NovelToon NovelToon

Cinta Dan Pengkhianatan

Bab 1. Bertunangan

Hari ini adalah hari pertunangan yang sangat membahagiakan bagi Vera. Gadis manis dengan lesung Pipit di kedua pipinya yang semakin menambah ayu paras wajahnya. Kulitnya yang kuning Langsat, serta matanya yang sayu membuat Vera menjadi idaman kamu adam.

Acara pertunangan antara Vera dan Rendra telah berhasil dengan sempurna. Keduanya Kini telah menjalani separo dari ritual menuju ke sebuah pernikahan.

Senyum bahagia tampak terlihat jelas di wajah Vera yang cantik. Demikian juga dengan tunangannya, Rendra. Akan tetapi, datang sebuah kabar yang membuat Vera menangis sedih. Rendra, dipindahtugaskan oleh perusahaanya ke kota lain, yang letaknya cukup jauh dari kota kelahiran mereka.

Vera menangis dan berlari menuju kekamarnya saat mengetahui hal itu. Rendra berusaha menenangkan hati Vera sambil membelai rambutnya yang panjang.

"Vera, aku pergi hanya 2 tahun. Setelah itu, aku akan diangkat menjadi manajer. Bukankah itu juga demi masa depan kita?" tanya Rendra lembut.

"Tapi, Mas. Kita baru saja bertunangan, apa tidak bisa menunggu satu Minggu lagi?" tanya Vera balik.

"Tidak bisa, Ra. Besok, Mas harus sudah berangkat karena proyek yang akan aku tangani harus segera selesai. Ra, zaman sudah semakin maju. Sekarang jarak bukanlah hal yang menakutkan. Kita bisa video call-an kapanpun kamu mau," jelas Rendra.

"Vera tahu. Tetapi, kamu harus janji padaku, bahwa setiap hari kamu akan menghubungiku," ucap Vera sambil menatap Rendra.

"Oke, aku janji," jawab Rendra.

Vera akhirnya luluh juga setelah dibujuk Rendra. Meskipun didalam hatinya, Vera masih belum sepenuhnya rela melepaskan kepergian pria yang baru semalam menjadi tunangannya itu.

Hari ini, dengan menahan airmata dan kesedihannya, Vera bersama kedua orangtua mereka, mengantarkan Rendra sampai di bandara. Sebelum naik pesawat, Rendra memeluk erat Vera sambil berbisik mesra. Sebuah ungkapan yang membuat hati Vera terharu dan matanya berkaca-kaca.

"Vera, i love you."

Vera menatap kepergian Rendra dengan wajah sedihnya. Setelah Rendah tidak terlihat lagi, bahkan pesawat yang tumpangi Rendra sudah terbang ke angkasa. Seluruh keluarga pun bergegas pulang.

Hari demi hari Vera lalui dengan memendam kerinduan yang dalam pada Rendra. Untunglah, Vera memiliki pekerjaan yang bisa membuatnya untuk mengalihkan perasaannya agar tidak terlalu berlarut dalam kerinduan dan kesedihan yang berkepanjangan. Walaupun hal itu hanya bisa sesaat saja. Saat dia kembali sendirian, dia akan kembali tenggelam dalam kegalauan.

Setahun telah berhasil Vera lewati. Semuanya berjalan sesuai apa yang Vera harapkan. Video call setiap hari setiap akan menjelang tidur. Tetapi semua itu mulai berubah setelah memasuki tahun kedua.

Video call pun mulai jarang dilakukan karena Rendra terlalu capek dengan kesibukannya bekerja. Vera memang sering yang memiliki inisiatif untuk menghubungi Rendra duluan, sayangnya Rendra sudah mulai berubah.

Merasakan perubahan pada sikap Rendra, Vera mencoba menjadi jalan keluar untuk membuat kejutan. Vera menerima tawaran kerja dari temannya di kota yang sama dengan kota tempat Rendra bekerja. Vera bersedia menjadi seorang guru taman kanak-kanak di sebuah yayasan. Meskipun gajinya tidak sebesar gajinya saat ini, Vera tidak peduli sama sekali. Hal ini bisa diterima Vera demi bisa dekat dengan Rendra.

