NovelToon NovelToon

Cinta Dan Kontrak Pernikahan

Pertemuan Pertama

KLOTAKK KLOTAKK!!!

Suara heels yang beradu dengan aspal jalan terdengar memecahkan gelap malam di sudut kota.

Seorang gadis cantik dengan pakaian yang cukup terbuka tengah berlari seorang diri, menghindar dari beberapa pria dengan tubuh besar dan tegap yang tengah mengejarnya.

"Aahh sepatu sialan ini!" gerutunya kesal sambil melepas high heels yang dipakainya.

"Hei berhenti, kau tidak akan bisa lari dari tempat ini!" teriak salah satu pria yang mengejarnya.

Tak dapat dipungkiri, berlari dengan menggunakan heels memang membuatnya cukup kesulitan dan memperlambat langkahnya.

Setelah ia melepas kedua high heelsnya, gadis cantik itupun bersembunyi di balik tempat sampah yang cukup besar untuk bisa menyembunyikan tubuh mungilnya.

Selain karena ia sudah lelah berlari, tumitnya juga terluka karena berlari menggunakan high heels yang tidak biasa ia pakai.

"Perempuan sial, keluarlah dari tempat persembunyianmu sebelum aku menemukanmu, bos besar pasti akan memaafkanmu jika kau mau mendatanginya dengan baik baik," ucap salah satu pria yang mengejarnya.

"Cepat keluar atau aku akan benar benar mencincang tubuhmu saat aku menemukanmu!" ancam pria yang lain.

Karena para pria yang mengejarnya tidak kunjung pergi, gadis itupun sudah tidak bisa bertahan terlalu lama berada di dekat tempat sampah dengan bau busuk yang menyengat.

"Sial, kenapa mereka belum juga pergi? aku tidak bisa bertahan disini lebih lama lagi!" batin gadis itu dengan satu tangan memencet hidungnya.

"Tidak ada pilihan lagi!" ucapnya pelan lalu segera beranjak dari dekat tempat sampah.

"Disana kau rupanya, ayo kembalilah pada bos besar atau....."

KLOTAAKKKK!!!

Suara nyaring terdengar begitu memuaskan saat sepatu milik gadis itu melayang dan mendarat di kepala salah satu pria yang mengejarnya.

"Hahaha..... benar benar satisfying!" ucapnya dengan tertawa puas lalu segera berlari setelah ia melempar sepatunya untuk yang kedua kali.

"Waaahhh dia membuat keningmu berdarah," ucap salah satu pria yang hanya ternganga melihat darah menetes dari kening temannya.

"Perempuan sial, aku akan benar benar menangkapmu kali ini!" ucap pria dengan luka di keningnya sambil berlari mengejar gadis itu bersama temannya yang lain.

Aksi kejar kejaranpun kembali berlanjut, dengan kedua kaki yang terluka gadis mungil itu tidak menyerah untuk terus berlari.

"Kenapa mereka tidak lelah juga? sampai kapan mereka akan mengejarku?" batinnya bertanya sambil terus berlari tanpa arah yang pasti.

"Lolaaa, ide gilamu ini benar benar menyiksaku.... lihat saja nanti.... aku pasti akan membalasmu," ucapnya dengan nafas terengah engah.

Entah sudah berapa lama gadis cantik itu berlari, rambut panjangnya yang tergerai bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama langkahnya yang semakin berlari dengan kencang.

Suasana di sudut kota yang sangat sepi dan jauh dari keramaian membuatnya tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun, terlebih ia tidak membawa ponsel atau apapun yang bisa ia gunakan untuk meminta pertolongan.

Ia hanya berlari membawa dirinya sendiri, berusaha menyelamatkan dirinya dari para pria suruhan om om hidung belang yang sudah membodohinya.

"Dia pikir dia siapa? hanya om om tua yang banyak uang, mungkin akan lain jika dia tampan, tapi melihat kerutan di sekitar matanya saja sudah membuatku jijik!" gerutunya sambil terus berlari.

"Aaahhh aku benar benar sudah lelah, kapan mereka akan berhenti mengejarku......" ucapnya kesal, namun terus berlari tanpa henti.

