Cahaya Jingga, yang biasa dipanggil Aya .Wanita tiga puluh lima tahun itu sudah menjanda selama dua tahun. Janda beranak dua itu telah hijrah sejak perceraian nya dengan mantan suaminya.
Tapi perlu diingat teman temannya wanita semua. Karena baginya tidak ada hubungan pertemanan dengan lawan jenis kecuali dalam ikatan pernikahan. Aya memiliki prinsip yang kuat dalam hidupnya .
Aya bekerja sebagai penjual kue baik secara online maupun menitipkannya di beberapa Outlet. Sejak menjanda Aya memang memenuhi kebutuhannya dan anak anaknya seorang diri karena mantan suaminya tidak pernah peduli dengan kedua buah hatinya.
Hidupnya keras sejak menikah hingga Aya memilih untuk bercerai karena suaminya yang kasar dan ringan tangan .Tidak ingin merusak kewarasannya dan mental anak anaknya akhirnya Aya memberanikan diri untuk mengambil langkah besar dalam hidupnya.
Pertemuannya dengan sahabat lamanya membuatnya bingung dalam mengambil sikap. Rania teman semasa SMA nya datang menawarkan sebuah pernikahan dengan sepupunya yang bernama Ramadhani yang akrab disapa dengan Doni
" Ya ,aku memintamu untuk menikah dengan sepupuku bukan karena dia imam yang baik. Yang mampu membawa kamu dan anak anakmu ke Jannah nya Allah. Tapi aku butuh wanita yang kuat dan berprinsip tegas sepertimu untuk membawa sepupuku kembali ke jalan yang benar. Bantu aku mengembalikannya seperti dulu. Ibunya sudah terlalu tua untuk menyaksikan kelakuan buruknya. Aku kasihan beliau. Karena aku ingin beliau bahagia di ujung usianya yang mungkin tak lama lagi . "
Pengalamannya mengajarkannya banyak hal. Hingga Aya selalu hati hati dalam mengambil keputusan. Tapi perkataan Rania tempo hari mengusik sanubarinya sebagai seorang anak yang tak lagi memiliki ibu . Tapi hati seorang ibu yang memiliki dua orang anak membuatnya dilema akan masa depan mereka.
Tapi KDRT yang Cahaya alami menyisakan trauma yang dalam. Pernikahan dengan cinta saja bisa hancur begitu mengenaskan, bagaimana dengan pernikahan tanpa cinta. Ketakutan terhadap makhluk yang disebut suami membuat Cahaya tak ingin menikah lagi. Tapi kadang Cahaya pun tidak ingin egois. Anak anaknya butuh seorang ayah , bukan hanya masalah materi saja, tapi tumbuh tanpa orang tua yang tak lengkap juga bukan sesuatu yang baik untuk mereka. Cahaya merasakan itu.
Hingga akhirnya orang yang menoreh luka teramat dalam itu muncul. Membuat Cahaya harus segera mengambil sebuah keputusan. Tidak hanya untuk dirinya tapi untuk melindungi kedua buah hatinya.
Fakhrul Akbar, mantan suami Aya itu berumur tiga puluh tujuh tahun. Seorang yang berwatak keras dan sangat egois. Tapi sangat mencintai Aya dan anak anaknya.
Usaha yang dia rintis dengan susah payah tiba tiba bangkrut akibat keteledoran nya sendiri. Membuatnya berubah menjadi mudah emosi dan ringan tangan . Biasanya Arul adalah suami yang penyayang meski sedikit arogan.
Padahal Aya rela banting tulang untuk keluarga kecil mereka disaat Arul menjadi pengangguran. Tapi dengan tidak tahu dirinya Akbar malah memanfaatkan istrinya untuk kesenangannya semata .Jika Aya tidak memberinya uang maka tangannya yang akan bicara.
Tidak hanya sampai disitu, rahasia kebangkrutan perusahaan Arul bermula dari sebuah perselingkuhan. Tidak hanya fisik, tapi hati dan mental Cahaya benar benar di cabik cabik hingga tak berbentuk.
