seorang gadis berlari menghindari sesuatu, gadis itu bahkan tak menghiraukan semua luka yang dia alami.
"tidak boleh, aku tak boleh berhenti, aku harus lari dan terus lari," gumamnya.
dia menerobos semua semak belukar dan pohon yang ada di desa itu, suara gonggongan anjing terdengar begitu keras di telinganya.
"ya Tuhan tolong bantu aku..." tangis wanita itu sambil menarik nafas.
dia lanjut lagi untuk keluar dari hutan yang masih rapat itu, dan saat melihat jalan yang menghubungkan antar desa.
dia semakin bersemangat, dan saat sampai di jalan itu, dia malah tertabrak mobil.
"loh heh... cepat bantu," teriak seorang pria yang melihat wanita itu terkapar.
"tolong...."
dia pun tak sadarkan diri, sedang para warga merasa marah, bagaimana bisa gadis yang mereka akan jadikan tumbal lepas.
"sialan, kemana gadis itu, kenapa bisa hilang, ah gagal semua rencana kita," marah kepala desa yang biasa di panggil Ki Bisono itu.
"kamu kehilangan jejaknya Ki, ternyata dia begitu cepat," kata salah satu warga.
"goblok, terus cari, jika tidak ketemu anak mu seng tak jadikan timbal!!" marah pria itu.
Ki Bisono, adalah kepala desa dari sebuah Desa yang menganut ilmu hitam, mereka menyembah sebuah arca yang sudah ada di desa itu selama ratusan tahun.
hari ini adalah bulan purnama ke lima belas penanggalan Jawa dan bertepatan dengan Jum'at Kliwon.
meski masih siang mereka benar-benar kehilangan jejak dari gadis yang sudah di persiapkan itu.
"sekarang siapa yang akan kita tumbalkan, tak mungkin kita tak melakukan ritual ini, kalian tau jika kita tak memberikan darah perawan, Kuta semua bisa mengalami nasib buruk," kata pria itu yang sedang marah.
"maafkan kami Ki, tapi bagaimana kami harus mencarinya, di desa kita juga sudah jarang gadis perawan," kata salah satu warga.
"aku ingat, Sulistyo punya anak berusia dua belas tahun, bawa dia ke sini dan hari ini kita terpaksa menumbalkan gadis itu," kata Ki Bisono.
akhirnya gadis belia itu di paksa untuk ikut dan akan di jadikan tumbal.
gadis itu ketakutan setengah mati melihat apa yang akan mereka lakukan padanya, dia terus berontak dan menolak.
"lepaskan aku, aku tak mau mati, lepaskan!!"
"kamu harus menggantikan gadis sialan itu, karena aku tak mau jika desa ini dapat musibah," kata Ki Bisono dengan dingin.
"ibu... bapak... tolong aku ... aku tak mau mati seperti ini," tangis gadis itu, tapi kedua orang tuanya hanya menatapnya dingin.
tak butuh waktu lama, gadis itu sudah di bawa ke Bayu persembahan yang ada di ujung bukit di belakang desa.
batu itu meski sudah terbelah, tapi aura magis masih sangat terasa, bahkan tak ada seekor pun serangga yang berani hinggap di batu itu.
"jaga gadis ini baik-baik, jangan sampai lepas lagi," pesan Ki Bisono.
sedang di sebuah pondok pesantren yang berada tak jauh dari desa itu.
gadis yang tadi di tabrak oleh empat pemuda itu bangun, "Ilya boleh bantu dia membersihkan diri," suara itu terdengar.
tapi anehnya dia tak bisa mengendalikan dirinyalah sendiri, seperti ada sesuatu yang merebut dirinya.
"kenapa aku tak bisa mengendalikan diriku," bingung gadis itu.
"tenang saja, aku adalah penjaga keluarga ini, kamu dalam kendaliku, jika aku tak melakukannya, orang-orang desa mu akan tau jika kamu di sini," saut sebuah suara tanpa wujud.
"baiklah, tapi tolong bantu aku," mohon gadis itu
"tentu, siapa namamu?"tanya suara itu lagi.