Vera memberitahukan keputusannya untuk pindah kerja hanya kepada orangtuanya saja. Tentu saja, Vera berharap hal ini bisa menjadi kejutan terindah untuk tunangannya.

Berbekal cinta dan rasa percaya diri, Vera pergi untuk menemui tunangannya. Sesampainya di bandara, dia dijemput oleh sahabatnya yang bernama Siya. Siya seorang guru taman kanak-kanak yang sekarang akan menjadi rekan kerjanya. Vera sementara akan tinggal di rumah Siya sampai Vera menemukan tempat tinggal baru.

Pertemuan dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu, membuat suasana jadi haru. Pelukan hangat menjadi bukti bahwa mereka saat kuliah adalah sahabat dekat. Vera juga sudah terbiasa dengan keluarga Siya karena saat kuliah dulu, Vera sering menginap di rumah Siya.

Selesai berbenah dan beristirahat sebentar, Vera pamit pada Siya untuk pergi menemui tunangannya, Rendra. Karena Vera tidak begitu tahu keadaan jalan di kota ini, Siya menawarkan diri untuk mengantarkan Vera ke alamat Rendra di kota ini.

Begitu sampai di depan sebuah rumah yang cukup sederhana. Sepertinya ini hanya sebuah rumah kontrakan yang di sewa Rendra selama tinggal dan bekerja di kota ini. Vera turun dari taksi sambil tersenyum manis. Impiannya membuat kejutan manis untuk Rendra sudah membayang di pelupuk matanya.

"Vera, semangat ya!" ucap Siya sambil tersenyum.

"Terima kasih, Siya," jawab Vera penuh semangat.

"Kalau begitu, aku pulang. Ingat, meskipun nanti kamu di kelilingi kebahagiaan bersama Rendra, jangan lupa hubungi aku. Biar aku nanti nggak menanti kamu pulang," goda Siya.

"Apa-apaan, aku pasti pulang. Mana mungkin aku akan menginap di rumah Rendra. Kalau sampai ayah ibuku tahu, mereka bakal membunuhku karena menginap di rumah pria saat malam," jawab Vera sambil tertawa kecil.

"Siapa tahu, kamu ada rencana kejutan manis-manis sedap. Lagipula ini sudah malam loh," kata Siya bergurau.

"Nggak lah. Kamu tahu aku orang seperti apa. Pokoknya nanti aku pulang, titik," ucap Vera sambil tersenyum malu.

Vera menatap taksi yang membawa sahabatnya itu pergi. Vera kepikiran dengan apa yang barusan di katakan oleh Siya. Mungkin saja, Rendra akan memintanya menginap atau malah dia sendiri yang berinisiatif ingin menginap di rumah kontrakan Rendra. Yang penting dia mereka bisa menjaga diri dan kehormatan.

Vera berjalan pelan menuju pekarangan rumah kontrakan Rendra. Vera mengamati sejenak saat dirinya sudah berdiri tepat di depan pintu. Dia menarik napas panjang sambil melihat-lihat keadaan sekitar rumah.

Setelah hatinya yakin untuk memberikan kejutan pada Rendra, Vera mengetuk pintu perlahan.

Hari sudah mulai malam, tetapi tidak terdengar suara apapun didalam rumah tersebut. Entah bagaimana, timbul pemikiran Vera untuk membuka pintu sendiri. Ternyata, pintu tidak di kunci. Vera melihat ke dalam sebelum akhirnya, Vera melangkah masuk.

Perlahan namun pasti, Vera melangkah menuju keruang tamu yang tampak sepi.

Saat Vera sampai di dekat sebuah kamar, terdengar suara tawa seorang laki-laki dan perempuan. Setelah itu, di iringi dengan suara desah-an dan suara berderit sebuah ranjang.

Vera menghentikan langkahnya karena timbul perasaan curiga yang tiba-tiba muncul di dalam hatinya. Mungkinkah itu suara Rendra dan suara siapakah itu?

