lihat-lihat banyak di luar sana wanita yang menuja-muja Tuan Kenzo dan banyak pula yang ingin dekat dengannya. Apa Nona Mentari tidak merasa cemburu dengan para gadis di luar sana?''
''Tentu tidak. Untuk apa saya cemburu sama mereka yang bukan siapa-siapa. Saya ini istri sahnya dan tidak sepantasnya saya cemburu sama mereka. Lagian saya tahu jika suami saya ini sangat mencintai saya,'' Mentari berucap sembari menatap wajah tampan Kenzo.
Kenzo tersenyum puas mendengar perkataan Mentari yang terlihat sangat meyakinkan di depan wartawan.
''Wah sepertinya kalian ini pasangan yang tak terpisahkan,'' pujinya.
Kenzo mendekatkan wajahnya di kening Mentari lalu menciumnya sekilas. Tentu momen itu terekam kamera.
Hanya sebentar ke dua wartawan itu mewawancarai mereka. Kini keduanya pergi dari sana setelah mendapat berita terupdate dari pasangan Kenzo dan Mentari.
Kenzo kembali menarik kursinya agar menjauh dari Mentari. Sudah cukup dia dekat-dekat dengan Mentari. Lagian sekarang wartawan sudah pergi, jadi tidak ada alasan untuk mereka berdua duduk berdekatan.
''Jangan terlalu percaya diri! Yang tadi hanya akting,'' ucap Kenzo.
''Aku tahu,'' ucapnya sambil tersenyum kecut.
''Waktu istirahat kita kurang lima belas menit lagi. Saya mau keluar cari makan,'' ucap Kenzo sambil menatap jam yang melingkar di tangannya.
''Apa tidak sebaiknya kita makan bekal saja? Bekal yang aku bawa cukup banyak.''
''Kamu kira saya mau memakan makanan sampah itu. Sorry nggak level,'' Kenzo beranjak dari duduknya lalu pergi dari sana.
Mentari menatap kepergian Kenzo dengan senyum yang sulit di artikan.
'Sudah biasa,' batinnya.
Mentari mengambil bekal miliknya. Dia memang selalu membawa bekal dari rumah. Karena sebelumnya dia pernah sedang makan di luar bersama Kenzo namun terus di desak karena waktu mereka tak banyak, dan harus kembali pemotretan. Jadi dari kejadian itu Mentari memilih untuk selalu membawa bekal agar dia bisa makan di area pemotretan tanpa keluar mencari restoran.
.....
.....
Untuk yang kedua kalinya Mentari melihat suaminya membawa wanita yang sama seperti beberapa hari yang lalu. Mereka asyik mengobrol dan terlihat tampak dekat. Mentari tetap acuh dengan keberadaan mereka. Dia tetap melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya.
Dengan sengaja Kenzo menumpahkan minuman miliknya ke lantai. Lalu dia memanggil Mentari yang sedang menyapu di ruang depan.
''Tari ... Tari ... cepat sini!'' panggilnya dengan sedikit mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Mentari.
Mentari menghentikan pekerjaannya sejenak lalu dia menghampiri suaminya yang memanggilnya.
''Ada yang bisa saya bantu, Tuan Kenzo?'' tanya Mentari yang saat ini berdiri tak jauh dari mereka.
''Bersihkan lantai ini!'' Kenzo menunjuk lantai di sampingnya yang basah.
''Baiklah,'' ucapnya sambil menghela napas.
Mentari menyelesaikan menyapu di ruang depan karena nanggung, sebentar lagi mau selesai.
Mentari mulai mengepel lantai yang basah. Sesekali dia mendengar obrolan Kenzo dan Vania.
''Aku baru sadar kalau sekarang kamu semakin cantik saja, Van.'' ucap Kenzo.
''Kamu juga sangat tampan, Ken. Ah kenapa dulu kita putus ya?''
''Kamu menyesal sudah putus denganku?''
''Sedikit,'' ucapnya sambil melirik Mentari yang sedang mengepel.
Saat Mentari sudah pergi, dengan berani Vania memegang satu tangan Kenzo dan mengusapnya penuh sensual.
