Dara Celina Jonathan, Seorang gadis cantik dengan segudang prestasi, ia rela mengabdi sebagai seorang guru di Desa tempat kelahirannya tepatnya di kota K, sebuah Desa sang sangat asri tempat dimana keluarga besarnya berada.
Dara yang merupakan seorang guru yang menjadi primadona di Sekolahnya bahkan di Desanya itu, menjalin cinta dengan seorang pemuda yang bernama Dirga Pratama yang akhirnya menjadi seorang TNI AL.
Cinta yang mereka bina begitu indah seolah-olah tidak akan terpisahkan oleh apapun. Bahkan meskipun jarak memisahkan keduanya. Cinta itu tetap terjaga di hati Dara.
"Bu Dara ! Sudah ditunggu sama mas Dirga." ucap pak Joko Scurity di tempat Dara mengajar.
"Baik pak, kalau begitu saya pulang dulu ya dan tolong jika kak Andi menjemput saya tolong sampaikan saya pulang sama kak Dirga." ucap Dara yang sedang menunggu jemputan di ruang Scurity.
"Siap Bu Guru yang Cantik." jawab pak Joko.
Dara hanya tersenyum mendengar ucapan pak Joko, setelah itu ia berlalu dan segera menghampiri Dirga.
Di depan pintu Gerbang, Dirga duduk di atas motor sport dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Menambah ketampanan sang TNI pujaan hati Dara.
"Ah ! hatiku sakit saat melihat Bu Guru Dara yang selama ini menghiasi khayalanku ini, dibawa motor sport itu."
"Cintaku terhalang TNI AL."
"Pupus sudah harapan ku untuk meminang sang primadona SMA ini."
Begitulah kira-kira celuk para siswa yang memang sangat mengagumi Dara yang merupakan salah Guru di Sekolah mereka. Sedangkan Dara hanya tersenyum kemudian ia segera duduk di belakang Dirga.
"Terimakasih atas jemputanya kak." ucap Dara setelah motor yang mereka bawa melaju membelah jalan di Desa sang sangat asri itu.
"Kakak sengaja mejemputmu langsung di Sekolah, soalnya kakak sudah rindu sekali. Meskipun setiap hari kita video call sayang." jawab Dirga sambil menggenggam tangan Dara yang melingkar di perutnya.
Keduanya berbincang-bincang sambil saling mencurahkan perasaan masingmasing. Kemudian Dirga menghubungi menghubungi Andi, sepupu Dara yang biasanya selalu menjemput Dara.
Dirga sekalian meminta ijin untuk membawa Dara pergi jalan-jalan sekalian berkunjung untuk bersama keluarga Dirga.
Hubungan keduanya memang sudah mendapatkan restu dari kedua belah pihak keluarga, tinggal menunggu acara akad nikah yang akan dilangsungkan setelah Dirga menyelesaikan pendidikan militernya.
Setelah bertemu dengan keluarga Dirga, mereka berdua pergi ke sebuah pantai. Seperti anak muda pada umumnya mereka menikmati keindahan pantai untuk melepaskan rindu sambil menanti sunset.
"Sayang kakak rindu sekali, ditempat pendidikan sana sangat sulit sekali, kau kan tau sendiri bagaimana aku sewaktu Sekolah dulu sangat tidak suka yang namanya kegiatan ekstrakurikuler."
"Sekarang harus berbarislah harus inilah harus itulah. Sebenarnya kakak lebih suka tinggal di rumah agar bisa bertemu dengan kekasih kakak ini setiap hari." ucap Dirga mulai dengan rayuan gombalnya.
Namun Laila malah tersenyum simpul mendengar rayuan gombal Dirga. Ia dengan santai bersandar dalam pelukan Dirga sambil merasakan hembusan angin bersama deburan ombak yang menghantam batu-batu karang.
Kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu, terbawa suasana. Keindahan matahari yang terbenam menambah suasana semakin romantis.
Dengan lembut Dirga mengecup kening Dara, gadis yang selama ini ia cintai. Keduanya larut dalam alunan cinta dibawah lembayung senja.
