Pagi ini di kantor Bhaskara group sedang mengadakan pesta pengenalan sang CEO baru di Bhaskara group pengganti CEO terdahulu yaitu Gilang Bhaskara.
''Selamat untuk Anda tuan Rayyan! Saya senang bisa bekerja sama dengan Anda selama ini. Putra Anda memang benar-benar hebat Tuan Gilang! Maukah kamu jika saya jodohkan dengan putri saya?? Kebetulan saat ini dia disini,'' ucap salah satu rekan kerja Bhaskara group.
Papi Gilang tersenyum saja untuk menanggapi ucapan rekan bisnis nya ini. Mami Alisa mengusap kepalan tangan Rayyan yang mengepal dengan erat.
Wanita paruh baya itu tersenyum padanya. ''Saya permisi ke taman sebentar. KEDUA ANAK SAYAsedang bermain disana. Permisi! Papi, Mami. Abang kesana dulu!'' imbuhnya dengan segera berlalu melewati seluruh rekan bisnis Papi Gilang.
Tuan Randi terkejut melihat kelakuan Rayyan berubah seperti saat ia menyebutkan jika putrinya ada disana bersama nya.
Mami Alisa tersenyum kaku pada rekan bisnis Papi Gilang. Sedang Papi Gilang tetap sama seperti Rayyan. Berwajah datar. Ck. Mami Alisa mencubit halus pinggang sang suami.
''Apa sih Yang??'' kesal Papi Gilang karena pinggang nya terasa panas saat Mami Alisa mencubitnya ala kepiting tuan krab tapi sangat mematikan.
Wajah Papi Gilang mendadak masam melihat Mami Alisa. Dan itu mengundang kekehan kecil dari tuan Randi. Papi Gilang berdecak ria karena kelakuan absurd sang istri.
''Cukup Sayang! Habis daging ku ini kamu cubit terus sedari tadi! Emang kamu pikir daging ku ini daging ayam apa?! Yang bisa kamu suwir-suwir kapan pun kamu mau begitu?!'' ketus Papi Gilang yang semakin membuat Mami Alisa menjadi malu kepada tamunya ini.
Tuan Randi tidak bisa berhenti untuk tidak tertawa melihat kelakuan absurd rekan bisnisnya ini. Bukan sekali dua kali kelakuan ayah dan anak itu sama seperti ini. Sudah sering kali terjadi.
Setiap kali bertemu dan membahas perjodohan, pastikan mendadak wajah tampan itu berubah menjadi dingin seketika. Serasa beku jika berada di dekat mereka berdua.
Tetapi tidak dengan Mami Alisa. Wanita paruh baya ini selalu berhasil membuat suasana yang tadinya menegang bisa mencair lagi akibat ulahnya yang terus mencubit pinggang Papi Gilang.
Hahahaha ...
Suara gelak tawa itu mengundang atensi orang-orang untuk beralih menatap mereka bertiga. Lebih tepatnya sih tuan Randi. Pria paruh baya sebaya Mami Alisa itu terus saja tertawa melihat Mami Alisa yang terus menerus mencubit pinggang kekar milik sang suami.
Kadang sesekali ia menepuk lengan dan dada Papi Gilang karena gemas akan perlakuan nya yang tidak pernah berubah sedari dulu.
Sementara Rayyan, pemuda tampan nan jangkung setinggi Papi Gilang itu sambil berjalan terus saja menggerutu tidak jelas. ''Apa sih maunya? Kenapa selalu aku ditawari wanita? Emangnya hidup tanpa wanita itu tidak menyenangkan apa?! Ada-ada saja! Kalau bukan karena Papi, aku nggak akan mau bertemu dengan nya! Sedari dulu selalu saja begitu! Apa sih maunya pria bangkotan itu?!'' ucapnya sambil terus berjalan menuju taman dimana kedua anak kembarnya sedang bermain bersama kedua pengasuhnya.
Sedang enak-enak nya mengomel tidak jelas, Rayyan terkejut mendengar suara kedua anak nya menangis dan menjerit histeris.