Persetubuhan yang Arul lakukan dengan makian dan pukulan terhadap Aya, selalu melibatkan sebuah nama. Nama wanita yang menyebabkan kekacauan yang terjadi. Sungguh naas hingga perceraian adalah jalan terakhir yang Aya pilih untuk menyelamatkan sisa sisa hatinya. Dan demi kedua buah hati yang kini butuh perhatiannya dan menjadi prioritas nya.
Entah dapat keberanian dari mana Aya mampu mengumpulkan bukti bukti itu yang membuat Arul tak lagi berkutik. Dan akhirnya Arul terpaksa merelakan Aya dan anak anaknya.
Dengan sisa rasa malu yang dia punya , Arul pergi dan tak pernah menampakkan mukanya di hadapan Aya dan kedua buah hatinya. Hingga dia berhasil membangun usahanya kembali setelah menghilang selama dua tahun.
Dengan tekad yang kuat serta ekonomi yang mapan Arul melangkah menggapai Aya dan kedua buah hatinya kembali. Tapi tak semudah yang dia bayangkan. Luka yang terlanjur membekas sulit untuk dihilangkan.
Bagaimana kah alur perjodohan Aya dan Doni dan usaha Arul untuk menghalangi nya. Akankah ada maaf dari Aya untuk Arul atau memilih Doni demi keamanan anak anaknya.
¤•¤•¤•¤
Dan disini lah kisah ini bermula. Pertemuan Aya dengan seorang sahabat lama bernama Rania, membawanya bertemu dengan seorang laki laki berusia matang dan mapan.Ramadhoni aksa ,tapi sayang memiliki masa lalu yang membuatnya sulit untuk bangkit.
Dibayangi masa lalu yang terlalu pelik dan hubungan itu sudah dirasa sulit dari semula.Jika awalnya sudah rumit bagaimana akhirnya ????
Entahlah....
...----------------...
Bersambung... 😘
*** Karya ketiga Mak ya gaiss, STAY TUNE 💕 ***
Seorang pria baru saja turun dari mobilnya dengan keadaan setengah mabuk. Membuka pintu dengan kasar tanpa berpikir jika perbuatannya mengganggu orang lain yang sedang istirahat.
Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Waktunya orang orang sedang tertidur nyenyak. Tapi tidak dengan seorang wanita tua yang duduk dengan wajah lelahnya.
" Sampai kapan ini akan berlangsung, Nak. Apa Ibu harus mati dulu ? " Pertanyaan wanita tua itu menghentikan langkah pria mabuk itu.
" Eh... Ibu belum tidur, ini sudah malam , Bu ." Ucap pria itu dengan suara yang dibuat sedemikian rupa agar sang Ibu tidak mengetahui keadaannya yang sedikit goyah.
" Kamu mabuk lagi ? Apakah minuman itu bisa mengembalikan Tiara dan Rafa ? Jika bisa Ibu juga mau minum. " Ucap sang Ibu dengan suara serak menahan air mata.
" Maaf, Bu. " Hanya kata itu yang selalu keluar dari mulutnya, jika sudah berhadapan dengan sang Ibu.
" Jika memaafkan kamu bisa membawamu ke jalan yang benar maka Ibu akan memaafkan kamu seribu kali setiap hari . Tapi semua percuma . Maafnya Ibu tak berguna Ramadhoni. Teruslah, Nak. Hukumlah Ibu hingga ajal menjemput. Ibu Ikhlas. " Tubuh tua itu akhirnya melangkah tertatih menuju tempat istirahatnya.
Sementara sang pria empat puluh tahun itu hanya tertegun di tempatnya. Bukan dia tidak ingin berubah, tapi kebiasaan yang selama tujuh tahun ini dia lakukan sulit untuk ditinggalkan. Begitulah dosa, jika sudah tenggelam di dalamnya maka sulit untuk keluar kecuali bagi jiwa jiwa yang bersungguh sungguh.
Doni akhirnya juga masuk ke kamarnya. Menghempaskan tubuh lelahnya di ranjang dingin itu. Hari hari yang dilaluinya hanya untuk bekerja dan bersenang senang saja. Itulah yang Doni lakukan agar bisa mengalihkan rasa sakitnya kehilangan cinta pertamanya.
" Maaf, Rara ...aku kesepian...
