NovelToon NovelToon

Sistem Reinkarnasi Mendadak Kaya

Bab. 1. Kepergian David.

...Hola guys!...

...Ini sekuel dari Sistem Mendadak Kaya....

...Mengisahkan sahabatnya, Boy Kutzhel yang bernama David Zerenk....

...Pemasaran? ...

...Kuy, cekidot!...

*

*

*

"Cepat lari kesini!" David, terlihat begitu terengah-engah. Ia berlari sambil menuntun sebuah tangan ramping yang mengenakan pakaian longgar berlengan panjang.

Tak ketinggalan, sebuah topi yang menutupi sebagian wajahnya. Sementara, skate board milik gadis yang mana lengannya berada dalam cekalan telapak tangan kurusnya ini, telah di tinggal di tengah lapangan. Banda itu, telah terbelah dan patah.

David, bukannya lari bak pengecut. Tidak, dirinya bukanlah tipe pria seperti itu. Namun, beberapa kawanan yang menghadang mereka berdua bukanlah preman sembarangan. Mereka, bahkan memiliki senjata api. Karena itulah, David Zerenk memilih lari demi menyelamatkan dirinya dan juga Agnes.

Gadis, manis nan tomboi yang telah membawanya ke dalam situasi mencekam ini.

"Hah! Kita masuk sini aja!" David pun menarik Agnes masuk kedalam sebuah lorong sempit, pemisah antara satu gedung dengan gedung yang lainnya.

"Aku, lelah, Dav," ucapnya Agnes seraya menarik napasnya panjang. Kedua tangannya memegangi dinding. Memang, cukup jauh mereka berlari. Sepertinya, tenaga juga hampir habis.

Tak lama kemudian, terdengar derap langkah kaki yang berasal dari komplotan yang memang tengah mengejar mereka.

Drap drap drap!

"Kenapa sih, lu demen banget di kejar orang!" ujar David, yang masih dalam keadaan mengatur napasnya. Begitupun dengan Agnes. Gadis ini, membulatkan matanya tegang dan takut.

"Bantu aku, untuk kali ini saja. Selamanya, aku akan mengingat kebaikanmu," ucap Agnes, seiring derap langkah kaki yang semakin mendekat.

Agnes membuka topi yang menyembunyikan rambut panjangnya, hingga pada akhirnya, surai itu tergerai lurus menutupi punggungnya. Lalu, Agnes menurunkan sedikit leher pada pakaiannya hingga menampilkan sebelah bahunya.

"Heh, lu mau ngapain gue!"

Kedua bola mata dengan iris blue ocean milik, David membola. Tatkala, ia merasakan sebuah beda kenyal mendarat dengan lembut pada bibirnya.

Gumam-gumam.

Tanpa, bisa berbicara sepatah kata pun lagi, sebab gadis tomboi yang menggemaskan ini telah menempelkan bibir yang semanis ceri pada bibir kebiruan, David.

Semua itu, lantaran pemuda ini terlalu banyak merokok dan minum kopi. Perlu diketahui, jika David sebelumnya adalah tukang ojek online. Hanya, saja semenjak keadaan sahabatnya berubah ia pun ikut kecipratan hidup senang.

Bahkan, Boy memerintahkan padanya agar kembali mendaftar kuliah saja.

Agnes, tak lagi memikirkan apapun selain keselamatan mereka berdua. Karenaya ia segera menarik kedua tangan David agar merangkul pinggang rampingnya. Setelah itu, gadis manis ini mengalungkan lengan ke leher kurus, David.

'Anjirr! Bibir gue udah kagak perjaka!' David memekik dalam hatinya. Entah, apakah ini rejeki atau musibah untuknya. Karena, setelah kejadian ini telah menunggu takdir baru untuknya.

Benar saja, beberapa saat kemudian.

Dor Dor Dor.

"David!"

