NovelToon NovelToon

Bidadari Untuk Daddy

Melarikan Diri

Di tengah malam yang sunyi teriakan penuh amarah terus terdengar. Tak perduli jika yang ia lewati saat ini adalah perumahan yang suasanan tenang.

Sosok pria berlari ke sana kemari dengan tatapan mata yang nyalang. Bayangan tubuh yang ia cari benar-benar menghilang saat ini.

“Sial! Dimana dia? Berani-beraninya kabur.” gerutu pria yang bernama Erik Farhat. Suami dari Karlyn Jacob yang selalu menyiksa wanita keturunan blaster itu.

“Karlyn! Keluar kamu! Kamu akan tahu akibatnya jika bermain denganku kan? Kamu berani rupanya membantah perintahku.” Kemurkaan terlihat jelas di wajah pria itu.

Beberapa kali tangannya mengusap kasar lantaran gelisah menahan hasrat yang sudah menguasai dirinya.

Di sini, di dalam pos security, seorang wanita berjongkong dengan tubuh yang bergemetar menahan sakit di tubuh serta ketakutan yang tak bisa ia hilangkan.

“Tuhan tolong aku…malam ini saja tolong selamatkan aku dari sini. Aku mohon. Aku takut dengannya.” Karlyn memeluk lutunya ketakutan. Air mata tak hentinya berjatuhan di kedua pipinya dengan mata yang sembab.

Beberapa luka di wajah memar di sudut bibir dan bibir yang bengkak tentu sangat miris melihatnya. Jangan lupakan luka berdarah di lengannya.

“Non, keluarlah. Orangnya sudah tidak ada.” ujar Pak satpam yang baru saja membantu Karlyn bersembunyi.

Sebelumnya ia sangat tidak ingin membantu wanita yang ia tahu sering lewat perumahan ini. Namun, melihat Karlyn yang menangis memohon dengan menangkupkan kedua tangan serta pak satpam yang mendengar teriakan seorang laki-laki akhirnya tergerak hatinya untuk membantu.

Kini Karlyn berdiri dengan tubuh yang gemetar.

“Pak terimakasih sekali yah sudah menolong saya dari suami saya. Saya minta maaf merepotkan anda.” tutur Karlyn sembari terisak.

Pria di depannya tampak meneliti tubuh Karlyn sembari menggelengkan kepala tak tega.

“Non mau pergi kemana?” tanyanya khawatir. Mengingat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam saat ini.

Samar Karlyn menggeleng. “Saya tidak tahu, Pak. Yang penting saya harus pergi dulu. Saya takut sekali, Pak.” tuturnya sangat sedih.

Pelan pak satpam pun meraih kunci di dalam pos dan kembali ke hadapan Karlyn.

“Non, ini kunci rumah saya. Non pergi ke seberang komplek ini lewat gang tikus di sana. Rumah yang bercat biru di paling ujung ini kuncinya. Ada istri dan anak saya. Untuk malam ini anda tidur di sana saja. Saya akan telpon istri saya setelah ini. Pergilah Non keburu suami Non lihat nanti.”

Sungguh Karlyn tak menduga Tuhan mengirim malaikat yang sangat baik di saat keadaannya sangat ketakutan saat ini.

Jika tak mengingat sosok Erik Farhat yang akan mencarinya, ingin rasanya Karlyn berterimakasih sebanyak-banyaknya pada pria paruh baya itu.

Usai berpamitan, wanita menyedihkan itu pun berlari cepat tanpa meninggalkan jejak di cctv perumahan elit milik sang suami.

Sementara di kediaman megah tampak Erik melempar semua barang yang ia lewati. Hasratnya sudah begitu ingin pecah namun tak tahu harus melampiaskan pada siapa. Hingga mata pria itu tertuju pada salah satu kamar di lantai bawah.

“Cih tak pernah terbayangkan aku harus melirik tubuh tidak seberapa ini.” gerutunya kala menatap pintu yang tertutup dan sepertinya terkunci dari dalam.

