NovelToon NovelToon

Cinta Tak Sempurna

Kebakaran

"Api!!! Apiiii!!!... Toloooooonggg... Anak saya di dalam rumaaahh.. Tolooong sayyaaaa...."

Deg!

Deg!

"Ayah!! Kenapa dengan rumah kita?? Tiara! Tiara mana Yah?!" seru Algi begitu panik.

Belum sempat ia mendengar ucapan sang ayah mertuanya, Algi sudah berlari ngacir masuk kedalam rumah yang di penuhi dengan si jago merah.

"Tunggu Nak!!" seru Pak Jaka Ayah Tiara.

Algi tidak mendengarkan. Ia sibuk mengambil sapu tangan miliknya yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi. Algi membasahi sapu tangan itu sebelum ia pasangkan ke hidungnya dan berlari masuk ke dalam rumah yang di penuhi si jago merah.

Algi berlari dengan cepat menuju ke dalam rumah yang sudah di penuhi asap begutu pekat.

"Tiara! Kamu dimana? Sayang!" seru Algi dalam kobaran api yang terus menyala besar.

Ia berjalan perlahan menuju suara sahutan yang begitu lirih. Algi bergerak menepi sesekali terbatuk karena bau asap yang begitu menyengat.

"Sayang!!"

"A-abang!!" sahut Tiara begitu lirih.

Wajahnya sudah memucat menahan sakit di perutnya. Algi berjalan perlahan melewati seluruh api yang semakin membesar saja.

"Sayang!" serunya saat melihat Tiara jatuh terkapar dengan wajah memucat.

Tiara menoleh dan tersenyum pada Algi. ''Astaghfirullah!! Darah!! kamu berdarah sayang!! Kamu kenapa?! Apa jangan-jangan...''

''Ahhhh... aarrgghhtt..'' pekik Tiara begitu kesakitan saat perutnya semakin sakit saja.

''Kita keluar! Ayo!'' ucapnya pada Tiara.

Dengan segera ia mengangkat tubuh ringkih Tiara yang terasa ringan saat ia gendong ala bridal style.

''A-abang.. sakiiiiiittt....'' lirih Tiara semakin kesakitan.

Ia memeluk tubuh kurus Algi semakin erat saja. ''Sabar sayang! Tunggu sebentar lagi! Tutup hidung kamu dengan sapu tangan Abang! Ayo!'' titahnya pada Tiara.

Tiara menggeleng. ''Kalau adek tutup dengan sapu tangan itu uhuukk.. gimana sama Abang?? uhuukk.. uhuukk.. aarrgghhtt..''

Algi semakin panik saja saat merasakan tangan kirinya basah dan lembab. Algi panik. Sementara kedua orang tua dan kedua adik Tiara sangat khawatir dengan keadaan kedua anak mereka ini.

''Sabar Sayang! Abang sedang berusaha! Tunggu dulu! Kamu yang sabar ya?'' ucapnya lembut kepada Tiara.

Tiara mengangguk patuh. Walau perutnya semakin sakit, ia tetap bertahan. Ia semakin erat memeluk tubuh kurus Algi. Tiba-tiba saja sekilas ingatan di malam itu terlintas di ingatan nya.

Ia mendongak menatap wajah Algi yang sedang panik mencari jalan keluar. Berkali-kali Algi berputar untuk menghindari api agar tidak menyambar tubuh mereka berdua.

''A-abang...'' panggil Tiara

''Ya sayang! Sabar dulu ya? Abang lagi berusaha! Tenanglah!'' katanya lagi pada Tiara

Tiara semakin erat memeluk tubuh itu. ''Ma-maaf Abang.. adek salah sama Abang.. hiks... maaf... kalau saja uhuukk.. adek dengar omongan Abang agar tidak ikut pulang bersama nya.. pastilah adek tidak ternoda seperti ini.. hiks.. uhuuuukkk.. maafkan adek, Bang.. adek sayaaanggg.. sekali sama Abang! hiks.. maaf... uhuukk.. uhuukk..'' lirihnya begitu menyayat hati Algi.