''Aaaaaaaaaaa Ndak mauuuu!!! Adek Ndak mauuuu... Papiiiiii Rayyyy.... Opaaaa.... Omaaaaa.....''
Deg!
Deg!
Rayyan terkejut mendengar suara itu. ''Raka! Zarra!!!'' pekik Rayyan dengan suara meninggi.
Papi Gilang dan Mami Alisa yang masih berbicara dengan tamunya itu terkejut. Mereka pun ikut berlari dimana kedua cucunya itu berada.
Rayyan berlari secepat kilat mendekati kedua anak kembar nya. Tiba disana, tubuhnya membeku saat mengenali siapa pemuda yang saat ini sedang memeluk kedua anak kembarnya dan Almarhumah Zahra.
''Sini sama Papa nak. Papa ini Papa kamu..'' bujuknya lagi, sudah hampir seratus kali dia membujuk anak kecil kembar sepasang yang salah satunya itu begitu mirip dengan nya.
''Ndakkk!! Abang Ndak mau! Om, itu siapa?!? Papi Abang cuma Papi Ray!! bukan Om!!'' seru si cerdas Raka. Bocah kecil berumur enam tahun itu berontak dari pelukan seorang pemuda sebaya Rayyan.
''Dengar dulu sayang, oke. Papa lepasin. Tapi dengan syarat.'' tuturnya lembut pada kedua bocah yang saat ini berada di pelukan nya.
Raka berhenti berontak begitu juga dengan Zarra. Gadis kecil mirip Zahra itu menatap takut pada lelaki yang saat ini memeluknya dengan sayang.
''Apa syarat nya?'' tanya si cerdas Raka.
Pria itu tersenyum, ''Boleh Papa tau? Dimana Mama Zahra?? Sedari tadi Papa tidak melihat nya. Boleh Papa bertemu dengan nya?''
Rayyan masih saja mematung di depan pintu taman itu. Raka menatap dalam pada pemuda sebaya Rayyan itu. ''Ada hubungan apa Om sama Mami Zahrani??'' tanya dengan wajah yang begitu menggemaskan.
Pemuda itu gemas, ia mengecup singkat pipi Raka. Membuat Raka kesal bukan main. Ia mengusap pipi bekas ciuman Pemuda itu. Pemuda itu terkekeh melihat nya.
''Mami Zarani itu calon istri Papa!''
Deg!
Deg!
Deg!
Rayyan mengepalkan kedua tangannya saat mendengar perkataan pemuda itu. ''Ndakk.. Om bukan Papa Abang! Papi Abang cuma satu! Papi Rayyan Putra Bhaskala!!!''
Ddduuaaarrr rrrr...
Pemuda itu tersentak mendengar nya. ''Enggak! Papa kalian itu Papa Dimas! Bukan Rayyan! Kalian dengar itu?!'' pekiknya dengan suara lantang.
Kedua anak kembar Rayyan itu terkejut bukan main. Kedua tubuh mereka bergetar saking takutnya. ''Maaf Tuan! Berikan Den Raka Dan non Zarra pada saya!''
''Nggak akan!! Mereka berdua anakku! Bukan anaknya! Mana Zahrani?? Kenapa sedari tadi kamu tidak mau mengatakan nya kepadaku?? Dimana Zahra!!!'' pekiknya lagi yang semakin membuat kedua tubuh anak kembar itu bergetar tidak berhenti.
''Pa .. hik.. Piiii.....''
Deg!
Deg!
Rayyan mengepalkan kedua tangannya. ''Breng**k!!! Baji****!!!'' umpat Rayyan begitu murka.
Ia mendekati Pemuda itu dan mengambil paksa kedua anak kembarnya yang sedang tersengal-sengal.
Grep!
Brrruukkk...
''Broo!!!''
''Jangan sentuh anakku!!'' Seru Rayyan dengan suara meninggi.
Kedua anak itu memeluk tubuh Rayyan dengan erat.
Pemuda itu terkejut. ''Broo!! Nggak!! itu nggak mungkin!! Mana Zahra?!?! Aku ingin bertanya langsung padanya! Aku tidak butuh jawabanmu!''