Teriakan Agnes melengking seiring raga kurus tinggi itu ambruk ke atas tanah. David, memejamkan matanya dalam keadaan bersimbah darah.

"Tinggalkan, pemuda itu! Kita, bawa gadis ini saja. Bos, pasti menyukai tangkapan kita kali ini." Pria berwajah jelek dan sangat menyeringai di depan wajah Agnes yang berlinang air mata.

Gadis itu meronta dan berteriak, tapi usahanya sia-sia. Para pria yang menangkapnya berbadan besar semua. Ia yang memiliki raga mungil hanya dapat memukul dan menendang angin.

Dav, Im sorry. Aku telah membawamu kedalam masalahku," ucapan penuh sesal itu lirih diucapkan oleh Agnes. Gadis tomboi ini berkabung dalam sesal mendalam di kamar mewah yang terasa penjara baginya.

Satu pekan lagi, ia akan di nikahi sebagai istri keenam.

Seandainya, sang bibi tidak menjualnya pada seorang lintah darat yang memiliki lima istri. Mungkin, kejadian ini tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.

Kini, Agnes hanya bisa menatap foto di dalam ponselnya. Ia meremas, slayer yang diberikan David pada malam pengejaran itu. Siapa sangka, jika saat itu akan menjadi pertemuan terakhir bagi keduanya.

Sang lintah darat, ternyata terus mengincar keselamatan David, sejak saat itu.

Setetes demi setetes air mata luruh membasahi kedua pipinya yang halus. Kepalanya semakin merunduk dalam dengan kedua bahu yang bergetar naik dan turun. Jika bukan karena berniat menyelamatkan dirinya, mungkin saat ini pemuda itu masih hidup.

"David!!!"

Sementara itu.

David takkan lagi dapat menjawab panggilannya kali ini. Pria itu telah terbujur kaku di dalam peti kremasi. Dimana sebentar lagi akan segera di laksanakan prosesinya. Sebab, tak ada satupun sanak saudara yang menjemput jenazah pemuda tampan yang bernasib tragis ini.

"Apa! Jadi jenazahnya sudah di kremasi!" Boy, jatuh berlutut di atas lantai marmer dingin kamar jenazah sebuah ruang sakit.

"Zerenk! Kenapa Lo ninggalin gua, tanpa salam perpisahan! Lo belom bayar utang, Renk. Lo harus kuliah lagi." Akhirnya, suara Boy melemah seiring bahunya yang bergetar.

...Bersambung ...

Bab. 2. Sadar Dari Koma

Sementara itu, di bangsal rumah sakit mewah yang tidak nampak seperti rumah sakit. Kamar pasien khusus ini justru nampak seperti hotel mewah bintang tujuh.

Tempat tidur berukuran king size dengan beberapa ornamen berkelas. Bahkan, barang-barang yang terdapat di dalam kamar itu pun bermerek dan pastinya mahal semua.

Jika saja tidak terdapat tiang besi tempat menggantung botol infus, juga beberapa monitor yang mengawasi beberapa bagian vital dari, seorang pria yang terbujur lemah dengan beberapa alat bantu di tubuhnya.

Tentu saja, kamar perawatan di rumah sakit ekstra expensive ini, lebih mirip kamar seorang sultan.

Ornamen yang di dominasi warna merah marun dan juga gold ini. Menambah kesan mewah dari tempat tidur yang menjadi, singgasana pemuda berwajah tampan itu selama lima tahun ini.

"Harapan itu pasti selalu ada, kau lihatkan, jika putra kita tetap sehat dan masih tampan seperti ayahnya," ucap seorang pria berkumis tipis dengan alis tebal. Rahangnya yang tegas serta hidungnya yang mancung. Menyiratkan, dari kalangan mana ia berasal.

Lengannya kemejanya telah ia gulung hingga siku. Siang ini, ia pulang lebih cepat dari kantor. Sebab, sang isteri kembali histeris dan mengamuk. Semenjak, putra mereka satu-satunya, terbaring koma. Sejak saat itulah kesehatan mental sang istri menjadi terganggu.