Bahkan akal sehat mereka tercabik-cabik, dan porak poranda disaat melepaskan rindu setelah lama berpisah. Kenikmatan yang terlarang yang mereka lakukan dengan nama cinta meninggalkan bercak noda yang berwarna merah.
Mahkota yang selama ini dijaga oleh Dara kini terenggut oleh sang kekasih yang selalu berjanji akan menikahinya, Tanpa mereka sadari perbuatan mereka telah meninggalkan benih cinta di rahim Dara.
Kebahagiaan yang Dara rasakan sebenarnya adalah awal dari bencana dan penderitaan yang baru saja ia mulai.
Setelah mendapatkan apa yang Dirga inginkan. Dirga kembali melanjutkan pendidikan militernya atas nama karir dan masa depan.
Meninggalkan Dara yang harus menanggung akibat kenikmatan sesaat yang mereka lakukan.
Setelah beberapa Minggu Dara menyadari bahwa ada yang lain dari tubuhnya. Namun disaat ia ingin mengungkapkan apa yang menjadi kekhawatirannya. Dirga tidak bisa lagi dihubungi.
Dara tak putus asa, ia mengunjungi keluarga Dirga yang memang sudah mengetahui hubungan keduanya.
Dengan membawa beberapa buah tangan, Dara mengetuk pintu rumah orang tua Dirga. Dengan ramah keluarga Dirga menyambut kedatangan Dara yang memang sudah sering berkunjung ke rumah mereka bersama dengan Dirga.
"Dara ayo masuk." ucap perempuan paruh baya yang merupakan ibu kandung Dirga.
"Baik Bu." jawab Dara dengan sopan.
Setelah itu Dara masuk dan memberikan buah tangan yang sengaja ia siapkan tadi malam.
"Dara, ibu fikir setelah kalian berdua putus, kau tidak akan mau lagi berkunjung ke rumah kami lagi." ucap ibu Dirga dengan polosnya.
"Maksud ibu ? Dara kurang paham Bu." tanya Dara dengan bingung.
"Bukankah kau telah memutuskan hubungan kalian berdua, saat kalian pergi dan bertemu beberapa Minggu yang lalu."
"Bahkan kami baru pulang dua hari yang lalu dari kota J untuk melamar seorang gadis yang bisa menerima Dirga apa adanya." jelas ibu Dirga.
"Apa ! apa maksud ibu dengan melamar gadis yang bisa menerima Kak Dirga apa adanya ?" tanya Dara.
"Sudahlah Dara, bukankah kau telah memutuskan hubungan Dirga dengan alasan kau telah menemukan lelaki yang lebih cocok dengan mu."
"Dirga memang tidak mempunyai pendidikan yang tinggi seperti dirimu, tetapi setelah ia lulus ia bisa melanjutkan pendidikannya agar ia bisa menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi."
"Dan saat ini ada seorang Perawat yang mau menerima keadaan Dirga dengan apa adanya. Dan kami telah resmi melamar gadis itu untuk dijadikan menantu kami."
"Dan kau bisa segera melanjutkan hubungan kalian juga ke jenjang pernikahan seperti yang kau impikan selama ini." ucap ibu Dirga tanpa basa-basi lagi.
Bagai tersambar petir disiang hari saat Dara mendengar penjelas wanita yang selama ini ia hormati dan ia anggap sebagai ibu mertuanya.
Air matanya mengalir deras, hatinya perih bak disayat sembilu. Tubuhnya lemas bagaikan tak bertulang.
Pandangan Dara melai kabur, dunia seakan runtuh menimpa tubuhnya yang lemah tanpa tenaga, hilang sudah semua harapan dan bayangan indah membina rumah tangga yang bahagia bersama Dirga.
Dengan mengatas namakan Cinta, ia renggut mahkota yang seharusnya ia jaga tapi dengan nama cinta ia renggut kemudian ia hempaskan sekuat tenaga hingga Dara harus jatuh ke lubang hitam penuh dengan derita dan air mata.
Salahkah cinta ? Sehingga sang pemujanya harus menderita akibat cinta itu sendiri ? Atau salahkan para pemuja cinta ? sehingga makna cinta tergantikan oleh nafsu penuh dengan dosa ?.
