Dalam sebuah ruang ekslusif di gedung yang sangat megah, duduk seorang wanita yang berpakaian serba minim, menampakkan lekuk tubuh. Mulai dari belahan dada hingga paha. Semua terpampang sempurna, bagai hidangan yang siap di santap siapa saja yang melihatnya.
Wanita cantik dan seksi itu menyentuh paha seorang pria tampan dan berbadan proporsional. Tangan wanita itu terus meraba paha sang pria, tubuh seksinya menempel bak perangko yang lengket pada tubuh pria itu. Tangan sang wanita bergerak terus hingga ke atas, merasai perut yang terbentuk dari balik baju formal sang pria. Tangan sang wanita terus bergerak sampai ke dada, satu persatu melepas kancing teratas.
"Aku Xenia, wanita paling cantik dari semua model di Larissa Banks. Kenapa kamu tidak mencoba dengan ku malam ini tuan Roxy?" Rayu sang wanita terus menelusupkan tangannya masuk menyusuri dada Sang pria bernama tuan Roxy itu.
"Singkirkan tanganmu!" Tuan Roxy berucap dengan sangat dingin dan datar.
Wajah Xenia terlihat sangat gugup oleh sikap dan ucapan dingin Tuan Roxy, namun, dengan cepat dia menormalkan lagi raksinya.
Tak ingin lebih mendapat perlakukan dingin, Xenia memilih menarik tangannya dari dada hangat dan berotot milik Roxy. Tubuh indah itu sudah tentu membuat semua wanita meneteskan liur dan ingin mencicipi nya.
"Maaf tuan Roxy, aku sedikit lancang..."
"Kamu memang lancang!" Potong Roxy masih dengan sangat dingin."Menyingkirlah!"
"Tuan..." Xenia masih mencoba merayu dengan tangan yang kini berpindah ke paha tuan Roxy.
"Kubilang, menyingkir!" Dengan wajah sangat marah dan jijik Roxy menghempas tubuh indah Xenia hingga terjatuh di lantai.
"Aaahhh....." Erang Xenia merasa sakit. "Tuan, aku sangat menyukai mu, aku yang paling pantas dengan mu, kenapa kamu begini terhadapku?"
"Pergilah! Aku tidak pernah memintamu kemari!" Ucap Roxy masih bernada dingin, membenahi kancing kemejanya yang terbuka.
"Veloz!" Panggil Roxy dengan suara yang cukup keras.
Seorang pria yang menjadi kaki tangan Roxy, Veloz memasuki ruangan dan menunduk hormat.
"Singkirkan wanita ini!"
"Baik." Tunduk Veloz menyeret Xenia kelaur dari ruangan Roxy.
"Tuan Roxy! Ku mohon! Beri aku kesempatan, aku pasti bisa memuaskan mu..." Xenia berteriak histeris saat tangan kekar Veloz menyeret nya keluar. Wanita cantik dengan pakaian kekurangan bahan itu terus berteriak mengiba.
"Ciihh!" Roxy berdecih,
"Bahkan wanita itu tak bisa membuat ku tertarik. Ada apa dengan ku sebenarnya? Kenapa aku bisa seperti ini? Aku tidak mungkin seorang gay. Aku normal. Aku pasti normal!" Gumam Roxy pada dirinya sendiri.
Selama bertahun-tahun, Roxy terus tersiksa dengan dirinya yang memiliki masalah ereksi. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya tergugah. Hingga di usianya yang menginjak 30tahun. Ia masih sendiri dan tidak memiliki ketertarikan pada wanita. Ia bahkan sempat ke dokter spesialis dan psikiater. Namun semua itu tak membuahkan hasil apapun.
Roxy dalam perjalanan menuju Vila miliknya. Setelah pertemuannya dengan salah satu rekan bisnisnya. Saat itu, berkumandang azan Ashar. Roxy duduk di jog belakang sambil melepas lelahnya. Sang sopir melirik pada tuannya, sebenarnya, dia sangat takut. Karena Tuan Roxy sangatlah dingin dan tak berekspresi, namun kewajiban akan sholat nya membuat Sang sopir memberanikan diri.
"Tuan..."
Roxy masih terdiam dengan mata terpejam.
"Tuan Veloz..." Sebut sang sopir karena dari lirikan matanya melalui kaca sepion, Roxy tak berekasi apapun.
