NovelToon NovelToon

Kontrak Pernikahan Tuan Arogan

Terpaksa Menikahi Mafia

“Bunuh!” perintah Alessandro Scotts.

Alessandro Scotts merupakan bos mafia yang sangat di segani teman dan di takuti lawan hingga semua orang langsung bergidik ngeri hanya dengan mendengarkan namanya saja. Alessandro juga disebut sebagai pebisnis sukses yang memiliki banyak harta, sikapnya yang arogan dan juga sombong justru membuat banyak wanita jatuh cinta padanya hanya dengan satu kali tatapan saja hingga tidak heran jika semua wanita di negara ini begitu menginginkannya. Alessandro masih berusia 30 namun, dia sudah mendapatkan gelar bos Mafia yang begitu ditakuti di negara ini dan beberapa negara lain hingga tidak ada satupun orang yang berani berurusan dengannya.

“Tuan Alessandro, tolong berikan saya kesempatan satu kali lagi, saya akan berjanji mengembalikan semua uang yang telah Anda pinjamkan pada saya,” bujuk Can dengan mengatupkan kedua tangannya di depan wajah meminta pengampunan.

“Hahaha!” tawa Alessandro melengking ngeri dan hampir saja membuat gendang telinga Can berdarah. “Perusahaan kamu itu telah bangkrut, lalu dengan cara apa kau akan membayar semuanya?!” pertanyaan Alessandro lontarkan lebih mirip seperti suatu ancaman mengerikan ditelinga Can.

Kedua pengawal yang kini berada dibelakang Can dengan sengaja tidak langsung menarik senapan mereka yang sudah berada dibelakang kepala lelaki paruh baya ini sebab kedua pengawal dengan tubuh tinggi besar itu tahu kalau Tuan Alessandro sedang ingin bermain dengan tawanannya. Lelaki kejam seperti Alessandro begitu senang sekali saat melihat musuhnya ketakutan.

Can semakin bergetar sampai sekujur tubuhnya semakin mengeluarkan keringat dingin. Luka-luka dibagian wajahnya terasa perih ketika terkena cairan asin yang keluar dari kulitnya. Atmosfir didalam ruangan ini terasa begitu mencekam sekali bagaikan tidak terdapat sirkulasi udara didalam ruangan ini. Tatapan Tuan Alessandro seakan membekukan tubuh semua pengawal yang berdiri tanpa menggeser posisi mereka sedikitpun-sungguh suasana yang mengerikan sekali.

“Saya memiliki putri yang sangat cantik, jika Anda mengampuni saya maka saya akan membawannya kesini untuk mengantikan saya menjalani hukuman. Putri saya begitu baik hati dan ia akan melakukan semuanya untuk membuat saya merasa bahagia,” bujuk Can mencoba lolos dari genggaman Alessandro dengan mengorbankan putrinya.

Alessandro diam tanpa memberikan respon sedikitpun hal itu membuat Can semakin ketakutan. Lelaki itu menggenggam kedua jemarinya sendiri seakan mencoba menekan emosi dan juga rasa takut yang kini mulai merajai pikirannya. Kebungkaman Alessandro membuat suasana semakin mencekam bagaikan ada didalam film horor.

Semua pengawal yang berjejer di ruangan bawah tanah ini tidak mengeluarkan suara bahkan untuk menghembuskan nafas saja mereka mungkin melakukannya dengan perlahan. Alessandro menyandarkan punggungnya di kursi dengan menatap tajam kearah Can yang masih menunggu jawaban darinya.

“Apakah kau pikir aku bodoh.” Teriak Alessandro dengan lantang sampai suaranya menggema didalam ruangan yang sunyi. “Mana ada seorang wanita yang mau mengorbankan dirinya hanya demi orangtua mereka.” Alessandro mulai menyilangkan satu kakinya bertumpu pada lutut tanpa berkedip.

“Saya akan membuktikan pada Anda dan hanya dengan begitu saja maka Anda akan percaya dengan apa yang saya katakan,” ucap Can meminta kesempatan. “Ini foto putri saya.” Can mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana dengan tubuh bergetar.

Pengawal yang sejak dari tadi menodongkan pistol kearah Can mulai mengangkat pandangan. Tuan Alessandro menganggukkan kepala seakan memberikan isyarat jika lelaki angkuh itu ingin melihat ponsel Can.