Vera tidak ingin terlalu banyak berprasangka. Dia harus melihat apa yang sebenarnya terjadi didalam kamar itu. Apapun itu, kenyataan sepahit apapun, karena dia sudah sampai di sini, maka Vera harus siap.

Hanya satu yang Vera yakini, bahwa Rendra adlah pria yang baik dan setia. Tidak mungkin dia akan berbuat hal yang akan merusak hubungan pertunangan ini.

Vera perlahan membuka pintu kamar tersebut. Matanya terbelalak lebar, saat melihat sebuah pemandangan yang tidak pernah Vera bayangkan sebelumnya. Dia melihat pria yang sangat dicintainya sedang bergumul dengan seorang wanita diatas ranjang. Bahkan saat Vera berdiri di depan pintu kamar yang telah terbuka, merek masih saling bergulat dan tidak menyadari kehadiran Vera.

Jantung Vera seakan berhenti berdetak dan bumi seakan berhenti berputar. Sebungkus makanan titipan dari sang calon mertua, terjatuh dari tangan Vera hingga membuat pergumulan dua manusia itu terhenti.

Vera menatap tajam kedua manusia yang tampak kesal karena pergumulan mereka terhenti saat akan mencapai puncaknya.

Tetapi ketika Rendra melihat tunangannya berdiri mematung di depan pintu, Rendra menjadi salah tingkah. Dia segera meraih celana dan bajunya yang berserakan dilantai dan segera dipakainya.

Sementara Vera menyiapkan diri setelah dia tersadar bahwa pria yang dicintainya tidak pantas lagi mendapatkan cinta dan kesetiannya. Dia berjalan mendekati Rendra dan wanita itu tanpa berkedip.

Bersambung

Bab 2. Cincin

Vera melangkah dengan hati penuh luka. Kejutan yang dia siapkan malah berbalik arah. Vera yang awalnya ingin memberi kejutan, kini dia yang malah mendapatkan kejutan dari Rendra. Kejutan yang teramat menyakitkan bagi Vera.

Vera berhenti tepat di depan Rendra yang sudah mengenakan pakaiannya kembali. Tatapan mata Vera sangat tajam, seolah ingin menembus jantung Rendra yang masih tampak gugup.

Vera mengangkat tangan kirinya yang saat ini memakai cincin pertunangan dari Rendra. Matanya berkaca-kaca dan hampir tidak bisa melihat karena terhalang buliran airmata yang masih menggenang di matanya.

"Cincin ini, adalah cincin pengikat cinta yang kamu berikan padaku saat kita bertunangan. Cincin yang mengikat hatiku hingga tidak ada satu pria pun yang bisa membukanya selain dirimu. Tetapi, ternyata cincin ini sama sekali tidak ada artinya bagimu. Aku tidak bisa mengikuti langkahmu lagi. Aku kembalikan cincin ini dan setelah ini, silahkan lakukan apapun yang kamu mau lakukan. Bahkan aku tidak akan peduli lagi meskipun kamu bercinta dengan wanita manapun," ucap Vera sedih bercampur emosi.

Dia melepaskan cincin yang melingkar di jari manisnya dengan hati hancur. Airmata yang tadinya hanya mengambang di pelupuk matanya kini mulai menetes pelan membasahi pipinya.

Di raihnya tangan kanan Rendra lalu di bukanya telapak tangan yang terlihat ada bekas lipstik dari wanita itu. Ditaruhnya perlahan cincin tunangannya tepat di tengah telapak tangan Rendra. Lalu digenggamkan tangan Rendra perlahan-lahan.

"Mulai hari ini, kita putus," ucap Vera lalu berbalik badan.

"Vera, dengarkan aku. Aku memang salah, tapi aku janji aku tidak akan mengulanginya lagi. Percayalah padaku. Aku akan mengusirnya pergi dari rumah ini," teriak Rendra berharap Vera akan mendengarkannya.

Tetapi, bagi Vera semua sudah tidak mungkin lagi. Sulit bagi dirinya untuk bisa memaafkan kesalahan Rendra. Apalagi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, apa yang sudah Rendra lakukan dengan wanita itu. Bayangan Rendra yang sedang bergumul dengan seorang wanita membuat hati Vera semakin sedih.