Kenzo melihat tingkah Vania kepadanya. Itu mengingatkannya dengan kisah asmara mereka di masa lalu.
Kenzo tercengang saat mendengar Vania berbisik di telinganya.
''Kamu serius?'' tanya Kenzo.
''Serius,'' jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kenzo menggenggam erat tangan Vania. Dia hendak mendekatkan wajahnya, namun Vania mencegahnya.
''Jangan disini! Nanti ada yang melihat,'' ucap Vania.
''Ayo kita ke kamarku,'' Kenzo menggandeng tangan Vania lalu keduanya pergi menuju ke kamar Kenzo.
Mentari muncul dari arah belakang. Saat melewati ruang keluarga dia tak melihat keberadaan Kenzo dan juga Vania. Namun anehnya tas milik Vania masih tergeletak di atas sofa.
''Kemana mereka?'' gumam Mentari sambil mengedarkan pandangannya menatap sekitar.
Mentari berusaha acuh. Dia pergi ke kamarnya yang ada di lantai atas. Tepatnya di sebelah kamar Kenzo.
Sayang sekali Mentari tidak bisa mendengar apa yang di lakukan oleh Kenzo dan Vania, karena kamar yang mereka tempati kedap suara.
Sesampainya di kamar, Mentari mendengar ponsel miliknya berdering. Dia mengambil ponsel miliknya yang ada di atas meja dan melihat siapa yang melakukan panggilan. Ternayata dia Rinda, temannya yang sudah los kontak dengannya sejak satu bulan yang lalu. Teman yang meninggalkannya di hotel dan membuatnya terjebak di kehidupan Kenzo.
''Akhirnya kamu menelepon juga setelah sekian lama. Awas saja kamu, Rin.'' Mentari meggeser tombol hijau di layar ponselnya. Dia mendekatkan ponselnya ke telinga.
📞''Hallo Tari sayangku, cintaku. Bagaimana nih rasanya jadi artis?'' tanya Rinda dari seberang sana.
📞''Hei, ini semua gara-gara kamu, Rin. Kamu malah menghilang tak bertanggung jawab. Telat sekali baru melepon sekarang. Dari satu bulan yang lalu aku butuh kamu untuk menjelaskan semuanya ke wartawan, tapi kenapa baru muncul sekarang? Kemana saja kamu?'' Mentari tampak kesal dengan sahabatnya itu.
📞''Sorry, malam itu tak sengaja lupa menutup pintu, habisnya terburu-buru sih. Tapi enak kan sekarang kamu jadi bisa menikah dengan selebritis?''
📞''Enak apanya, yang ada tersiksa hidup penuh keterpura-puraan seperti ini.''
📞''Masa sih? Di depan kamera kalian terlihat romantis sekali.''
📞''Ya itu jika di depan kamera. Beda lagi jika di rumah.''
📞''Lebih baik kita bertemu saja deh, aku sudah tidak sabar mendengar kisah pernikahan kalian.''
📞''Dengan senang hati Nona Rinda yang ceroboh. Temui aku nanti sore di cafe bintang, awas saja kalau tidak datang.''
Keduanya sudah selesai berteleponan. Mentari kembali menaruh ponsel miliknya.
Hari berganti hari, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Tak terasa sudah satu tahun pernikahan Mentari dan juga Kenzo. Namun pernikahan yang mereka jalani penuh sandiwara. Lama-lama Mentari merasa tak kuat lagi dengan pernikahannya itu. Apalagi dia yang selalu melihat suaminya mengajak Vania datang ke rumahnya. Bahkan keduanya terlihat seperti sepasang kekasih. Namun Mentari belum punya bukti apa pun dengan kecurigaannya itu. Karena suaminya sangat pintar menutupi semuanya darinya. Jangan di tanya lagi, namanya juga artis pasti pintar akting.
Mentari baru pulang shooting. Namun dia sendirian karena memang hari ini tidak ada jadwal shooting bareng suaminya.
Dengan langkah pelan Mentari melangkahkan kakinya memasuki rumah yang dia tinggali. Namun dia merasa sedikit aneh. Dia tidak melihat pembantu di rumah itu. Biasanya saat dia pulang pasti ada salah satu pembantunya yang sedang membersihkan rumah atau pun melakukan hal lain.