Seorang pengawal mengambil ponsel dari tangan Can lalu memberikannya pada Alessandro dengan membungkukkan tubuhnya sopan. Alessandro melihat foto didalam ponsel tersebut dan matanya pun semakin menajam hal itu membuat hati Can semakin gemetar tidak karuan.

Selang beberapa waktu Tuan Alessandro mulai melempar ponsel itu ke lantai dan berhasil membuat Can terjingkat kaget, tapi Can tetap menundukkan kepalanya hingga suara Alessandro mulai terdengar.

“Biarkan dia pergi!” perintah Alessandro.

Para pengawal yang tadinya menodongkan senjata pada Can langsung menyimpan senjata api mereka dibelakang pinggang kemudian memberikan jalan pada Can. Alessandro tidak suka banyak bicara dan lelaki itu juga hanya mengatakan hal yang penting dan to the poin.

“Setelah membujuknya, saya akan kembali ke sini lagi dan terima kasih karena Tuan Alessandro telah memberikan kesempatan pada saya.” Can berbicara dengan membungkukkan tubuhnya.

“Keluar atau Tuan Alessandro akan berubah pikiran dan jangan sampai kepala kamu menjadi makanan anjing,” ucap Derya dengan wajah nampak masam.

Can langsung berlari keluar dari ruangan bawah tanah ini bahkan terlihat lelaki paruh baya itu sampai terjatuh-jatuh sangking takutnya hingga membuat kedua lututnya terasa lemas karena kesulitan menopang berat badannya sendiri.

Derya lelaki berusia 28 tahun dan ia merupakan orang kepercayaan Alessandro di dunia mafia. Jika Alessandro sedang sibuk maka Derya yang akan turun tangan untuk membasmi para musuh.

“Mungkin kau tidak berhasil bermain dengan Can hari ini, tapi cepat atau lambat kita akan menangkapnya lagi sebab aku percaya jika putrinya tidak akan pernah mau menggantikannya menjadi mangsa Tuan Alessandro.” Erhan berbicara dengan memegang bahu Derya dengan tatapan prihatinnya.

Jika Derya adalah orang kepercayaan Alessandro di dunia mafia maka Erhan adalah orang kepercayaan Alessandro di dunia bisnis. Alessandro menatap jejak bayangan Can yang menghilang dibalik pintu sembari mengusap dagunya sendiri.

“Jika sampai kau tidak berhasil membujuknya, maka aku akan menyayat setiap sendi yang berada didalam tubuhmu.” Kira-kira seperti itulah arti tatapan Alessandro sekarang.

“Papa, apa yang terjadi? Kenapa wajahmu babak belur seperti ini?” tanya Sellena histeris ketika melihat papanya berdiri didepan pintu dengan luka diwajahnya. Dengan penuh perhatian Sellena membantu papanya untuk masuk kedalam. “Laia, Papa terluka,” teriak Sellena dengan wajah yang panik.

Terdengar suara langkah kaki berlari mendekat dan terlihat Laia langsung membulatkan kedua matanya saat melihat kondisi lelaki tangguhnya babak-belur menandakan jika lelaki ini baru saja di hajar oleh segerombolan orang dan sialannya Sellena dan juga Laia tidak tahu siapa yang melakukan semua ini.

“Papa, apa yang terjadi?” tanya Laia dengan mengamati wajah lelaki dihadapannya. “Sellena, kenapa kau masih di sini lekas ambilkan Papa air minum!” perintah Laia dengan suara lantang.

“Baik,” sahut Sellena patuh.

“Apa yang terjadi?” tanya Sellena pada Can ketika melihat Sellena sudah menjauhi mereka.

“Tuan Alessandro mau membunuh Papa,” sahut Can.

Detik berikutnya terdengar suara gelas kaca yang bersentuhan dengan lantai ruangan ini. Can dan juga Laia melihat ke asal suara itu dan kini Sellena sedang berdiri membeku di posisinya dengan tubuh yang bergetar.

“Siapa Alessandro? Dan kenapa lelaki itu ingin membunuh Papa?” tanya Sellena dengan suara panik bukan main.

Can meminta kedua putrinya untuk duduk di sofa yang berada dihadapannya setelah itu Alessandro menceritakan awal mulanya ia meminjam uang pada Tuan Alessandro untuk mengembangkan bisnisnya. Tapi siapa sangka jika Can malah di tipu oleh rekan bisnisnya dan Tuan Alessandro mengancam akan membunuhnya jika sampai uang itu tidak segera dikembalikan.

