Brak!!!
Revandra menutup pintu dengan kerasnya ketika melihat pacarnya sedang berada di atas tubuh seorang pria tanpa memakai sehelai benang pun di atas ranjangnya.
Buket bunga yang dibawanya dihempaskan begitu saja olehnya ke sembarang arah.
Kilatan emosi terlihat jelas di matanya. Nafasnya tak beraturan, dadanya naik turun dan hidungnya kembang kempis menahan emosinya.
Bahkan tangannya yang mengepal sedari tadi, kini menonjok dinding depan rumah perempuan yang baru saja menorehkan luka di hatinya.
Dia tersenyum menertawakan dirinya sendiri, menertawakan kebodohannya yang masih berdiri menunggu perempuan yang menyakiti hatinya itu di depan rumahnya.
Dia masih berharap jika perempuan tersebut keluar dari rumahnya dan menemuinya setelah dia menutup pintu kamarnya dengan sangat keras.
Ternyata apa yang dipikirkannya salah. Bahkan dia sudah menunggunya selama sepuluh menit di luaran sana dan perempuan itu tak kunjung keluar dari rumahnya.
"Apa yang kamu harapkan Revan, bukankah dia sedang bersenang-senang di dalam sana? Mana mungkin dia keluar meninggalkan kesenangannya untuk menemui lelaki bodoh sepertimu?" ucap Revandra dengan terkekeh seperti orang bodoh.
Kemudian dia meninggalkan rumah perempuan tersebut dengan hatinya yang sudah hancur berkeping-keping.
Sesampainya di rumahnya, dia membuang semua barang yang berhubungan dengan pacarnya itu. Bahkan semua foto-foto mereka berdua dienyahkan dari pandangannya.
Namun, ketika dia melihat foto keluarganya, dia tersenyum melihatnya. Dipandanginya satu persatu wajah orang yang ada di dalam foto tersebut.
Bibirnya melengkung ke atas ketika melihat wajah Revana, adik perempuannya.
"Senyummu sangat cantik Reva. Hati Kakak jadi tentram jika melihatmu tersenyum," ucap Revandra sambil mengusap wajah Revana pada foto tersebut.
Kemudian dia melihat barang-barang milik pacarnya yang sudah ditempatkannya dalam box tadi. Setelah itu dia kembali memandang foto keluarganya.
Setelah beberapa saat dia berpikir dan memutuskan hal yang sangat penting baginya.
...----------------...
"Revan akan pulang minggu depan," ucap Alicia ketika menuangkan air putih untuk semua orang yang ada di meja makan.
"Kak Revan akan pulang? Benarkah Ma?" tanya Revana dengan mata yang berbinar.
Alicia tersenyum sambil memberikan gelas yang berisi air putih tersebut pada Revana.
"Tanya saja sama Papa tuh," ucap Alicia sambil menggerakkan dagunya ke arah Dani yang sedang membaca koran.
Revana menoleh ke arah papanya untuk mencari tahu jawabannya. Kemudian dia berkata,
"Pa, beneran Kak Revan akan pulang?"
Dani melipat korannya dan meletakkannya di atas meja. Dia tersenyum melihat keantusiasan putrinya yang menanyakan kedatangan kakaknya.
"Revan meminta kembali ke sini. Dia ingin berganti mengurus perusahaan di sini," jawab Dani sambil tersenyum.
"Perusahaan yang di sana bagaimana Pa? Bukannya Kak Revan sudah mengurusnya selama bertahun-tahun?" tanya Revana penasaran.
"Ada yang menggantikannya. Papa setujui saja kemauan Revan, karena Papa juga ingin kita berkumpul semua di rumah ini sebagai keluarga utuh seperti dulu," jawab Dani sambil menerima piring yang berisi nasi goreng buatan Alicia.
Revana pun tersenyum bahagia mendengar kakaknya akan kembali berkumpul bersama mereka.
Pagi itu pun suasana hati Revana berubah. Dia selalu tersenyum di setiap kesempatan. Hingga teman-temannya bertanya-tanya tentang apa yang terjadi dengan Revana hari ini.