“Elis! Buka pintunya!” Teriakan dari luar dengan gedoran kuat membuat pria itu tak sabar hingga ingin mendobrak kamar wanita satu-satunya di kediaman megah itu. Yang tak lain adalah sang asisten.

“Elis! Buka…” belum sempat ia berteriak kembali tampak knop pintu tergerak dan terbuka lebar.

Wajah mengantuk ia lihat jelas saat ini. “Ada apa, Tu…aaaaa!” Dengan setengah sadar Elis sudah berteriak panik saat tubuhnya terdorong ke belakang dengan kasar.

Tangisan, jeritan takut dan kesakitan pun terus bersahutan malam itu di kamar kecil sederhana milik asisten Erik.

Tanpa perduli, pria itu terus menggagahi tubuh wanita yang tidak cantik dan menarik itu untuk sekedar melepaskan hasratnya.

Naas malam ini Elis harus menyerahkan dirinya pada sang majikan sebab wanita yang seharusnya mendapatkan penyiksaan malam ini telah melarikan diri.

Sungguh Karlyn benar-benar tidak tahu jika akibatnya akan sefatal ini. Ia rupanya belum begitu mengenal sifat suaminya keseluruhan yang tak pandang wanita mana pun.

Menginap

Suasana rumah yang bercaya lampu seadanya membuat sosok wanita di depan pintu tampak ragu untuk masuk usai membuka pintu. Sepasang matanya menatap kesana kemari mencari siapa pun yang ada di rumah itu. Sungguh takut rasanya jika ada yang jahat dan tidak suka dengan kehadirannya.

"Maling!" suara menggelegar dari arah kamar tampak mengejutkan sosok Karlyn kala itu.

"Bu, tolong jangan teriak. Saya bukan maling. Saya di suruh kesini tadi. Bu tolong jangan teriak." Karlyn sangat panik saat wanita di depannya terus mendorongnya hingga di depan pintu rumah.

Matanya baru bisa melihat jelas saat lampu di teras rumah itu menyorot wajah yang memiliki luka di sana sini. Meski penuh luka masih bisa ia lihat jelas jika wanita di depannya sangatlah cantik.

"Siapa kamu?" tanyanya menatap tajam. Takut jangan sampai wanita ini adalah selingkuhan sang suami yang datang untuk meminta pertanggung jawaban.

"Saya Karlyn, Bu. Bisa saya jelaskan di dalam? Saya takut ada yang menemukan saya." Wajah luka itu beberapa kali memperhatikan keadaan sekitar meyakinkan diri jika ia aman saat ini.

Merasa tidak tega, akhirnya sang pemilik rumah pun mengijinkan Karlyn untuk masuk kembali ke rumahnya. "Ayo duduk dan jelaskan. Dan wajah kamu itu kenapa? Kamu bukan maling kan? Dimana bertemu suami saya?" pertanyaan yang banyak seketika membuat Karlyn bingung untuk menjawabnya.

"Sudah jelaskan saja pelan-pelan." ucap wanita itu kembali. Dan akhirnya Karlyn mula-mula memperkenalkan diri lalu menceritakan kejadian malam ini dengan sedikit ia kurangi karena merasa mereka adalah orang asing yang tidak perlu tahu semua tentang dirinya. Setidaknya ia sudah jujur siapa dirinya dan apa alasannya sampai berada di rumah ini.

"Hem...kasihan sekali kamu. Saya namanya Ratih. Panggil saya Bu Ratih saja. Tadi itu suami saya, kalau begitu malam ini kamu menginap di sini saja. Sebentar saya bereskan kamar sebelah dulu yah?"

Mendengar itu secepat kilat Karlyn pun menolak. "Maaf, Bu. Tidak usah di rapikan. Saya bisa tinggal sebentar sudah sangat cukup, Bu. Jangan repot-repot biarkan saya yang merapikan nanti." Namun bukannya mendengar permohonan Karlyn, wanita itu segera bangkit dan menuju kamar. Karlyn pun mengekor di belakang mana tahu ia bisa sedikit membantu sang wanita itu.