“Lalu apa yang harus kita lakukan? Laia tidak punya uang sebanyak itu.”

“Sellena punya tabungan tapi tidak sebanyak itu dan apakah tidak boleh jika kita minta jangka waktu lagi?” tanya Sellena dengan wajah penuh harap.

“Kita bisa melakukannya, tapi bisakah kamu ikut dengan Papa untuk berbicara pada Tuan Alessandro?” tanya Can dengan tipu muslihat liciknya. Tentu saja Can hanya berbohong saja mengatakan itu pada Sellena. Hanya dengan mengorbankan Sellena maka Can akan bebas-sungguh pemikiran yang mengerikan sekali.

Rencana Can untuk Sellena

“Seharunya lebih baik Laia saja yang pergi bersama Papa karena Sellena tidak pandai berbicara,” ujap Sellena sembari melihat kearah Laia dengan tatapan memohon.

Laia melihat kearah Sellena yang kini menatapnya memohon. Laia tahu jika Sellena pasti tidak akan sepandai dirinya dalam bernegosiasi.

“Benar apa yang Sellena katakan, lebih baik Laia saja yang pergi bersama dengan Papa.” Laia menatap Can dengan tersenyum manis. “Sellena tidak akan pandai berbicara!” Laia melirik Sellena sekilas kemudian memutar kedua matanya malas.

“Tuan Alessandro meminta Papa untuk membawa anak yang paling muda,” bujuk Can pada Laia. Can tidak akan pernah membiarkan putri semata wayangnya dalam masalah dan biarkan saja anak adopsi itu yang akan menjadi umpan.

Laia melihat Can mengerdipkan matanya dan wanita itupun tahu apa yang harus ia lakukan. Laia memang tidak tahu apa yang kini sedang Can rencanakan, tapi ia begitu percaya dengan papanya sehingga langsung ikut andil bagian dari drama singkat ini.

“Sellena, aku mau saja menemani Papa tapi jika sampai terjadi sesuatu pada kami berdua maka kamu harus hidup dengan bahagia.” Laia berbicara dengan wajah memelas karena mencoba untuk menarik simpati Sellena.

“Biarkan Sellena saja yang berangkat bersama Papa.” Wajah polos dan juga lugu Sellena terlihat menyebalkan diwajah Laia.

“Laia, kamu rias Sellena agar terlihat cantik!” perintah Can. Lelaki itu langsung menghela nafas lega setelah berhasil membujuk anak adopsinya tersebut.

“Untuk apa pakai merias diri, lebih baik langsung berangkat saja agar semuanya lekas selesai lalu sepulang dari rumah Tuan Alessandro sebaiknya kita pergi ke rumah sakit,” tutur Sellena dengan polosnya.

“Papa, akan mengobati luka ini sendiri saja lagi pula kita tidak punya banyak uang untuk pergi ke rumah sakit bahkan jika beruntung maka rumah ini akan disita oleh pihak bank bulan depan,” tutur Can. “Laia, bawa Sellena ke kamar kamu!” perintah Can. “Sellena harus terlihat cantik agar Tuan Alessandro tertarik padanya,” batin Can sembari memegang wajahnya yang dipenuhi luka sobek dengan meringis kesakitan

“Sellena akan membantu Papa untuk membersihkan luka ini dulu,” bujuk Sellena yang tidak tega melihat cairan kemerahan yang masih menetes dibeberapa luka pada wajah lelaki paruh baya itu.

“Ayo kamu ikut dengan aku saja.” Laia langsung menarik Sellena dan segera meriasnya.

Kedua pengawal membuka penutup mata Sellena dan juga Can setelah berada di dalam ruangan bawah tanah yang merupakan markas klan Tuan Alessandro berada. Setelah berhasil membujuk Sellena, Can langsung kembali ke hadapan Tuan Alessandro sebab pengawal lelaki tersebut sudah berada dihadapan rumah Can dengan sigap untuk menjaga jika sampai lelaki paruh baya itu justru tidak menepati janjinya membawa putrinya pada Tuan Alessandro.

Mata Coklat bak kacang kenari milik Sellena menyapu setiap sudur ruangan yang minim akan cahaya. “Ruangan apa ini? Kenapa banyak sekali pria didalam ruangan ini.” Pertanyaan itu terus saja bergentayangan liar didalam pikiran Sellena.