Vera melangkah pergi meninggalkan Rendra yang tiba-tiba memegang tangannya dan berusaha menahan Vera agar tidak pergi dari rumah ini. Vera yang sudah sakit hati, mengibaskan tangan Rendra dengan kasar.

"Lepaskan! Sudah tidak ada lagi yang bisa aku harapkan darimu. Cinta, kesetiaan, penantian, masa depan. Semua bulsyet," ucap Vera kesal.

"Vera, aku hanya bersenang-senang saja dengannya. Aku tidak mencintai dia. Hanya kamu yang aku cintai," ucap Rendra panik.

"Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi dari mulutmu!" teriak Vera.

Rendra hanya terdiam mendengar teriakan Vera yang menggema di kamar Rendra. Saat ini, tidak akan ada siapapun yang bisa membuat Vera bisa memaafkan Rendra.

Vera berlari meninggalkan rumah Rendra. Saat itu, hari sudah semakin malam. Tetapi Vera sama sekali tidak peduli. Yang ada didalam pikirannya hanyalah rasa ingin menghilang dari muka bumi.

Ternyata, tingkat pendidikan juga pekerjaan, tidak bisa membuat seorang Vera berpikir jernih. Cinta telah membuat luka yang sangat dalam di hati Vera. Saat menyadari Rendra mengikutinya, Vera bersembunyi di belakang mobil yang saat itu terparkir di jalan.

Cukup lama Vera bersembunyi, sementara Rendra masih mondar-mandir di sekitar jalan tempat Vera bersembunyi. Vera masih bersabar dan menunggu sampai Rendra pergi dari tempat ini. Vera tidak menyangka jika pemilik mobil yang menjadi tempatnya bersembunyi, telah masuk ke dalam mobil.

Vera bergegas ikut masuk lewat pintu belakang sambil mengancam pemilik mobil dengan pisau pemotong kue yang kebetulan ditaruh ya didalam tas. Vera mengancam agar, mobil segera pergi dari tempat ini.

"Cepat, jalankan mobilnya!" perintah Vera dengan nada galak.

Tanpa banyak bertanya, pemilik mobil segera menjalankan mobilnya meski tidak tahu kemana tujuan Vera. Vera tidak peduli kemana akan dibawa, asalkan bisa jauh dari Rendra itu sudah cukup. Vera melepaskan tangannya dari leher pemilik mobil kalau duduk santai yang akhirnya membuatnya tertidur.

Saat bangun, Vera baru menyadari kalau dirinya masih berada di dalam sebuah mobil. Dia perlahan bangun dan melihat keluar lewat kaca jendela mobil. Vera sangat terkejut saat melihat dia berada di halaman sebuah rumah yang sangat besar dan mewah.

Masih untung, aku tidak dibawanya kekantor polisi, batin Vera.

Bagaimana dia akan bisa kembali ke rumah Siya, jika dia tidak tahu Sekarang dia ada dimana?

Vera juga lupa membawa ponsel. Dia berusaha membuka pintu mobil yang tidak terkunci. Ternyata, seseorang melihatnya.

"Eneng siapa, pacarnya Tuan muda?" tanya bapak-bapak dengan nada kaget. "Kenapa tidak ikut masuk saja?"

"Bukan, Pak. Saya ...." jawab Vera gugup.

"Sudahlah, Neng. Mari Bapak antarkan masuk. Nyonya dan seluruh anggota keluarga sudah menunggu," ucap Bapak-bapak itu lagi.

"Bapak ini siapa?" tanya Vera cemas karena ada kesalahpahaman.

"Bapak ini sopir pribadinya Nyonya. Nama bapak, Jono. Panggil saja Pak Jono," jawab pak Jono sambil tersenyum.

"Begini, Pak Jono. Saya ini bukan pacarnya Tuan mudanya Bapak. Saya hanya tersesat dan kebetulan saja ikut mobil ini," ucap Vera berusaha menjelaskan.