**

Di tempat lain, seorang laki laki berusia 27 tahun tengah berlari keluar dari sebuah bar setelah dia beradu mulut dengan salah satu pengunjung bar.

Dia berlari bukan karena dia kalah saat beradu mulut, tapi karena pria besar yang beradu mulut dengannya mulai kesal dan menggebrak meja sampai meja kayu di hadapannya patah.

Laki laki tampan yang setengah mabuk itupun dengan mudah diangkat oleh pria besar yang beradu mulut dengannya.

Karena tidak ingin mati konyol dengan usia yang cukup muda, iapun memilih untuk kabur meskipun akhirnya ia harus bermain kejar kejaran dengan pria bertubuh besar itu.

"Aahhh sial, aku tidak bisa berlari cepat karena mabuk," gerutunya sambil terus berlari dengan memijit kepalanya agar tetap tersadar.

"Kembali kau bocah ingusan!" ucap pria bertubuh besar itu dengan penuh emosi.

Saat berada di persimpangan, laki laki itu tidak sengaja menabrak seorang gadis yang akhirnya membuat mereka berdua terjatuh.

"Aahhh sial, cepat berdiri!" ucap gadis itu sambil membantu laki laki di hadapannya untuk berdiri.

"Aku akan membunuhmu malam ini juga bocah sialan!" teriak pria besar dari arah lain.

"Apa pria itu mengejarmu?" tanya si perempuan pada laki laki di hadapannya.

Laki laki itupun hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apapun.

Selang berapa detik kemudian terdengar derap suara kaki para pria yang mengejar gadis cantik itu, tanpa sadar gadis itupun segera menggenggam tangan laki laki di hadapannya dan mengajaknya berlari.

Saat tengah berada di sebuah jembatan, gadis itupun meminta laki laki yang bersamanya untuk melompat.

"Melompat? apa kau gila?" protes laki-laki itu.

"Cepatlah, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi," balas si gadis.

"Tidak, aku tidak mau, aku bahkan belum berusia 30 tahun, aku tidak mau mati konyol seperti ini," ucap si laki-laki.

Gadis itupun hanya menghela nafasnya kasar melihat betapa pengecutnya laki-laki di hadapannya.

"Terserah kau saja jika kau lebih memilih untuk ditangkap pria besar itu, jangan salahkan aku jika kau akan mati di tangannya," ucap gadis cantik itu lalu melompat ke bawah jembatan tanpa ragu.

"Hei apa yang kau lakukan? aahh sial pasti dia sudah mati!"

"Justru kau yang akan mati jika kau tetap berada disana," balas gadis cantik itu yang sudah mendarat dengan sempurna di daratan yang ada di tepi sungai.

"Haaah kau masih hidup, apa tidak berbahaya berada disana?" tanya si laki-laki dengan terkejut.

"Jangan bawel, cepatlah melompat kesini atau kau akan mati di tangan pria besar itu!" ucap si gadis lalu segera menyembunyikan dirinya di kolong jembatan.

BRUUUKKKK

Laki-laki itupun benar-benar menjatuhkan dirinya, namun tidak mendarat dengan sempurna seperti sang gadis.

"Hahaha kau payah sekali," ucap si gadis dengan berusaha menahan suara tawanya.

"Arrgghhh rasanya tulang-tulangku sudah patah," ucap si laki-laki sambil merangkak memegangi punggungnya.

"Kau berlebihan sekali, bukankah ini lebih baik daripada mati di tangan pria besar itu?"

"Kau benar, tapi......"

"Ssssttttt..... diamlah, sepertinya mereka sudah mendekat," ucap si gadis sambil menutup mulut si laki-laki.

Laki-laki itupun hanya terdiam membiarkan gadis asing di sampingnya mendekap mulutnya.

Di bawah langit malam yang tak berbintang itu Bianca dan Arga pertama kali bertemu dengan keadaan yang sama-sama kacau.

Hutang 50 Miliar

Bianca dan Arga masih berada di kolong jembatan untuk beberapa lama karena menghindar dari para laki-laki yang mengejar mereka.

Diam-diam Arga memperhatikan gadis cantik dengan pakaian yang sangat minim yang tengah duduk di atas batu besar di sampingnya.