Alessandro menatap kearah Sellena yang kini sedang mengedarkan pandangannya kesekitar seakan wanita jelita itu sedang mengamati situasi disekitarnya. Alessandro bisa menebak tubuh Sellena yang mulai dirambati oleh keringat dingin saat mengetahui jika hanya dia saja wanita diantara puluhan pengawalnya. Sellena meneliti wanita cantik yang ada disampingnya dengan sorot mata tidak terbaca.

“Tuan Alessandro. Saya sudah menepati janji dengan membawa putri saya,” ujar Can sembari melirik sinis kearah Sellena yang kini masih sibuk mengamati sekitarnya.

Mendengar nama Tuan Alessandro disebut Sellena langsung mengarahkan pandangannya lurus ke depan. Mata coklat milik Sellena menatap kearah Tuan Alessandro dengan wajah datar tidak terdapat pancaran mata terpesona akan sosok tampan yang kini sedang duduk di singgahsanannya dengan mata elang yang seakan sedang mengamati mangsannya dari jarak jauh.

Tuan Alessandro mulai beranjak berdiri dari posisi duduknya. Tangan Tuan Alessandro menengadah meminta pisau kesayagannya pada Derya yang dengan senang hati langsung memberikan apa yang Tuan Alessandro minta. Mata tajam milik Sellena seakan berkilat penuh rasa terkejutan ketika melihat lelaki itu menatap sang Papa dengan pisau ditangannya seakan pisau itu tidak lama lagi akan menghunus tubuh Can karena sejak dari tadi Tuan Alessandro terus saja fokus pada Papanya.

“Apakah kau sudah menceritakan semuanya?” pertanyaan Alessandro terdengar seperti ancaman bagi Can.

Sellena hendak membuka mulutnya untuk berbicara tapi suara Can mendahuluinya. “Namanya Sellena dan dia dengan senang hati akan mengantikan hukuman saya,” dusta Can dengan menatap kearah Sellena tajam. Seakan dari tatapan itu Can meminta Sellena untuk mengiyakan dusta nya.

Sellena baru mengerti kenapa Papanya bersikeras agar yang ikut adalah dirinya dan buka Laia. Tidak heran jika Laia memberikan gaun terbaiknya dan juga memoles wajah Sellena dengan sangat cantik sekali padahal biasanya Laia selalu memberikan baju yang sudah usang dan tidak layak pakai untuk Sellena. Sellena yang begitu menyayangi Papa dan juga Laia tidak pernah menaruh curiga pada keduanya, tapi kenyataan ini sungguh membuat kedua bola mata Sellena terasa memanas dan terasa sakit hingga berselang beberapa detik kemudian pandangannya mulai kabur karena tertutup oleh cairan bening.

“Benarkah?” tanya Tuan Alessandro pada Sellena meminta jawaban kebenaran.

Sellena menarik nafas dalam dan berusaha menahan rasa takutnya lalu Sellena mengarahkan pandangannya pada Tuan Alessandro. “Benar,” dusta Sellena dengan suara bergetar di ujung lidah.

Alessandro mengamati manik coklat bak kaca kenari itu intens. Sellena berbicara dengan mantap, tapi terdapat rasa sakit yang nampak nyata dari kedua pelupuk mata yang sudah mengumpal cairan bening. Jika Alessandro tidak salah tebak pasti Can berbohong pada putrinya.

“Saya sudah bilang pada Anda, jika putri saya akan bersedia menyerahkan nyawannya untuk melihat saya bahagia.” Can berbicara dengan enteng.

“Jaga bicaramu di depan Tuan Alessandro.” Kecam kedua pengawal yang langsung menendang kaki Can dengan kasar sampai lelaki paruh baya itu jatuh tersungkur.

“Papa,” teriak Sellena terkejut. “Tuan Alessandro, tolong kasihani Papa saya, saya rela mengantikannya.” Sellena bicara dengan wajah memelas bahkan kini alis dan juga hidungnya mulai memerah menahan air mata dan juga rasa takutnya.

Alessandro mengangkat tangannya di udara mengisyaratkan agar para pengawalnya berhenti. “Aku tidak suka jika ada yang berbohong padaku.” Alessandro menatap Sellena dengan ekor matanya lalu satu detik kemudian tangan lelaki itu bersiap menikam Can.