"nama ku Rahayu Ayuningtyas, semua keluargaku sudah di bunuh oleh warga desa itu, dan aku berhasil lari saat mereka ingin menjadikan aku tumbal,"
"baiklah Rahayu kamu istirahat, biar aku yang membuatnya seperti tak terjadi apa-apa," kata suara itu.
Rahayu mengangguk, dan mulai memejamkan mata.
ustadz Haris Maulana Arkana, terus menatap wanita yang sedang menjelaskan siapa dirinya itu.
dia merasakan aura yang aneh pada tubuh gadis itu, "apa kamu bukan manusia biasa, bagaimana bisa wanita yang tetap tenang setelah mengalami semua kejadian buruk itu?" tanyanya.
mendengar itu, Rahayu tersenyum menyeringai, "sepertinya aku ketahuan, padahal aku hanya ingin menolongnya," kata Ki Sesnag yang langsung pergi meninggalkan tubuh Rahayu.
"siapa kalian tolong lepaskan aku ... aku tak mau jadi tumbal lepaskan!! aku mohon ..." teriak Rahayu yang tiba-tiba berontak dan membuat para pria itu kuwalahan.
ustadz Haris di bantu ustadz Harun Ar-Rasyid membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
perlahan tubuh wanita itu melemah dan kemudian pingsan, ustadz Haris tak percaya bagaimana bisa Ki Sesnag begitu saja pergi seenaknya.
"sudah bawa gadis ini ke kamar santri khusus Ilya, dan kamu yang akan bertanggung jawab padanya," kata ustadz Harun.
"baik ustadz," jawab gadis itu.
ustadz Haris masih nampak diam, dia Bru dengar ada desa yang tetap melakukan hal salah seperti itu.
"apa yang kamu pikirkan ustadz?" tanya ustadz Harun.
"ini loh tad, aku bingung, bagaimana bisa ada desa yang tetap melakukan kejahatan ini, padahal kita sudah hidup di jaman modern seperti ini," bingung ustadz Haris.
"iya ustadz baru pulang kesini, di sekitar sini ada sebuah hutan yang di sebut hutan ghaib kematian, hanya orang putus asa yang melakukan perjanjian dengan iblis yang bisa keluar, dan di hutan itu ada sebuah desa, yang kita tak bisa masuk jika tak di undang?" kata ustadz Harun menjelaskan.
"menang masih ada desa seperti itu,"
"masih tad, kamu tau desa itu di huni sekitar tujuh ratus orang, dan kebanyakan di sana melakukan praktek ilmu hitam, dan yang membuat heran adalah jika melahirkan anak laki-laki mereka mengatakan jika itu keberuntungan, dan jika melahirkan anak perempuan,maka akan sial, itulah kenapa setiap bulan purnama yang khusus akan ada persembahan untuk dewa yang mereka anut," kata ustadz Harun.
"tunggu dulu, Nama desa itu?"
"Desa Kantil, desa penganut ilmu hitam, yang banyak mencetak dukun santet dan pelet," jawab ustadz Harun.
"tunggu dulu, bukankah itu desa yang ingin kita kunjungi tadi?"
"iya, kan kita dapat undangan dari desa itu," jawab ustadz Harun santai.
"wah gila kamu ya, bagaimana bisa setenang itu, kamu tau jelas jika kita ke desa itu bisa tinggal Nama?" kata ustadz Haris menepuk dahinya.
"ya maaf loh, aku tak bermaksud begitu, kamu sendiri yang bilang jika ingin datang dan menyebarkan agama pada desa yang mengundang kita," kata ustadz Harun santai.
"tapi ya desa itu juga geblek," kata ustadz Haris yang tak bisa berkata-kata lagi.
ustadz Harun tertawa saja melihat reaksi dari temannya itu, bagaimana tidak kaget mereka hampir datang ke tempat yang sangat mengerikan.
Ilya membawa makanan untuk Rahayu sesuai permintaan dari ustadz Haris, gadis itu masih tampak ketakutan.