Algi terisak. ''Sudah sayang. Sudah. Abang sudah memaafkan mu! Abang sayang dan cinta sama kamu. Jangan merasa bersalah. Abang rela seperti ini agar kamu bisa bahagia bersamanya. hiks.. jangan berbicara seperti itu! Walaupun kamu tidak menginginkan kehadiran Abang, tapi kamu tetap istri Abang! Dua tahun sayang! Dua tahun Abang sudah menjadi suamimu, apakah belum ada cinta di hatimu untukku, Tiara??'' tanya Algi begitu lirih.

Ia terus berusaha mencari jalan keluar. ''Hiks.. maaf Abang.. maaf... adek salah.. maaf...hiks.. uhuukk .. uhuukk.. aarrgghhtt.. selamat tinggal Abang! Carilah wanita yang lebih baik dariku! Waktu ku sudah tiba, Bang... uhuukk.. lailahailallaaaahhh...'' lirih Tiara dengan mata terpejam.

Algi terkejut. Ia menoleh pada Tiara yang saat ini terkulai lemas karena kehabisan nafas. ''Sayang! Tiara! Bangun Dek! Bangun!! Jangan tinggalin Abang, Tiara!! Bangun sayang!!! Bangun!!'' sentak Algi pada tubuh Tiara yang sudah tidak bergerak.

''Nggak!! Nggak boleh!!! kamu nggak boleh pergi sayang!!! Dua tahun kita bersama walau Abang tidak pernah tidur bersama mu dan menyentuhmu, Abang tetap setia dan menginginkan mu untuk menjadi istri Abang, Tiara!! Bangun!!!'' sentak Algi pada tubuh yang sudah tidak berdaya itu.

''Hiks.. bangun sayang.. bangun.. apa gunanya pengorbanan Abang selama ini untuk membahagiakan mu! Hiks.. bangun sayang!'' lirihnya sambil terisak.

Algi terus berjalan mencari jalan keluar di tengah kobaran api yang semakin membesar. Tepat saat ia berbelok ke arah sumur, ia melihat celah untuk bisa keluar.

Tapi celah itu masih di kelilingi oleh api. Tanpa berpikir panjang, Algi terus membawa Tiara menuju lubang sempit yang muat hanya untuk satu orang saja itu.

Dinding itu merupakan dinding kamar mandi di rumah itu yang hanya terbuat dari bambu yang sudah di buat menjadi sebuah dinding. Dan sudah di rekatkan dengan kawat seadanya.

Algi memaksa masuk lubang itu dengan membawa Tiara di depannya. Ia merubah posisi Tiara menjadi seperti memeluknya. Ia berusaha masuk ke lubang sempit yang sedang terbakar itu.

Ia memaksa masuk waktu api sudah membakar sisi kiri tangannya yang tersangkut karena melindungi Tiara. ''Allahu Akbar!!! Panas!!!'' pekik Algi saat merasakan tangan nya begitu panas karena terbakar.

Sementara Tiara sudah tidak sadarkan diri lagi. Algi berhasil membawa keluar tubuh Tiara dengan selamat namun, nahas untuknya.

Ia di timpa reruntuhan dinding bambu itu hingga ia tertimpa di bawahnya dengan tubuhnya mendarat di tubuh Zahra.

Brrraaaakkk..

''Allahu Akbar!!'' pekik Algi.

Ia jatuh menimpa tubuh Tiara yang sudah tidak sadarkan diri. Sementara Seseorang nan jauh disana tersenyum puas melihat Algi terbakar bersama Zahra.

''Hahaha... rasain kau! Itu akibatnya karena kau menolak perintahku untuk mengugurkan kandungan nya! Enak saja minta tanggung jawab padaku!! kau ingin lapor polisi?! Noh, laporrr!!! Cih! Lagak sok pahlawan! Jika bukan karena aku, kau tak kan bisa menikahi gadis impian mu itu! Tapi sayang nya... aku lah yang telah menikmati tubuhnya terlebih dahulu hahahaha.. kasihan... hahaha...''

Plaaakkk!!!