Rayyan semakin murka mendengar ucapan pemuda itu. ''Pergi kau darisini! Jangan ganggu kedua anakku! Pergi!!''
''Nggak akan!! Kamu jangan ngaku-ngaku
jika itu kedua anakmu! Mereka berdua anakku!! Aku Papa nya! Aku yang membuatnya! Seenaknya saja kamu mengambilnya dariku!!! Nggak! kembalikan kedua anakku!!'' paksa pemuda itu pada Rayyan.
Terjadi aksi saling tarik menarik disana. Hingga Zarra dapat di rebut oleh pemuda itu. Bocah kecil itu pingsan seketika. Melihat itu semakin membuat Rayyan bertambah murka.
''Breng***!! Sialaaaaannn!!!!''
Bugh...
Bugh...
Bugh...
''Aaaarrrgghhtt... hentikan Bro!! Kamu menyakiti anakku!!!''
''Bukan!!! Mereka berdua bukan anakmu! Tapi anakku!! Kau! hanya ayah biologis nya saja! Tapi sedari mereka dilahirkan dan di hidup mereka adalah Aku! Rayyan putra Bhaskara!!!''
''Ngggaaaakk!!!'''
''Yaaaaa....''
''Apa?!?!?!''
''Mamiii!!!!''
Deg!
Deg!
💕💕💕💕💕
Assalamualaikum.. selamat sore kesayangan othor...
Hehehe... othor kembali bawa cerita baru. Cerita ini merupakan lanjutan dari Janda kembang S 2 ( Ternoda ).
Kalau kalian nggak tau, kalian boleh baca dulu disana ye, biar lebih nyambung.
Disini akan othor jelaskan semua siapa pelaku yang telah menodai Zahra hingga memberinya dua orang anak kembar sepasang.
So.. jangan sampai ketinggalan! Pantengin terus ye?
Wassalamu'alaikum Semua nya...
Semoga kalian Syukkaaa... 😘😘😘
''Bukan!!! Mereka berdua bukan anakmu! Tapi anakku!! Kau! hanya ayah biologis nya saja! Tapi sedari mereka dilahirkan dan di hidup mereka adalah Aku! Rayyan putra Bhaskara!!!''
''Ngggaaaakk!!!'' bantah Dimas
''Yaaaaa....'' Rayyan bersikeras
''Aku ayahnya Bro! Bukankah dulu kamu pernah mengatakan nya jika suatu saat Zahra hamil, ia akan mengandung anakku? Kamu lupa?'' peringat Dimas lagi pada Rayyan
Rayyan mengepalkan kedua tangannya. ''Itu dulu Bro! Bukankah kamu sudah membuat perjanjian dengan ku, kalau kamu harus pergi menjauh dari kehidupan kami berdua? Kamu lupa itu Saudara Dimas Anggara Baratayudha?!''
''Ya, aku tau itu. Tapi aku kembali kesini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku! Bukan milikmu! Raka dan Zarra anakku! Anak kandungku!! Kamu hanya ayah tiri mereka! Mana Zahra! Aku ingin menemui nya! Aku akan membawa nya kembali seperti dulu! Sudah cukup selama ini aku memberikan nya pada mu! Tidak lagi Bang! Cukup sudah! Zahra adalah calon istriku! Dan kedua anak kembar ini adalah darah daging ku yang dulu pernah aku nodai saat kita masih SMA!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr....
''Apa?!?!?!'' pekik Mami Alisa begitu terkejut.
''Mamiii!!!!'' Seru mereka karena terkejut melihat sang Mami yang selama ini begitu menyayangi nya.
Wajah tua itu begitu kentara terlihat marahnya kepada Dimas. Ia melangkah kan kakinya menuju Dimas dan..
Plaak..
Plaak..
Plaak..
Plaaakkk..
Deg!
Deg!
Rayyan terkejut begitu juga dengan Dimas. ''Mamiii....'' lirihnya dengan bibir robek sedikit.
Sedang Mami Alisa menatap datar dan dingin padanya. ''Mami dengarkan Abang dulu-,''
Plaaakkk...
''Itu untuk kamu yang telah menodai Zahra tanpa mau bertanggung jawab!''