Lanjut bab berikutnya ...
Setelah Dara mendengar kenyataan tentang Dirga, akhirnya ia pingsan karena tak kuasa menahan beban di dada.
Beruntung sepupu Dirga datang tepat pada waktunya. Ia segera membawa Dara ke bidan terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
"Syukurlah Dara kau sudah siuman." ucap Riko sambil tersenyum lega.
"Kak Riko ... ." ucapan Dara terhenti, ia tak mampu melanjutkan ucapannya.. Air matanya kembali mengalir dan tak mampu ia bendung.
"Dara kakak hanya bisa meminta maaf atas semua kesalahan yang telah Dirga lakukan, sebenarnya kakak juga tidak percaya bahwa kau telah memutuskan hubungan dengan Dirga."
"Tetapi Dirga telah memutuskan untuk menikahi wanita lain, dan ia meminta orang tuanya untuk melamar gadis itu."
"Meskipun kakak tidak tau masalah yang kalian hadapi, kakak berharap Dara bisa menerima keadaan ini dengan lapang Dada." ucap Riko.
"Setelah sekian tahun lamanya kami menjalin hubungan, suka dan duka kami lalui bersama, bahkan apapun yang ia minta Dara berikan namun kak Dirga malah memutuskan hubungan ini secara sepihak dan lebih memilih wanita yang baru ia kenal."
"Sekuat apa pundak Dara kak, sehingga ujian ini Allah berikan kepada Dara ? Dan bagaimana caranya Dara bisa melalui hari-hari yang akan datang ?." tanya Dara dengan berurai air mata.
"Dara kau harus yakin, bahwa Allah memberikan yang terbaik untuk setiap hambanya. Kakak yakin Dara akan mampu untuk melalui semua ini."
"Jika Dara mulai lelah, ingatlah bahwa masih ada orang tua dan keluarga yang masih menunggu dan mengharapkan kebaikan untuk dirimu."
"Jika saat ini kau jatuh karena Cinta, maka bangkitlah karena Cinta juga. Demi cinta yang telah diberikan oleh orang tua dan keluarga kau harus bangkit Dari."
"Di depan sana masih banyak hal yang harus kau kerjakan demi orang-orang yang mencintaimu."
"Dan menurut kakak Dirga bukanlah lelaki yang terbaik untuk wanita sebaik dirimu. Sejak ia menjadi anggota TNI ia berubah Dara."
"Dia bukan lagi Dirga yang pernah kau kenal dulu. Bahkan sebagai seorang saudara kakak sendiri tidak menyangka bahwa Dirga akan berubah seperti ini."
"Sebenarnya Dirga telah berkali-kali mengkhianati mu. Bahkan sejak satu bulan ia mengikuti pendidikan militer itu, ia telah mengkhianati cinta mu." ucap Riko dengan menundukkan kepalanya.
"Lalu mengapa kakak tidak pernah menyampaikan hal itu kepada Dara ?" tanya Dara sambil menggelengkan kepalanya.
Ia seakan tak percaya bahwa Dirga telah mengkhianati cinta yang tulus dan suci yang selama ini Dara jaga.
"Dara, kakak minta maaf jika kakak bersalah. Sebenarnya sejak awal kakak ingin menyampaikan hal ini secara langsung. Tetapi kakak belum punya kesempatan."
"Dan setiap kali orang tua Dirga melamar wanita selain dirimu, ia selalu ditolak oleh keluarganya. Kakak pikir ia kan berubah dan akan mempertahankan cinta yang kalian bina selama ini."
"Tetapi empat hari yang lalu kakak mendengar kabar lagi bahwa ia berniat melamar kekasihnya yang lain, dan ternyata ia diterima bahkan hari pernikahan mereka telah ditentukan." jelas Riko.
Duaar !
"Bagai tersambar petir untuk yang kedua kalinya, saat Dara mendengar kenyataan tentang Dirga.
Lelaki yang setiap malam selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan dirinya, yang selalu mengatakan seribu janji manis untuk dirinya bahkan mengucapkan janji dengan nama Allah ternyata adalah lelaki yang berkali-kali mengkhianatinya.