Hingga malam pun berlalu menjadi pagi. Karlyn yang merasa ketakutan begitu sulit untuk tidur. Tubuhnya hanya ia baringkan tanpa bisa memejamkan mata. Bayangan akan sang suami terus saja membayangi isi kepala wanita itu. Erik sangat menakutkan dimata Karlyn. Ia benar-benar merasa trauma membayangkan wajah sang suami.

Permainan yang selalu kasar padanya bahkan masih menyisahkan bekas sakit di area inti wanita itu.

"Papah kenapa tega menikahkan aku dengan pria sepertinya? Apa  karena sesuatu Papah memberikan aku pada pria seperti Erik?" batin Karlyn bertanya-tanya dengan air mata yang berjatuhan.

Kini ia tidak tahu harus pergi kemana, tidak mungkin untuk pulang ke rumah dan mengadu pada orangtuanya. Yang ada Karlyn akan di kembalikan lagi pada suaminya. Dan bisa Karlyn bayangkan bagaimana Erik akan membawanya pulang kemudian menyiksanya lagi. Sungguh membayangkan saja tubuh Karlyn menegang ketakutan. Rasa sakit semua yang Erik berikan sudah jelas ia ingat di kepala hingga kini.

Pagi yang cerah membuat wanita itu menatap celah jendela. Sinar mentari sudah tampak menyilaukan pandangan kala itu. Merasa sungkan jika bangun siang, Karlyn pun bergegas untuk membereskan tempat tidur yang sepertinya jarang di tempati. Hingga ia berjalan menuju belakang untuk mencari kamar mandi. Disana Karlyn hanya bisa mencuci wajah tanpa memakai sikat gigi.

"Mba, ini sikat giginya." Suara teriakan terdengar dari luar pintu kamar mandi.

Segera Karlyn pun membuka pintu. "Terimakasih, Bu." ujarnya menutup pintu kembali.

Di meja makan pun kue dan nasi kuning sudah tersedia. Saat Karlyn keluar matanya melihat wanita yang semalam ketakutan saat ia masuk ke dalam rumah.

"Ayo sarapan dulu." ajak wanita itu pada Karlyn.

"Bu, Saya tidak sarapan. Saya mau langsung pergi saja." ujarnya merasa semakin tak enak.

Hingga saat wanita itu kembali ingin memintanya sarapan bersama, tiba-tiba suara teriakan terdengar di depan rumah.

"Bu! Ibu, buka pintunya, Bu." Suara sang suami membuatnya kaget. Pasalnya teriakan itu terdengar sangat miris seperti orang yang menahan sakit.

"Bapak?" jeritnya saat itu juga berlari membuka pintu rumah. Bahkan Karlyn pun juga berlari menyusul untuk melihat apa yang terjadi.

Kepergian Elis dan Karlyn

Jeritan sakit dan suara teriakan memberontak terdengar bersamaan kala seorang pria yang tak lain adalah suami dari Bu Ratih terjatuh di depan pintu rumahnya sendiri. Dan Karlyn yang tertangkap oleh sang suami berteriak meminta di lepaskan.

"Erik, tolong lepaskan aku! Aku tidak mau pulang bersamamu!" Karlyn menangis meronta saat tubuhnya sudah di gendong oleh sang suami.

Tanpa bisa menolong, Bu Ratih hanya menatap sedih wanita yang kini pergi menjauh dari rumahnya dan sang suami yang sudah terengah-engah sembari merintih kesakitan.

"Pak, ayo ibu obati." wanita itu susah payah memapah sang suami untuk masuk ke dalam rumah. Disana ia mendengar cerita suaminya jika suami wanita yang mereka tolong mengetahu dari cctv di rumah salah satu warga. Saat itu Karlyn bersembunyi di pos satpam dan Erik melihat seorang satpam memberikan benda kecil. Hingga akhirnya timbullah kemarahan Erik. Tanpa bisa mengontrol emosi, ia memukuli pria itu saat tak mendapatkan jawaban yang jujur dimana Karlyn berada.