Plaak..
''Itu untuk rasa sakit yang Zahra tanggung saat ia mengandung anakmu!''
Plaaakkk..
''Itu untuk rasa sakit putra Mami yang telah kamu khianati!''
Plaakk..
Bugghh...
''Akkkhhh...''
''Itu untuk luka yang Zahra tanggung selama sembilan bukan karena telah kamu nodai Dimas dan Karena hal itu Zahra sudah pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya!!''
Dddduuuuaaaaarrrrrrrrr...
''Apa?!?! Ngggak!! Nggak mungkin!!! Itu ngggak mungkin!!! Mami bohong!!!'' pekik Dimas dengan suara lantang hingga membuat Zarra terbangun dan menangis.
''Huaaaaa... Papiiiiii... Omaaaaa...''
Papi Gilang segera mendekat dan membawa cucu nya itu pergi dari sana. Diikuti Mbak Sus dibelakang nya. Sementara Mami Alisa masih menatap dingin pada Dimas.
''Untuk apa Kamu berbohong pada putra Mami? Apa untungnya untuk Mami?? Apakah dengan membohongi mu Mami akan puas begitu?! Untuk apa? Untuk apa kamu kembali disaat Zahra sudah berpulang untuk selamanya dan tidak pernah kembali lagi ke dunia ini!''
Deg!
Deg!
Dimas menggeleng, ia berjalan mundur ke belakang dan jatuh terduduk di rumput taman yang begitu lembut. Sengaja Rayyan buat taman buatan itu untuk kedua anak kembarnya bermain disaat ia bekerja di kantor.
''Kasihan sekali putra dan cucu Mami itu. Baru saja di lahirkan tapi sudah tidak punya ibu! Belum lagi Rayyan putra Mami terpuruk hingga sebukan lama nya karena merasa bersalah tidak bisa menolong Zahra saat ia kehabisan banyak darah! Zahra memiliki golongan darah yang sama denganmu Dimas! Tak ada satu pun dirumah sakit yang sama dan se resus dengan nya. Hingga ia meninggal dunia, tepat setelah putri kedua nya terlahir kedunia. Zahra pendarahan hebat hingga ia kritis! Tapi sebelum ia pergi, ia mengatakan kepada kami semua. Bahwa ia akan kembali lagi ke dunia ini dalam bentuk dan wujud yang baru. Sampai saat itu tiba, Zahra meminta Mami untuk mengurus kedua anak kembar nya dengan mu.''
Dimas terkulai lemas tak berdaya ketika mendengar serentetan ucapan Mami Alisa padanya. Rayyan mendekati Dimas dan memeluknya.
''Bang.. ini nggak hiks mungkin terjadi kan?? Zahra pergi?? Untuk selamanya?? Kenapa?? Apa ini karena ku??'' ucapnya pada Rayyan yang saat ini memeluk erat tubuhnya yang tak berdaya karena fakta yang baru ia ketahui.
Selama ini Dimas kuliah di tempat yang sama dengan Rayyan di Bandung. Entah kenapa saat itu ia begitu ingin sekolah disana. Ia seperti merasakan kehadiran Zahra dan Rayyan disana.
Hingga suatu ketika Dimas melihat ke hadiran Rayyan dan kedua anak kembar yang begitu mirip dengan nya dan Zahra. Sempat terkejut. Tetapi setelah mengingat serentetan peristiwa yang selama ini terjadi padanya, Dimas sadar. Pasti Zahra sedang hamil anak mereka.
''Abang tau, aku pernah melihat kalian ketika sekolah di Bandung. Aku melihatmu dan anak-anak ku Bang! Awalnya ingin sekali aku menemui mu. Tapi aku tidak punya keberanian. Lagipun waktu itu belum bekerja. Setiap kali melihat Zarra aku teringat dengan Zahra. Wajah mereka begitu mirip. Begitu juga dengan Raka. Raka begitu mirip dengan ku!''