Tak lama kemudian mata sayu itu mulai menutup dan terlelap dalam tidurnya. Doni tidur dengan pakaian berbau alkohol itu. Masih dengan sepatu yang terpasang di kedua kakinya.
Begitulah Doni, kehilangan arah dan tujuan. Tersesat dalam keindahan semu dunia. Mencari pengalihan dari rasa sakitnya, tapi dia lupa jika masih ada tempat mengadu yang lebih baik.
Pagi menjelang tanpa terasa. Seperti biasa Doni tidak akan sarapan di rumah karena sudah biasa terlambat bangun. Dengan langkah panjangnya ia menuruni tangga. Jas dan dasinya hanya dilampirkan di lengannya. Karena itu tugas sekretarisnya nanti.
Sementara Ibu Ratih hanya bisa melihat kepergian Doni tanpa berniat menyapa ataupun menawarkan sarapan. Dia sudah terbiasa dengan situasi ini dan sudah mati rasa dengan kelakuan anak sulungnya itu.
Sepuluh tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk mengikhlaskan kepergian seseorang. Jika saja Doni melakukannya dengan cara yang benar. Tapi Doni hanya mengalihkan perasaannya saja dan tak berniat untuk belajar menerima dengan ikhlas . Alhasil dia terjebak dengan masa lalu dan kebiasan buruk.
Lama terdiam di meja makan, terdengarlah bunyi bel dari depan pintu. Sesaat wajah tua itu terlihat bahagia ketika menyadari siapa tamunya kali ini.
" Assalamualaikum, Buk. "
" Waalaikumussalam warohmatullahi wabarakatu. Masuk Ran. " Ucap Ibu Ratih setelah menjawab salam.
" Kita langsung ke ruang makan saja, sekalian temani Ibu sarapan. " Lanjutnya sambil membimbing wanita muda itu ke ruang makan.
Wanita muda itu bernama Rania ,dia adalah anak dari adik Ibu Ratih. Dulu dia juga dibesarkan di rumah ini. Tapi semenjak menikah dia ikut suaminya menetap di kalimantan. Dan sudah satu bulan ini Rania tinggal di Jakarta bersama suami dan anak anaknya.
Kedua wanita berbincang bincang sambil sesekali tertawa dan sesekali serius. Lama tidak berjumpa membuat begitu banyak topik yang mereka bahas.
" Apa Doni masih belum berubah, Bu. " Pertanyaan Rania hanya dijawab dengan gelengan oleh Ibu Ratih .Wajah tua itu terlihat sangat sedih jika membahas tentang anak sulungnya.
" Sepertinya kita harus mencarikan Doni pawang, Bu. " Ucap Rania.
" Maksudmu dukun ? " Tanya Ibu Ratih tidak senang.
" Astagfirullah... Ibu, mana mungkin Rania main dukun, Bu. Takut syirik. Maksud Rania istri, Ibu sayang. " Ucap Rania geli.
" Ooo itu. Ibu kira...Hah, tapi siapa yang mau sama dia, Ran. Walaupun ada pasti wanita yang akan menambah masalah . Jika bukan wanita mata duitan pasti wanita yang akan membuat Doni tambah tersesat. " Ibu Ratih tampak putus asa.
" Itulah tugas kita, Bu. Mencarikannya istri yang tepat. Yang kuat dan yang mau membantu Doni untuk kembali. " Ucap Rania.
" Berarti kita harus mencari yang seperti Tiara. " Tambah Ibu Ratih.
" Tidak harus begitu juga, Bu. Karena terlalu sulit mencari seseorang yang begitu mirip. Kalau Rania berpikir lebih baik sedikit memaksanya Doni. Karena Rania percaya cinta itu akan datang dengan sendirinya. " Ujar Rania yakin.
" Bantu Ibu kalau begitu, Rania. Carikan wanita yang baik, yang shaliha yang penting penyabar. " Pinta Ibu Ratih dengan penuh harap.
" Bantu doa ya , Bu .Rania percaya doa orang tua itu didengar Allah. "
" Tentu, Nak. Insya Allah. "
¤•¤•¤•¤
Seminggu setelah pembicaraan antara Rania dan Ibu Ratih, belum ada kandidat yang tepat untuk calon istri seorang Ramadhoni Aksa.
