Ketika membuka mata, dia, Alfred Kairo mulai menatap kosong pada ruangan serba putih tersebut.
Dia memiliki tatapan kosong bukan tanpa alasan, karena Alfred mengingat penyebabnya disana.
Beberapa saat lalu, Alfred yang sedang mengikuti acara perayaan bersama teman sekelasnya tiba-tiba kedatangan seorang perampok.
Karena perampok itu melesat kearah pacarnya, Alfred segera melawan dan berakhir di tikam.
Sialnya, tidak ada seorang pun yang menolongnya, mereka bahkan melarikan diri setelah melihat Alfred mencoba melawan perampok tersebut.
Alhasil tidak ada seorang pun yang memanggil ambulan, bahkan pacarnya sudah menghilang.
Hal itu menyakiti hatinya bahkan di detik-detik terakhir sebelum kesadarannya memudar Alferd mengutuk seluruh temannya dan menyesal melawan perampok tersebut untuk pacarnya.
"... Jadi sekarang aku sudah mati..." Alferd bergumam dengan nada datar.
Penyesalannya sangat mandalam hingga terlalu malas untuk mengekspresikan emosinya, pada tingkat ini Alfred mungkin akan melenyapkan seluruh teman sekelasnya jika kembali dihidupkan.
Sesaat setelah bergumam, sebuah suara datar dan asing terdengar.
"Ya, kau sudah mati. Namun caramu begitu menyedihkan, meski itu ulahku."
Mencoba berdiri dan mencari asal suara, Alfred menemukan seorang pria misterius yang duduk di tahta.
"... Apa maksudmu?" tanya Alfred, dia merasa ucapan pria itu memiliki arti tertentu.
Sembari tersenyum dingin, pria itu mulai berbicara. "Aku mengatur siswi atau siswa yang memiliki jiwa heroik untuk tidak datang di acara tersebut. Alhasil hanya kau saja yang memiliki jiwa heroik dikumpulan lalat tersebut."
Kemudian pria itu mengayunkan jari telunjuknya keatas bersamaan dengan sofa mewah yang muncul di dekat Alfred. "Untuk saat ini, duduklah disana."
Meski mengernyitkan alisnya, namun Alfred tetap berdiri dan duduk dengan patuh. "Jadi maksudmu di acara itu semuanya memiliki jiwa penakut?"
"Aku tidak bilang mereka memiliki jiwa penakut," balas pria itu dengan senyum simpul. "Tapi kau bisa berspekulasi seperti itu."
"Apa yang terjadi jika kau tidak ikut campur?" Alfred bertanya tentang pemikirannya.
"Entah? Siapa tahu?" jawab pria itu dengan senyum mengejek.
"Tolong jawab dengan serius."
"Perkenalkan namaku Earnest, dewa tertinggi yang berkuasa saat ini."
Tanpa mengubris pertanyaan Alfred, pria itu, Earnest mulai memperkenalkan dirinya.
"Tunggu, pertanyaanku belum dijawab!" Alfred berseru dengan kesal.
"Aku tidak peduli, juga sebagai manusia bisakah kau diam dan menurut? Jika aku enggan menjelaskan, maka terima saja," kata Earnest sembari mengubah ekspresinya lalu menatap tajam ke Alfred.
Sebuah kekuatan misterius tiba-tiba menekannya, hal ini membuat Alfred terdiam dengan ekspresi rumit.
Dia tidak tahu bagaimana menggambarkannya, namun itu seperti di genggam oleh tangan super besar.
Alfred sesak, dan tubuhnya serasa akan hancur kapan saja. Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia biasa!
Beberapa saat kemudian kekuatan itu menghilang dan Alfred bisa kembali bernafas normal.
"Baiklah waktunya ke topik utama. Aku ingin mengirimmu ke dunia Asdra lalu bunuh The Five Chaos of World-Eater. Tentu saja aku memiliki hadiah tertentu untuk keberhasilanmu dan tidak memberimu hukuman jika gagal," jelas Earnest dengan senyum menyeringai.