"assalamualaikum... mbak makan dulu yuk, jika mbak tak makan bagaimana bisa sehat," bujuk wanita cantik berjilbab itu.
"apa kamu tak menaruh racun?"
"tentu saja tidak mbak, jika tak percaya saya bisa mencobanya di depan mu," kata Ilya.
dari jauh ustadz Haris memperhatikan kedua wanita itu, ya setelah Shafa menikah hanya Ilya temannya.
Rahayu melihat gadis itu makan makanan yang di bawa, ternyata gadis itu tak mengalami apa-apa.
Rahayu pun mulai makan, tapi saat ingin mengambil sayur lodeh labu, Ilya membuatnya kaget.
"jangan yang itu,"
"kenapa mbak?" bingung Rahayu kaget.
"sayurnya hambar kurang garam," jawab Ilya tersenyum.
"tak masalah mbak, aku suka, dan terima kasih..." kata Rahayu yang mulai makan dengan lahap.
tak butuh waktu lama untuk gadis itu menghabiskan nasi yang di bawa oleh Ilya.
"mbak boleh aku belajar agama disini?"
"tentu, itu bagus, dan mungkin dua ustadz muda kami ingin berbincang dengan mu tentang desa itu, jadi apa kamu mau?"
"tentu, tapi mbak harus menemaniku, karena aku selalu tak nyaman berdekatan dengan pria lain," jawab Rahayu.
"baiklah, aku akan menemanimu," kata Ilya.
Rahayu pun ikut Ilya menuju ke masjid untuk mengikuti kajian sore, dia juga sudah mengenakan baju milik Shafa.
dia duduk bersama Ilya, ternyata saat ini yang memberikan ilmu kajian agama adalah ustadz Haris.
pria itu memang terlihat sangat tampan, bahkan itu sudah di akui oleh semua orang.
kajian selesai pukul setengah enam petang, saat senja datang, tiba-tiba tubuh dari Rahayu terasa begitu panas.
pandangannya mulai berkunang-kunang, dan seluruh matanya berubah menjadi putih.
dan tanpa di duga, dia tiba-tiba kayang dan tersenyum menyeringai mengejutkan semua orang di halaman masjid.
"ha-ha-ha.... ternyata ada cucu dari pria busuk itu, assalamualaikum anak muda ...." kata Rahayu yang mulai kerasukan.
"waalaikum salam, ada apa kamu masuk ke tubuh wanita ini?" tanya ustadz Haris dengan sopan.
"he-he-he, kamu lucu sekali, padahal kamu tau apa keinginan ku, kenapa tak mau datang ke desa itu, padahal aku akan memberikan mu banyak perawan tole," kata Rahayu yang terkikik.
"saya tak ingin menikah,"
"siapa yang menyuruh mu menikah, karena aku cuma butuh tubuhmu," kata Rahayu yang ingin memeluk ustadz Haris.
dia mundur dengan cepat dan mengunakan sorban miliknya untuk menyentuh gadis itu.
setelah itu dia mulai membacakan ayat kursi, tapi sayangnya jin itu malah mengikutinya dengan sangat fasih.
"tolong keluar dari tubuh gadis ini, dia sudah sangat menderita,"
"aku suka saat kamu memohon seperti ini," kata jin itu dengan senyum menyeringai.
tapi saat adzan di kumandangkan oleh ustadz Harun, Rahayu berontak dan kemudian berteriak keras.
"AAAAA!!!!!"
dan tubuhnya jatuh ke tanah dengan lemas, karena dia tak sanggup lagi bertahan di tubuh Rahayu, akhirnya Ilya di bantu beberapa santriwati.
tubuh Rahayu di bawa ke kamar, dan dua santriwati di tugaskan untuk menjaganya saat semua orang sedang melakukan sholat berjamaah.
di desa Kantil, semua orang sudah bersiap untuk melakukan persembahan pada Nyai Ratih Agung, dia adalah dewa yang di agungkan di desa itu.
bahkan para penduduk desa percaya jika Nyai Ratih Agung yang menjadi penjaga dan pemberi semua kekayaan.
obor di puncak gunung sudah di nyalakan, Batu persembahan sudah di siram dengan air bunga tujuh rupa.