"Reva, apa ada hal yang membahagiakan hari ini?" tanya Reni pada Revana sambil merangkul pundak sahabatnya itu.
"Hmmm?" ucap Revana menanggapi pertanyaan dari Reni, seolah tidak mengerti maksud dari pertanyaan Reni padanya.
"Dari tadi senyum-senyum aja Neng, dapat arisan ya?" tanya Rinda pada Revana.
Seketika Revana tersenyum lebar setelah mendengar pertanyaan dari Rinda. Kemudian dia berkata,
"Kak Revan akan pulang. Aku seneng banget pokoknya."
Reni dan Rinda saling menatap, mereka saling bertanya melalui tatapan matanya. Mereka berdua merasa aneh dengan sikap Revana yang akan bertemu dengan kakaknya seperti akan bertemu dengan pacarnya.
"Apa kamu sesenang itu Rev?" tanya Reni menyelidik.
"Iya, seperti akan bertemu dengan pacar saja," sahut Rinda sambil menopang dagunya di atas meja dengan memandang ke arah Revana.
Seketika senyum sumringah Revana memudar. Dia sadar ada rasa lain dalam dirinya. Rasa itu sudah ada sejak Revandra akan berangkat ke luar negeri untuk mengurus perusahaan keluarga mereka.
Kemudian dia tersenyum getir mengingat hubungan mereka yang sesungguhnya. Dalam hati dia mengatakan,
Dia Kakakmu Reva, tidak seharusnya kamu menyukainya. Dan sangat terlarang jika kamu mencintainya. Kamu hanya mengaguminya karena dia sosok laki-laki yang sempurna di mata kamu. Ingat itu Reva!
"Tentu saja, dia kan Kakakku. Kakak satu-satunya," ucap Revana sambil tersenyum getir pada kedua sahabatnya.
"Maka dari itu Rev, kamu harus punya pacar biar bisa lepas dari Kakakmu," ucap Rinda sambil menaik turunkan alisnya.
"Iya benar. Tuh si Reno udah mentok banget cintanya sama kamu. Mendingan kamu jadian aja deh sama dia. Siapa tau kalian berjodoh," sahut Reni sambil menoleh ke arah Reno yang sedang bermain basket di lapangan basket.
"Bener banget Rev, si Reno keren banget. Dia idola di kampus ini. Mending kamu coba dulu aja deh pacaran sama dia," ucap Rinda sambil mengarahkan kepala Revana untuk menghadap ke arah Reno yang sedang berdiri membawa bola basket dan memandang ke arah mereka sambil tersenyum pada mereka bertiga.
Revana pun tersenyum pada Reno. Memang Reno sudah sangat dekat dengannya. Hanya saja perasaan Revana pada Reno hanya sebatas teman saja.
Hingga saat Reno dengan terang-terangan menyatakan perasaan cintanya pada Revana, saat itu juga Revana menolaknya.
Namun, Reno tidak menyerah. Dia tetap berusaha untuk bisa mendapatkan hati Revana. Bahkan dia meminta dukungan Reni dan Rinda untuk bisa mendukungnya dan membujuk Revana agar bisa menerima cintanya.
Apa aku harus menerimanya agar hatiku tidak memikirkan Kak Revandra lagi? Apa bisa seperti itu? Apa harus aku coba agar aku tau jawabannya? Revana berkata dalam hatinya sambil memandang Reno yang melambaikan tangan padanya.
Tiba-tiba ponsel Revana bergetar di dalam saku celananya. Segeralah diambil ponselnya itu dari dalam sakunya.
Matanya berbinar ketika melihat nama yang tertera pada layar ponselnya. Dibukalah pesan tersebut. Dan senyumnya mengembang ketika membaca isi dari pesan tersebut.
Reva Sayang, apa kabar? Apa adek Kakak ini rindu pada Kakaknya? Kak Revan akan pulang minggu depan. Kakak harap kamu akan berbahagia dengan kedatangan Kakak.
Dengan segera Revana membalasnya tanpa memperhatikan tatapan teman-temannya padanya.
