NovelToon NovelToon

Rintihan Di kamar Pembantuku

1. Suara Rintihan

🥦HAPPY READING🥦

Serina dan Bara sudah menikah selama sepuluh tahun lamanya.

Awalanya rumah tangga mereka berjalan dengan baik-baik saja. Akan tetapi, seperti yang kita tahu rumah tangga tak selamanya akan berjalan dengan mulus.

Suasana lain muncul saat dua tahun yang lalu, semenjak kedatangan seorang pembantu yang bernama Arum.

Arum sendiri adalah seorang wanita muda yang berusia dua puluh tiga tahun. Dia Terpaksa menjadi pembantu demi bisa membantu perekonomian keluarganya.

Serina sempat ragu untuk menerima Arum sebagai pembantu, tapi karena melihat Arum yang melas pada saat itu, Serina pun langsung menerimanya karena merasa kasihan.

Awalnya serina sama sekali tak menaruh kecurigaan pada suami maupun Arum pembantunya, akan tetapi dua tahun belakangan ini, Serina mulai merasakan jika sikap suaminya mulai berubah sejak kedatangan Arum yang menjadi pembantu dirumahnya.

Sempat Serina berpikir jika suaminya itu ada sesuatu dengan Arum, tapi ia langsung menepis pikiran itu karena baginya suaminya itu adalah sosok pria yang setia dan pengertian. Jadi Serina pikir tidak mungkin jika suaminya melakukan hal gila dibelakangnya.

Sudah beberapa Minggu ini, Serina mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres sehingga membuat perasaanya tidak tenang.

Sampai pada malam ini, malam Dimana Serina mengetahui semua kebejatan suami dan pembantunya.

Serina terbangun tengah malam karena merasakan tenggorokannya yang begitu haus. Namun ketika menoleh ke arah samping, ia malah tidak mendapati suaminya.

Maka dengan rasa keheranan pun Serina mulai beranjak dari tempat tidur, ia pikir barangkali suaminya ada di luar.

Diluar kamar ia tak juga melihat suaminya, jadi ia memutuskan untuk pergi ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil minum.

Kebetulan juga, kamar pembantu di rumah itu terletak di dekat dapur.

Langkah Serina terhenti tak kala dirinya mendengar suara samar-samar orang mengayuh cinta.

Dia pun mencari-cari sumber suara tersebut karena menurutnya dirumah ini hanya ditinggali oleh dia, suaminya dan pembantu saja.

Sampai kakinya terhenti di depan pintu kamar pembantu, Serina pun mulai merasa penasaran.

Dengan rasa penasaran yang dalam, Serina akhirnya menggenggam knop pintu lalu membukanya dengan perlahan. Dia ingin tahu, siapakah orang yang sedang mengayuh cinta itu.

Deg.....

Bagaikan di panah kilat berulang kali, tubuh Serina bergetar hebat saat dirinya mengintip dari celah pintu. Pasalnya, Serina melihat dengan jelas bahwa suara Rintihan itu ternyata adalah suara dari suami dan pembantunya yang tengah asik melakukan olahraga malam.

"Arkh.....arkh.....sakit......" Rintih Arum kesakitan tapi kenikmatan juga.

"Tahan, sebentar lagi keluar!" Ucap Bara.

Kedua mata Serina seketika berkaca-kaca, ia menutup mulutnya dengan satu tangan sambil menggeleng tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

Serina kembali menutup pintu, ia kemudian memilih pergi ke balkon kamarnya, begitu tak sanggup melihat adegan menjijikan yang barusan suami dan pembantunya lakukan.

Di balkon kamar, Serina berdiri mematung sambil tak terasa air mata jatuh begitu saja membasahi pipi mulusnya.

Alangkah tega sekali suaminya berbuat seperti itu, padahal selama ini Serina sudah percaya sepenuhnya.

Apa kurangnya Serina? dia wanita berparas cantik dan juga memiliki bodi gitar spanyol. Tak hanya itu, Serina juga adalah seorang wanita karir yang memegang perusahaan kosmetik terbesar di negara ini.

Sungguh tak menyangka jika ia akan dikhianati seperti ini. Padahal selama ini, ia selalu memperlakukan suaminya dengan baik. Bahkan bisa dibilang jika selama sepuluh tahun ini, Serina sama sekali tak pernah membantah suaminya.

Meskipun begitu, selama sepuluh tahun menjalani bahtera rumah tangga, mereka berdua belum juga di karuniai sang buah hati.