''Hiks.. pernah suatu ketika aku ingin menculik mereka berdua karena Papa juha tau kalau hasil dari hubungan ku dengan Zahra mebuahkan hasil yang begitu berharga untuk keluarga kami, Bang. Tapi aku melarang nya. Aku tidak kamu semakin membenciku. Makanya aku menahan Papa. Tapi.. satu tahun yang lalu, aku bermimpi kalau Zahra datang padaku dengan tersenyum.''
Mami Alisa dan Rayyan saling pandang. ''Zahra bilang, kalau aku punya penerus dan saat ini sedang bersama mu. Dan ya, Zahra akan segera kembali. Begitu Katanya. Hiks.. izinkan aku membawa putra dan putriku Bang.. izinkan aku membawa mereka... aaaaaa.. Papa saat ini sedang sakit karena kecelakaan satu bulan yang lalu.Papa meminta ku untuk membawa Raka dan Zarra sebelum ia pergi untuk selamanya.. hiks.. tolong bang.. bantu Abang Mami.. Abang mohon...'' pinta Dimas dengan sangat pada dua orang yang sedang berjongkok di hadapan nya saat ini.
Mami Alisa menatap datar pada Dimas, Dimas tau itu. Ia menunduk. Wanita yang sudah berumur hampir tujuh puluh tahun itu menghela nafasnya.
''Sebenarnya Mami kecewa sama kamu! Tapi demi Papa kamu, Mami akan mempertimbangkannya. Sekarang, kita harus mengikuti acara ini terlebih dahulu. Kamu pulang ke rumah Mami, Dimas! Nanti malam kita bahas masalah ini bersama keluarga Zahra!'' tukasnya dengan segera ia bangkit dan menuju ke ruang suka kembali.
Kini tinggallah Rayyan dan Dimas yang saling duduk berhadapan di rumput seperti beludru itu. ''Bang!''
''Aku tidak ingin mengatakan apapun Padamu Dimas! Tapi aku ingin kamu, menebus semua perbuatan kamu kepada Zahra dan anakmu. Aku tidak mengizinkan mu untuk mengurus Raka dan Zarra sendiri-,''
''Tapi Bang. Mereka anakku!'' potong Dimas begitu kesal kepada Rayyan.
Plaak..
''Allahu Akbar!! Sakit Bang!'' keluhnya sedikit manja pada Rayyan.
''Makanya dengar dulu kalau aku ngomong, jangan main potong aja ! Hadeeeuuhh.. kelakuan lama tidak pernah berubah!'' ketus Rayyan membuat Dimas terkekeh kecil.
Ia sangat suka melihat Rayyan ketus Kepada nya seperti itu. ''Dengar Dimas, Zahra tidak mengizinkan mu mengurus Buah hati kalian sendiri. Tapi ia menyuruh kita berdua untuk mengurusi nya. Cari seorang Mami yang bisa membuat kedua anak kita itu bisa nyaman bersama nya. Bukan hanya mencari perhatian kita saja karena tampan dan harta!''
Deg!
Deg!
💕💕💕💕
Like dan komen ye?
"Dengar Dimas, Zahra tidak mengizinkan mu mengurus Buah hati kalian sendiri. Tapi ia menyuruh kita berdua untuk mengurusi nya. Cari seorang Mami yang bisa membuat kedua anak kita itu bisa nyaman bersama nya. Bukan hanya mencari perhatian kita saja karena tampan dan harta!''
Deg!
Deg!
"Maksud Abang, apakah banyak gadis yang mengejarmu? Sama seperti dulu?" tanya Dimas dengan sedikit meledek Rayyan.
"Ya.. Begitulah. Beginilah hidup orang tampan yang selalu di kelilingi wanita cantik! Hadeeuuhh.. Kadang aku bosan tau nggak kamu? Ingin hidup normal tanpa ada yang merusuhi hidupku!" ketus Rayyan membuat Dimas terkekeh.
"Seharusnya kamu itu bersyukur Bang, bukan seperti diriku ini yang selalu di hindari oleh banyak wanita. Mereka tau akan kekurangan ku. Tapi tak apa. Aku ikhlas, kalau harus di jauhi oleh wanita. Jadi.. Hidupku aman-aman aja sih!" Ujar Dimas membuat Rayyan menghela nafasnya.