Reva sangat bahagia mendengar kedatangan Kak Revan. Rasanya Reva tidak sabar bertemu dengan Kakak. Jangan lupa oleh-olehnya ya Kak untuk adek tersayang.
Selang beberapa detik, Reva menerima balasan pesan dari Revandra.
Pasti Kakak akan membawakan yang spesial untuk adek tercinta Kakak.
Membaca balasan dari kakaknya yang menyebutnya dengan sebutan adek tercinta, seketika membuat hati Revana berbunga-bunga.
Rasa yang tadinya ingin dienyahkannya seketika kembali, seolah menyuruhnya untuk memperjuangkannya.
Mengapa hatiku jadi berdebar seperti ini? Apa artinya ini? Revana berkata dalam hatinya sambil memegang dadanya untuk menanyakan isi hatinya.
"Kakak…!" seru Reva sambil berlari menuju Revandra yang berjalan keluar dari bandara.
Revandra merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan Revana agar bisa masuk dalam pelukannya.
Grep!
Revandra menangkap tubuh Revana dalam pelukannya.
Mereka saling memeluk erat untuk melepaskan kerinduan mereka selama beberapa tahun tidak bertemu.
Revandra mengurai sedikit pelukannya dan menatap wajah cantik adiknya. Kemudian dia berkata,
"Bagaimana kabarmu adikku tersayang?"
"Kabar Reva baik. Tapi Reva kesepian gak ada Kakak. Dan sekarang Reva gak akan kesepian lagi karena Kakak sudah kembali lagi di sisi Reva," jawab Reva sambil menatap wajah tampan kakaknya dan tersenyum manis padanya.
Revandra pun tersenyum manis pada adiknya sambil mengusap-usap rambut panjang indah milik adiknya itu.
"Sudah… sudah… kangen-kangenannya nanti saja di rumah. Sekarang kita pulang dulu ya," ucap Alicia sambil mengusap punggung Revandra.
"Ayo kita pulang. Mama sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu Revan," sahut Dani sambil menepuk-nepuk kecil bahu Revandra.
Revandra dan Revana pun melepaskan pelukan mereka dan berjalan dengan bergandengan tangan mengikuti mama dan papanya menuju parkiran mobil mereka.
"Bagaimana kabar Kakak? Kakak baik-baik saja kan?" tanya Revana sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Revandra ketika duduk di dalam mobil.
"Iya, saking senangnya kita belum bertanya kabar jagoan kita ini Pa," sahut Alicia sambil terkekeh.
"Iya juga ya Ma. Itu sudah diwakili oleh Revana sekarang," ucap Dani sambil menyalakan mesin mobilnya.
Revandra tersenyum bahagia berkumpul bersama keluarganya kembali. Tangannya melingkar pada punggung Revana yang sudah memeluknya sedari tadi.
Kemudian dia mengusap-usap lembut pundak Revana sambil berkata,
"Revan baik-baik saja. Kalian semua tidak perlu cemas. Hanya cukup mencemaskan Princess cantik kesayangan kita ini saja."
Alicia dan Dani terkekeh mendengar jawaban dari putra kesayangan mereka. Sedangkan Revana, hatinya sangat bahagia mendengar ucapan dari kakaknya. Dia lebih mengeratkan lagi pelukannya dan bersandar pada dada kakaknya.
Nyaman, hangat dan terasa terlindungi. Revana juga mendengarkan detak jantung Revandra yang berdetak dengan sangat cepat.
Ternyata bukan hanya jantungku saja yang berdetak dengan sangat cepat. Kak Revan juga. Apa karena kita sama-sama senang telah berkumpul kembali ya? Bodoh amat dah, yang penting Kak Revan sudah kembali, Revana berkata dalam hatinya sambil memejamkan matanya menikmati pelukan dari kakaknya.
Ternyata bukan hanya Revana yang merasa senang berada dalam posisi berpelukan seperti itu dengan kakaknya. Revandra pun merasakan hal yang sama. Dia merasa sangat bahagia duduk sambil berpelukan seperti itu dengan Revana.