Tapi rumah tangga Bara dan Serina masih harmonis. Baik Bara maupun Serina tidak mempermasalahkannya

Tak ingin ketahuan kalau dirinya menangis, Serina pun langsung menghapus air matanya dan kembali masuk ke kamar, membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Serina dengan cepat langsung memposisikan dirinya ke samping dan menutup tubuhnya dengan selimut.

Bara melirik ke arah Serina dan mengira jika istrinya itu tidur dengan begitu pulas.

"Aigo.....dia tidur dengan begitu nyenyak ternyata!" Lirih Bara lalu membaringkan tubuhnya disamping istrinya sambil memeluk.

Entah kenapa saat merasa dirinya di peluk dari belakang, ia seketika merasakan perasaan yang begitu jijik.

Bagaimana tidak, suaminya baru saja kepergok bersetubuh dengan wanita lain.

-

-

-

Malam berlalu.

Keesokan harinya seperti biasa, Arum akan memasak dan menyiapkan sarapan pagi untuk Bara dan Serina.

"Arum, kenapa leher mu ada bekas merah begitu?" Tanya Serina.

"Ah.. Anu ini.. eh nyonya di gigit nyamuk."

"Nyamuk apa yang bisa menggigit hingga menimbulkan bekas sebesar itu?" Tanya lagi Serina.

Arum tampak gelagapan mendapat pertanyaan dari sang majikannya, ekor matanya menatap pria yang sedang duduk menikmati segelas susu.

"Serin..... sejak kapan kamu mengurusi masalah pembantu kita." Ujar Bara tiba-tiba.

"Aku tidak mengurusi, hanya saja itu tampak aneh bagiku!" Ucap Serina .

"Sudahlah! Cepat habiskan sarapan mu nanti kita bisa terlambat." Titah Bara.

"Dan kamu Arum, cepat kembali bekerja lagi." Ujar Bara.

"Ba-baik, Tuan. Saya permisi." Ucap Arum seraya berlalu.

"Kamu dari mana saja mas tadi malam?" Tanya Serina.

Bara berhenti mengunyah. Terlihat sekali raut wajahnya berubah menjadi gugup.

"Waktu aku bangun kamu gak ada di samping ku?"

"Tadi malam tenggorokan ku kering terus aku pergi ke dapur untuk minum." Ucap Bara berbohong.

Serina mengangguk seolah percaya dengan apa yang suaminya katakan. Padahal dia hanya ingin mengetes kejujuran suaminya saja.

Setelah selesai sarapan, Bara dan Serina pergi bekerja di antar oleh pak Kubis, supir pribadi mereka.

Bara dan Serina berada dalam satu mobilnya yang sama tapi berbeda tujuan.

Di dalam mobil, Serina hanya sibuk memainkan ponselnya hingga membuat Bara kesal karena istrinya cuek terhadap dirinya.

"Kamu sedang apa? dari tadi hanya sibuk main ponsel saja!" Ucap Bara seketika.

Serina tak merespon, bahkan menoleh saja tidak.

"Kamu kenapa sih? gak biasanya kamu seperti ini!" Ucap Bara sekali lagi.

"Apa sih....aku lagi sibuk balesin chat klein ku!" Ujar Serina sedikit ketus.

Wanita itu lalu tersenyum manis, sekilas ia menatap suaminya dingin lalu tatapan matanya kembali seperti biasanya, jernih tidak menandakan bahwa dirinya menyimpan sebuah amarah dan dendam kepada suaminya.

Bara menghela nafas panjang, istrinya begitu aneh sekarang. Tak seperti biasanya yang mengoceh panjang seperti kereta api.

Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai pun telah sampai di depan kantor milik Serina.

Serina tanpa sepatah katapun dia langsung turun begitu saja dari mobil. Bara lagi-lagi dibuat heran karena biasanya Serina akan berpamitan terlebih dahulu pada dirinya.

Huft.....

Kini Serina sudah ada di ruangan

kerjanya. Dia duduk termenung sambil memandangi photo pernikahannya yang sengaja ia taruh diatas meja kerja.

Serina menghembuskan nafas beratnya, ingatan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh suami dan pembantunya pun terus saja menghantui kepalanya.

2. Menjijikan

Suami yang sangat dia cintai dan percaya kini tega mengkhianati dirinya. Serina lalu meraih foto pernikahan itu, amarahnya kembali menyelimuti dirinya. Dadanya semakin sesak, saat dirinya kembali mengingat kelakukan dua makhluk yang tidak tahu malu tersebut.