Ki Bisono sebagai kepala desa sekaligus sesepuh desa, akan memimpin acara malam ini.
"setelah acara malam ini, para pemuda desa harus keluar dan mencari wanita subur yang akan di bawa ke desa, kalian berlima tentu tahu apa yang aku maksud bukan," kata Ki Bisono.
"baik Ki," jawab kelimanya yang memang di persiapkan dengan baik.
ketiga gadis itu sudah di bawa dan sudah di gantikan dengan baju putih, dan para wanita tak di izinkan untuk mengikuti acara itu.
ketiga gadis itu hanya bisa menangis histeris saat ajal mereka sudah di depan mata.
semua pria di desa ada di sana, untuk mengikuti acara penumbalan yang terjadi empat tahun sekali.
"jangan menangis nduk, kalian akan menjadi datang abadi dari Nyai Agung, jadi tak usah takut ya," kata Ki Bisono yang seakan menghipnotis mereka semua.
ketiga gadis itu yang awalnya menangis histeris, kini terlihat diam tapi tatapan matanya kosong.
"kalian bertiga duduklah di atas batu itu, kemudian tanggalkan semua pakaian kalian, dan setelah itu pejamkan mata," perintah Ki Bisono.
ketiganya pun berbaris di atas batu persembahan dengan suka rela.
bahkan mereka mengikuti setia perintah dari pria itu, dan sebelum mereka di persembahkan.
ketiganya di siram dengan air bunga setaman, dan setelah itu Ki Bisono membawa sebuah batu tajam yang akan di gunakan untuk memotong ketiganya.
yang pertama, seorang remaja wanita yang berusia tujuh belas tahun, dia langsung di penggal dengan batu tajam itu.
dan kepala gadis itu sudah terpotong dan darahnya di tampung di sebuah wadah.
kini giliran dari gadis yang berusia lima belas tahun, dan dia di perlakukan sama dengan gadis pertama.
tapi Ki Bisono malah merasa tertarik saat melihat gadis kecil yang baru yang sedang tertidur.
tiba-tiba ada suara yang membuatnya dan seluruh warga kaget, "biarkan dia di gua milikku, jadikan dia dayang ku yang akan mengabdi," kata suara tanpa wujud itu.
"baik Nyai agung," Ki Bisono tersenyum.
dia langsung membangunkan gadis itu dan memintanya untuk berpakaian.
para warga langsung berlutut saat gadis itu berdiri, "kamu terpilih menjadi wanita pilihan, sekarang kamu harus di mandikan dengan darah itu, duduklah di bawah patung Nyai Agung," perintah pak Bisono.
gadis itu menurut saja, semua mahluk berdatangan ke arah puncak bukit itu, ingin menikmati semua aroma darah yang begitu membuat mereka tertarik.
tapi tentunya semua tak gratis, para pria sudah memasak kedua tumbal yang lain untuk di nikmati oleh para makhluk halus itu.
Ki Bisono menyembunyikan gadis itu ke sebuah gua sebelum kembali ke tempat pemujaan.
"siapapun makhluk yang ingin menikmati daging itu, kalian harus memberikan kami kekayaan, jika mau lakukan dan taruh semua harta itu ke peti itu, jika tidak maka kalian tak akan bisa masuk," kata Ki Bisono yang langsung di turuti oleh para makhluk itu.
ya terjadi sebenarnya adalah ki Bisono yang memiliki ilmu hitam mengendalikan semua makhluk dan mudah membuat orang menuruti keinginannya.
dua kepala dari gadis tumbal di bawa ke gapura desa untuk di gantung bersama tengkorak tumbal yang lainnya.
Rahayu terbangun dan melihat ke sekeliling, dia merasa sangat heran di buatnya.
"bagaimana aku bisa ada disini? bukankah tadi aku masih ada di masjid," bingungnya.