"Ya sudah. Kalau begitu Eneng masuk saja dulu. Nanti, bapak akan mengantarkan Eneng pulang," ucap Pak Jono sambil mempersilahkan Vera masuk kedalam rumah.

Vera bingung harus bagaimana, sedangkan malam sudah semakin larut. Jika dia diusir pergi, dia harus kemana?

Timbul pemikiran nakal di hati Vera, agar malam ini dia tidak menjadi gelandangan. Besok pagi-pagi sekali dia akan pergi dari rumah ini sebelum sang pemilik rumah bangun.

Vera mengikuti langkah pak Jono masuk kedalam rumah. Sambil celingak-celinguk, Vera berharap sang pemilik rumah tidak melihatnya. Sayang, tampak seorang wanita cantik meskipun sudah agak berumur duduk di sofa ruang tamu.

Padahal ini sudah sangat malam. Vera melihat jam dinding yang berada dipojok ruang tamu sudah menunjukan pukul 11 malam.

"Nyonya, ini pacar tuan muda," ucap pak Jono mengagetkan Vera.

"Oh, kemarilah. Duduklah disini. Sungguh tidak disangka, dia bilang tadi pacarnya sangat sibuk dan tidak bisa datang," ucap Bu Farida sangat senang melihat Vera.

Vera menjadi bertambah bingung. Dia tidak tahu, berada dalam situasi apa. Pacar tuan muda. Tuan muda yang mana?

"Sayang, kenapa masih bengong saja di situ. Pak Jono lanjutkan pekerjaan Pak Jono lalu segeralah istirahat," ucap bu Farida sambil berdiri dan mendekati Vera.

Vera sangat ketakutan dan dia memegang tangan pak Jono yang hendak beranjak pergi.

"Pak Jono, tolong saya," ucap Vera pelan.

"Eneng tenang saja, Nyonya orangnya baik. Eneng tidak perlu takut," jawab Pak Jono sambil melepaskan pegangan Vera.

Vera menarik napas panjang saat melihat pak Jono benar-benar pergi meninggalkan dia dalam ketakutan.

Rasa sedihnya karena dikhianati Rendra sejenak menghilang berganti rasa ketakutan berada di tempat asing.

Ini semua gara-gara Rendra. Jika saja semua sesuai harapanku, aku tidak akan terjebak dalam situasi menegangkan seperti ini. Apa yang akan terjadi padaku, hidup atau mati, aku sendiri tidak tahu pasti, batin Vera.

"Sayang, ayo duduk," ajak Bu Farida sambil menarik tangan Vera dan mengajaknya duduk di sofa.

"Nyonya, saya hanya ingin menumpang istirahat sebentar. Saya tidak akan menggangu kalian. Besok pagi-pagi sekali saya akan pergi sebelum Nyonya dan yang lainya bangun," ucap Vera gugup sekaligus takut.

"Kamu bicara apa, sayang. jangan panggil aku Nyonya. Panggil saja Mami Farida. Nama kamu siapa?" tanya Nyonya Farida sambil tersenyum.

"Vera, Vera Asmarani," jawab Vera sambil tersenyum yang dipaksakan.

"Tunggu, kenapa kedua mata kamu bengkak, kamu habis menangis? Apakah Damian menggertak kamu?" tanya Nyonya Farida sambil melihat dengan seksama wajah Vera.

Bersambung

Bab 3. Salah paham

Damian, Damian siapa? batin Vera.

"Nyonya, saya ...," ucap Vera terhenti karena nyonya rumah memegangi wajahnya sambil ditengok-kan ke kanan dan ke kiri.

"Benar-benar minta dipukul anak itu," gumam Bu Farida.

Setelah itu, nyonya rumah bergegas duduk dengan sikap elegan lalu memanggil seseorang.

"Bik Nah ...."

Seseorang itu ternyata asisten rumah tangga yang namanya bik Nah. Dia lari tergopoh-gopoh menuju ke arah nyonya rumahnya yang tampak kesal.

"Cepat, panggilkan Tuan Damian!" perintah Bu Farida.