Ibu Ratih hanya bisa pasrah pada keadaan. Usianya yang sudah cukup lanjut membuatnya tidak lagi memiliki teman. Sebagian besar dari teman temannya sudah tinggal nama. Jadi Ibu Ratih hanya bisa mengharapkan Rania saja.
Rania pun bingung dimana mau mencarikan wanita baik untuk Doni . Sudah bertahun tahun tinggal di Kalimantan membuatnya kehilangan kontak teman temannya.
Baik Rania maupun Ibu Ratih hanya berharap pada pertolongan yang Maha Kuasa. Karena jika Dia berkehendak maka semua pasti akan mudah.
Siang ini Rania hendak ikut sebuah kajian di Masjid dekat sekolah anak anaknya. Jadi Rania pergi sekalian menjemput anak anaknya nanti pulang sekolah. Dengan izin Adnan suaminya Rania menyetir mobilnya sendiri.
Selesai mendengarkan kajian dan menunaikan sholat Ashar berjamaah Rania bergegas menuju mobilnya. Dia harus menjemput anak anaknya segera. Sesampai di sekolah ternyata bel pulang belum berbunyi dan akhirnya Rania menunggu di salah satu bangku panjang yang ada di dekat parkiran.
Tak lama menunggu tiba tiba seorang wanita bercadar duduk di sampingnya dan menyapanya.
" Maaf mengganggu, apa kamu Rania." Tanya wanita itu.
" Benar, kamu kenal aku ? Siapa ya ? ." Tanya Rania balik.
" Aku Aya , SMA Al Kautsar .Kamu ingat ? " Ucap wanita bercadar itu sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
" Aya ? Cahaya... benarkah ? " Rania belum percaya.
" Iya, aku Cahaya. Lama kita tak bertemu ,ya. Dari Masjid tadi aku ingin menyapa tapi takut salah orang. Syukur kita bertemu lagi disini, jadi aku beranikan menyapa kamu. " Akhirnya mereka saling berangkulan .
Kedua sahabat itu sampai menitikkan air mata. Apalagi Rania, yang paling sensitif dan gampang menangis.
" Tak menyangka bisa ketemu disini. Apa anak anakmu sekolah disini juga ? Tanya Rania setelah melepaskan pelukan.
" Mana sanggup aku membayar sekolah semahal ini, Ran. " Jawab Aya apa adanya. " Anakku sekolah di sekolah negeri dekat rumahku. " Lanjutnya.
" Oh, maaf Aya. Aku tak bermaksud menyinggung kamu. Terus ada apa kamu disini ? "
" Aku ke kantin sekolah, menjemput titipan kue . Biasalah berdagang kecil kecilan. " Ucap Aya sambil tersenyum.
" Ooo begitu ya. " Bersamaan dengan bel pulang terdengar menggema.
" Kalau begitu aku pamit dulu ya, Ran. Takut kantinnya keburu tutup. " Aya bergegas berdiri dari duduknya.
" Tunggu Aya, aku minta nomor ponsel kamu, boleh ? " Rania menyerahkan ponselnya pada Aya.
" Tentu. " Aya menerima ponsel itu dan mengetik nomor ponselnya dengan cepat, lalu menyerahkan kembali ponsel itu pada pemiliknya.
" Maaf, Ran. Aku tinggal dulu, ya. Kapan kapan kita ketemu lagi. " Pamit Aya kembali.
" Oke Ya. "
" Assalamualaikum...
" Waalaikumussalam...
...----------------...
Bersambung 🌺
Pertemuan tak sengaja antara Aya dan Rania membuat kedua sahabat itu kembali akrab. Dulu semasa SMA mereka di kenal sebagai siswi berprestasi .Baik Aya maupun Rania memiliki keunggulan di bidang masing masing.
Memiliki hobi membacalah yang membuat mereka semakin dekat. Sama sama suka duduk di perpustakaan dari pada nongkrong di kantin. Kadang kala mereka ke Mall bukan untuk shoping atau sekedar jalan jalan melainkan hunting buku .
Dan kini mereka telah sama sama memiliki anak yang nyaris sebaya. Hanya nasiblah yang membedakan mereka. Jika Rania hidup berada dan memiliki suami. Berbeda Aya yang seorang janda dengan hidup seadanya.