"Ada apa?" Jawab Veloz tak kalah seram membuat sang supir menelan ludah yang tercekat di lehernya.
"Anu tuan, ini udah azan ashar, kalau boleh, saya ingin menunaikan sholat dahulu..."
"Apa kamu tak bisa lakukan nanti setelah sampai di vila, atau setelah pekerjaan mu selesai." Tanya Veloz karena ia tak ingin urusan pribadi sang sopir mengganggu ketenangan Roxy.
"Maaf,tapi saat sampai di rumah waktu ashar sudah habis tuan, jika..."
Roxy berdehem... Tentu saja sang sopir langsung menciut nyalinya, apalagi ini adalah hari pertamanya bekerja pada Roxy. Karena supir Roxy yang sebelumnya, meninggal akibat kecelekaan.
Berhubung akhirnya sang sopir diam, Veloz sudah tak terlalu memperdulikan nya lagi. Namun, Roxy dapat melihat kegelisahan sopirnya.
"Menepilah jika ingin melakukan sholat mu." Ucap Roxy akhirnya.
Wajah Sang sopir tampak lega dan sumringah, memandang bos nya dari spion.
"Terima kasih, Mister."
"Heeemmm..." Roxy berdehem.
Sang sopir menepikan mobil Alphard hitam itu ke sebuah parkiran masjid.
"Sebentar ya tuan, ini tidak akan lebih dari lima belas menit." Pamit sang sopir mendorong pintu disampingnya,
"Terima kasih Mister." Ucap nya senang keluar dari mobil lalu melangkah cepat ke dalam masjid.
Di dalam mobil,
"Siapa yang memperkerjakan dia?"
"Maaf tuan Roxy. Dia kerabat sopir sebelumnya yang meninggal." Jelas Veloz.
"Kedepan tidak ada kejadian seperti ini lagi."
"Baik, saya akan mengganti sopirnya besok." Tunduk Veloz.
Roxy yang mulai jenuh melihat keluar jendela di sampingnya. Di pelataran masjid banyak orang yang berjalan masuk, melepas sepatu dan terlihat beberapa yang berwudhu di tempat yang terlihat sedikit gelap dari pandangan Roxy.
Mata Roxy terpantik pada sosok punggung wanita berjilbab yang sedang menuntun seorang bocah lelaki berusia sekitar tiga tahunan. Wanita itu lalu berjongkok dan membantu bocah itu melepas sepatu. Wanita itu masih menampakkan punggungnya. Lalu wanita itu menoleh ke samping dan tersenyum sangat manis pada bocah lelaki itu.
Tiba-tiba saja jantung Roxy berdetang lebih kencang dan cepat. Nafas Roxy keluar dan masuk memburu oksigen. Roxy menyentuh dadanya.
'Ada apa dengan ku? Apa karena terlalu lama di dalam mobil jadi aku kekurangan oksigen?' gumam Roxy dalam hati.
Dengan sangat bingung, Roxy mendorong pintu disampingnya lalu keluar. Roxy melihat lagi ke arah masjid, wanita dan bocah itu sudah tak ada. Namun tubuh Roxy terasa sangat lemas tak bertenaga.
"Tuan? Anda baik-baik saja?" Veloz ikut keluar dari dalam mobil.
"Ummm yaa... Sepertinya oksigen dalam mobil menipis. Aku hanya mencari udara."
Veloz mengernyit. Bingung? Sudah pasti.
Tak lama berselang, pelataran masjid yang sempat sepi karena sholat sedang berlangsung, pun mulai menampakkan beberapa orang yang sudah menyelesaikan kewajibannya. Berhuyun keluar dari dalam masjid. Mata Roxy masih menatap serambi masjid. Dari sana muncul wanita yang tadi sempat membuat jantung nya berdetak kencang.
Wanita itu masih terlihat tersenyum pada anak lelaki yang berjalan di sampingnya. Sesekali ia menyapa jamaah yang melewatinya.
Jantung Roxy berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Roxy menyentuh dadanya.
"Kenapa dengan ku? Jantungku... Ada yang salah. Apa aku jantungan sekarang?" Gumam Roxy dalam hati terus menatap wanita di ujung sana.
"Tuan, anda baik-baik saja?" Tanya Veloz cemas melihat Tuan Roxy memegangi dada kirinya.