Mendengar itu, Alfred mengerutkan keningnya "Jika aku menolak?"
"Pada awalnya kau memang memiliki takdir untuk mati, namun karena terdapat secuil keberuntungan. Kau bisa mengalami reinkarnasi, tentu saja yang kumaksud adalah benar-benar terlahir kembali sebagai keberadaan baru," jelas Earnest. "Kau tidak akan membawa ingatan, serta hal lainnya. Kehidupanmu akan benar-benar dimulai dari awal!"
Setelah itu, Earnest menyeringai. "Karena kau memiliki kesempatan itu, aku berpikir untuk sedikit memberikanmu tantangan. Jika kau bisa mengalahkan The Five Chaos of World-Eater, aku akan membiarkanmu hidup di dunia Asdra dengan ingatan serta pengalaman di bumi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama."
"Tapi jika kau gagal atau berakhir terbunuh oleh mereka, aku akan mereinkarnasikanmu ke dunia acak. Artinya, kau akan mengulangi kesalahan yang sama di dunia baru tersebut," ujar Earnest dengan memprofokasi. "Jadi apa pilihanmu?"
Mendengar itu, Alfred mengernyitkan alisnya. Dia berpikir bahwa Earnest memang mempersempit pilihan dan tidak membiarkannya melihat celah.
Dan jawaban pasti adalah pergi ke dunia Asdra lalu memulai kehidupan baru, setelah mengalahkan The Five Chaos of World-Eater.
Alfred paham jika memilih reinkarnasi, maka pengalaman serta rasa sakitnya di bumi, tidak akan membuatnya berubah di dunia baru tersebut.
Sifat mudah percaya dan tidak waspadanya itu merepotkan. Seperti yang dikatakan Earnest, Alfred akan mengulangi kesalahannya lagi di dunia lain jika tanpa membawa pengalaman menyakitkan serta ingatan menyedihkan ketika berada di bumi.
"Huh, sepertinya jawabanku memang sudah kau prediksi," Alfred menghela nafas dengan masam.
Kemudian Earnest tertawa ringan, "Karena aku memang mengaturnya seperti itu!"
"Namun aku tetaplah seorang dewa, aku akan memberikanmu banyak bantuan dalam tugas ini. Tapi aku tidak akan menjadikanmu sebagai pahlawan, tapi sebagai Human of Judgement." Earnest berkata sembari berdiri.
Alfred yang bingung pun bertanya, "Apakah maksudnya aku memilik tugas untuk menghukum The Five... itu?"
"Ya, namun juga tidak. Kau bisa mencari tahunya sendiri, lagi pula aku tidak perlu menjelaskan sesuatu yang tidak penting," ujar Earnest sembari berjalan mendekat.
Setelah berada di depan Alfred, Earnest mulai bertanya kembali, "Apa ada pertanyaan lain?"
"Berapa tahun waktu yang kumiliki sebelum tugas dinyatakan gagal?" tanya Alfred, dia berpikir akan memakan waktu lama. Sebab nama targetnya terlihat sangat kuat, dan pasti akan sulit dikalahkan.
Earnest yang mendengar itu tertawa geli, "Tahun? Tidak! Kau hanya memiliki waktu selama tujuh bulan sebelum The Five Chaos of World-Eater keluar dari Nether!"
Sontak Alfred terkejut saat mendengar pernyataan tersebut. "Apa kau bercanda?! Bukankah itu terlalu sedikit?!" protesnya dengan membuang rasa takutnya.
Hal tersebut membuat Earnest sedikit menaikkan alisnya. Kemudian dia mendekat dan menepuk pundak Alfred.
"Karena itulah aku berkata akan memberikanmu banyak bantuan agar tidak mengalami kesulitan," jelas Earnest. "Tentu saja aku sudah mempertimbangkan masalah tersebut, sebab pahlawan yang kupilih telah gagal menjalankan tugas ini. Maka dari itu, aku tidak akan memakai cara natural lagi. Akan sangat menyedihkan jika kau gagal juga."