''Setaan kau!!!'' makinya pada seseorang yang sudah menampar nya.

''Cuih!! jijik sekali aku melihat mu!! Tampang mu saja sudah terlihat pria tidak baik-baik!! Aku mendoakan agar kau mendapatkan balasan apa yang telah kau lakukan selama ini pada sahabatku!!''

Plaakk..

Bugghh..

Bugghh..

''Arrrgggghhttt gadis sialan!!! Mau aku perko** kamu heh?!'' sentaknya sambil memegang tubuh ringkih sahabat dekat Tiara ini.

''Kau! Ingin melecehkan ku?!?! Heh?! kurang ajaarr!!!'' serunya begitu murka

Bugh..

Bugghh..

Bugghh..

''Aaaarrrgghhtt.. patah tangan gue! Setan Lo gadis gilaaaa!!''

''Kau yang setan gilaaaa!!!''

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Kraakkk...

''Arrrgggghhttt... Maaaaakkk... sakit tangankuuuuu!!!''

''Mamp*s lu!!'' Salah kalau elu berhadapan sama gue! Gue pemegang sabuk hitam juara tingkat nasional! Tubuh elu yang cebol itu bukan tandingan gue!! Ambil lu!!''

''Arrrgggghhttt...'' pekiknya.

''Itu hukumannya bagi orang yang telah menghianati sahabat sendiri dan menodai istrinya dengan cara dibius! kemudian dilimpahkan kesalahan itu kepada Algi! Itu hukuman yang pantas untukmu, Bang Derry cebol item dekil!!''

''Tiaraaaa!!! Algiii!! Tidaaaaaaakkkk...''

Deg!

Deg!

💕💕💕💕

Hehehe...

Assalamualaikum semua...

Selamat malam...

Othor rilis cerita baru lagi nih. Cerita ini mengisahkan tentang Bang Algi. Saudara kembar Kinara.

Bagi yang belum tau, mampir dulu di cerita Mak dan Papinya agar kalian lebih nyambung ye?

Aku bukan pembawa sial. Kisah Mak Alisa.

Pelabuhan terakhir ku. Kisah Papi Gilang dan Mak Alisa.

Muara cinta Maulana. Kisah perjalanan cinta Bang Lana dan ada adek Nara di dalamnya.

Penantian Kinara. Baru aja terbit bulan lalu.

Cus kepoin!

Othor tunggu ye?

Tinggalkan jejak kalian disana setiap kali membaca karya remehan othor ini!

Wassalamu'alaikum.. selamat malam dan selamat beristirahat semuanya... 🤗🤗🤗

Di larikan ke rumah sakit

''Arrrgggghhttt...'' pekiknya begitu kesakitan saat menahan rasa sakit dan panas di tangan kirinya karena di patahkan oleh Husna sahabat karib Tiara.

Husna masih berdiri menjulang di hadapan Dery si cebol buduk. ''Itu hukumannya bagi orang yang telah menghianatisurga sahabat sendiri dan menodai istrinya dengan cara dibius! kemudian dilimpahkan kesalahan itu kepada Algi! Itu hukuman yang pantas untukmu, Bang Derry cebol item dekil!!'' serunya dengan segera berlari mendekati dinding bambu yang tsfj runtuh dan di tertawai oleh Si Dery cebol buduk.

Tiba disana, Husna berteriak kencang saat melihat tangan Algi menggapai-nggapai dalam panasnya api yang sedang melahap dinding bambu itu.

''Tiaraaaa!!! Algiii!! Tidaaaaaaakkkk...''

Deg!

Deg!

''Tiaraaaa!!! Algiii!!'' Seru Pak Jaka saat menyadari jika suara Husna memekik memanggil dua orang yang sudah tertimpa dinding bambu yang terbakar itu.

Pak Jaka dan Ratna segera berlari ke belakang di ikuti Putri dan Satria dibelakang nya. Tiba disana mereka begitu terkejut begitu mendapati jika kedua tubuh anaknya di bawah dinding bambu yang terbakar.