“Jangan sakiti Papaku. Aku yang akan menggantikannya.” Tanpa disangka Sellena memegang erat pisau yang Can pegang.

Tuan Alessandro menatap Sellena dengan sorot tak terbaca lalu detik berikutnya Alessandro menurunkan pandangannya dan melihat salah satu tangan Sellena mengeluarkan cairan warna merah dengan begitu banyak seakan menandakan seberapa dalam luka wanita tersebut.

Tatapan Sedingin Kutub Utara

Sellena mengigit bibir bagian bawahnya guna untuk menahan rasa nyeri dari tangannya yang bersentuhan dengan belati. Luka di tangan Sellena berdenyut sampai di puncak kepalanya dan untuk mengurangi rasa sakit gadis itu mulai mengigit bibir bagian bawahnya.

Alessandro mengamati mata Sellena yang kini sedang menatapnya dengan sorot mata teduh. Bibir Sellena terlihat bergetar dan hal itu membuat Alessandro tidak tenang. Sialan! Kenapa wanita ini rela mendapatkan hukuman atas apa yang Can lakukan sedangkan lelaki sialan ini malah mengorbankan putrinya tanpa ada rasa bersalah.

Alessandro semakin penasaran alasan apa yang membuat Sellena membela Alessandro sampai rela menahan pisau terkutuk ini dengan tangannya tanpa berpikir panjang.

“Lepaskan!” perintah Alessandro dengan suara penuh penekanan.

“Berjanjilah Anda tidak akan melukai Papa saya.” Sellena berbicara dengan menggeser tubuhnya hingga kini lurus dengan ujung runcing belati yang masih berada dalam genggaman tangannya.

Apakah wanita ini gila? Tapi tentu saja tidak karena jika dilihat dari cara bicara dan keyakinannya Sellena masih sangatlah waras. Tatapan penuh percaya diri Sellena sungguh membuat Alessandro tidak tenang.

“Kenapa kau membelanya! Dia berbohong padamu.” Alessandro bicara tanpa menggerakkan belatinya.

“Aku tahu Papa berbohong. Tapi andaikan Papa berbicara jujur sekalipun aku akan tetap menggantikannya.” Sellena bicara mantap tanpa rasa ragu. “Semua itu tidak ada bedanya bagiku.”

Can merasa lega ketika melihat Sellena berdiri dihadapannya seakan rela memberikan hidupnya pada Tuan Alessandro. Sedangkan Derya dan juga Erhan saling menatap dalam kebisuan.

Sikap Sellena yang begitu percaya diri membuat atmosfir didalam ruangan ini semakin mencekam sekali hingga hawa panas mulai menjalari sekujur tubuh semua pengawal dan hawa panas itu berasal dari tatapan tajam Tuan Alessandro.

“Kau akan menuruti apapun yang aku katakan?” tanya Alessandro. Sorot mata tajam itu membuat siapa saja akan merasa terintimidasi tidak terkecuali Sellena sendiri.

“Ya.” Sellena menjawab tanpa ragu.

“Menikah denganku.” Alessandro berbicara dengan seulas seringai licik dan penuh ancaman. Seakan senyuman itu akan menenggelamkan Sellena kedalam jurang penderitaan yang teramat dalam.

Mulut Sellena terbuka lebar hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Sejak remaja Sellena selalu ingin menikah dengan lelaki yang ia cintai dan juga lelaki yang akan membuat jantungnya berdetak kencang karena cinta. Tapi semua harapan itu seakan pupus bersama dengan ucapan yang terlontar dari bibir Tuan Alessandro barusan. Bayangan indah pernikahan mulai menjauh dan sulit ia gapai tapi Sellena harus melakukannya demi Can yang sudah merawatnya selama ini.

Takdir sungguh terus mempermainkan kehidupan Sellena membuat wanita itu tidak pernah punya pilihan selain tunduk pada keinginan takdir. Hidupnya sudah terlalu menyedihkan menjadi boneka Laia-Itulah arti Sellena didalam keluarga Can jadi tidak heran jika Can melindungi Solana dan membawa Sellena kehadapan Tuan Alessandro.

Sellena berada di panti asuhan sejak dia kecil hingga Can dan juga Laia datang ke panti asuhan guna mengadopsinya. Usia Sellena waktu itu masih 7 tahun dan dia sangat senang sekali karena pada akhirnya bisa memiliki saudara seperti temannya yang lain. Tapi semua itu berubah sejak Sellena sadar jika dia hanya dijadikan boneka Laia yang harus menuruti semua keinginan wanita itu dan menjadi pelayan di rumah keluarga angkatnya sendiri.