"Bagaimana caraku meminta ijin untuk menikah lagi, kalau keadaan Sovia seringkali seperti ini?" Regan, memberi remasan pada rambut ungunya yang sedikit panjang.

"Aku mau jalan-jalan, ketempat di mana, David biasa bermain ketika kecil. Antar aku kesana ya, ya, ya ...!" Sovia terus merengek hingga, Regan mengulas senyum di wajahnya yang masih terlihat tampan di usia matangnya.

"As you wish! My, dear ... ." Regan, mencium punggung tangan Sovia, hingga membuat wanita itu tersenyum lebar sekali.

'Cepatlah bangun, putraku. Atau, ayah yang akan menikahi gadis-gadis itu,' batin Regan, menghela napas.

Beberapa jam kemudian, di dalam kamar. Tepatnya di atas ranjaang pasien yang telah lima tahun hidupnya di bantu oleh alat-alat kesehatan yang canggih.

Jemari yang terjepit alat pendeteksi organ, bergerak perlahan dan semakin sering. Lama kelamaan, monitor yang mendeteksi alat vital jantung dan yang lainnya itu berteriak patah-patah, lalu seketika waktu sangat nyaring sekali.

Tiiiittttt!

"Agnes!" Sosok yang terbaring itu tiba-tiba bangun dan langsung terduduk. Kedua matanya yang berwarna biru laut awas memandang ke sekelilingnya. Kamar yang besar dan luas, dengan ornamen yang berseni dan bernilai jual tinggi. Bahkan, kasur yang ia tempati begitu mewah. Dirinya, merasa bak putra mahkota.

Namun, selang infus yang tertancap pada salah satu pergelangan tangannya, membuat sosok tampan itu membulatkan kedua matanya.

"Gua, belom mati ternyata." Pemuda itu pun sontak meraba bagian depan tubuhnya. Memeriksa apakah ada lubang yang di sebabkan peluru di sana.

"Gak ada! Gak ada luka di badan gua! Terus, ini kenapa gua di--"

Singggg --

Ugghh!

Tiba-tiba, telinganya berdengung kencang sekali. Hingga, David yang baru saja siuman ini tak mampu mendengar apapun si sekitarnya, kecuali suara yang bergema dalam kepalanya.

[ Anda telah dibangkitkan kembali oleh sistem. ]

Status: Pria usia 26 tahun.

Kekuatan: 0

Kesehatan : 15%

Ketampanan :30%

Kepintaran : 15%

Pengaruh : 10%

Kekayaan : Kaya Sekali Alias Anak Sultan.

Harta yang harus di belanjakan : Lima ratus milyar.

Jangka waktu : Satu kali dua puluh empat jam di mulai besok.

Misi : Kasih Sayang Orang Tua.

Seketika, ingatan dari pemilik tubuh berputar.

Pemilik tubuh bernama, David Voster.

Angkuh dan suka bermain wanita.

Kasar dan Arogan.

David pun memejamkan matanya hingga, informasi yang berputar di kepalanya itu menghilang.

Fiuuhh!

"Astaga, tuan muda!" Seorang wanita muda yang berpakaian perawat itu masuk kamar dan langsung berteriak kaget.

"Cepat panggil dokter, Blau. Tuan muda telah sadar!" teriaknya pada salah satu kawannya yang juga merupakan perawat.

"Tu–tuan, bi–biarkan saya memeriksa keadaan anda lebih dulu ya. Mohon, berbaring sebentar," ucap sang perawat wanita terbata lantaran kaget. Ia pikir, usia pasiennya ini takkan bertahan lama lagi. Ternyata, takdir berkata lain.