"Baik, Nyonya," jawab bik Nah yang segera pergi menuju kekamar Damian.

Tidak berapa lama, datanglah sesosok pria berwajah tampan dengan sorot mata yang sangat tajam. Terlihat dia sangat arogan dan pastinya pemarah. Dia berjalan dengan tegap bak tentara yang sedang berbaris sehingga menunjukkan jika dia seorang yang tegas tapi dingin.

Tetapi, Vera benci pria seperti itu. Karena pastilah tidak ada romantis-romantisnya seperti mantan tunangannya yang selingkuh itu. setiap hari bilang cinta tetapi pada kenyataannya tergoda dengan wanita lain. Pasti dibalik sikapnya yang dingin, malah tukang selingkuh.

"Ada apa Mami memanggil Damian? Ini sudah malam, Mi. Damian butuh istirahat," tanya Damian agak kesal.

"Jangan beralasan kamu. Pulang membawa kekasih dan kamu tinggalkan di mobil begitu saja. Lihat, kedua matanya sampai bengkak begini," ucap Bu Farida marah.

"Apa, siapa? Damian tidak kenal dia, Mami. Coba Mami tanya dia berasal dari mana dan segera suruh dia pulang," jawab Damian sambil menatap Vera tajam.

Vera merasa ketakutan dan cemas. Karena memang mereka tidak saling mengenal. Vera bingung harus berkata dan bersikap bagaimana menghadapi Bu Farida.

"Kamu ini. Pokoknya malam ini, dia akan menginap di rumah kita. Kalau perlu, mulai malam ini, dia akan menetap di sini," ucap Bu Farida serius.

"Mami ...!" teriak Damian.

"Sudah, itu sudah final dari keputusan Mami. Karena kamar tamu belum di bersihkan, malam ini, Vera akan tidur di kamar kamu," ucap Bu Farida sambil menatap Damian.

"Tapi, Mami. Damian harus tidur dimana?" tanya Damian panik dan cemas.

"Kamu itu laki, bisa tidur dimana saja," jawab Bu Farida serius.

Damian tampak kesal. Matanya menatap tajam Vera yang tiba-tiba bergidik melihat tatapan mata Damian yang seolah ingin membunuhnya. Vera tahu, mana ada orang yang rela memberikan kamarnya kepada orang yang tidak dia kenal.

Vera menarik napas panjang sambil tersenyum tipis. Mungkin ini hikmah dibalik rasa sakit hatinya. Dia bertemu dengan seorang ibu yang sangat menyayanginya meski itu hanya sebuah kesalahpahaman saja.

Vera menikmati kesalahpahaman ini demi bisa tidur nyaman malam ini. Bu Farida mengantarkan Vera menuju kamar Damian dan dia tidak berkata apapun. Sementara Damian mengikuti langkah Bik Nah dan Vera dibelakang.

"Damian," panggil Bu Farida.

"Damian cuma mau ambil selimut," jawab Damian agak kesal.

Vera tersenyum saat mendengar panggilan Bu Farida. Apa dikira Damian itu akan tidur dikamar yang sama dengannya?

Saat sampai dikamar Damian, Vera terdiam melihat kamar yang begitu luas dan mewah. Meskipun kamar seorang lelaki, tetapi tampak rapi dan bersih.

Vera terkejut saat tubuhnya tersenggol tubuh Damian yang sengaja lewat untuk mengambil selimut. Sebelum keluar kamar, sorot mata itu terlihat sangat menakutkan.

"Mbak Vera, bibik tinggal dulu. Beristirahatlah dengan nyaman," ucap bik Nah lalu keluar.

"Jangan lupa tutup pintu, bik Nah," teriak Vera.

Vera merebahkan dirinya diatas tempat tidur yang sangat nyaman. Ini seperti tinggal di hotel berbintang. Nyaman sekali. Untuk malam ini dia akan bisa tidur dengan nyenyak di rumah ini. Besok pagi-pagi sekali, dia akan pergi. Semua akan kembali seperti semula.