"Aku.... Sepertinya harus ke dokter."
"Apa?" Veloz tampak cemas mendengarnya. "Tuan masuklah ke dalam. Kita ke dokter sekarang."
Roxy masuk ke dalam mobil.
"Tuan, apa yang terjadi?" Tanya sang sopir saat Veloz akan masuk ke sisi pintu samping kemudi.
"Bagus kamu sudah datang. Tuan Roxy sakit. Kita ke rumah sakit."
"Apa? Maaf tuan." Sesal sang supir.
Di rumah sakit.
Roxy di periksa oleh dokter sesuai keluhannya.
"Tidak ada masalah, jantung mu baik-baik saja." Ucap dokter Raize.
"Benarkah? Tapi beberapa saat lalu jantungku...." Roxy menggantung ucapannya.
"Apa kamu mau melakukan pemeriksaan lebih lanjut?" Tawar Raize.
"Tidak. Tidak perlu."
"Sepertinya jantungku bereaksi hanya saat melihat wanita itu." Gumam Roxy dalam hati.
Bersambung...
Keesokan paginya, Roxy bersiap hendak berangkat ke kantornya. Ia berhenti di depan mobil yang terparkir tepat di halaman vila dengan sopir yang baru.
"Siapa kamu?" Tanya Roxy pada sopir baru yang berdiri di sisi badan mobil membukakan pintu untuk Roxy.
"Saya sopir anda tuan Roxy." Jawab sopir itu.
"Veloz!" Panggil Roxy dengan nada lebih tinggi.
"Iya tuan?" Menunduk di belakang Roxy.
"Kemana sopir yang kemarin?"
"Saya menggantinya."
"Siapa yang menyuruhmu mengganti?"
Veloz mengernyitkan dahinya. "Kemarin bukankah Anda..."
"Aku tidak memerintahkanmu untuk mengganti."
"Jadi...."
"Siang ini sopir itu harus bertugas kembali." Ucap Roxy memasuki mobil.
Veloz tersenyum kecut. "Baik tuan."
Roxy memasuki kantornya pagi itu. Dari arah pintu lobi, beberapa karyawannya menyambut dengan membentuk barisan memanjang dan menunduk hormat padanya. Roxy melangkah tanpa memperdulikan mereka. Hingga sampai di ruangannya.
"Tuan jadwal hari ini adalah pertemuan dengan perusahaan Velov.corp. Dan beberapa kunjungan ke cabang Roxy. CORP." Terang Veloz berdiri di depan meja kerja Roxy.
"Baiklah, atur saja."
Selama melakukan kegiatannya, Roxy terus merasa tak tenang. Ia beberapa kali melihat jam di lengannya.
"Tuan, saat nya makan siang dengan nona muda Vega." Ucap Veloz membuka lagi jadwal Roxy seusai rapat dengan beberapa klien nya.
"Baiklah." Roxy tetap melanjutkan langkahnya.
Roxy menatap wajah sopir nya yang berdiri di sisi badan mobil. Wajah sopir yang dulu membuatnya menunggu di pelataran masjid dan melihat wanita berjilbab hingga jantung Roxy bermasalah.
Sopir itu menunduk hormat padanya. Lalu membuka pintu untuk tuan Roxy.
Dalam perjalanan yang hening. Roxy menatap sang supir.
"Siapa namamu?"
"Supri, tuan." Jawab sang supir dengan sangat ragu dan takut salah.
"Bekerjalah dengan baik." Gumam Roxy dari jog belakang.
"Baik tuan. Terima kasih karena bersedia memanggil saya lagi. Dan maaf, saya tidak akan melakukan kesalahan lagi." Tunduk sang supir.
"Heemmm..." Roxy berdehem.
Di sebuah restoran.
Roxy duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik dan sangat anggun. Dialah Vega, wanita karir yang di utus ayahnya untuk berunding dengan Roxy melalui makan siang bersama.
"Jadi, bagaimana dengan penawaran kami tuan Roxy?" Ucap Vega dengan senyum yang menambah kecantikannya.
"Tidak buruk, aku akan meminta Veloz segera menyiapkan berkasnya." Ucap Roxy datar.
'Kenapa dengan wanita ini aku juga tak merasakan apapun?' gumam Roxy dalam hati memindai wanita cantik di hadapannya yang kini sedang menyantap makan siang.