Kemudian Earnest sedikit mencengkram Alfred, bersamaan juga sebuah kekuatan besar dan eksplosif disuntikkan kedalam tubuhnya.
"... Ini bantuan yang kau maksud?" Alfred bertanya.
"Ya, kau bisa melihatnya dengan berkata 'status'." Earnest menjelaskan, lalu dia mulai berbalik menuju tahtanya lagi.
Segera Alfred bergumam, "Status." dan sebuah layar hologram semi transparan muncul di depannya.
[Status]
[Nama : Alfred Kairo]
[Grade : - (0/25)]
[Race : Human]
[Job : Human of Judgement]
[Title : Special Human, Judge, Friend of God]
[Skill : Sword of God, Magic Staff of Divine, Divine Protection, Mana Mastery (S), Magic Creation (S), Dispel (S), Demi-god Form (S)]
[Passive Skill : Multiplier Exp (S), Limit Breaker (S), Super Regeneration (S), Super Regeneration Mana (S)]
[Unique Skill : System (Unknow)]
Alfred terdiam, dia tidak memiliki tempat protes bagaimana pun kemampuan yang diberikan sangat tidak masuk akal.
"Sebenarnya tanpa meningkatkan kekuatanmu, kau sudah memiliki kesempatan untuk bisa membunuh mereka. Hanya saja dengan syarat, kau bisa menghindari semua serangan, dimana pahlawan terpilih yang sudah melewati batas Grade tidak bisa melakukannya."
Ketika menjelaskan itu, Earnest menatap Alfred dengan senyuman.
Tanpa diberitahu Alfred tahu bahwa itu peringatan untuk tidak senang terlebih dahulu. Dia memang kuat, tapi apa bisa menerima serangan musuhnya tanpa mati terlebih dahulu? Jelas tidak!
"... Aku mengerti, setelah sampai ke dunia Asdra aku akan meningkatkan Gradeku," jelas Alfred dengan serius.
Melihat itu, Earnest mengangguk puas. "Benar juga, sebenarnya kemampuan Systemmu memiliki kesadaran. Setelah sampai di dunia Asdra, kau bisa bertanya padanya jika ada yang tidak dipahami,"
"Eh?" sontak Alfred terkejut, namun sepertinya Earnest tidak mau mendapatkan pertanyaan.
"Semoga berhasil! Tetaplah jadi dirimu sendiri dan lakukan sesuai keinginanmu! Jangan pernah berpikir untuk membelot dariku atau kau akan berurusan denganku!" pesan Earnest dengan serius.
Kemudian sebuah kekuatan misterius segera menyelimuti Alfred yang membuat kesadarannya terkikis.
"Sampai jumpa!"
Sembari melihat Earnest yang tersenyum simpul dengan melambai-lambaikan tangan, Alfred hanya bisa berpikir bahwa kehidupannya akan menjadi sulit.
"Huh, aku harap bisa beradaptasi dan mengatasi masalah yang berdatangan." Alfred bergumam pelan dan kesadarannya mulai lenyap.
...Bersambung...
Di sebuah padang rumput, terdapat seorang remaja laki-laki yang tertidur. Dia adalah Alfred yang telah sampai di dunia Asdra.
Beberapa saat kemudian, dia membuka kelopak matanya dengan berat. Iris hitam seperti gelapnya malam terfokus ke langit dimana terdapat beberapa awan bergerak perlahan.
Tidak ada rasa sakit, bahkan ingatannya bertemu Earnest dan saat di bumi masih jelas di kepalanya.
"Hmm ...."
Ketika Alfred mengamati sekitarnya, dia melihat bahwa saat ini berada di padang rumput yang tampaknya di isolasi oleh hutan.
Kesan pertamanya adalah merepotkan, dia tidak yakin apakah bisa bertemu manusia lain karena tampaknya berada jauh dari pemukiman.
"Huh, mari pikirkan itu nanti," ujar Alfred, kemudian dia bangkit ke posisi duduk.
Mengalihkan pandangan untuk memastikan bahwa keadaan masih aman, Alfred kembali membuka statusnya. Meski dia telah melihat kemampuan yang diberikan Earnest.