Sellena langsung tersadar dari lamunannya setelah Can menarik dress berwarna merah yang sedang ia kenakan dengan gerakan pelan. “Apapun itu akan aku lakukan.” Sellena memberikan jeda sejenak untuk kalimatnya. “Termasuk menikah dengan Anda.” Sellena memejamkan matanya seakan wanita itu sedang mencoba untuk menyesuaikan dirinya dari kegelapan yang akan dia hadapi setelah mengambil keputusan besar ini.

“Lepaskan berlatih ini!” perintah Alessandro pada Sellena dengan lebih perintah.

“Biarkan Papaku keluar dari ruangan ini karena aku takut Anda berdusta,” bujuk Sellena pada Alessandro dengan tatapan memohon.

Alessandro menghembuskan nafasnya kasar di udara. “Mulai sekarang wanita ini adalah milikku! Kau tidak akan bisa menemuinya lagi dan hubungan kalian berdua usai di detik ini.” Alessandro menatap kearah Can dengan penuh ancaman.

Can mulai beranjak berdiri dari posisi duduknya perlahan lalu berkata, “Saya berjanji tidak akan pernah menemuinya lagi.” Setelah bicara Can menatap kearah Sellena. “Anggaplah kamu sedang membalas kebaikan Papa dan juga Laia yang sudah merawat kamu sejak dari kecil.” Usai bicara Can langsung berlalu pergi begitu saja dengan kaki terseok-seok menahan rasa sakit akibat tendangan Derya yang seakan membuat tulang kakinya bergeser.

“Terima kasih karena sudah merawat aku selama ini,” ucap Sellena dengan suara yang bergetar. Sellena tidak dendam pada Can dan juga Laia justru ia merasa sedih sekali berpisah dengan mereka berdua dan pada akhirnya Sellena hanya sendiri-seperti awal ia besar di panti asuhan tanpa adanya kehangatan keluarga.

“Sekarang lepaskan belati ini atau akan benar-benar melukaimu.” Suara lantang Alessandro menyentak pandangan Sellena.

Sellena langsung melepaskan tangannya dari belati tersebut dengan gerakan cepat. Kini wajahnya mulai memucat saat menyadari cairan berwarna merah yang begitu banyak keluar dari luka sobek ditangannya. Sellena mulai merasakan jika pandangannya kabur dan kepalanya mulai terasa berat hingga akhirnya ia mulai kehilangan kesadaran.

Tuan Alessandro dengan sigap meraih pinggang Sellena setelah lelaki itu melepaskan pisau ditangannya hingga jatuh ke lantai. “Benar-benar wanita yang merepotkan sekali.”

Derya dan juga Erhan saling menatap dalam kebisuan. Keduanya tentulah sangat heran sekali ketika untuk kali pertama Tian Alessandro perduli pada seorang wanita yang baru ia temui.

Sellena mulai membuka mata kini seluruh pandangannya di penuhi dengan ruangan yang nampak mewah dengan dinding berwarna hitam dan hampir semua perabotan didalam ruangan ini berwarna putih. Sellena mulai mengangkat tangannya dan ia melihat tangannya sudah dibalut oleh perban dan ini yang jelas bukan berada didalam ruangan bawah tanah yang terlihat begitu menakuti dan juga mencekam.

“Kau sudah sadar.” Suara barington itu langsung menyita perhatian Sellena.

Sellena mendudukkan tubuhnya dan melihat Tuan Alessandro sedang duduk di sofa yang berada di pojok ruangan ini. Sellena yang sudah mendapatkan sebagian kekuatannya segera menjejakkan kakinya di lantai.

Alessandro membuyarkan lipatan tangannya di kedua dada lalu beranjak berdiri. Setiap hentakan sepatu pantofel lelaki itu seakan suatu ancaman bagi Sellena. Sellena melangkah mundur hingga membuat tubuhnya terpojok ke dinding. Alessandro langsung mengunci tubuh Sellena dengan kedua tangannya yang menempel pada dinding.

“Kau mau lari.” Alessandro bicara sembari membelai lembut wajah cantik Seller.

Tubuh Sellena menegang, tatapan dingin Alessandro seakan membuat sekujur tubuh Sellena sedang diselimuti oleh balok es.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!