Miris Bu Ratih mendengar ucapan sang suami. Ia sampai meneteskan air mata melihat suami yang wajahnya tampak babak belur. Segera ia pun mengompres wajah suaminya yang luka-luka.

Sementara di sini Karlyn sudah beberapa kali menangis berteriak saat sang suami memukuli tubuhnya bagian perut, wajah, hingga menjambak rambutnya. Tanpa bisa melawan lagi, Karlyn hanya pasrah dan menangis saja. Tubuhnya sudah benar-benar tak berdaya lagi.

"Kamu berani sekali pergi dari sini, Karlyn? Apa kamu lupa siapa aku? Kamu sungguh anak yang tidak tahu di untung. Kamu berani lari itu artinya kamu berani melihat orangtuamu kesulitan di luar sana. Iya? Apa kau mau itu?" ancaman yang kerap kali Karlyn dapatkan dari sang suami.

Dan kini rasanya ia tidak bisa lagi untuk mengikuti semua permintaan suaminya yang bejat itu. "Iya, terserah kau mau melakukan apa saja. Asalkan biarkan aku pergi, Rik. Aku mohon..." ucapnya terdengar begitu menyedihkan.

Tentu saja mendengar hal itu Erik sangat geram. Bagaimana mungkin Karlyn tidak takut jika orangtuanya akan kesulitan oleh Erik. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Bagaimana pun juga Erik sangat menyukai tubuh Karlyn yang selalu membuatnya lapar.

"Cih kau pikir semudah itu, Karlyn? tidak. Aku tidak akan melepaskanmu kali ini. Coba saja kau pergi kalau bisa hahaha..."

Satu kamar yang Erik gunakan untuk mengurung Karlyn saat ini telah ia kunci dari luar. Tak mungkin dalam keadaan seperti ini ia membiarkan istrinya tidur bersamanya. Erik tak ingin sampai lengah untuk kedua kalinya.

Mata sembab menatap nanar sekeliling kamar yang bahkan tak ada celah untuknya bisa kabur. Karlyn hanya melihat jendela yang bahkan terlindungi dengan tralis besi. Ini tidak akan bisa menjadi jalannya kabur.

"Ya Tuhan...harus bagaimana aku saat ini? Aku tidak ingin hidup di sini selamanya. Aku mohon lepaskan aku, Tuhan." jerit Karlyn yang sangat pilu.

Pagi yang menyedihkan perlahan berubah menjadi siang yang masih dalam keadaan sama. Karlyn tertidur dalam genangan air mata yang kian berjatuhan tanpa henti. Rasa lapar di perutnya tak lagi ia perdulikan, hanya ingin pergi yang ia terus pikirkan saat ini.

Tok Tok Tok

Tiba-tiba saja kedua mata bengkak milik Karlyn terbuka saat mendengar suara ketukan di pintu keluar. Matanya menatap ke arah pintu yang tertutup rapat.

"Nyonya? Apa Nyonya di dalam? Saya boleh buka pintunya, Nyonya?" suara wanita yang sepertinya terdengar berbisik tentu saja membuat Karlyn penasaran. Siapa sebenarnya di depan sana? apa sang pelayan? Jika benar mengapa berbisik seperti itu? Batin Karlyn penasaran.

Hingga ia tak sempat menjawab daun pintu pun terbuka perlahan. Bahkan suara kunci berputar begitu sangat pelan. Barulah Karlyn melihat Elis berdiri di depan kamarnya dengan tangan kosong.

"Elis?" sapa Kalryn bingung. Seingatnya tadi Erik mengunci dari luar dan ia tidak tahu jika kunci itu tidak di ambil suaminya atau justru Elis memakai kunci serep.

Beberapa kali Elis menatap ke luar kamar dengan gerakan mengendap-endap. Hingga kini ia berdiri tepat di hadapan Karlyn.

"Nyonya, ayo kita pergi dari sini. Ayo, Nyonya." ajaknya menarik tangan Karlyn segera.