Alicia melihat ke arah belakang di mana Revana dan Revandra duduk, kemudian dia berkata,
"Reva, duduknya yang benar. Kasihan Kak Revan capek kalau harus nahan tubuh kamu kayak gitu. Mana tubuh kamu besar lagi."
Sontak saja Revana membuka matanya karena baru sadar jika memang kakaknya pasti sangat lelah berada di pesawat selama beberapa jam.
Dengan segera dia mencoba melepaskan pelukannya, sayangnya Revandra menahannya. Kakaknya itu tidak memperbolehkan Revana melepaskan pelukan mereka.
"Kakak gak lelah. Kamu teruskan saja tidurnya," ucap Revandra sambil meletakkan kembali kepala Revana pada dadanya.
"Kamu gak capek Revan?" tanya Alicia sambil menoleh kembali ke belakang setelah mendengar ucapan Revandra.
"Tidak Ma. Biarkan saja Revana tidur dengan nyenyak. Lagian Mama ada-ada saja, badan Revana mungil begini malah dibilang besar," jawab Revandra sambil terkekeh ketika membicarakan tentang Revana.
Dani terkekeh mendengar perkataan dari Revandra. Kemudian dia berkata,
"Biarkan saja Ma, mereka berdua sudah sangat lama sekali tidak bertemu. Jadi wajar saja mereka menghabiskan waktu mereka bersama."
Alicia pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya menyetujui penuturan suaminya.
Hingga mobil mereka memasuki halaman rumah, barulah Revana dan Revandra melepaskan pelukan mereka.
Turun dari mobil pun mereka kembali berpelukan bagaikan sepasang kekasih. Tangan Revandra melingkar pada pinggang Revana dan tangan Revana pun melingkar pada pinggang Revandra.
Hati Alicia dan Dani terasa lega melihat kedua anak mereka akur dan saling menyayangi.
Di saat mereka sedang makan, Dani menerima telepon jika dia harus menghadiri pertemuan yang sangat mendadak di luar kota.
"Revan, Reva, maaf ya Papa harus pergi ke luar kota sekarang juga. Sebenarnya Papa masih ingin menyambut kedatangan Revan, hanya saja ini sangat penting dan tidak dapat ditunda," ucap Dani setelah mematikan teleponnya.
Revandra dan Revana saling menatap, kemudian mereka tersenyum dan memandang ke arah mama dan papanya.
"Papa tidak perlu khawatir. Revan kan akan tinggal di sini selamanya. Jadi nikmati saja waktu Papa bersama dengan Mama di sana," ucap Revandra sambil terkekeh.
Revana memicingkan matanya bergantian melihat mama dan papanya.
"Pasti Papa dan Mama mau honeymoon kan? Alasannya aja tuh ada pertemuan penting," ucap Revana sambil terkekeh.
"Kamu tuh ada-ada saja Reva. Papa beneran ada kerjaan, bukannya mau honeymoon," sahut Dani sambil terkekeh menanggapi ucapan Revana.
"Alasan aja tuh Kak. Masa' tiap Papa luar kota atau ke luar negeri Mama selalu ikut? Kan sambil menyelam minum air tuh namanya," ucap Revana sambil terkekeh berbicara pada Revandra.
Revandra ikut terkekeh mendengar perkataan adiknya. Kemudian dia berkata,
"Itu bagus untuk suami istri. Nanti kalau Reva sudah menikah, Reva juga harus seperti Mama yang ikut ke mana saja jika Papa ada kegiatan di luar kota atau luar negeri."
Mendengar perkataan kakaknya, Revana merasa hatinya sakit. Entah mengapa dia mendengar tentang pernikahannya tanpa Revandra merasa sangat sakit seperti patah hati.
"Tuh dengerin Kakakmu Reva. Mama kan juga membantu Papa di sana. Karena Papa gak bisa apa-apa tanpa Mama," tutur Alicia pada Revana sambil terkekeh.
Revana hanya tersenyum getir mendengar namanya disebut oleh mamanya. Hatinya masih terasa sakit mendapati kenyataan bahwa perasaannya pada kakaknya itu lebih dari seorang adik pada kakaknya.