"Kedepannya, kita akan sering bertemu. Mohon kerja sama nya." Ucap Vega lembut.
"Tidak masalah." Angguk Roxy tetap profesional dalam bisnisnya.
Seusai dari makan siang, Roxy kembali ke kantornya. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Roxy melirik sang supir yang tampak tenang menyetir. Roxy meminta untuk melewati jalan masjid tempat Supri si supir berhenti.
Roxy memandang jalanan, mengingat lagi masjid itu semakin dekat di depan.
"Supri?"
"Iya tuan?" Sahut Supri tanpa menghentikan laju mobilnya.
"Itu ada masjid."
"Iya tuan."
"Kenapa kamu tidak berhenti?" Roxy menoleh seolah tak rela melewati masjid itu begitu saja.
"Kenapa saya harus berhenti tuan?" Supri balik bertanya dengan sangat bingung.
"Kamu.... Tidak melakukan sholat mu itu?"
"Oohh, itu tuan, tadi sudah."
"Sudah? Kenapa sudah? Apa kamu takut ku marah, jadi kamu melakukannya lebih awal?"
"Bukan begitu tuan, untuk Zuhur sudah lewat dan untuk Ashar belum masuk waktu sholat." Supri menjelaskan tanpa mengurangi fokusnya menyetir.
Roxy mengernyitkan dahi nya. "Kapan masuk nya?"
"Itu, biasanya nanti sekitar jam tiga sore."
"Jam tiga sore...." Roxy bergumam menyentuh bibirnya.
Jam dua lebih empat puluh menit.
Roxy yang saat itu sedang meting melirik jam yang melingkar di lengannya. Lalu menatap karyawannya yang sedang melakukan presentasi.
"Meting cukup sampai di sini." Ucap Roxy berdiri dari duduknya. Semua peserta meting tampak terkejut, karena meting masih berjalan dan tuan Roxy justru menyudahi. Tidak seperti Roxy yang biasanya.
"Tuan Roxy, ada apa? Kenapa tiba-tiba menghentikan meting?" Tanya Veloz menyusul langkah cepat Roxy.
"Aku mau pulang." Jawab Roxy singkat. Veloz makin tak mengerti dan bingung. Tak biasanya tuannya itu meninggalkan meting dan pulang lebih awal.
Dalam perjalanan kembali ke vila. Roxy melihat jam di lengannya. Sayup terdengar suara azan.
'Ini suara yang sama dengan yang aku dengar ketika Supri meminta ijin berhenti. Berarti harusnya... Sekarang...' gumam Roxy dalam hati melirik ke arah sang supir.
Detik demi detik Roxy menunggu dan terus menatap Supri. Namun lelaki itu tidak mengatakan apapun, bahkan saat mobil yang di kendarainya melewati masjid yang sama.
"Supri!"
"Iya tuan."
"Ini sudah masuk jadwal sholat mu bukan?"
"Iya tuan."
"Kenapa kamu tidak berhenti?"
"Saya bisa melakukannya setelah sampai di rumah tuan."
Roxy tersenyum kecut. "Sebaiknya kamu lakukan sekarang, tidak baik menunda-nunda."
Supri terdiam sesaat."Jadi saya boleh ijin menunaikannya sekarang tuan."
"Heemm...."
"Terima kasih tuan." Ucap Supri tetap melaju.
"Kenapa kamu tidak putar balik?" Tanya Roxy karena Supri tetap melajukan mobil.
"Saya akan cari masjid di depan."
"Putar balik saja. Tadi kita melewati masjid yang kemarin. Di depan belum tentu ada masjid lagi."
"Baik tuan." Jawab Supri patuh tanpa merasa curiga, Supri hanya tak ingin membuat tuannya marah dan kehilangan pekerjaan seperti sebelumnya. Jadi, Supri memilih jalan aman dengan menurut tanpa membantah.
Supri memarkirkan mobil Alphard hitam itu di halaman masjid. Lalu ijin memasuki masjid. Sedangkan Roxy dan Veloz tetap tinggal di dalam.
Roxy mengedarkan pandangan matanya di setiap sudut. Halaman masjid terlihat sepi karena para jamaah sudah mulai menunaikan sholat. Roxy terus mencari si wanita yang membuatnya jantungan. Roxy hanya ingin memastikan saja. Karena itu ia terus mencari kesempatan untuk bisa melihat wanita dengan penutup kepala.