Kini setelah apa yang Dirga inginkan tercapai, ia menghilang bak ditelan bumi. Tanpa kabar apapun. Dan ternyata menghilangnya Dirga karena ia telah menjalin hubungan dengan wanita lain.
Lalu mengapa selama ini tidak ada satu orangpun yang mau menceritakan semuanya kepada Dara ? apakah semua orang percaya bahwa Dara layak untuk disakiti ?.
Dara kembali pingsan tak kuasa menanggung beban yang harus ia tanggung sendiri. Riko langsung bergegas pergi memanggil bidan untuk menolong Data.
Dengan cepat bidan tersebut melakukan pemeriksaan intensif kepada Dara. Dan setelah beberapa saat akhirnya bidan tersebut mengetahui bahwa saat ini Dara tengah mengandung benih cintanya dengan Dirga.
Namun disaat bidan tersebut ingin menyampaikan berita tersebut, Riko mendapatkan telepon dari seseorang sehingga ia buru-buru pergi meninggalkan Dara yang masih belum sadarkan diri.
Ia hanya berpesan agar bidan tersebut menjaga Dara sementara ia pergi dan ia akan segera kembali untuk menjemput Dara.
"Bu apa yang terjadi dengan saya, mengapa akhir-akhir ini saya sering lelah ?" tanya Dara setelah siuman.
"Jangan khawatir, hal ini umum terjadi terhadap wanita yang baru saja mengandung. Dan akan kembali normal setelah beberapa bulan tetapi tergantung dari masing-masing orang." jawab bidan tersebut dengan tersenyum.
"Apa mengandung ?" tanya Dara seakan tak percaya.
"Benar anda telah mengandung selama lima Minggu. Dan biasanya disaat usia kandungan seperti ini sang calon ibu banyak mengalami ... ."
Dara sudah tidak bisa mendengar lagi apa yang disampaikan oleh bidan tersebut. Ia bangkit dan segera pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa bisa berkata apa-apa lagi.
Tanpa pamit, tanpa menoleh dan tanpa kata, Dara berjalan tak tentu arah. Seperti tujuan hidupnya saat ini yang hilang bersama kabar yang ia dengar.
Dara berjalan hingga larut malam dan ia berhenti di persimpangan jalan. Ia tidak tahu harus melangkah ke mana lagi.
Terlintas kenangan -kenangan indah bersama Dirga. Bahkan setiap adegan ditepi pantai dengan dihiasi warna jingga dari sunset yang menambah kesan romantis di antara mereka.
Setiap sentuhan kasih yang Dirga berikan hingga ia berhasil merengkuh nikmat yang berlumur dosa, terlihat jelas di pelupuk mata Dara.
Namun kini semua kenangan indah itu, berubah menjadi kutukan penuh derita yang harus Dara tanggung seorang diri.
Disaat Dara benar-benar kehilangan arah, datang salah seorang murid Dara yang kebetulan lewat dijalan dimana Dara sedang linglung.
Dengan bantuan dari sang murid Dara bisa kembali pulang ke rumah keluarganya dan kini ia sudah beristirahat setelah membersihkan dirinya.
Dara masuk kedalam kamar dan segera mengunci pintu. Ia menangis dengan menutup wajahnya dengan bantal agar tidak ada yang bisa mendengar jerit tangisnya.
Dara menumpahkan semua rasa yang ia alami, sakit dan perihnya di khianati dan dicampakkan oleh seseorang yang paling ia sayangi setelah mahkotanya diberikan kepada sang kekasih.
Kini tinggal Dara bersama benih cinta yang telah tumbuh di rahim Dara tanpa Dirga sebagai pelaku yang seharusnya bertanggung jawab.
Dara menangis hingga menjelang pagi, saat ini ia sangat putus asa dan tidak tau harus bagaimana lagi untuk menjalani kehidupan yang masih panjang ini.
Hingga azan subuh berkumandang, Dara masih tetap terjaga dengan berurai air mata. Penghianatan cinta yang dilakukan oleh Dirga Pratama seorang anggota TNI Al terhadap Dara membuat Guru yang cantik dengan segudang prestasi itu kini tak mampu lagi untuk sekedar tersenyum.