Bagaimana perasaan Kak Revan padaku ya? Apa aku harus mengenyahkan perasaanku ini padanya? Tapi aku merasa sangat nyaman dan bahagia. Aku gak siap merasakan rasa sakit hati dan kehilangan, Revana berkata dalam hatinya.
"Ya sudah, Papa sama Mama siap-siap dulu ya. Kalian berdua harus bisa saling menjaga. Terutama Revan, jaga Princess kesayangan kita ini. Kalau gak mau nurut, jewer saja," ucap Dani sambil terkekeh.
"Siap Pa," sahut Revandra sambil meletakkan tangannya pada pelipisnya.
Sedangkan Revana mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan papanya.
Alicia dan Dani tertawa melihat Revana yang merajuk dengan mengerucutkan bibirnya seperti biasanya.
Melihat hal itu, Revandra menjapit bibir Revana yang mengerucut itu menggunakan jari-jarinya.
"Sudahlah, kalian terusin aja kangen-kangenannya. Mama sama Papa mau siap-siap dulu," ucap Alicia sambil beranjak dari duduknya diikuti oleh suaminya dan setelah itu mereka berjalan menuju kamar mereka.
Setelah Alicia dan Dani berangkat, Revana dan Revandra melepaskan kerinduan mereka sambil mengobrol di balkon kamar mereka.
Kebetulan kamar mereka bersebelahan sehingga balkon mereka pun bersebelahan.
"Kak mana oleh-olehnya? Katanya mau kasih oleh-oleh Reva yang spesial," ucap Revana dari balkon kamarnya.
"Oh iya, Kakak lupa. Sebentar Kakak ambilkan dulu," ucap Revandra dari balkon kamarnya.
Kemudian dia berjalan masuk kamarnya untuk mengambilkan barang yang sudah disiapkannya untuk adik tersayangnya.
Ceklek!
Pintu kamar Revana terbuka dan Revana pun melihat ke arah pintu kamarnya.
Terlihat sosok Revandra membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam kamar Revana dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Ini, coba kamu buka. Kakak harap kamu suka," ucap Revandra sambil memberikan box yang dibawanya pada Revana.
Secepat kilat Revana mengambil box tersebut dengan senyumnya yang terlihat sangat bahagia.
Cuup!
Reflek Revana mencium pipi Revandra sebagai ucapan terima kasihnya.
Deg!
Jantung Revandra kembali berdetak dengan cepat. Dan dia merasa ingin sekali membalas ciuman adiknya itu.
Ada apa denganku? Aku tidak pernah merasakan seperti ini meskipun bersama dengan wanita sialan itu, Revandra berkata dalam hatinya sambil memegang dadanya.
Revana segera membawa box pemberian Revandra menuju ranjangnya. Di atas ranjang itu dia membuka box tersebut dengan raut wajah yang sangat bahagia.
Revandra tersenyum melihat raut kebahagiaan Revana. Langkahnya menuntunnya untuk duduk di atas ranjang bersama dengan adiknya.
Mata Revana berbinar ketika membuka box tersebut. Sungguh dia tidak mengira jika kakaknya akan memberinya hadiah tersebut.
Dengan tangan bergetar diambilnya benda itu dari dalam box tersebut. Bahkan matanya berkaca-kaca menyelami arti dari barang yang kini dipegangnya.
"Gimana, kamu suka?" tanya Revandra sambil menengadahkan wajahnya pada wajah Revana.
Revana mengalihkan perhatiannya dari benda tersebut dan beralih menatap Revandra.
"Kak," ucapnya dengan suara yang bergetar dan matanya yang berkaca-kaca.
"Kenapa hmmm… Jangan menangis, semua belum berakhir. Kakak ingin kamu memakainya," ucap Revandra sambil tersenyum dan tangan kanan Revandra memegang pakaian yang dipegang oleh Revana, serta tangan kirinya memegang sepatu yang ada dalam box tersebut.