''Astaghfirullah! Pak! Tiara! Algi!'' seri ibu Ratna saat melihat tangan Algi menggapai tapi tidak bersuara.

''Abang! Kakak!!!'' pekik Putri dan Satria.

Algi tidak bisa merasakan apapun saat ini. Matanya sudah terpejam menahan sakit di sekujur tubuhnya. Belum lagi tangan kirinya terasa panas sekali.

Algi parah. Yang teringat saat itu ialah yang Mami. ''Maafkan Abang Mi.. Abang terpaksa melakukan semua ini demi Mami.. asalkan Mami selalu bersama kami itu sudah cukup buat Abang. Abang sayang Mami... Lailahailallaaaahhh.....'' batin Algi.

Tangan itu berhenti bergerak membuat Husna dan putri menjerit bersamaan. ''Tidaaaaaaaaaaaakkkkk.. Bang Algi!!! Tiara!!! bangun!!!'' pekik Putri hingga seluruh tetangga yang sedang membantu menyiram rumah mereka ala kadarnya dengan air seember berlarian menuju ke samping rumah pak Jaka.

Mereka beramai-ramai menolong Algi dan Tiara yang sudah tidak sadarkan diri lagi. Dinding bambu itu di angkat dan dibuang ke tepi.

Putri dan Husna semakin menjerit saat melihat tubuh Algi terbakar dan dilahap si jago merah. ''Aaaaaaaaaaa Abang terbakaarr!! Aaaaaa api! api!!'' pekik Putri begitu ketakutan ketika melihat tubuh Algi dilahap si jago merah.

''Ambilkan air!'' seru salah satu orang warga.

Husna terkejut. ''Jangan! kalau di siram dengan air, tubuh bang Algi aksnengalsmi luka bakar yang sangat parah nanti! gunakan ini saja! Minta airnya Pak!'' pinta Husna pada pak Jaka

Pak Jaka memberikan sisa air bekas siraman bambu tadi saat mereka berusaha mengangkat dinding bambu itu.

''Ini nak!'' kata pak Jaka sambil menyerahkan setimba air pada Husna.

Dengan segera Husna menenggelamkan sarung yang ia ambil dari jemuran milik keluarga Tiara dan memeras air dari sarung itu hingga lembab.

''Bantu saya Pak! Ambil lagi kain lap yang lain! Dan juga kau kering! Mereka berdua harus segera dilarikan kerumah sakit!'' ucap Tiara pada Pak Jaka dan Bu Ratna yang sedang di serang panik.

Mereka tidak bisa berbicara namun, pergerakan tangan terus bergerak membantu kedua anak manusia yang jatuh dengan saling menindih itu.

''Sudah, Carikan mobil pick up atau apapun itu! Kita bawa mereka ke rumah sakit keluarga bang Algi saja? Tidak jauh dari sini. Cuma setengah jam Saja!'' Husna memerintahkan sakdh satu warga untuk mencari mobil pickup.

''Sudah Nak. Saya supirnya. Saya pinjam punya Pak Mamat yang mau bawa sayur ke pasar sore. Ayo, saya bantu Pak!'' katanya pada Pak Jaka.

Pak Jaka tidak bisa menyahut, ia hanya bisa terdiam tali leher itu mengangguk patuh. Begitu juga dengan Bu Ratna.

Mereka menaiki mobil pickup dan menuju ke rumah sakit milik bang Lana yang Husna tau dari Algi. Sepanjang perjalanan, mereka hanya bisa terdiam hingga tiba dirumah sakit.

Hingga tiba dirumah sakit, mereka berenam di tolong oleh suster dan dokter disana. Algi dilarikan keruang NICU. Sedang Tiara dilarikan ke ruang UGD.

Mereka segera ditangani. Pak Jaka dan Bu Ratna tidak bisa berkata apapun saat ini. Mulut mereka seperti terkunci. Sedangkan Husna berlari ke bagian resepsionis dan ingin menghubungi Papi Gilang selaku Aish Algi.