Sejak pertemuan waktu itu mereka sering berkomunikasi lewat telepon. Bahkan sesekali mereka bertemu sekedar makan dan ngobrol saja. Tak jarang mereka bertemu di kajian atau di sekolah .
Sejak tahu pekerjaan Aya yang berjualan kue, Rania juga ikut mempromosikan kepada teman dan saudaranya jika ada hajatan atau acara kecil.
Seperti saat ini Aya dapat pesanan Bolu mini dan Puding buah untuk acara Akikahnya anak dari sepupu suaminya Rania. Pesanannya lumayan banyak sehingga Aya kesulitan untuk mengantarkannya.
Akhirnya Rania menawarkan untuk membantu menjemput pesanannya. Aya dengan senang hati menerima bantuan Rania.
Pesanan Bolu dan Pudingnya telah siap. Aya kini menunggu Rania datang menjemput. Tak lama menunggu mobil Rania telah terparkir di halaman kontrakan Aya.
Dengan segera Aya membuka pintu menyambut tamunya. Ini kali pertama Rania datang ke rumah Aya. Walau sedikit terkejut dengan kondisi rumah Aya tapi Rania mencoba untuk tidak memperlihatkan rasa prihatinnya. Dia takut Aya merasa tidak nyaman dengannya.
" Masuk Ran, maaf rumahku sedikit kotor. Sibuk akunya dari subuh tadi, jadi belum sempat beres beres. " Ucap Aya tidak enak.
" Kamu ini, kayak sama siapa aja. Santai aja kali ,Ya ." Ucap Rania sambil tersenyum.
" Duduk dulu, aku ambillah minum. "
" Tidak usah repot repot ,Aya .Santai aja kali. " Aya hanya tersenyum dan berlalu kemudian kembali dengan segelas teh dan beberapa Bolu mini.
" Kamu udah siap, kan. " Tanya Rania
" Aku ? Emangnya aku harus ikut, ya?"
" Lah ? Iya dong Aya. Kan yang punya hajat juga undang kamu." Ucap Rania gemas.
" Oh, aku kira hanya basa basi saja, Ran. Enggak ada undangannya masalahnya. " Ungkap Aya.
" Memang semua enggak pakai undangan Aya. Hanya by phone dan WA saja. Sebagian pakai lisan kayak kamu ." Jelas Rania.
" Oh, baiklah. Tunggu sebentar ya. Cuma ganti baju doang. Tapi Rania, bawa anak boleh, ya. Enggak ada yang jaga soalnya. " Pinta Aya dengan wajah memelas.
" Boleh, dong. Cepat buruan. " Akhirnya Aya berlalu sambil tersenyum pada Rania.
Tak lama kemudian dia kembali dengan kedua anaknya . Dan memperkenalkan keduanya pada pada Rania.
" Ayo salim sama tante Rania, teman Bunda. " Keduanya mengulurkan tangan ke arah Rania.
" Siapa ini namanya ? " Tanya Rania pada anak perempuan Aya yang berusia sepuluh tahun.
" Binar, Tan. " Jawab Binar
" Cantik sekali namanya, persis orangnya. " Binar tersenyum tersipu .
" Yang ganteng ini siapa, ya ? " Bocah laki laki yang berusia tujuh tahun itu hanya menunduk malu. Kemudian ikut menyalami Rania.
" Aku Biru, Tante. " Rania mengusap kepala Biru gemas.
" Wah, anak kamu cakep cakep , Ya." Puji Rania.
" Alhamdulillah, mungkin karena Mak nya juga cakep. " Ucap Aya disambut Rania dengan cibiran bercanda .
" Iya... iya, siapa yang tak kenal Cahaya Jingga di satu yayasan Al Kautsar karena cantik dan pintar. " Rania mengakui itu. Kedua sahabat itu tertawa bersama mengingat masa masa indah waktu SMA.
Akhirnya mereka bersiap untuk berangkat. Pesanan sudah tersusun rapi di bagasi mobil Rania . Kini giliran Aya membantu anak anaknya untuk masuk dan duduk dengan aman.
Setelah semua siap, Rania pun memacu mobilnya menuju rumah kerabatnya itu. Dengan jarak tempuh dua puluh menit sampailah mereka di tempat hajatan .