"Elis, apa yang kau lakukan?" Karlyn penasaran sekaligus takut jika sampai mereka ketahuan.

"Ayo, Nyonya. Waktu kita tidak banyak. Keburu Tuan sadar, kita harus segera pergi dari sini." Mendengar penuturan Elis, Karlyn pun hanya bisa mengikuti.

Tak ada lagi pikiran di dalam kepalanya selain kata pergi. Karlyn hanya ingin terbebas dari kekasaran pria bernama Erik itu. Keduanya berlari terus keluar dari rumah. Keadaan rumah tampak sangat sepi.

"Ayo cepat, Nyonya." Dengan tas yang berisi keperluannya Elis menarik tangan sang nyonya keluar dari gerbang rumah megah sang majikan.

Sementara Karlyn yang tida memikirkan apa pun hanya ikut berlari dengan tangan kosong.

"Nyonya, kita harus lewat tembok itu. Kalau tidak kita bisa ketahuan Tuan lebih cepat lewat jalan komplek." PAtuh Karlyn pun ikut memanjat batasan tembok yang lumayan tinggi. Beruntung di situ ada pohon yang sedikit mudah untuk di panjat.

Tak perduli dengan tubuh yang gemetar, Karlyn terus memanjat hingga ia dan Elis berhasil melewati pembatas perumahan. Setidaknya jika Erik sadar lebih dulu, pria itu akan menelusuri jalan perumahan dengan mobilnya dan akan sangat mudah menemukan Elis dan Karlyn.

"Lis, tunggu dulu. Aku capek banget. Badanku gemetaran." Elis menatap tubuh sang majikan yang memang saat ini tengah bergemetar. Mungkin karena belum mengisi perutnya.

"Ini Nyonya, uangnya. Kita mampir untuk Nyonya makan. Sebab saya sudah sarapan terlebih dahulu sebelum pergi." tuturnya membuat Karlyn menatap wanita di depannya.

Jika di lihat, sepertinya Elis bukan kabur untuk membantunya saja, melainkan untuk keperluan dirinya sendiri. Sebab semua persiapan telah ia siapkan matang-matang dari barang bawaan hingga makan sebelum melarikan diri.

"Iya sudah ayo." ajak Karlyn yang memang tidak bisa menahan diri dari rasa lapar. Jika tidak mengisi perut saat ini mungkin akan membuatnya kembali harus di bawa pulang Erik dan mendapatkan siksaan lagi.

"Elis," panggil Karlyn di sela makannya saat ini.

"Iya, Nyonya?" tanya Elis dengan menatap wanita menyedihkan yang tak kalah menyedihkan darinya.

"Kenapa kamu pergi? Apa suamiku kasar padamu?" tanya Karlyn yang sontak melihat kedua mata Elis berembun dan memerah.

Pelan Elis pun menganggukkan kepala menahan air mata yang ingin jatuh dengan lancangnya. Melihat itu tentu saja Karlyn mengerutkan kening penasaran.

"Ini Nyonya," Elis menarik kerah baju kaos yang ia kenakan dan meneteskan air matanya. Untuk saat ini ia hanya bisa menunjukkan tanda cekikan tali di lehernya dan pergelangan tangan. Dan itu saja sudah cukup membuat Karlyn membulatkan matanya tak menyangka.

"Erik melakukan ini sama kamu? Tapi kenapa?" tanya Karlyn sungguh syok.

Rasanya ia benar-benar ingin menghabisi suaminya itu. Pria yang tak pantas di sebut dengan manusia rasanya.

"Kita akan cerita di tempat lain saja, Nyonya. Sebaiknya segera kita pergi dari sini takut jika obat tidur yang saya berikan sudah akan segera terhenti reaksinya." Lagi-lagi Karlyn di buat kaget oleh pengakuan sang pembantu.

Sungguh Elis benar telah merencakan semuanya dengan matang hingga tak susah payah mereka kabur dari rumah menyeramkan itu. Segera mereka pun menuju taksi yang mereka cegat di depan warung makan tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!