Tatapan matanya kemudian tertuju pada sepasang kaki Bianca yang tampak terluka, bukan hanya karena heels yang sempat dipakai Bianca berlari tapi juga karena Bianca berlari tanpa mengenakan alas kaki yang membuat beberapa luka kecil pada kaki Bianca.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? aku bukan perempuan yang seperti kau pikirkan!" ucap Bianca yang merasa risih diperhatikan oleh Arga.

"Memangnya kau tahu apa yang sedang aku pikirkan?" balas Arga.

"Kau memperhatikanku dari atas sampai bawah, sudah pasti kau akan berpikir jika aku perempuan malam padahal aku tidak seperti itu, tapi terserah kau saja, kita baru bertemu jadi tidak mungkin kau akan mempercayaiku," ucap Bianca.

Arga hanya tersenyum tipis mendengar Bianca yang berbicara panjang lebar tetapi tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ia pikirkan saat itu.

"Memangnya apa yang terjadi padamu? kenapa kau dikejar oleh banyak laki-laki di tempat seperti ini?" tanya Arga.

"Ceritanya panjang, pada intinya ini semua karena temanku yang sudah menjebakku di tempat sialan ini, jika bukan karena dia aku tidak mungkin berada di kolong jembatan seperti saat ini," jawab Bianca.

"Menjebakmu? memangnya apa yang dia lakukan padamu? apa temanmu itu menjualmu pada om-om hidung belang?" tanya Arga yang membuat Bianca seketika membulatkan matanya ke arah Arga.

"Sepertinya kita tidak cukup dekat untuk saling berbagi cerita," ucap Bianca yang merasa enggan untuk menceritakan tentang kejadian sebenarnya pada Arga yang baru saja ia temui beberapa saat yang lalu.

"Kau benar, kita bahkan baru saja bertemu," ucap Arga.

"Lalu bagaimana denganmu? kenapa pria besar itu mengejarmu? melihat dari pakaianmu sepertinya kau laki-laki kaya raya yang berpendidikan, kenapa juga kau bisa berada di tempat ini?" tanya Bianca penasaran.

"Pada intinya aku tidak sengaja membuat kesal laki-laki itu, jadi dia marah dan mengejarku," jawab Arga sekenanya.

"Memangnya apa yang sudah kau lakukan? badanmu saja sekecil ini bagaimana mungkin bisa kau membuatnya kesal sampai marah!" tanya Bianca.

"Sepertinya kita tidak cukup dekat untuk saling berbagi cerita," jawab Arga dengan tersenyum tipis yang membuat Bianca memutar kedua bola matanya lalu mengalikan pandangannya dari Arga.

"Sebenarnya aku sedang membutuhkan uang yang sangat banyak dan temanku memberi saran padaku agar aku bisa mendapatkan banyak uang dengan cara cepat, dia memintaku untuk datang ke tempat ini hanya untuk menemani om-om yang sedang berjudi, tetapi ternyata om-om genit itu mulai menyentuhku, membuatku seketika menendang bagian tengahnya, tentu saja dia marah dan meminta para pengawalnya untuk menangkapku, itu kenapa para pria itu mengejarku," ucap Bianca yang pada akhirnya menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Waahh kau galak juga ternyata," ucap Arga setelah ia mendengar cerita singkat Bianca.

"Dari awal niatku kesini hanya untuk menemani om-om tua itu berjudi dan aku akan mendapatkan uang darinya, jadi jika Om Om tua itu mulai menyentuhku maka aku tidak punya pilihan lain selain melawannya, memangnya dia pikir dia siapa bisa menyentuhku semaunya," ucap Bianca dengan nada bicara yang masih kesal.

"Memangnya berapa uang yang kau butuhkan sampai membuatmu harus pergi ke tempat seperti ini?" tanya Arga penasaran.

"50 miliar," jawab Bianca singkat yang membuat Arga tertawa.

"Kenapa kau tertawa? apa itu lucu untukmu? aku bahkan hampir saja celaka hanya untuk mendapatkan sebagian kecil dari uang itu!" ucap Bianca kesal.

"Kau serius membutuhkan uang 50 miliar?" tanya Arga tak percaya.