Rumah berlantai dua dan tidak terlalu besar. Tapi terlihat mewah dan asri. Terdapat beberapa tenda yang terpasang di halaman rumah. Dan beberapa orang sibuk lalu lalang menyiapkan persiapan acara.
Rania menyerahkan bungkusan kue pesanan pada seorang pelayan rumah tangga. Kemudian membawa Aya dan anak anaknya duduk di ruang tengah.
Terdapat beberapa anggota keluarga berkumpul disana. Rania memperkenalkan Aya sebagai sahabatnya yang membuat pesanan kue untuk acara ini .
Hingga terakhir Rania memperkenalkan Aya pada seorang wanita lanjut usia yang duduk di sofa singel .
" Ibu, kenalkan ini Cahaya teman Rania. Dan ini Binar dan Biru. " Aya menyalami Ibu Ratih dengan takzim.
" Panggil Aya saja, Buk. " Ucap Aya sambil tersenyum. Walaupun tak terlihat tapi Ibu Ratih tahu Aya tersenyum.
" Saya Bibi Rania. Ratih ! " Balas Ibu Ratih. " Ini anak anak kamu ? " Aya mengangguk.
" Ini Binar dan yang laki laki Biru, Bu. " Ucap Aya kemudian. Kedua anak Aya bergantian bersalaman dengan Ibu Ratih.
Acara Akikah itu hanya dihadiri keluarga dan beberapa teman teman dekat saja. Selebihnya anak anak panti asuhan yang sengaja diundang. Acara sederhana itu berlangsung khidmat. Terlihat kesederhanaan pemilik acara meskipun mereka orang yang berada.
Rania berkumpul bersama bersama suaminya dan keluarga Adnan. Sementara Aya duduk dekat Ibu Ratih karena tidak mengenal siapapun. Sedangkan kedua anaknya bermain di halaman belakang bersama anak anak Rania.
Rania juga memiliki dua orang anak. Yang besar sudah dua belas tahun bernama Zahra juga perempuan sama dengan Aya. Yang kedua juga laki laki sebaya dengan Biru bernama Arman .
" Kamu kenal Rania dimana, Aya. " Tanya Ibu Ratih mengajak Aya berbincang.
" Aya teman SMA Rania, Buk. " Jawab Aya.
" Pas kuliah enggak pernah ketemu lagi ,dan baru ketemu saat kajian beberapa minggu lalu. " Rania kuliah Kebidanan waktu itu dan tinggal di asrama .
" Sudah lama sekali berarti ya ? " Ibu Ratih menanggapi.
" Kira kira tujuh belas tahun lebih, Bu. "
" Suami kamu kerja dimana ,Aya ? " Tanya Ibu Ratih.
" Aya janda, Bu. Bercerai ! " Aya menunduk
" Oh, maaf Ibu tidak tahu. Berarti kamu ibu tunggal ? " Aya hanya mengangguk. " Tidak masalah, yang penting dia masih bertanggung jawab terhadap anak anaknya. " Lanjut Ibu Ratih.
Aya hanya tersenyum kecut.
" Tanggung jawab ? Bahkan dia tidak pernah menampakan wajahnya pada anak anaknya. " Aya hanya berucap dalam hatinya karena tidak ingin mengungkap aib mantan suaminya.
Setelah beberapa waktu berlalu acara sederhana itu pun akhirnya selesai. Menjelang sore Aya pamit pada Rania. Tidak ingin merepotkan Rania, Tadinya Aya memilih pulang dengan Taksi online .Tapi Rania menyuruh supir suaminya untuk mengantarkan Aya dan anak anaknya.
Sepeninggal Aya Ibu Ratih memanggil Rania dan mengajaknya bicara agak menjauh dari anggota keluarga yang lain.
" Ran, Ibu suka Aya. Ayo kita jodohkan dengan Doni. " Ucap Ibu Ratih antusias.
" Tidak bisa Bu, bagaimana bisa kita menjodohkan orang yang bersuami. " Ucap Rania yang kaget dengan permintaan Ibu Ratih .
" Aya janda, Ran. "
" Apa....
...----------------...
Bersambung 🌺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!