Vera berusaha memejamkan matanya. Akan tetapi bayangan Rendra dan wanita itu terus saja menghantuinya. Jika dibiarkan seperti ini terus, maka dia tidak akan bisa hidup dengan tenang. Tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidak bisa makan dengan kenyang.

Berbicara tentang makanan, tiba-tiba perut Vera terasa lapar. Dia teringat, sejak datang dari kotanya dia belum makan. Rencananya tadi mau makan bersama Rendra setelah kejutannya berhasil. Tapi kehendak-Nya berkata lain.

Vera bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan keluar. Dia ingin mencari sesuatu yang bisa dia makan untuk mengganjal perutnya yang sudah mulai bernyanyi sejak tadi. Dengan sedikit mengendap-endap, Vera menuju ke dapur.

Di dapur, dia berusaha mencari sisa makanan tetapi ternyata tidak ada apapun yang bisa dia makan. Ada telur mentah, tetapi apa iya dia harus memasaknya terlebih dulu. Pasti baunya akan tercium oleh seisi rumah.

Vera menarik napas panjang dan dia terlihat sedih. Ternyata tidak hanya kekasih selingkuh tetapi rasa lapar juga sangat membuat hati sedih dan tersiksa. Niat hati mau tidur dengan nyaman, tetapi terbentur masalah perut, Vera harus tersiksa sepanjang malam.

Vera duduk di meja makan sambil memegangi perutnya. Saat itu, terdengar suara langkah seseorang yang membuat Vera ketakutan. Kalau sampai ada orang yang melihatnya sedang di dapur, Vera takut di kita pencuri.

Vera bergegas berdiri dan hendak melangkah pergi dari sana. Tetapi suara panggilan itu menghentikan langkahnya.

"Hai, kamu lapar?"

Vera ingin sekali berlari menjauh, akan tetapi kakinya terasa lemah karena rasa lapar ini. Vera terpaksa menghadapi Damian yang berdiri tepat di depannya saat Vera membalikkan badannya.

"Darimana kamu tahu kalau aku saat ini sedang kelaparan?" tanya Vera kaget.

"Aku bisa membuatkan kamu makanan. Tetapi dengan syarat kamu harus berkata jujur. Kamu harus mengatakan padaku, siapa diri kamu yang sebenarnya," ucap Damian sambil menatap Vera tajam.

"Hanya itu? Baiklah, asalkan malam ini aku bisa makan, aku akan berkata jujur padamu," jawab Vera mengalah demi bisa makan.

"Baik, aku pegang kata-katamu," jawab Damian yang segera memakai celemek siap untuk membuat makanan untuk Vera.

Vera duduk sambil memperhatikan Damian yang mulai mengambil beberapa bahan untuk dimasak.

"Kamu bisa bantu aku mencuci sayuran ini?" tanya Damian sambil melihat ke arah Vera.

"Bisa, hanya mencuci sayuran, 'kan?" tanya Vera sambil berdiri.

Vera sebenarnya bukan tidak memasak. Dia sebenarnya sangat ahli membuat masakan dapur. Karena dia ingin menjadi seorang istri yang baik dengan belajar memasak saat dia menjalani masa LDR dengan Rendra.

Dengan cekatan, Vera mencuci semua sayuran yang akan digunakan Damian untuk memasak. Diapun menjadi asisten Damian memasak malam ini. Setelah hampir sepuluh menit, sebuah masakan telah siap dengan satu telor mata sapi diatasnya.

Vera duduk sambil melihat sepiring makanan yang sudah siap untuk dimakan. Bau harumnya tercium hingga Vera ingin sekali segera menyantapnya. Sebelum Vera menikmati makanan didepannya, Vera melihat ke arah Damian. Setah Damian mengangguk tanda sudah memberikan izin, Vera berdoa sebentar lalu dengan lahapnya dia menghabiskannya tanpa sisa.

Selesai makan, tatapan tajam Damian membuat Vera agak merinding. Pasalnya sikap baiknya tadi, kini tiba-tiba berubah dingin.

Jangan-jangan, pria ini memiliki kepribadian ganda? batinnya.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!