"Periksa apaan dah, gua kagak ngapa-ngapa udah. Kalo perlu lepasin nih selang! Nih juga!" David melepas paksa selang oksigen yang masuk melalui kedua lubang hidungnya yang bangir itu.

Perawat tersebut tak jadi memeriksa tekanan darah dari pasien yang menurutnya sangat tampan itu. Sebab, bahasa David menurutnya sangat aneh.

'Apa tuan muda, terlalu banyak obat ya!'

*

*

*

Boy, yang diketahui sebagai sahabat David, terpaksa kembali ke negara asal istrinya, Chie dengan kedua tangan yang kosong. Chie Bie, segera menghibur suaminya itu. Wanita cantik natural itu, berkata bahwa ...

"Sayang, my Boy. Ikhlaskanlah. Meskipun, aku tak mengenalnya. David pasti kini sudah bahagia," ucap Chie terus berusaha menghibur suaminya yang sangat tampan itu.

Sudah lebih dari satu pekan, ia didiamkan saja. Hingga, malam-malam pengantin mereka berlaku begitu saja tanpa sensasi. Boy begitu berkabung akan kepergian mendadak dari sahabat kentalnya itu.

"Aku akan mencari orang-orang yang telah menghabisi sahabatku itu! Mereka juga akan ku bakar dalam peti kremasi!"

...Bersambung...

Bab. 3. Masuk Ketubuh Anak Sultan.

Dokter khusus yang menangani, pasien bernama David Voster ini segera masuk dan melakukan berbagai pemeriksaan. Namun, sang pasien ternyata tak tinggal diam. Ia memberontak. Lantas beberapa anggota yang merupakan asisten dan kaki tangan dokter Blau. Mendekati, David.

"Heh, apa-apaan, nih!" David yang ternyata hidup kembali lantaran masuk ke dalam tubuh seorang yang juga bernama David ini. Tidak suka dan terima begitu saja tubuhnya di sentuh oleh dokter yang mengenakan kaca mata tebal di wajahnya.

"Lepasin ini, gua risih! Udah gak sakit, udah sembuh. Nih lihat kan!" David menunjukkan beberapa ototnya yang entah sejak kapan terbentuk begitu liat. Bahkan, ia sempat ternganga tatkala perawat membuka pakaiannya dan terlihatlah, kotak persegi delapan itu di atas perutnya.

"Luar biasa. Tapi, juga aneh. Maaf, tuan muda. Ijinkan kami melakukan serangkaian tes dan cek up. Termasuk mengambil beberapa sampel darah dan juga liur anda. Sekali lagi, saya mohon ijin." Dokter paruh baya, yang bernama, Blau. Menunduk takut-takut. Ia masih ingat betul bagaimana tabiat dari pria yang seperti baru bangkit dari kematian ini.

Sebab, menurut perhitungan para dokter, pasien yang selama lima tahun koma tanpa adanya perubahan signifikan dari beberapa alat vitalnya ini, di prediksi hanya bertahan hidup lantaran alat bantu kesehatan yang serba canggih. Sebenarnya, beberapa organ sudah tidak berfungsi lagi. Karena itulah, terdapat banyak selang yang tersambung pada tubuh David Voster.

"Ngapain periksa-periksa! Gua udah sehat!" David mendorong, tangan seorang perawat wanita yang hendak mengikat lengannya. Perawat itu bermaksud mengambil sampel darah.

Ia hendak turun dari tempat tidur mewah itu, akan tetapi ...

David, seketika meringis. Ia merasakan perih pada bagian bawah tubuhnya. Sepertinya ada yang salah. Tapi, Entah apa.

"Duh, kok kayak ada yang ganjel?" gumam, David bingung. Ia merasa ada sesuatu di bagian bawah tubuhnya. Sontak, ia pun menyingkap bagian bawah pakaian khusus pasien yang ia kenakan.

"Heh! Selang apaan nih!" Baru tersingkap sedikit, David sudah menjerit. Lantaran, ia melihat terdapat selang berwarna kuning di sana.