"Bara! Lihat saja aku akan membalas mu, apa salah ku padamu hingga kau tega mengkhianati aku, hah! Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia di atas derita ku." Ucap Serina diiringi senyum sinis.

Serina bangun dari kursi kebesarannya lalu membuang bingkai foto pernikahan dirinya ke tempat sampah.

"Lihat saja, aku akan membalas perbuatan kalian berdua!" Ucap Serina dengan kedua tangan terkepal dengan kuat.

Hari sudah mulai sore, Bara dan Serina sudah tiba di rumah. Arum, wanita itu menyambut kedatangan sang majikan.

"Selamat datang Tuan, Nyonya." Ucap Arum sambil menatap bergantian sang majikan.

"Biar saya bantu bawakan tasnya, Tuan." Ujar Arum.

Bara tersenyum, ia lalu memberikan tas kerjanya pada Arum.

"Ehem......" Serina seketika berdehem.

"Arum, kamu tidak usah masak makan malam karena aku dan suamiku akan makan di luar!" Ujar Serina.

"B-baik, Nyonya!" Jawab Arum.

"Sekarang kamu siapkan air hangat untuk ku dan suamiku!" Perintah Serina.

"Baik, Nyonya!" Ucap Arum seraya berlalu dengan wajah tertunduk.

Dalam hati Arum merasa sangat kesal, ketika mendengar jika majikannya itu akan makan diluar malam ini.

"Serin, tumben sekali kamu ingin makan di luar, biasanya kamu tidak terlalu suka jika kita makan di luar."

"Aku hanya ingin, apa itu salah?" Jawab Serina ketus.

"Serina! Kenapa nada bicaramu begitu, aku bertanya baik-baik." Sentak Bara.

Tidak menghiraukan, Serina langsung berlalu begitu saja meninggalkan suaminya.

"Ini bukan Serina yang aku kenal!" Bara menghela nafas.

Selagi istrinya membersihkan diri, Bara diam-diam pergi ke bawah untuk menemui Arum.

"Tuan! Lepaskan!" Arum terkejut karena Bara tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.

"Aku merindukanmu, sayang." Ucap Bara sambil menciumi leher Arum.

"Nanti kalau nyonya melihat, bagaimana?" Tanyanya.

"Aku tidak peduli!" Ucap Bara santai.

"Tuan-- Akhh..." Arum meringis geli saat Bara menggigit kecil telinganya.

"Kau nakal sayang! Sudah ku bilang jika kita sedang berduaan panggil aku sayang jangan tuan." Ucap Bara.

Bara menaikkan satu kaki Arum ke atas meja dengan di tumpu tangannya lalu pria itu memasukan satu jarinya ke dalam lembah yang sudah basah karena ulah nakal Bara.

"Sayang, kau sudah basah!" Bara tersenyum penuh nafsu ke arah Arum.

Bara dengan rakusnya melahap bibir dower milik Arum sambil di bawah tangannya terus memainkan lorong basah milik Arum.

"Kita olahraga sebentar, sayang." Ucap Bara dengan nafas memburu.

"Sayang, jangan disini! Nanti kalau ada nyonya turun bagaimana?"

"Lalu dimana sayang?"

"Di kamar."

"Tapi Tuan, bukankah tuan dan nyonya akan makan malam diluar?" Tanya Arum.

Bara menghentikan aktivitasnya.

"Sial! Aku hampir lupa. Arum kita tunda dulu bercintanya." Ucap Bara seraya pergi.

Tanpa disadari Arum dan Bara, Serina kini tengah menyaksikan permainan mereka dari kejauhan. Sakit hati, kecewa, amarah campur menjadi satu, entahlah Serina sendiri sulit mengekspresikan perasaannya.

"Kurang ajar! kalian berdua telah mengotori rumah ku dengan perbuatan menjijikan kalian." Ucap Serina dengan sorot mata berapi-api.

Rasanya ingin sekali Serina menangkap basah suami dan pembantunya itu, akan tetapi Serina mengurungkan niatnya. Karena dia tidak ingin cepat-cepat memberikan karma pada suami dan pembantunya.

"Untuk kali ini aku akan membiarkan kalian berenang di lautan dosa, maka bersenang-senanglah dulu kalian." Ucap Serina menyeringai.