"Tentu saja serius, aku tidak tahu dimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu, sepertinya bekerja seumur hiduppun aku tidak akan bisa mendapatkannya," jawab Bianca.

"Memangnya apa yang membuatmu membutuhkan uang sebanyak itu?" tanya Arga yang mulai penasaran.

"Aku tinggal bersama tanteku setelah kedua orang tuaku meninggal dan aku baru mengetahui akhir-akhir ini jika ternyata orang tuaku meninggalkan hutang sebanyak 50 miliar dan aku harus segera melunasinya sebelum hutang itu semakin beranak pinak," jawab Bianca menjelaskan.

Arga mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar cerita Bianca. Setelah beberapa lama menunggu di kolong jembatan, akhirnya mereka yakin bahwa para laki-laki yang mengejar mereka sudah pergi dari tempat itu.

"Sepertinya mereka sudah pergi," ucap Bianca sambil sedikit mendongakkan kepalanya ke atas untuk memperhatikan jembatan di atasnya.

"Apa kau yakin?" tanya Arga memastikan yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Bianca.

Bianca kemudian berjalan ke sisi kolong jembatan untuk bisa naik ke atas jembatan diikuti oleh Arga.

"Lalu apa rencanamu setelah ini?" tanya Arga pada Bianca.

"Tentu saja pulang, apalagi yang bisa aku lakukan dengan keadaan seperti ini!" balas Bianca.

"Dimana rumahmu? aku akan mengantarmu pulang!"

"Aku bisa pulang sendiri, tunjukkan saja dimana jalan menuju ke arah jalan raya besar," balas Bianca.

"Oke baiklah, ikuti aku," ucap Arga lalu membawa langkahnya menyusuri gang sempit di daerah itu untuk bisa keluar ke arah jalan raya.

"Sebenarnya aku bisa membantu masalahmu," ucap Arga yang membuat Bianca mengernyitkan keningnya dengan membawa pandangannya pada Arga.

"Aku bisa memberimu uang 50 miliar sekarang juga," lanjut Arga yang membuat Bianca seketika menghentikan langkahnya.

"Apa kau akan menjualku? apa jangan-jangan kau....."

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, bukankah kau bilang aku tampak seperti laki-laki kaya yang berpendidikan?" ucap Arga memotong ucapan Bianca.

"Iya, tapi kenapa kau mudah sekali mengatakan seperti itu, kau tahu bukan sebanyak apa uang 50 miliar itu?"

"Tentu saja aku tahu dan aku bisa dengan mudah memberikannya padamu hanya dengan satu syarat," ucap Arga.

"Syarat, syarat apa?" tanya Bianca.

Arga tersenyum lalu membawa langkahnya mendekati Bianca.

"Menikahlah denganku!" ucap Arga berbisik yang membuat Bianca segera mendorong Arga hingga Arga mundur beberapa langkah ke belakang karena dorongan Bianca yang cukup kuat.

"Apa kau gila? kita baru saja bertemu dan kau sudah berkata seperti itu?"

"Kau bisa menyebutku gila atau apapun itu terserah, tapi aku akan benar-benar memberikan uang 50 miliar itu padamu asalkan kau mau menikah denganku," balas Arga santai.

"Waaahh kau benar-benar gila, cepat tunjukkan aku dimana jalan keluar dari tempat sialan ini!" ucap Bianca dengan menggelengkan kepalanya sambil berjalan mendahului Arga.

Arga hanya tersenyum tipis lalu berlari kecil ke arah jalan raya. Sesampainya di jalan raya Arga kemudian mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu namanya pada Bianca.

"Ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku atau menemuiku secara langsung!" ucap Arga.

"Lepaskan jasmu!" ucap Bianca tanpa mempedulikan kartu nama yang diberikan oleh Arga.

Argapun melepaskan jasnya tanpa tahu apa yang akan Bianca lakukan.

"Aku lebih membutuhkan jas ini daripada kartu nama ini," ucap Bianca dengan tersenyum sambil memakai jas milik Arga dan mengambil kartu nama dari tangan Arga lalu berjalan pergi begitu saja.

"Menarik," ucap Arga dengan tersenyum tipis menatap Bianca yang berjalan semakin jauh darinya.