Husna tau itu. Karena Papa dan Mama nya merupakan teman satu sekolah saat Papi Gilang SMA dulu. ''Masf Suster! Bisa saya gunakan telepon ini? Saya ingin menghubungi Tuan Gilang. Orang tua dari pemilik rumah sakit ini. Bisa?''

Suster itu terkejut saat mendengar orang tua pemilik rumah sakit itu. ''Baik, sebentar saya hubungi dulu nanti kamu yang berbicara!'' imbuhnya dengan panik juga karena melihat wajah Husna yang begitu ketakutan. Husna mengangguk walau masih terkesan panik dan ketakutan.

''Hallo assalamualaikum Tuan? Ya saya Rianti! Ada seseorang yang ingin berbicara dengan Anda. Katanya penting!''

''...''

''Ya, ini. Katakan! Beliau sedang menunggu!''

''Assalamu'alaikum Om Gilang! Ini Husna! Algi masuk rumah sakit Om! Sekarang sedang dirawat karena kecelakaan!!''

Deg!

Deg!

''Apa?!''

Brrruukkk...

''Sayang!!!'' terdengar suara Papi Gilang yang begitu kuat ketika mendengar suara jatuh yang begitu keras.

Husna terkejut, ''Om! Om Gilang!!'' serunya karena panik.

Sementara di seberang sana, Mami Alisa jatuh pingsan saat mendengar dari sambungan ponsel Papi Gilang yang di loud speaker terdengar begitu jelas.

''Bangun sayang! Anak kita butuh kita! Bangun!!'' serunya dengan suara terdengar begitu panik.

Papi Gilang menepuk-nepuk pipi Mami Alisa dan juga ia mengoleskan minyak kayu putih pada hidung dan tengkuk Mami Alisa. ''Bangun Sayang! Itu tadi suara Husna! Anaknya Ipank! Bangun Yang! Jangan buat Aku takut! Sayang!'' serunya lagi masih memijit lembut dahi Mami Alisa.

''Euugghhh.. Algi...'' lirihnya dengan mata terpejam karena kepalanya begitu pusing.

Papi Gilang tersenyum senang. ''Alhamdulillah kamu sadar. Ayo, kita kerumah sakit. Algi butuh kita! Ayo! Kamu kuat jalan kan??'' tanya nya pada Mami Alisa.

Wanita paruh baya itu mengangguk, ''Pegangin Pi. Masih pusing akunya!'' sungutnya tidak senang saat merasakan tangan Papi Gilang tidak menyentuh tangannya lagi.

Pria matang itu terkikik geli. ''Gilang!!'' sentak Mami Alisa dengan suara naik satu oktaf.

''Iya, iya sayang! Sabar ih! Aku itu lagi betulin sarung ku yang kedodoran loh.. mau kamu kayu laut kamu ini tebar pesona di luar sana? Bukan hanya sama kamu aja??'' goda Papi Gilang pada Mami Alisa.

Yang dihadiahi Mami Alisa dengan tatapan tajamnya. ''Coba aja kalau berani! akan aku potong kayu laut kamu itu dengan gigi ku sendiri! Sebelumnya aku asah dulu gigi ini menjadi runcing dan tajam! Agar bisa merobek dan memotong kayu laut kamu yang suka tebar pesona itu!'' ketusnya pada Papi Gilang.

''Hahaha....'' bukan nya marah, Papi Gilang malah sangat suka menggoda Mami Alisa.

Dalam keadaan yang sedang kalut-kalutnya tentang Algi yang sedang sakit dirawat dirumah sakit. Papi Gilang masih sempat-sempatnya untuk menggoda Mami Alisa.

Sungguh pasangan absurd. Pantas saja bang Lana selalu kesal dengan pria matang kepala empat itu.

🤣🤣🤣🤣

Like, komen, kembang, vote dan rate ye? Jejak cinta kalian untuk Othor!

Siapa gadis itu?

Papi Gilang dan Mami Alisa berlarian di koridor rumah sakit. Mereka terburu-buru dan hampir saja tersungkur gara-gara sarung Papi Gilang melorot dan hampir terlepas.

''Astaghfirullah Papi!! Sarung kamu ih! mau tebar pesona??'' Papi Gilang terkekeh geli melihat wajah Mami Alisa menatap kesal padanya.