Kemudian Revandra meletakkan kembali sepatu dan pakaian tadi. Dia mengambil kotak musik yang ada dalam box tersebut dan memainkannya.
"Kakak ingin kamu kembali menari seperti ini," ucap Revandra sambil memperlihatkan seorang balerina yang menari dengan diiringi musik dari dalam kotak musik yang dipegangnya.
"Tapi Kak…," ucapan Revana tidak bisa diselesaikan, tenggorokannya tercekat dan suaranya yang bergetar itu membuat air matanya yang berkumpul di pelupuk matanya menetes seketika.
Dengan segera tangan Revandra mengusap lembut air mata Revana yang menetes di pipinya sambil berkata,
"Jangan takut Sayang, Kakak ada di sini bersamamu. Cobalah dan jangan menyerah begitu saja. Kakak tidak akan meninggalkanmu lagi seperti waktu itu."
Air mata Revana kembali menetes. Bahkan dia tidak bisa berkata-kata lagi ketika dirinya mengingat kejadian waktu itu. Kejadian di mana masa depannya hilang dengan sekejap.
Segera dibawanya tubuh Revana ke dalam pelukan Revandra. Dalam hati Revandra sangat sakit melihat air mata Revana yang keluar karena mengingat kejadian saat itu.
Revandra mengurai sedikit pelukannya dan melihat wajah cantik adiknya sambil berkata dengan lembut,
"Kakak janji, Kakak tidak akan meninggalkanmu seperti saat itu. Sekarang, Kakak mau kamu memakai pakaian dan sepatu balet pemberian dari Kakak dan menarilah!"
Tatapan lembut penuh cinta itu sampai pada hati Revana. Layaknya orang yang sedang terhipnotis, Revana mengambil pakaian balet dan sepatu yang diberikan oleh Revandra tadi untuk dipakainya.
Alunan indah musik balet yang dimainkan oleh Revandra mengalun merdu di indra pendengaran Revana.
Seketika badan, tangan dan kaki Revana bergerak dengan sendirinya. Keluarlah dia dari dalam walk in closet dengan gerakan baletnya menuju ke arah kakaknya.
Mata Revandra terpukau melihat gerakan indah yang dihasilkan oleh gerakan tubuh Revana.
Gerakan indah bercampur dengan alunan musik yang merdu membuat Revandra tidak ingin berkedip. Matanya serasa seperti dimanjakan oleh karya seni yang sangat sempurna di hadapannya.
Terlihat jelas senyum kebahagiaan dari wajah Revana. Matanya pun berbinar ketika menari mengikuti alunan merdu musik tersebut.
Revandra pun tidak bisa membohongi hatinya. Dia sangat terpanah dan jatuh hati pada adiknya itu. Kecantikan wajahnya berbaur dengan indahnya gerakan tubuhnya ketika menari, membuat jantung Revandra berdetak dengan sangat cepat.
Tangan Ravandra menyentuh dadanya dan benar saja, dia merasakan irama jantungnya yang berdegup lebih kencang.
Kenapa lagi-lagi aku seperti ini? Ada apa dengan hati dan jantungku? Aku tidak pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya, Revandra berkata dalam hatinya.
Musik pun berhenti dan gerakan Revana pun juga berhenti. Musik itu diakhiri dengan gerakan indah dari Revana.
Prok… prok… prok…
Revandra bertepuk tangan menyambut akhir yang indah dari tarian Revana.
"Perfect… indah dan cantik sekali Revana. Kamu masih tetap seperti yang dulu. Revana si balerina cantik yang berbakat," ucap Revandra sambil berjalan mendekati Revana.
Revana tersenyum malu. Terlihat semburat merah pada wajahnya yang membuatnya tampak menggemaskan di mata Revandra.
"Tuh kan… adik Kakak ini masih tetap hebat. Kamu masih cemerlang seperti dulu. Kakak yakin jika kamu bisa kembali seperti dulu lagi. Bagaimana, apa kamu ingin kembali menjadi balerina yang bersinar terang di atas panggung seperti waktu itu?"