'Kenapa sepi sekali? Kemana semua orang?'' gumam Mentari.
Mentari mencoba memanggil salah satu pembantunya namun tidak ada sahutan. Dia memberanikan diri pergi ke belakang. Namun tampak sepi, sepertinya semua pembantu di rumah itu sedang tidak ada.
'Aneh sekali, kemana perginya semua orang,' batin Mentari yang bertanya-tanya dalam hatinya.
Mentari memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Saat melewati kamar suaminya, dia memicingkan kedua matanya saat mendengar de*sahan yang begitu menggema dari dalam kamar. Dia melihat pintu kamar yang tidak tertutup rapat. Dengan tangannya yang sedikit gemetar, dia mencoba membuka pintu itu. Kedua matanya terbelalak saat melihat ke dua insan yang sedang asyik memadu kasih di atas ranjang. Ya, dia Kenzo dan Vania.
Mentari tak menyangka jika hubungan Kenzo dan Vania sudah sejauh ini.
''Apa yang kalian lakukan?'' tatapan Mentari sama sekali tak berpaling dari mereka berdua.
Kenzo dan Vania sama-sama terkejut melihat keberadaan Mentari. Yang Kenzo tahu jika jadwal shooting Mentari itu sampai nanti sore, namun siang-siang seperti ini sudah pulang.
''Ngapain kamu? Mengganggu saja,'' gumam Kenzo lalu beranjak dari atas tempat tidur.
Mentari memalingkan arah pandangnya saat melihat suaminya turun dari atas kasur dengan tak berbusana.
Kenzo menghampiri Mentari yang masih berdiri di depan pintu. Dia memegang satu tangannya lalu mendorongnya sehingga kepala mentari terbentur pintu.
''Aww .. '' pekik Mentari yang merasa kesakitan. lalu dia menatap Kenzo yang sedang menatapnya tajam. ''Jangan sentuh aku dengan tangan kotor yang menjijikkan itu,'' ucapnya penuh penekanan. Entah keberanian dari mana Mentari berani mengatakan itu kepada suaminya.
''Sekarang kamu mulai berani ya,'' Kenzo memegang rambut panjang Mentari lalu menariknya dengan keras. Tentu itu membuat Mentari menitikkan air matanya karena suaminya menarik rambutnya dengan begitu kuat.
Dengan sekuat tenaga Mentari mencoba untuk melepaskan diri dari suaminya.
Plak
Mentari menampar pipi suaminya. Dia menatap suaminya dengan tatapan yang sulit bisa di artikan.
''Sudah satu tahun lamanya aku bertahan dengan pernikahan yang penuh keterpura-puraan ini. Tapi detik ini aku memutuskan untuk mengakhirinya,'' setelah mengatakan itu Mentari berlalu pergi dari kamar suaminya.
Mendengar penuturan Mentari tentu membuat Kenzo terkejut. Dia tidak bisa membiarkan Mentari pergi begitu saja, karena akan berimbas dengan kariernya. Kenzo mengejar Mentari. Dia mencekal tangan Mentari yang hendak membuka pintu kamar sebelah.
''Jangan berani macam-macam! Atau aku akan menyiksamu lebih dari sebelumnya,'' Kenzo menatap Mentari dengan tatapan mematikan.
Mentari sedikit takut melihat tatapan devil suaminya. Badannya sedikit gemetar menahan rasa takut itu. Namun dia berusaha untuk tampak biasa saja. Jika dia terlihat takut, nanti suaminya malah terlihat senang.
Mentari melepaskan tangan Kenzo yang mencekalnya, lalu dengan cepat dia pergi ke kamarnya dan menguncinya.
Kenzo kembali ke kamar dengan perasaan kesal.
Terlihat Vania menuruni ranjang. Dia mendekati Kenzo yang baru masuk ke kamar.
''Sayang, sudahlah jangan mengurusi istrimu itu. Lebih baik sekarang kita kembali bersenang-senang,'' Vania membelai dada bidang Kenzo.