Roxy keluar dari mobil. Dari dalam masjid tampak wanita berjilbab yang berhasil membuat Roxy jantungan itu sedang memakai sepatunya. Gegas Roxy mendekat, jantungnya masih terus berdetak semakin kencang seiring jarak yang semakin tipis.
Karena tak melihat ke depan dan membenahi sepatunya sambil berjalan, wanita itu menubruk tubuh Roxy. Wanita itu terkejut dan hampir jatuh. Tangan Roxy reflek melingkar di pinggang si gadis. Hingga buah dada si gadis menempel di tubuh Roxy.
"Empuk sekali, apa ini, rasanya sangat lembut dan nyaman." Gumam Roxy dalam hati.
"Maaf..." Ucap gadis itu menjauhkan tubuhnya dari Roxy dengan mendorong lengan Roxy.
"Maaf, aku tidak melihat dengan benar."ucap wanita itu lagi dengan wajah yang gugup dan canggung."Terima kasih aku tidak jadi jatuh."
"MMM.. tidak apa." Jawab Roxy datar.
Wanita berjilbab hitam itu berjalan melewati Roxy. Tangan Roxy menahan lengannya.
"Tunggu."
Wanita itu menoleh dan menarik tangannya dari cengkeraman Roxy. Namun, tangan Roxy yang lain memeluk tubuhnya.
"Apa-apaan kamu ini!" Pekik sang gadis mendorong kuat-kuat tubuh Roxy dan langsung pergi melewati Roxy setelah mengatakan itu semua dan menendang betis Roxy. Pandangan mata Roxy terus mengikuti langkah kaki si wanita dari tempat nya berdiri tak dia rasakan sakit di betis karena tendangan gadis itu.
"Tuan, apa yang terjadi?" Veloz membuyarkan pandangan Roxy dari wanita itu.
"Tidak ada. Aku hanya menubruk seseorang."
"Perlukah saya bereskan?" Tanya Veloz ikut memandang ke arah yang sama.
"Tidak perlu, ayo kembali."
Bersambung...
"Perasaan nyaman ini...." Gumam Roxy dalam hatinya, menatap tangan yang ia gunakan untuk memeluk wanita berjilbab tadi. Roxy tertawa kecil, yang membuat dua orang di jog depann menoleh bingung tuannya tertawa sendiri.
"Aku... Normal... Akhirnya aku merasakannya juga." Sambung nya bergumam dalam hati menyentuh dadanya. Rasa bahagia karena ternyata dia bisa merasa tertarik pada seorang wanita untuk pertama kalinya.
"Wanita itu, aku harus mendapat nya di sisiku." Tekat Roxy dalam hati menggenggam erat kepalan tangan.
Keesokan hari nya, Roxy mencari tau jadwal waktu sholat Supri di Gugel. Dengan begitu ia bisa ke masjid Jamal tempat pertemuan pertamanya dengan sang wanita yang berhasil membuatnya tertarik.
"Supri!" Panggil Roxy di ruang utama vila.
"Iya tuan." Berjalan cepat dan menunduk pada Roxy.
"Siang ini kita ke masjid Jamal."
"Eehh, kenapa tuan?" Menatap bingung tuannya.
"Bukankah kamu harus mengerjakan sholat mu itu?"
"Saya bisa melakukannya di sini tuan."
"Kenapa harus di sini? Di masjid Jamal saja." Roxy memaksa dengan raut kesal.
"Eehh? Iya baiklah." Ucap Supri semakin bingung, 'kenapa tuan Roxy sangat ingin aku ke masjid Jamal? Apa beliau ingin menyingkirkan ku sementara waktu? Tapi kenapa?' batin Supri
"Baiklah, kamu boleh pergi." Roxy mengibaskan tangannya.
"Baik tuan."
-
-
-
Siang itu,
"Dimana Supri?"
Roxy mengedarkan pandangan matanya berkeliling mencari Supri di halaman vila miliknya.
"Supri sedang pergi tuan." Jawab kepala pelayan Pitung.
"Pergi? Pergi kemana dia?" Roxy menoleh pada pria berdarah Betawi itu dengan berkacak pinggang.
"Tadi katanya mau ke masjid Jamal." Terang Pitung mengingat-ingat.