"mbak Rahayu sudah sadar, sebentar saya panggilkan ustadz Haris dulu," kata salah seorang gadis.
"apa aku melakukan sesuatu?" tanya Rahayu.
"tadi Mbak kesurupan dan ingin melukai ustadz Haris, tapi tiba-tiba mbak pingsan saat mendengar adzan magrib," jawab gadis yang menemaninya itu.
"kamu siapa?"
"panggil aku Yesa, dan gadis tadi temanku namanya Uci, aku salah satu santriwati disini," jawab gadis itu.
"baiklah, aku akan menunggu ustadz Haris," kata Rahayu.
"iya mbak, oh ya mbak butuh sesuatu? aku bisa ambilkan sesuatu?" tanya Yesa.
"tidak usah, aku tak butuh sesuatu," jawab gadis itu tersenyum.
tak lama ustadz Haris datang, Yesa langsung memalingkan wajahnya agar tak melihat sosok ustadz Haris.
Ilya juga datang untuk melihat Rahayu, tapi dia kaget saat ustadz Haris menyentuh dahi gadis itu.
"apa kamu baik-baik saja? apa ada yang sakit?" tanya ustadz Haris.
"tidak ada ustadz, aku baik-baik saja, terima kasih sudah menghawatirkan kondisi ku," kata Rahayu yang kaget.
"beruntunglah kalau begitu, kalian berdua, silahkan untuk berkumpul dengan yang lain untuk mengaji," kata Ilya.
"baik neng," jawab Keduanya.
Ilya tersenyum dan duduk di samping Rahayu, ustadz Haris yang sadar pun langsung bangkit dan mundur.
"jadi apa kamu bisa bercerita bagaimana semua keluarga mu terbunuh, dan kamu yang akan di jadikan tumbal?"
"baik ustadz," jawab Rahayu.
Rahayu pun mulai bercerita tentang semua yang dia ketahui.
awalnya semua keluarganya hidup dengan baik, bahkan sang ayah dan kakek adalah petani cengkeh yang cukup sukses.
ya Keduanya memiliki kebun cengkeh dan kebun lada cukup luas, dan mereka berdua sangat di hormati oleh warga desa Kantil.
tapi entah dari mana, tiba-tiba perlahan warga desa mendengar kasak kusuk yang cukup menyakitkan.
seperti hari ini, Rahayu yang sedang berbelanja karena di suruh ibunya mendengar pembicaraan tentang keluarganya.
"eh lihat tuh, anak tukang tindas datang," kata ibu-ibu.
"iya ya, gak sangka orang yang biasanya begitu baik, ternyata sering menindas orang, dan ati-ati Bu, aku dengar pak Suyono itu suka merenggut kegadisan wanita," kata seorang ibu.
Rahayu hanya diam, "jadi semuanya berapa buk?"
"dia puluh ribu non," jawab pemilik toko itu.
Rahayu pun bergegas pergi dari sana, pasalnya dia tak tahan lagi jika harus mendengar ucapan ibu-ibu yang menyakitkan itu.
sesampainya di rumah, Rahayu menaruh belanjaan sang ibu, dia melihat sosok ayahnya di sana sedang duduk termenung.
"apa yang sebenarnya terjadi ayah, kenapa ayah di bilang pengambil dan perampas kegadisan wanita," tanya Rahayu yang mengejutkan pak Suyono.
"apa yang kamu katakan Rahayu, kamu jangan tak sopan dengan ayah mu," tegur bu Sri.
"semua warga bilang begitu saat aku di warung, bahkan mereka bilang jika ayah itu baik cuma sebagai kedok," kata Rahayu yang sudah menangis.
"sudah tak usah di gubris Rahayu, mereka itu ingin menjatuhkan keluarga kita, apa kamu bisa percaya jika ayah mu yang begitu baik melakukan itu?"
"bagaimana bisa aku tak percaya, jika hanya terus diam seperti itu," kata Rahayu memeluk sang kakek.
pak Suyono nampak sedih, dia tak ingin putrinya itu salah paham, tapi semua warga sudah mengecapnya sebagai pria kotor.