''Aku sudah tak bernafsu,'' ucapnya. Kenzo pergi ke kamar mandi membiarkan Vania yang masih berdiri di tempatnya.
Vania tampak mengentak-entakkan kakinya. Dia menyalahkan Mentari atas gagalnya percintaannya di siang ini.
'Awas saja kamu, Mentari.' batin Vania.
Di kamar lain, yaitu di kamar yang Mentari tempati, dia tampak sedang mengeluarkan semua pakaian miliknya dari dalam lemari. Mentari akan berkemas. Tekadnya sudah bulat untuk meninggalkan rumah itu. Entah bagaimana konsekuensinya, dia tak peduli. Yang penting dia bisa hidup dengan bebas. Terserah jika karier yang nantinya jadi taruhan. Biarkan saja semua orang tahu jika selama ini pernikahannya dengan Kenzo penuh sandiwara.
Setelah selesai berkemas, dia keluar dari kamar. Mentari menatap sekeliling. Dia juga pergi ke lantai bawah untuk mengecek keadaan di bawah. Dia melihat suaminya yang sedang menonton acara televisi di ruang keluarga. Sepertinya tidak aman jika dia pergi sekarang.
''Lebih baik nanti saja aku perginya. Nunggu suasana rumah aman,'' gumam Mentari.
Mentari kembali ke kamar. Dia berniat untuk membersihkan tubuhnya karena tadi di sentuh oleh suaminya yang baru selesai memadu kasih dengan Vania. Mentari akan mencuci sampai bersih bekas tangan suaminya yang menempel di tubuhnya. Jijik rasanya jika mengingat tangan itu telah menyentuh wanita lain.
Beberapa menit kemudian, Mentari sudah selesai membersihkan diri. Baru juga selesai berganti pakaian, dia mendengar ada ketukan pintu dari luar kamar.
Cklek
Mentari melihat suaminya yang sedang berdiri di depan pintu dengan menaruh kedua tangannya di dada.
''Ada apa?'' tanya Mentari.
''Cepat buatkan minum!'' pintanya.
''Tinggal menyuruh Bibi saja,'' ucap Mentari.
''Semua pembantu di liburkan hari ini. Memangnya kamu tak melihat jika semua orang tidak ada?"
''Baiklah, sebentar.'' Mentari kembali menutup pintu kamarnya membiarkan Kenzo yang masih berdiri di depan kamarnya.
Terlihat Mentari yang sedang menuruni tangga. Dia pergi ke dapur karena akan membuatkan minum.
Kenzo menghampiri Mentari yang sudah berada di dapur.
''Bikin dua gelas,'' pinta Kenzo.
''Baik, Tuan Kenzo yang terhormat,'' ucapnya dengan sedikit kesal.
Mentari membuat dua gelas orange jus. Lalu dia menaruhnya ke atas meja dapur.
''Duh, kok tiba-tiba kebelet,'' gumam Mentari lalu pergi dari sana.
Kenzo membawa dua gelas minuman yang dia minta ke ruang keluarga.
Kenzo melihat Mentari yang hendak kembali ke kamar. Dengan sengaja dia menghentikan langkahnya.
''Tunggu! Kesini sebentar,'' ucap Kenzo.
Mentari menurut, dia menghampiri Kenzo yang sedang duduk.
''Ada apa, Tuan?''
''Cepat minum minuman itu,'' pintanya sambil menunjuk satu gelas orange jus yang masih utuh.
''Kebetulan nih sedang haus,'' Mentari mengambil gelas itu lalu langsung meneguk habis minuman yang ada di dalamnya. Setelah itu dia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya.
Sesampainya di kamar, Mentari merasakan aneh dengan tubuhnya. Tiba-tiba dia merasa sangat gerah.
''Duh perasaan AC sudah di nyalakan, tapi kenapa masih gerah saja?'' gumam Mentari.
Dari balik pintu yang tidak tertutup, terlihat Kenzo yang sedang menatap Mentari sambil tersenyum menyeringai.
''Akhirnya masuk ke perangkapku juga kamu. Setelah ini pasti kamu tidak akan berani pergi dari rumah,’' gumam Kenzo dengan perasaan senang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!