Sudah hampir satu Minggu dari kejadian itu, Dara terbaring lemah di atas ranjang. Dengan sabar sang nenek merawat cucunya yang sedang sakit itu dengan penuh kasih.
Beliau tidak menyadari bahwa Dara sang cucu kini sebenarnya sedang putus asa karena cinta.
Namun hari ini, Dara mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa ia harus bangkit dan harus membesarkan buah cinta yang telah tumbuh di dalam rahimnya.
Setelah menguatkan hati, kini Dara kembali beraktivitas sebagai seorang Guru. Meskipun sedikit pucat namun kecantikan Dara semakin terpancar membuat setiap orang akan merasa kagum dengan pahatan yang sempurna dari sang pencipta.
Dara kembali dengan rutinitasnya mencoba untuk melupakan pahitnya dikhianati oleh sang kekasih.
Dengan harapan bisa membesarkan benih cintanya itu, Dara mencoba mengukir prestasi dan meraih mimpi tanpa tau bahwa dukanya baru saja dimulai.
Sahabatnya yang juga berprofesi sebagai seorang guru, telah dengan sengaja mengelapkan dana Sekolah dan juga uang tabungan dari para siswa yang selama ini menjadi tanggung jawab Dara.
Dengan kebaikan yang selama ini dimiliki oleh Dara, sahabatnya itu dengan sadar memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Tanpa Dara sadari, kini dirinya telah mempunyai hutang yang banyak dari dana Sekolah. Ia tidak menyangka kesedihannya dimanfaatkan oleh sang sahabat untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari dana sekolah.
Bahkan pada suatu malam, rumah Dara di datangi oleh para warga dengan tuduhan bahwa ada seorang lelaki yang menginap di rumah Dara.
"Andi kami minta ijin untuk menggeledah rumah ini, karena ada sebuah laporan bahwa Dara menyembunyikan seorang lelaki di malam ini." ucap pak lurah meminta ijin kepada Andi sepupu Dara.
"Silakan pak ! lakukan tugas bapak tanpa perlu merasa sungkan. Tapi saya minta jangan sampai mengusik nenek saya yang sedang sholat." jawab Andi.
"Kau tenang saja Andi, kami hanya ingin memeriksa tanpa berniat buruk." jawab pak lurah.
Setelah itu beberapa warga langsung memeriksa setiap sudut ruangan hingga dibelakang rumah diperiksa.
Bahkan Dara dipanggil untuk di interogasi atas laporan yang diterima oleh Kepala Desa. Namun apapun yang dilakukan oleh para warga itu tidak membuahkan hasil.
Karena memang Dara tidak melakukan seperti apa yang mereka tuduhkan itu.
"Pasti Dara telah mengetahui berita kalau kita akan mendatangi rumahnya, sehingga lelaki itu telah ia suruh kabur sebelum kita sampai."
"Mungkin lelaki itu mempunyai ilmu yang bisa menghilang, karena saya dengar lelaki itu adalah alumni dari salah satu pondok pesantren di Jawa sana."
"Yang pasti gerakan kita telah diketahui oleh Dara, sehingga saat kita periksa kita tidak menemukan apa-apa sebagai buktinya."
"Usir saja Dara dari Desa ini, ia sangat meresahkan masyarakat karena tingkah lakunya itu."
"Ya usir Dara dari Desa ini !"
"Usir Dara sekarang juga."
Begitulah kira-kira ucapan dari para warga, meskipun mereka tidak menemukan bukti akan semua tuduhan kepada Dara.
"Tenang bapak-bapak dan ibu-ibu ! kita tidak bisa menghakimi seseorang tanpa bukti." ucap pak Lurah.
Kemudian dengan paksa pak Lurah membubarkan warga yang mengepung rumah Dara.
Sementara Dara hanya bisa menangis mendengar semua tuduhan yang ditujukan untuk dirinya.