Revandra masih saja berusaha untuk meyakinkan Revana akan bakatnya. Dia sangat menyayangkan bakat Revana yang sepertinya hilang begitu saja.
Bahkan adiknya itu tidak mau menyentuh barang-barang miliknya yang berhubungan dengan balet. Dan Revana tidak ingin mendengar atau melihat apapun yang berhubungan dengan balet sejak saat itu.
Revana tersenyum getir mendengar pujian dari kakaknya. Dia ingin sekali menari seperti dulu. Hanya saja keadaannya yang membuatnya tidak bisa menjadi seperti dulu lagi.
"Reva tidak yakin Kak," ucap Reva sambil tersenyum getir pada kakaknya.
"Tidak perlu terburu-buru. Pelan-pelan saja. Tidak perlu terlalu keras seperti dulu. Sekarang kamu hanya perlu menari untuk dirimu dan untuk Kakak saja. Tidak usah pedulikan orang lain agar kamu bisa menari dengan nyaman," tutur Revandra sambil mengusap pipi Revana.
Bulir air mata menetes dari mata indah Revana. Dia benar-benar butuh dukungan dari kakaknya waktu itu. Sayangnya dukungan itu tidak bisa diberikan secara langsung oleh Revandra kala itu. Kini dia bisa merasakan betapa dahsyatnya dukungan kakaknya itu ketika dia sedang merasa lemah.
Revandra membawa tubuh mungil gadis yang ada di depannya itu ke dalam pelukannya. Diusapnya lembut punggung gadis itu untuk menguatkannya.
Nyaman dan tenang rasanya memeluk adiknya. Sama dengan yang dirasakan oleh Revana. Dia merasa sangat terlindungi dengan pelukan kakaknya itu.
"Sekarang kamu ganti baju dulu ya. Kakak tunggu di sini," ucap Revandra sambil mengurai pelukannya.
Revana pun tersenyum dan dia meninggalkan Revandra untuk berganti baju.
Di dalam walk in closet itu Revana berdiam melihat bayangan dirinya pada cermin besar yang memperlihatkan betapa cantik dan pantasnya dia memakai baju balet yang diberikan oleh kakaknya itu.
Apa aku harus mencobanya? Atau aku harus melupakannya? Melupakan mimpi dan masa depan yang selama ini aku perjuangkan, Revana berkata dalam hatinya sambil memegang dadanya, seolah bertanya pada hatinya.
Berat rasanya melepas pakaian itu, begitulah yang dia rasakan selama ini. Melepas mimpinya karena suatu hal yang tidak bisa dihindarinya.
Dengan rasa sedih dan mata yang berkaca-kaca, Revana mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahannya.
"Bagaimana Kak, apa pemandangannya masih sama seperti dulu?"
Tiba-tiba suara Revana mengagetkan Revandra yang sedang menikmati pemandangan malam dari balkon kamar Revana.
Revandra menoleh ke arah suara Revana yang ternyata sudah ada sosok Revana di sebelahnya dengan senyum manisnya menyapa kakaknya itu.
Sinar rembulan yang menerpa wajah cantik Revana membuat Revandra menjadi kembali terpanah padanya.
Sungguh Revandra tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya saat ini. Padahal selama ini dia sudah biasa melihat adiknya itu memakai tank top serta hotpants ketika di rumah. Tapi untuk kali ini, dia merasa ada getaran yang berbeda dalam hatinya.
Melihat kakaknya yang masih diam dengan memandangnya, Revana menggerak-gerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri di hadapan wajah Revandra sambil berkata,
"Kak… Kakak baik-baik saja kan?"
Sontak saja Revandra tersadar dan dia tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya.
"Emmm… sudah malam, sebaiknya kita tidur," ucap Revandra untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ya udah, yuk tidur Kak. Bacakan Reva dongeng seperti dulu ya Kak," ucap Revana sambil memasang puppy eyes nya.
"Di sini?" tanya Revandra seperti orang bodoh.
"Di sana Kak, sambil tiduran," jawab Revana sambil terkekeh dan menunjuk ranjangnya.
Deg!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!