''Ya nggak lah sayang. Kamu nggak lihat apa sarung ku ke injak saat lari tadi. Ya melorot lah!" jawab Papi Gilang dengan terus berjalan menuju keruangan rawat Algi yang saat ini sudah di pindah ke ruang VVIP atas permintaan dokter Bryan.

Sahabat Kak Maura istrinya Bang Lana. "Makanya kalau mau pergi itu jangan pakai sarung! Gimana sih kamu?!" ketus Mami Alisa begitu sewot

Bukannya marah Papi Gilang malah terkekeh lagi. Yang membuat Mami Alisa bertambah kesal kepadanya. ''Ya.. coba kamu pikir aja. Siapa tadi yang pingsan saat Husna menghubungi Ku? Kamu kan? Aku tuh ya, sibuk ngurusin kamu yang pingsan sayang! Giliran kamu sadar, main ajak pergi aja! Ya guni kah kejadiannya!''

Mami Alisa melototkan matanya. ''Heh, enak aja kamu ngomong ya! Bukannya tadi kamu ya yang ngajakin aku pergi buru-buru?? Gimana sih kamu!'' ketus Mami Alisa lagi.

Ia berjalan semakin cepat di lorong rumah sakit itu. Sementara Papi Gilang sibuk memegangi sarung yang berulang kali melort gegara berjalan cepat hingga ia menggerutu sebal karena sarungnya itu begitu suka tebar pesona.

''Ck. Dasar sarung nggak ada akhlak! Suka banget sih kamu mau tebar pesona kayak gini?? Mana bini aku semakin cepat lagi jalannya!'' keluh Papi Gilang pada diri sendiri.

Lebih tepatnya pada sarung miliknya itu yang terus saja melotot sedari tadi. Hingga ia berlari dengan menjinjing sarung itu ke batas betis. Terlihat lah kaki jenjang Papi Gilang yang selama ini tidak terlihat oleh siapapun.

Semua dokter dan suster kaget melihat nya. Seorang CEO di BHASKARA Group mengangkat sarung dan berlari sambil mengejar sang istri yang hanya memakai daster rumahan saja.

Ingin tertawa tapi tidak bisa. Takutnya Papi Gilang berubah semakin dingin nanti. Mereka sangat mengenal siapa pemilik rumah sakit Kasih Ibu itu. Terutama Ayah sang pemilik yang terkenal dingin dan ketus kepada siapapun.

Semua yang berpapasan dengan Mami Alisa menyapanya. Begitu juga dengan Papi Gilang. Tapi mereka tidak menyahuti karena sedang memikirkan Algi yang katanya kecelakaan.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore waktu setempat saat Papi Gilang dan Mami Alisa tiba dirumah sakit milik putranya. Bang Lana yang saat ini sedang bertugas di perbatasan sana.

Dari kejauhan sudah terlihat sosok Husna berdiri dengan cemas seorang diri. Papi Gilang semakin berjalan cepat. ''Husna!''

''Om!'' sahut Husna begitu panik.

Ia mendekati dua paruh baya itu dan segera menyalami dengan takzim. ''Mana Algi? Kenapa? Kecelakaan di mana? Kenapa baru sekarang kamu kabari Om, Husna!'' ucap Papi Gilang dengan satu tarikan nafas.

Husna terbengong melihat nya. Husna dan Mami Alisa malah terkekeh. ''Sabar atuh Papi! Gimana Husna nya mau jawab kalau kamu aja nanya nya di borong begitu?'' Mami Alisa terkekeh melihat Papi Gilang begitu panik.

Walau dalam keadaan panik, sarung ditangan itu tidak lah lepas. Takut, kalau kayu lautnya tebar pesona lagi. Yang ada bisa mati berdiri para penghuni rumah sakit itu saat melihat kayu laut Papi Gilang yang telah berhasil memberikan dua orang cebong di kehidupan nya bersama Mami Alisa.