Sepatu

Arga yang baru saja bertemu dengan Bianca membuatnya seketika berpikir bahwa Biancalah perempuan yang ia butuhkan saat itu.

Tidak hanya cantik, Bianca juga dinilainya sebagai perempuan yang menarik dan menyenangkan, sangat berbeda dengan Clara, perempuan yang dijodohkan orang tuanya dengannya.

Clara memang perempuan yang cantik, bahkan banyak kaum Adam yang begitu memuja kecantikannya, namun berbeda dengan Arga, ia sama sekali tidak tertarik pada perempuan yang merupakan artis papan atas itu.

Di mata Arga, Clara hanyalah seorang gadis manja yang penuh dengan drama dalam hidupnya dan Arga tidak ingin dirinya menjadi bagian dari drama itu.

TIIIIINNNN TIIIIINNNN TIIIIINNNN

Suara klakson mobil menyadarkan Arga dari lamunannya yang tanpa sadar menatap Bianca yang sudah berlalu jauh dari pandang matanya.

Argapun segera membawa langkahnya masuk ke dalam mobil, menjatuhkan dirinya dengan kasar di atas kursi mobilnya.

"Kenapa kau lama sekali? aku hampir saja mati konyol malam ini," gerutu Arga pada laki-laki yang sedang mengemudikan mobilnya saat itu.

"Maaf bos aku benar-benar sibuk malam ini, lagi pula bukankah kau sudah berkata agar aku tidak mengganggumu? tapi justru kau yang menggangguku!" balas Daffa, teman baik Arga sekaligus asisten pribadinya di kantor.

"Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini, bawa saja aku ke hotel," ucap Arga memberi perintah.

"Memangnya kenapa? apa kau baru saja membuat masalah?" tanya Dafa.

"Sepertinya besok pagi orang tuaku akan benar-benar membunuhku, jadi kau bersiap saja jika kau mendengar berita pembunuhan orang tua terhadap anaknya," jawab Arga yang membuat Dafa terkekeh.

"Tapi jika aku masih hidup sepertinya akan ada kabar gembira yang pasti akan membuatmu terkejut," lanjut Arga.

"Kabar gembira apa? bukankah kau baru saja membuat masalah baru?"

"Mungkin sebentar lagi aku akan menikah," jawab Arga yang membuat Dafa seketika menginjak pedal remnya, beruntung mereka berdua tidak terbentur dasbor dihadapan mereka saat itu.

"Apa kau gila? aku belum mau mati muda Dafa!" ucap Arga sambil memukul punggung Daffa.

"Ucapanmu membuatku sangat terkejut, apa kau yakin kau akan menikah? bukankah dari kemarin kau sangat menolak untuk dijodohkan dengan Clara?" tanya Daffa tak percaya dengan apa yang Arga katakan padanya.

"Memangnya siapa yang bilang jika aku akan menikah dengan Clara? sampai kapanpun aku tidak akan menikahi Clara, hidupku pasti akan semakin susah jika aku menikah dengannya, terlalu banyak drama dalam hidupnya!" balas Arga yang membuat Daffa mengernyitkan keningnya.

"Lalu dengan siapa kau akan menikah? tidak mungkin dengan Karina bukan?" tanya Daffa yang lagi lagi mendapat pukulan di punggungnya.

"Cepat nyalakan mobilnya sebelum kau membuat macet jalan raya!" ucap Arga tanpa menjawab pertanyaan Dafa.

Arga dan Daffa memang sudah lama berteman, mereka bersahabat dekat sejak mereka masih berada di bangku sekolah hingga mereka kuliah dan mulai bekerja di beberapa perusahaan kecil sampai akhirnya Arga menggantikan posisi sang papa untuk menjadi CEO di salah satu perusahaan besar.

Sebagai sahabat baik, tentu saja Daffa mengetahui semua hal tentang Arga karena selain dekat dengan Arga, Daffa juga cukup dekat dengan keluarga Arga.

Daffa bahkan mengetahui banyak hal tentang Arga yang bisa jadi tidak diketahui oleh keluarganya. Seperti itulah kedekatan mereka berdua yang sudah selayaknya seperti saudara kandung.