"apa hanya karena aku menegur Ki Bisono yang ingin menggagahi gadis di saung kapan hari, dan sekarang dia membalas ku seperti ini," gumam pak Suyono.
"seharusnya kamu ingat bagaimana pria itu Suyono, sudahlah, sekarang yang terpenting jaga keluarga mu, karena pria itu tak segan menghancurkan semua yang menghalangi jalan dan kesenangannya," kata kakek dari Rahayu.
"iya pak, kalau begitu aku ke kebun cengkeh dulu," pamit pak Suyono.
sore itu, Rahayu sedang duduk membaca buku, saat tiba-tiba seluruh warga datang membawa ayahnya yang sudah babak belur.
"ibu... Mbah.." teriak Rahayu.
keduanya keluar dan kaget melihat dengan apa yang terjadi, pak Suyono sudah babak belur di tangan warga..
"dasar keluarga kejam, keluarga tak beradab," teriak salah satu warga.
kakek Rahayu menarik cucunya itu untuk berlindung di balik tubuhnya.
"ada apa ini, kenapa menantuku di perlakukan dengan kejam seperti itu," tegurnya.
"menantimu telah memperkosa dan membunuh seorang wanita di kebun miliknya, sekarang kami ingin menuntut balas," kata Karman.
dia adalah orang kepercayaan dari Ki Bisono, "itu benar, kalian semua harus bertanggung jawab, karena sudah berbuat dosa, kalian tentu harus membayar agar Ki Ranti Agung tak marah," kata warga.
akhirnya semua keluarga dari pak Suyono di ringkus, termasuk Rahayu.
"jangan sentuh keluarga ku, aku tak melakukannya, aku di fitnah, jangan menyakiti mereka," kata pak Suyono dengan marah.
"tutup mulut mu Suyono, ini karena ulah mu keluarga mu harus mati seluruhnya," kata Ki Bisono menyeringai.
mereka pun membawa semua keluarga pak Suyono ke tepi kolam rumah Ki Bisono.
di kolam itu ada buaya peliharaan pria itu, pertama-tama adalah kakek Rahayu yang di penggal di saksikan semua warga.
"Mbah!!" teriak Rahayu yang langsung menangis histeris.
"ayah!!" teriak Bu Sri melihat ayahnya itu.
"tidak, ya Allah ya maha kuasa, tolong tunjukkan kuasa mu, aku tak rela jika keluarga ku di perlakukan seperti ini, tolong kirimkan bantuan mu," kata pak Suyono.
sebenarnya yang mengundang rombongan dari ustadz Haris dan ustadz Harun itu pak Suyono.
dia ingin para warga sadar dan mengenal agama, tapi dia mengunakan nama Ki Bisono agar keempat orang itu bisa masuk nantinya.
sekarang giliran dari istri pak Suyono yang harus meregang nyawa.
"aku sudah mengakui agamamu, tolong bantu aku!!" teriak pak Suyono yang melihat mayat istrinya di masukkan kedalam kolam itu
kini gilirannya, dan dia melihat Rahayu yang sekarang tak menangis atau melakukan apapun, tapi tatapan matanya kosong.
"Rahayu, hanya kamu harapan kami nduk... minta bantuan... Rahayu!!" bentak pak Suyono sebelum parang itu memutus kepalanya dari tubuhnya.
"ayah!!" teriak Rahayu yang langsung menangis histeris.
Ilya pun memeluknya agar bisa tenang, dia tak mengira jika ada orang bisa sejahat itu.
ustadz Haris pun pergi dari kamar gadis itu, dia ingin menemui ayah dan kakaknya, karena kasus ini akan sangat sulit di tangani.
Ilya tak menyangka jika Rahayu akan bisa bertahan dan lari dari semua yang dia alami.
kehilangan orang tua adalah pukulan berat bagi seorang anak, ini dia malah harus menyaksikan mereka di eksekusi di depan mata.
"ya Allah, apa aku bisa membantunya...." gumam ustadz Haris.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!