"Ayo kita ke depan dulu. Tamu kami belum pada pulamng, ayo!" ajaknya pada Dimas
Dimas mengangguk, "Ya! Maafkan aku, Bang.."
"Sudah, aku memaafkanmu. Ayo, Mami sedari tadi mel;ihat kita. Cuci dulu wajahmu agar nggak kelihatan sembab. Masa' laki-laki cengeng!" ejek Rayyan dengan segera bangkit di ikuti Dimas di belakang nya.
"Ya, ya, ya. Kamu yang terkuat Bang Ray!" seru Dimas sembari berlalu ke arah toilet.
Seperginya Dimas ke toilet, Rayyan klembali bergabung dengan rekan bisnis Papi Gilang. Acara itu berlanjut hingga sore hari. Pukul lima sore acara penyambutan CEO baru di Gedung Bhaskara Group, kini tela usai.
Hanya menyisakan para clening servis yang sedang sibuk membersihkan seluruh ruangan aula kantor Bhaskara group.
Mami Alisa dan Papi Gilang sudah pulang sedari tadi. Sementara Rayyan masih berada di kantor itu. Ada pekerjaan sedikit lagi yang harus ia selesaikan. Si kembar sudah pulang ikut Mami Alisa.
Rayyan keluar dari kantor Bhaskara group sudah hampir isya. Ia sholat di kantor berdua dengan Dimas. Ya, Dimas. Pemuda tampan setinggi dirinya itu tidak mau pulang kerumah Mami Alisa dan Papi Gilang tanpa Rayyan.
Kekuatan Dimas saat ini hanya pada Rayyan seorang. Hanya Rayyan. Sebelum tiba di perumahan komplek indah permai, Rayyan dan sholat terlebih dahulu.
Setelah selesai bayi mereka melanjutkan nya kembali. Cukup lima belas menit saja dari mesjid yang tadi mereka singgahi kini sudah tiba di kediaman Mami Alisa dan Papi Gilang.
Terlihat disana ada mobil Papa Reza yang begitu Dimas kenali. Wajah Dimas pucat pasi. Rayyan menghela nafasnya. ''Kalau tidak sanggup, tidak usah kamu temui. Cukupkan Sampai disini. Besok, aku akan mencoba membujuk Papa Reza agar beliau mau mengizinkan si kembar untuk ikut serta bersama mu ke Bandung.'' Ucap Rayayn begitu paham dengan keadaan Dimas saat ini.
Dimas menghela nafasnya dan tersenyum pada Rayyan. ''Aku siap bang. Apapun resikonya aku tanggung. Karena inilah yang seharusnya terjadi enam tahun yang lalu. Aku harus bertanggung jawab dengan perbuatan ku Bang. Ayo, aku siap!'' kata Dimas pasrah akan takdir nya saat berhadapan dengan Papa Reza dan Mama Rani.
''Oke. Ayo masuk. Kuatkan dirimu!''
''Ya, aku sudah siap sedari aku memutuskan untuk membawa si kembar untuk menemui Papa.. semua ini untuk Papa..'' lirih nya sendu.
Rayyan merangkul bahunya dengan erat. Untuk sekedar memberi kekuatan pada Dimas selaku Abang nya. Mereka berduaasuk beriringan.
''Assalamu'alaikum...''
Deg!
Deg!
Tatapan datar dan dingin menusuk itu menyergap itu tubuh Dimas. Tiba-tiba saja tubuh itu membeku di tempat. Rayyan pun sama. Tak hanya Mama Rani dan Papa Reza. Ternyata ke lima saudara Almarhumah Zahra pun ikut hadir.
Mata Dimas tertuju pada seorang gadis kecil yang sedang sibuk bermain dengan kedua anaknya. Karena dirasa ruangann itu mendadak sepi, gsdis kecil berumur sembilan belas tahun itu menoleh.
Deg!
''Bang Dimas!'' serunya begitu terkejut.
''Kezia!'' lirih mereka bersamaan.
Rayyan memicingkan matanya saat melihat Kezia adik kandung Almarhum Zahra mengenal Dimas. ''Kamau Harau menjelaskan ini Bro! seru Rayyan semabro menepuk lembut bahu Dimas dan segera berlalu menemui kedua anaknya. Anak kandung Dimas dan Zahra.