**

Di sisi lain Bianca baru saja tiba di tempat yang dituju, ia berdiri di depan sebuah pintu lalu mengetuknya tanpa peduli jika suara ketukan pintu itu mengganggu penghuni kamar yang lain.

Tanpa menunggu lama seseorang dari dalam kamar itu segera membuka pintunya sebelum para tetangga melakukan demo atas kebisingan yang terjadi.

"Bianca, apa kau gila? kenapa kau membuat keributan di tengah malam seperti ini?" tanya Lola yang kesal dengan sikap Bianca.

"Kau yang sudah gila, bisa-bisanya kau menjualku pada om-om tua!" balas Bianca lalu berjalan masuk ke dalam kamar Lola tanpa permisi.

"Aku tidak menjualmu Bianca, bukankah sudah kukatakan kau hanya perlu menemaninya saja dan mendapatkan uang darinya!" ucap Lola membela diri.

"Apa kau mengenal Om Om tua itu? atau kau hanya mengenalkanku pada sembarang orang yang bahkan tidak kau kenal?" tanya Bianca yang masih diliputi kekesalan dalam dirinya.

"Mmmm..... aku..... aku tidak mengenalnya hehehe....." balas Lola yang membuat Bianca seketika menjatuhkan dirinya di atas ranjang Lola.

"Memangnya apa yang terjadi? kenapa kau terlihat berantakan seperti ini dan kakimu..... astaga kakimu terluka!"

Melihat kaki temannya yang terluka, Lolapun segera mengambil kotak P3K berniat untuk mengobati luka pada kaki Bianca.

"Kenapa kakimu kotor sekali? dimana sepatuku? kenapa kau tidak memakainya?" tanya Lola.

"Sepatu..... aahhh sepatu sialan itu..... aku membuangnya," jawab Bianca santai yang membuat Lola membulatkan matanya.

"Tidak.... tidak.... aku tidak membuangnya, aku melemparnya pada laki-laki yang mengejarku, apa kau tau.... ternyata sepatu itu sangat kuat, aku bahkan bisa membuat kening laki-laki itu berdarah karena terkena lemparan dari sepatu milikmu hahaha....." lanjut Bianca yang membuat Lola semakin tercengang mendengar cerita Bianca.

"Kau benar-benar gila Bianca, kau mulai membuatku marah sekarang!" ucap Lola sambil meletakkan kotak P3K dan mundur beberapa langkah lalu menjatuhkan dirinya di atas lantai kamar kosnya.

"Seharusnya aku yang marah padamu, om om tua itu berani menyentuhku, kau tahu apa yang aku lakukan padanya? aku menendang bagian tengahnya dan para ajudannya mengejarku, jadi aku tidak punya pilihan lain selain melepaskan sepatu sialan itu lalu melemparnya ke arah mereka agar mereka berhenti mengejarku, tapi kau tahu apa? mereka bahkan tidak berhenti mengejarku sampai aku harus menjatuhkan diri ke kolong jembatan hanya untuk menghindari para pria brengsek itu!"

Lola hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya, seolah baru saja kehilangan tenaganya saat ia mengetahui bahwa sepatu kesayangannya sudah hilang entah dimana keberadaannya.

"Apa kau tahu berapa harga sepatu itu? apa kau tahu betapa susahnya aku selama ini mendapatkan sepatu itu? apa kau tahu seberapa kerasnya aku menabung untuk bisa mendapatkan sepatu itu? aku bahkan harus makan mie instan selama hampir satu bulan untuk bisa mendapatkan sepatu itu, beruntung aku tidak menderita usus buntu karena terlalu banyak makan mie instan!"

"Apa sepatu itu sangat mahal?" tanya Bianca dengan polosnya.

"Tidakkah kau melihat logo yang ada pada sepatu itu?" balas Lola bertanya.

"Aku pikir itu hanya sepatu KW, apa itu sepatu asli? apa kau sungguh membeli sepatu yang berharga puluhan juta itu?" tanya Bianca yang hanya dibalas anggukan kepala tanpa semangat oleh Lola.

Seketika Bianca mengacak-acak rambutnya, ia merasa bersalah karena sudah membuang sepatu berharga puluhan juta milik teman baiknya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!