"Apa? Dia pergi tanpa aku?" Gumam Roxy kesal menendang mobil yang biasa dia pakai.
"Mobil nya masih di sini, dia pergi pakai apa?"
"Pakai motor saya tuan."
Roxy berdecih."Sialan!"
Sore hari nya, Roxy tak ingin melewatkan lagi seperti waktu siang. Jadi ia sengaja menunggu Supri dan mengajaknya ke masjid Jamal. Walau masih di liputi perasaan bingung dan tak mengerti, Supri tetap pergi juga.
Seperti biasa, Supri masuk ke dalam masjid dan Roxy menunggu di luar. Mata elang Roxy terus mencari keberadaan si wanita berjilbab. Hingga Supri kembali, wanita itu masih tak menampakkan batang hidung nya.
"Sial! Kemana sebenarnya wanita itu." Gumam Roxy karena sudah beberapa kali Roxy ikut Supri ke masjid Jamal namun tak juga menemukan si wanita.
"Tuan?"
Veloz mendekat pada tuan Roxy yang terlihat melamun di ruangannya.
"Apa yang mengganggu pikiran anda belakangan ini tuan?" Tanya Veloz memandang Roxy kini mengetuk-ngetuk pena di atas meja.
"Veloz, aku tau kamu pandai dalam mencari seseorang." Roxy memandang dengan menerawang.
"Aku ingin kamu mencari seseorang yang terus mengusik ku. Tapi, aku tidak tau siapa namanya dan tidak punya fotonya." Terang Roxy menatap Veloz yang berdiri di depan meja kerja dan masih terus menyimak.
"Apa orang itu ada di masjid Jamal?"
Roxy mengangguk, "Beberapa hari ini aku ke sana tapi ia tak ada."
"Wanita itu, apa yang menubruk anda beberapa hari yang lalu?" Tanya Veloz memastikan lagi.
"Iya."
"Baiklah, tuan. Beri saya waktu tiga jam." Ucap Veloz menyanggupi."Jadwal anda berikutnya, meting dengan nona Vega dari grub Fizr lima belas menit lagi."
Di ruang meting yang hanya ada Roxy dan Vega beserta asistennya.
"Apa ini kamu yang desain?"
"Benar tuan Roxy." Aku Vega melihat Roxy tampak membolak-balik kan berkas yang dia serahkan.
"Aku tidak suka dengan model ini. Ini terlalu pasaran. Cobalah buat yang sedikit berbeda tapi bisa di terima publik."
"Baik."
"Aku beri waktu satu hari. Dan kirimkan lewat email saja. Aku akan memeriksa nya nanti. Mengenai dana sesuaikan dengan anggaran." Roxy merapikan lagi berkas yang sempat dia periksa dan mengembalikan pada Vega.
"Baik, akan saya perbaiki lagi." Tunduk Vega patuh."Ngomong-ngomong, tuan Roxy. Ini sudah masuk waktu makan siang, bagaimana jika kita makan siang bersama agar lebih bisa membangun hubungan baik."
"Tidak perlu. Aku sudah makan. lagi pula, aku tidak mau terlalu dekat di luar pekerjaan." Tolak Roxy tegas dan datar.
"Ooohh, maaf..." Bermuka masam mendengar penolakan Roxy.
-
-
-
"Supri!"
"Iya tuan. Anda mau kemana?" Supri dengan sigap membuka pintu mobil.
"Kamu... Sudah sholat?" Melangkah hendak memasuki mobil.
"Sudah tuan."
Roxy menghentikan pergerakan tubuhnya. Menatap Supri dengan jengkel.
"Jadi kamu pergi ke masjid Jamal sendiri?"
'kenapa tatapan mata tuan Roxy sangat menakutkan. Apa aku sudah salah bicara? Aku kan hanya menjawab apa yang dia tanyakan.' gumam Supri dalam hati.
"Tidak tuan, saya menunaikannya di mushola sini." Jawab Supri dengan sangat hati-hati.
Meski merasa kesal, Roxy tetap masuk juga ke dalam mobil.
"Kita akan kemana tuan?" Tanya Supri duduk di belakang kemudi.
"Jalan saja."
Roxy hanya terdiam menatap keluar jendela di sampingnya. Ia tak tau harus kemana. Apa lagi Supri, hanya asal mengendarai di jalur yang biasa di lewati Tuannya ketika pulang ke vila. Lewatlah Supri di dekat masjid Jamal.