Husna terkikik geli saat melihat Papi Gilang memegangi sarungnya dengan erat. ''Hehehe.. Bang Algi ada kok, Om. Sedang ditangani dokter Bry tadi. Dan masalah kecelakaan itu.. Bang Algi berusaha menyelamatkan seorang gadis. Gadis itu hampir mati terbakar di dalam sana jika tidak bang Algi yang menolong nya..'' lirih Husna dengan leher tercekat.

Mami Alisa dan Papi Gilang saling pandang. ''Maksud kamu, Algi terbakar??!'' Seru Papi Gilang begitu terkejut. Ia ingin menerobos masuk, tapi sebelum itu terjadi Dokter Bry keluar dari ruangan penanganan Algi saat ini.

''Loh, sudah datang toh?'' ucap dokter Bryan pada Papi Gilang.

''Baru saja. Gimana keadaan putra saya Bry! Apa yang terjadi??'' cecar papi Gilang

Mami Alisa berdiri di hadapan dokter Bryan harap cemas menanti jawaban dari dokter sahabat Kak Maura itu.

Dokter Bry tersenyum, ''Tidak apa-apa, Om. Hanya luka kecil saja sih. Ya.. walaupun Algi harus dirawat intensif karena luka bakar di lengan sebelah kirinya hingga tubuh bagian belakangnya. Selebihnya tidak terjadi apapun padanya. Semuanya normal,'' jelas dokter Bry membuat Mami Alisa menghela nafasnya.

''Alhamdulillah kalau begitu. Sudah bisa di jenguk kan ya?'' tanya Mami Alisa begitu ingin bertemu dengan Algi yang saat ini masih belum sadarkan diri.

''Sudah bisa Tante. Sebentar lagi di pindahkan keruang inap. Dan juga gadis yang bersama Algi tadi sudah sadar. Ia pun sudah di pindahkan ke kamar sebelah. Tidak jauh dari kamar Algi.'' Jawabnya lagi pada Mami Alisa.

''Baiklah.. kami akan menunggu disini saja. Tapi ngomong-ngomong, siapa gadis yang sedang berusaha di selamat kan oleh putra saya?? Kamu tau siapa dia Husna??'' tanya Mami Alisa pada Husna yamg kini terdiam membisu.

Husna menunduk, ''Nak??'' panggil Mami Alisa.

Wanita paruh baya itu mengusap lembut lengannya. ''Maaf Buk.. Husna tidak berani mengatakan apapun. Karena ini urusan Abang sama Om dan ibuk selaku orang tuanya. Tugas Husna hanya membawa mereka kerumah sakit. Jika Om dan ibuk ingin tau siapa gadis itu, tanya kan saja pada bang Algi.'' Jawab Husna masih dengan menunduk.

Papi Gilang dan Mami Alisa saling pandang dan menghela nafas bersamaan. ''Ya sudah, kamu istirahat dan pulang. Titip salam untuk Ayah mu. Kalau sempat, katakan padanya Om tunggu di komplek perumahan jati dara untuk ikut tawuran kembali bersama nya!'' kelakar Papi Gilang pada Husna

Dan dihadiahi tepukan kuat di lengannya oleh sang istri tercinta. Dokter Bryan dan Husna terkekeh kecil melihat tingkah pasangan absurd itu.

Mereka berempat menyingkir setelah melihat bangkar dorong diatasnya ada Algi yang sedang terlelap melewati mereka semua. Papi Gilang dan Mami Alisa mengikuti dari belakang.

Bersamaan dengan itu, ranjang dorong dari ruang UGD pun keluar. Mami Alisa sempat tertegun dengan gadis itu.

''Dia...''

''Sayang! Ayo!'' seru Papi Gilang pada Mami Alisa yang sedang tercenung melihat seorang gadis juga dibawa ke kamar sebelah dari ruang inap Algi saat ini.

''Eh, iya Pi!'' sahut Mami Alisa.

Dengan segera wanita paruh baya itu mengikuti langkah Papi Gilang yang sudah lebih dulu menuju ruang inap Algi.

💕💕💕💕

Like, komen, kembang, vote dan rate jangan lupa!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!