"Bara, Arum. Kalian harus merasakan apa yang ku rasakan saat ini. Tunggu saja pembalasan ku!" Ucap Serina seraya berlalu.

Huft......

"Darimana saja kamu, mas?" Tanya Serina.

"Ah.. aku habis dari luar mencari udara segar." Jawab Bara.

"Benarkah?" Tanya Serina sambil menatap lekat wajah suaminya hingga membuat Bara gugup.

"Tentu saja! Sudahlah aku mau mandi, bukankan kita akan makan malam di luar." Bara berlalu pergi tanpa mendengarkan jawaban dari Serina.

Serina, wanita itu melipat tangannya di dada lalu tersenyum miring.

Kini Bara dan Serina sudah bersiap untuk pergi makan malam.

"Serina, apa sebaiknya kita mengajak Arum juga?" Tanya Bara.

Serina mengerutkan dahinya. "Untuk apa?" Tanyanya.

"Kasihan jika sendiri dirumah sebesar ini." Jawab Bara.

"Sepertinya kamu tidak betah berjauhan dengan selingkuhan mu itu, Mas." Batin Serina.

"Tapi baiklah, aku akan mengikuti permainan kalian!"

"Terserah kamu aja lah, Mas!" Ucap Serina lalu pergi meninggalkan suaminya.

Bara tersenyum lebar, pria itu lalu menuju ke dapur untuk menyuruh Arum bersiap-siap.

"Tuan, apa nyonya tidak marah jika Arum ikut?"

"Sudahlah, Arum. Kamu jangan banyak tanya."

"Cepatlah ganti pakaian mu atau apa perlu aku yang menggantikannya." Goda Bara.

"Mas....." Arum mencubit kecil lengan Bara.

"Daripada cubit ini mending yang itu." Ucap Bara sambil menunjuk benda pusaka miliknya.

Tidak menjawab, Arum bergegas pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Di mobil, Serina menunggu suaminya. Pandangannya dia layangkan ke arah jendela mobil.

"Nyonya, ada apa?" Tanya pak Kubis yang sedari tadi memperhatikan Nyonya nya dari kaca spio.

"Kenapa, Pak?" Tanya Serina balik.

"Nyonya sedari tadi hanya melamun lalu mengeluarkan air mata. Apa nyonya sedang tidak enak badan?" Tanya pak Kubis yang rupanya sedari tadi sudah memperhatikan Nyonya nya.

"Ah.. tidak apa-apa, pak. Mungkin aku hanya kelelahan." Ucap Serina seraya menghapus air matanya yang tanpa sadar keluar begitu saja.

Pak Kubis tak lagi menyahut.

Setibanya di mobil, Bara membukakan pintu untuk Arum.

Serina yang melihat perlakuan manis sang suami menatap sinis ke arah Arum yang sedari tadi menundukkan kepalnya.

Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil begitu hening. Serina sekilas melihat Arum yang duduk dibelakang hanya membuang muka ke arah jendela.

"Sayang......sudah lama ya rasanya kita tidak pergi makan malam bersama." Serina tiba-tiba bergelayut manja di lengan suaminya.

Bara terlihat gugup, ia hanya memberikan setengah senyuman saja pada Serina tapi dengan mata yang sekilas melihat ke arah Arum.

Arum, wanita itu hanya bisa membuang muka kembali ketika melihat majikannya seperti itu. Jauh di lubuk hatinya dia merasa dongkol melihat kemesraan tersebut.

"Lihat saja, aku akan membuat Mas Bara menceraikan kamu!" Gerutu Arum dalam hati.

Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai pun telah sampai di salah satu restoran ternama.

Pak Kubis langsung saja turun membukakan pintu mobil untuk majikannya. Lalu setelah itu Bara dan Serina pun melangkah terlebih dahulu masuk ke dalam restoran.

"Arum, kenapa kamu menatap majikan kita seperti itu?" Tanya pak Kubis mengagetkan Arum.

"Jangan-jangan kamu naksir sama Tuan Bara, ya?" Pak kubis menatap lekat wajah Arum.

"Pak Kubis gak usah aneh-aneh. Udah ya, pak. Arum mau menyusul nyonya sama tuan dulu." Ucap Arum seraya berlalu.

3. Sabar

🌺HAPPY READING🌺

Bara menarikan kursi untuk istrinya, lalu mempersilahkan Serina untuk duduk.

"Duduklah!" Titah Bara sambil menatap Serina dengan penuh cinta.