Dua perawat wanita itu, saling pandang. Sementara, dokter yang bernama, Blau mendelik ke arah perawat. Kalian yang jelaskan! Mungkin, itu maksud dari arti sorot mata tajamnya barusan.

Sementara anggota yang lain berada di belakang dan menunduk tajam.

"Ma–maaf, tuan muda. Alat itu adalah kateter," ucap salah satu perawat dengan bermandikan keringat dingin.

"Apaan tuh, apaan tuh?"

"Kamu nanyea? Ups!" Salah satu perawat yang keceplosan segera membungkam mulutnya sendiri. Lututnya langsung gemetar setelah ia sadar apa yang baru saja ia lakukan.

'Astaga! Aku bicara apa barusan? Matilah aku!'

'Kenapa mukanya pada kayak pada ketakutan gitu sih? Gue sebelumnya kagak mati kan cuma koma. Kenapa, dia pada kayak ngeliat orang bangkit dari kubur?' batin David Zerenk merasa aneh.

Seketika, informasi baru masuk ke dalam memorinya.

"Aww!" David meringis, sebab terlalu banyak informasi berupa catatan juga rekaman beberapa kejadian. Kepala David, bagaikan kaset yang tak mampu lagi menampung isi dokumen.

"Tuan muda kesakitan! Cepat periksa!" titah dokter Blau, yang mana langsung membuat kedua perawat dan asisten dokter lainnya sigap mendekat ke arah ranjangg David.

"Eh, Eh ... ngapain!" David segera menyingkirkan tangan perawat wanita itu yang ingin memeriksanya.

"Maaf, tuan muda. Tadi anda nampak kesakitan," ucap perawat itu sambil menunduk takut. Mereka sedikit heran karena, bahasa tuan muda David Voster agak lain dari biasanya. Padahal, sekarang yang tengah mereka hadapi adalah David Zerenk. Dimana ia memang suka berbicara ceplas-ceplos dan asal.

"Gak! Gapapa."

" Oh iya, kateter itu apa? Kenapa ada di bawah? Itu dipasangnya dimana?" cecar David macam orang bodoh saja. Loh, kan dia memang tidak mengerti. Seumur hidup belum pernah masuk rumah sakit. Ia terbiasa melakukan pengobatan alami ketika sakit. Misalnya di kerik, urut ataupun minum ramuan-ramuannya herbal dan obat warung saja.

"Itu selang untuk buang air kecil tuan muda," jawab salah satu perawat yang bahkan tak berani untuk mengangkat wajahnya. David baru sadar, jika kedua perawat ini memiliki wajah yang cantik dan juga postur tubuh yang proporsional.

"Selang buat pipis? Hah?" Keningnya lantas berkerut, karena berpikir keras. Demi mengartikan maksud dari perkataan perawat barusan.

"Berarti di pasangnya di--"

David, langsung menyingkap penutup bagian bawah tubuhnya dan ...

Kelakuannya itu, lantas membuat ia menyesal setelahnya.

Karena, selang itu tersambung pada ujung kepala serdadu kekar yang berwarna kecoklatan.

"Si–siapa, yang memasang ini?" tanya David risih campur malu.

"Sa–saya, tuan muda," jawab salah satu perawat yang memiliki rambut berwarna coklat kemerahan ini.

"APA! Jadi kau--" David tak meneruskan ucapannya. Bayangan ketika tangan sang perawat yang cantik itu, memegang tubuh serdadunya kemudian memasukkan jarum kecil pada bagian kepala serdadu. Sontak, membuat dirinya linu sekaligus merinding.

"Sial banget dah ah! Gituan gua pake ditusuk segala. Terus, ini gimana ngelepasnya!" gumam, David.

Perawat 1 dan 2 : ??????

Tiga asisten dokter : !!!!!!

Dokter Blau : Mendadak sesak nafas.

...Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!