Pandangan Roxy menyapa gadis manis berjilbab merah yang sedang melayani pembeli di belakang stand makanan di pinggir jalan. Roxy menoleh memastikan dari kaca belakang yang menembus hingga wajah gadis itu mulai tersamar.
"Supri! Putar balik."
"Apa mister?"
"Putar balik! Putar balik." Titah Roxy sedikit mengeraskan suaranya yang tidak sabar.
Dengan bingung apa yang terjadi, Supri memutar balik mobil dan berjalan perlahan. Ia pikir, mungkin tuannya melihat sesuatu yang membuatnya ingin kembali.
"Stop!"
Supri menginjak rem. Dengan cepat Roxy keluar dari mobil dan menoleh ke kanan, kiri lalu menyeberang. Supri hanya memperhatikan dari dalam mobil. Tuannya itu berhenti di depan sebuah stand makanan pinggir jalan.
"Apa tuan mau jajan? Tadi belum makan siang ya?" Gumam Supri lalu memilih menunggu bosnya di dalam mobil dan memutar musik.
Roxy berdiri di depan stan gadis berjilbab merah yang beberapa hari kemarin tak ia temui. Gadis itu tersenyum sangat manis padanya walau awalnya terlihat sangat kaget. Bahkan itu saja sudah mempercepat detak jantung nya. Tanpa patah kata, hanya dalam keheningan ditengah suasana bising kendaraan yang lalu lalang.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya gadis itu terdengar ramah walau sedikit sinis karena Roxy hanya diam menatapnya tanpa memesan apapun. Kebetulan STAN sang gadis sedang lenggang. Mungkin juga dia ingat Roxy pernah memeluk nya dan gadis itu sangat tak suka.
"UMM..." Roxy bingung hendak berucap apa, hanya melihat Sang gadis lalu berganti melihat STAN miliknya.
"Speaking bahasa?"
"UMM .. iya.." Roxy mengosok tengkuknya yang tiba-tiba terasa berat.
"Mau bertanya jalan atau ingin membeli sesuatu?" Tanya sang gadis berusaha ramah dengan senyum yang semakin membuat Roxy bergairah.
"Ini, aku ingin membeli ini." Ucap Roxy akhirnya menunjuk gambar di banner yang terpasang pada stan makanan Sang gadis.
"Ini menunya." Gadis itu menunjuk selembaran yang tertempel di depan stan.
Roxy melihat menu, gadis itu menjual kue pukis dan beberapa makanan beku yang di panggang.
"Berikan aku masing-masing satu."
"Satu porsi?"
"Yeah."
Gadis itu tersenyum lebar karena Roxy membeli dagangannya, lalu dengan sangat ramah menarik kursi dan mempersilahkan Roxy duduk menunggu.
"Ummm.. aku ingin melihat proses memasaknya."
"Silahkan." Ucap sang gadis ramah dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
Sudah tentu itu menyita banyak perhatian Roxy.
"Ini.... Bisa delivery order ya?"
"Iya." Sahut si wanita di sela-sela memanggang sosis dan membuat pukis.
Roxy mengambil hp nya, ini adalah kesempatan bagi nya untuk bisa lebih sering bertemu tanpa harus datang ke lapak si gadis.
"Siapa namamu?"
"Iya?" Sang wanita terlihat sedikit kaget dan aneh.
"Aku harus menyimpan nomor mu jika sewaktu-waktu ingin memesan." Ucap Roxy beralasan sembari menunjuk Baner yang tertera nomor telpon."Jadi setidaknya aku harus tau namamu."
"Itu.... Nomor pemilik STAN ini,"
"Jadi maksudmu, yang menjadi kurir nya bukan kamu?"
"Yeeaahh, saya kan berjaga di sini."
"Shiitt!" Gumam Roxy.
"Ini!" Wanita itu mengulurkan pesanan Roxy yang cukup banyak dalam kantong plastik transparan. Tangan mereka sempat bersentuhan walau sebentar, namun cukup buat Roxy membeku, merasakan desiran aneh yang menyenangkan dalam aliran darah di tubuhnya.
Dalam perjalanan kembali ke kantor. Roxy hanya terdiam dalam lamunan. Bahkan namanya pun ia belum tau. Kini satu-satunya jalan hanya menunggu Veloz.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!