"Kalau bukan karena sandiwara, aku jijik di perlakukan dengan manis oleh mu, mas." Batin Serina.

Pria itu tidak sadar jika perlakuannya itu membuat Arum cemburu.

"Arum.....kenapa malah diam? ayo duduk!" Tegur Serina pada Arum yang berdiri mematung.

"Ah....iya nyonya!" Arum lalu duduk.

-

Mereka bertiga pun menikmati makan malamnya masing-masing.

Ade pemandangan yang membuat hati Arum begitu panas, bagaimana tidak? Ia melihat majikannya saling menyuapi satu sama lain dengan penuh mesra.

Arum tampak diam mematung, di balik meja tangannya terkepal kuat menahan amarah dan cemburu.

Semua itu pun tak luput dari perhatian Serina.

Serina dan Bara tampak berbincang asyik hingga tidak sadar disitu juga ada Arum.

Serina berbicara sambil sengaja bergelayut manja di lengan suaminya, menatapnya dengan penuh cinta.

Karena merasa jengah berada di tengah-tengah dua orang itu, Arum memutuskan untuk kembali dan menungggu di mobil.

Arum meletakan kasar sendok dan garpu yang ia pegang, hingga membuat perhatian Bara dan Serina.

"Ada apa, Arum? kamu sudah selesai makannya?" Tanya Bara.

Arum tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. "Iya tuan, saya sudah selesai, saya sudah kenyang!" Jawab Arum. Yang padahal dia sudah kenyang melihat kecemburuan majikannya.

"Kalau begitu saya pergi dulu, saya akan menunggu di mobil saja." Ucap Arum bangkit dari duduknya. Ia kemudian berlalu begitu saja.

Serina tersenyum puas melihat Arum yang seperti itu. Dia sudah menduga jika Arum pasti akan merasa jengah.

Dengan perasaan kesal sepanjang perjalan ke mobil, Arum terus mengumpat majikannya.

"Apakah dia sengaja mengajakku hanya untuk memamerkan kemesraannya dihadapan ku?" Tanya pada diri sendiri.

Arum masuk ke dalam mobil, menutup pintu dengan kasar hingga mengagetkan pak Kubis yang juga menunggu di mobil.

"Arum, kenapa wajah mu jelek begitu?" Tanya pak Kubis pada Arum.

Tidak menghiraukan, Arum lebih memilih memainkan ponselnya.

Selang beberapa saat, dari kejauhan Arum terlihat memperhatikan majikannya yang berjalan menuju ke arah mobil dengan bergandengan tangan. Hal itu lagi-lagi membuat Arum panas.

Selama perjalanan pulang, lagi-lagi suasana hening tercipta, tidak ada pembicaraan. Serina tenggelam dalam pikirannya memikirkan bagaimana langkah selanjutnya.

Sedangkan Arum hatinya merasa dongkol, wajahnya terlihat begitu marah dan Bara dapat melihat semua itu.

Lima belas menit kemudian akhirnya mereka sudah sampai di rumah. Rupanya selama perjalan, Serina merasa ngantuk dan akhirnya tertidur. Bara tak sampai hati membangunkan istirnya. Di satu sisi dia merasa tidak enak hati karena Arum terus memperhatikan dirinya tapi di satu sisi tidak mungkin Bara menyuruh pak Kubis menggendong istrinya.

Bara menghembuskan nafasnya pelan, akhirnya tanpa banyak cingcong, Bara langsung saja mengangkat tubuh istrinya dan memboyongnya menuju ke kamar.

Arum menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika Melihat adegan yang lagi-lagi membuatnya terbakar. Dengan perasaan murka, ia pun berlalu begitu saja.

Setelah sampai kamar, pria itu merebahkan tubuh istrinya di atas tempat tidur. Bara menatap istrinya yang sudah terlelap, lalu ia menyelimuti istrinya.

Melihat istrinya sudah benar-benar terlelap tidur, dengan pelan Bara pun langsung beranjak pergi dari kamar.

Serina langsung membuka kedua matanya, ia tersenyum sinis ketika melihat suaminya keluar dari kamar. Serina sangat yakin pasti suaminya menemui Arum.

Dengan waspada Bara masuk kedalam kamar Arum, di dapatinnya Arum sedang berdiri sambil melipat tangannya di dada.

"Ternyata kamu masih ingat juga denganku!" Ucap Arum dengan wajah tak bersahabat.

"Maafkan aku, Arum!" Ucap Bara ingin memeluk tubuh Arum Namum sedetik kemudian Arum menghindarinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Bara.