Dirinya memang pernah melakukan hubungan terlarang dengan seorang lelaki, tetapi bukan seperti yang mereka tuduhan. Lelaki yang telah menyentuhnya adalah Dirga sang kekasih yang kini menunggu hari pernikahannya.
"Pak sebenarnya ada pa ini, mengapa malam-malam begini banyak warga yang datang ke rumah ini ?" tanya sang nenek yang mulai terusik dengan suara para warga.
"Nenek mengapa nenek keluar, angin malam ini sangat tidak baik untuk kesehatan nenek." ucap Andi sambil menutupi tubuh sang nenek dengan jaketnya.
"Bagaimana mungkin nenek bisa di dalam sementara banyak warga yang ingin mengusir Dara, sebenarnya apa yang telah Dara lakukan ?" tanya sang Nenek dengan bingung.
"Andi juga tidak tau nek, tiba-tiba pak lurah mengetuk pintu dan meminta ijin untuk memeriksa rumah kita." jawab Andi apa adanya.
"Pak lurah tolong jelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi ?" tanya sang nenek yang masih menginginkan jawaban dari datangnya puluhan bahkan ratusan warga itu.
"Sebaiknya kita bicara di dalam pak lurah, mari masuk !" ucap Andi mempersilahkan pak lurah untuk menjelaskan semuanya di dalam rumah.
Setelah berada di dalam rumah, Dara dengan sigap membuatkan kopi dan juga menyiapkan kue kering sebagai pendamping kopi.
Setelah semuanya siap Dara menghidangkannya untuk pak Lurah dan beberapa warga yang ikut masuk ke dalam rumah Dara.
"Begini, tadi sekitar jam 23.00 saya mendapatkan laporan dari warga bahwa Dara membawa seorang lelaki kedalam rumah."
"Setelah saya konfirmasi ke para warga yang mendapat giliran ronda, mereka juga melihat lelaki itu menuju arah sini."
"Dari beberapa bukti dari para warga, kami memutuskan untuk memeriksa rumah ini, karena para warga merasa keberatan dengan tingkah Dara itu." jawab pak Lurah.
"Lalu setelah kalian memeriksa apakah ada sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Dara bersalah atau melakukan hal yang kalian tuduhkan itu ?." tanya nenek dengan menahan emosinya.
"Kami tidak menemukan apapun nek, mungkin Dara telah mengetahui kabar ini sebelum kami sampai." jawab pak RT yang yang mendapat anggukan dari pak Lurah.
"Jika seperti yang bapak-bapak tuduhan dari siapa saya mendapatkan informasi itu, sementara sejak siang saya tidak pergi kemanapun." ucap Dara.
"Bukankah Dara mempunyai banyak teman dan juga banyak murid, mungkin salah satu dari mereka telah menyampaikan informasi itu." jawab pak Lurah.
"Silakan bapak periksa HP saya, jika memang ada bukti bahwa saya telah mendapatkan informasi sebelumnya." ucap Dara memberikan sebuah usul.
"Data kalau untuk menghilangkan bukti, cukup dihapus semua riwayat baik pak pesan ataupun pangilan dari sang informan sehingga HP tidak bisa dijadikan sebagai barang bukti yang kuat." jawab pak RT lagi.
"Lalu sekarang apa yang sebenarnya kalian inginkan ?." tanya Dara yang sudah tidak bisaenhan emosi lagi.
"Kami sebagai aparat desa hanya bisa menyarankan agar Dara tidak melakukan hal terlarang lagi dan segera selesaikan semua Maslah baik yang di sekolah ataupun yang lainnya."
"Agar para warga tidak merasa terganggu dengan apa yang telah Dara lakukan." jawab pak Lurah sambil menyeruput kopinya.
"Apa maksud bapak ? danasalah apa yang harus saya selesaikan di sekolah ?." tanya Dara dengan bingung.
"Ini sudah malam, kami pamit dahulu dan maaf karena telah mengganggu waktu istirahat nenek dan juga Andi." ucap pak Lurah sambil berdiri lalu pergi di ikuti oleh perangkat Desa yang lainnya.
Tanpa menjawab pertanyaan Dara, mereka pergi begitu saja, seolah-olah Dara tidak layak untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!