''Assalamu'alaikum...'' ucap Dimas lagi.
''Waalaikum salam...'' sahut Ali. Suami Kinara. ''Mari masuk, sayang!'' panggil Ali pada Nara
''Iya Bang, sebentar. Adek lagi buang eek Abang ini!'' seru Nara sedari sebalik kamar mandi.
Ali terkekeh kecil. ''Mari masuk Dimas. Maaf, rumah Papi rame banget ya? Maklum, kami kan baru pulang dari kantor langsung saja kemari tadi.'' Jelas Ali membuat Dimas tersenyum lembut menatap saudara iparnya Rayyan itu.
''Silahkan duduk, saya ke atas sebentar ya? Ingin memberi tahu kalau kamu udah datang. Karena Papi dan Om Reza ada di atas sana di ruang kerja Papi Gilang.''
''Tentu, silahkan!'' jawab Dimas. Ia duduk tepat dihadapan Kezia yang kini menunduk tidak berani melihat nya.
''Key ..''
''Jangan disini Bang! Besok saja kita bicara!''
''Tapi kenapa Key? Kamu seperti menjauhi Abang. Sangat terlihat jelas..'' lirih Dimas dengan menunduk juga.
Seseorang di balik dinding itu terkejut mendengar ucapan Dimas dan Kezia.
''Ada hubungan apa mereka??'' gumamnya dalam hati.
Agar tidak menimbulkan curiga, Mami Alisa segera keluar. ''Sudah datang Nak??''
Deg!
''Mami!!'' seru keduanya begitu terkejut. Mami Alisa pun kaget.
''Kenapa? Apa ada yang salah tentang Mami? kalian Kenapa??'' selidik Mami Alisa pada Dimas dan Kezia.
Kezia menunduk, tidak berani menatap Mami Alisa. Sedang Dimas beranjak dan menyalami dengan takzim wanita yang sudah paruh baya tapi masih terlihat cantik di umur nya hampir tujuh puluh tahun itu.
''Baru aja kok. Abang kan baru pulang Juga? Kami bersama tadi.'' jawabnya dengan tersenyum.
Mami Alisa pun ikut tersenyum. Sebenarnya Mani Alisa tidak marah pada Dimas. Hanya kecewa saja, kenapa ia lebih memilih pergi dibanding kan bertanggung jawab pada Zahra.
''Papi mana Mi?''
''Papi disini. Begitu juga dengan Papa Reza!''
Deg!
Deg!
Jantung Dimas serasa mau keluar ketika mendengar suara tegas namun, terkesan dingin itu. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Dimas menguatkan dirinya untuk bangkit dan menyalami kedua paruh baya itu.
Dan apa yang terjadi selanjutnya begitu mendadak hingga membuat seluruh keluarga menjerit histeris.
''Papi.. Papa-,''
Plaaakkk...
Bugghh..
Bugghh..
Bugghh..
''Allahu!'' seru Dimas begitu terkejut. Ia jatuh terhuyung ke belakang dan menimpa meja kaca hingga menimbulkan suara pecahan kaca yang begitu hebat.
Brrraaaakkk...
Pyyyaaaarrrrrr...
''Dimas!!!!!''
''Abang!!!!'' pekik Mami Alisa dan Kezia bersamaan.
Deg!
Papa Reza menoleh pada Kedua yang kini berlari dan membantu Rayyan dari pecahan kaca di meja Kami Alisa. ''Abang!!! Bangun!! Jangan pejamkan mata kamu!! Bangun Bang!!!'' Seru Kezia calon seorang dokter kandungan itu.
''Key.. menyingkirlah.. Abang tidak apa-apa..''
''Nggak!!!''
''Awas Key!!!'' sentak Kenan Abang Kedua setelah Zidan.
Kezia menatap nyalang pada saudara kandungnya itu dan...
Plaaakkk..
Bugghh..
Bugghh..
Buhhgg..
''Assrrghhh ttt... KEZIA!!!''
''APA!!!!''
Deg!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!