"Jangan sentuh aku, aku gak mau di sentuh oleh tangan mu yang bekas memegang wanita lain selain diriku!"

Bara membalikan tubuhnya, melangkah ke arah pintu dan langsung mengunci rapat pintu kamar Arum.

"Mau apa kamu?" Tanya Arum.

"Arum, aku minta maaf." Ucap Bara lagi dengan wajah melasnya, berharap Arum akan memaafkannya.

"Kamu sengaja kan mengajakku tadi? karena kamu hanya ingin memamerkan kemesraan mu saja di depanku, iyakan?" Tanya Arum.

"Bukan begitu maksudku, Arum." Sanggah Bara.

"Lalu apa? kamu sama sekali gak mikirin perasaanku tadi!" Arum membuang nafas kasar.

"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Yang penting sekarang aku sudah bersamamu, Arum." Ucap Bara.

"Tapi tetap saj---" Belum selesai Arum berbicara, Bara langsung menutup mulut Arum.

"Shut......aku tidak mau bertengkar denganmu sekarang. Lebih baik kita lanjutkan yang tadi sore tertunda!" Kata Bara tersenyum penuh gairah menatap Arum.

Bara perlahan menempelkan bibirnya ke leher Arum, sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Arum.

"Aku tidak mau, Bara!" Tolak Arum.

Tapi Bara sama sekali tak mengindahkannya. Dia sudah tidak kuat lagi menahan hasratnya.

Bibir tipis Bara pun mulai berpindah ke bibir Arum dan Bara langsung saja memagut rakus bibir Arum. Matanya sayup-sayup menikmati setiap pagutan yang menghisap habis bibir Arum, Arum pun yang sudah tak tahan lagi karena terangsa*Ng , tanpa sadar ia membalas pagutan dari Bara. Nafas keduanya pun semakin memburu dan menyatu.

Benar-benar tidak tahan, akhirnya Bara menjatuhkan tubuh Arum ke atas ranjang. Mereka pun kembali melakukan olahraga malam, seperti malam-malam sebelumnya.

Lagi-lagi, tanpa mereka sadari ternyata sejak tadi Serina sedang menguping dari luar.

Hatinya Serina bagaikan dihantam benda tumpul, saat ia mendengar suara lenguhan-lenguhan dari suami dan pembantunya sendiri.

Ingin sekali rasanya Serina menendang pintu, lalu memergoki kedua binatang yang sedang berbuat dosa. Akan tetapi Serina kembali mengurungkan niatnya karena ia pikir ini bukanlah waktu yang pas.

"Sabar Serina, jangan gegabah dulu. Ini bukanlah waktu yang pas." Batin Serina.

"Awas kalian berdua, lihat saja, aku akan memberikan pelajaran bagi kalian!"Serina tersenyum kecut.

Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Serina akhirnya memilih untuk pergi kembali ke kamarnya.

Huft......

Beberapa saat kemudian, tubuh keduanya pun sudah dibanjiri oleh keringat dosa. Bara kelelahan, ia sungguh merasa puas malam ini, meski lembah milik Arum sering ia pakai, akan tetapi entah kenapa rasanya masih sempit saja.

Sementara Arum, wanita itu merasakan kelelahan yang luar biasa akibat terus dihantam oleh benda pusaka Bara yang ukurannya terbilang cukup besar.

"Aku sangat puas malam ini, Arum. Kalau kamu bagaimana?" Tanya Bara.

Arum hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Kamu malam ini tidur disini saja. Menemaniku!" Ucap Arum seketika.

"Aku tidak bisa, Arum." Tolak Bara. "Bagaimana jika Serina tahu nanti? semua bisa kacau!"

Arum menghela nafas panjang.

"Tidak apa, tidak mungkin ketahuan. Ayolah hanya sekali ini saja!" Pinta Arum.

Bara menggeleng, pria itu lalu bangun dari ranjang.

"Tidak Rum, itu bisa menjadi masalah besar jika ketahuan." Ucap Bara, lalu ia memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.

Arum kesal mendengarnya, ia lalu bangun dari ranjang.

"Oh jadi kamu gak cinta sama aku?" Tanya Arum.

"Mengertilah dulu, Rum." Ujar Bara, kemudian beranjak pergi dari kamar Arum.

Arum diam, ada sedikit perasaan kecewa terhadap Bara yang tak ingin menemaninya tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!