Alfred sama sekali tidak tahu fungsi dan cara menggunakannya!
[Status]
[Nama : Alfred Kairo]
[Grade : - (0/25)] (+ Grade E)
[Race : Human]
[Job : Human of Judgement]
[Title : Special Human, Judge, Friend of God]
[Skill : Sword of God, Magic Staff of Divine, Divine Protection, Mana Mastery (S), Magic Creation (S), Dispel (S), Demi-god Form (S)]
[Passive Skill : Multiplier Exp (S), Limit Breaker (S), Super Regeneration (S), Super Mana Regeneration (S)]
[Unique Skill : System (Unknow)]
Menatap layar hologram semi-transparan itu, ekspresi Alfred menjadi masam.
Dia tidak yakin harus memulai dari mana.
Namun instingnya mengatakan untuk mengetahui senjatanya terlebih dahulu, dan untuk itu Alfred mencoba menyentuh skill 'Sword of God' dengan berharap munculnya penjelasan.
[Sword of God]
[Description : Kemampuan 'Weapon Form' yang diciptakan oleh salah satu Dewa tertinggi dengan kekuatannya secara khusus untuk manusia terpilih. Kemampuan ini juga mengikuti perkembangan pemilik, semakin tinggi Grade pengguna maka semakin kuat efeknya. Selain memberikan boost ketika digunakan, 'Weapon Form' dan kemampuan ini tidak bisa dihancurkan bahhkan oleh para dewa.]
[Tier : S]
[Skill : ????]
[Effect : Meniadakan serangan jenis apapun selain bersifat fisik ketika pengguna memakai 'Weapon Form'. Menaikkan kekuatan pengguna sebesar satu tingkat selama kemampuan digunakan.]
Kemudian, Alfred terdiam seribu kata.
Apa yang dikatakan Earnest bahwa Alfred bisa membunuh The Five Chaos of World-Eater langsung bukan omong kosong semata. Karena kemampuan pertamanya sangat-sangat kuat!
"Tidak, tidak, tidak! Pasti ini adalah terkuat karena diurutan pertama!" Alfred membantah pemikirannya, kemudian tatapannya jatuh ke skill terakhir.
Disana terdapat skill 'Demi-god Form', yang jelas sama kuatnya.
"...."
Tatapannya beralih ke tengah-tengah dan mendapati skill 'Mana Mastery', karena penasaran dia melihat informasinya.
[Mana Mastery]
[Description : Kemampuan untuk pemilik kapasitas Mana terbesar dan potensi serta bakat sihir tertinggi.]
[Tier S]
[Effect : Mempermudah dalam penggunaaan serta mengendalikan Mana dalam jumlah besar.]
"...."
Alfred berpikir karena namanya cukup simpel, penjelasan serta efeknya akan dalam batas aman. Namun ternyata sama sekali berbeda dengan imajinasinya!
Jelas sekali ini curang, bahkan sangat curang! Hanya memikirkannya saja tubuh Alfred bergemetar, takut jika kesialannya dikemudian hari akan berkali-kali lebih besar dari pada ketika di bumi.
"... Apakah ini, akan ba-baik-baik saja?" gumam Alfred dengan keadaan mental yang berada diujung tanduk.
[Ya, saya yakin anda akan baik-baik saja! Sebab kemampuan yang anda dapatkan dari dewa Earnest terdapat persyaratan!]
Mendengar seseorang berbicara membuat Alfred sangat terkejut, dia berpikir jika tidak pernah mengucapkan saat melihat kemampuannya.
Jadi mustahil seseorang bisa tau pikirannya, kecuali Earnest.
Namun ketika Alfred telah melihat sekeliling, dia tidak mendapati seorang pun!
[Maaf, saya adalah system. Kemampuan anda yang memiliki kesadaran! Sesuai tugas yang diberikan dewa Earnest, saya akan menjawab semua pertanyaan anda sebisa mungkin!]
Ketika mendengar kata 'System', pandangan Alfred sontak jatuh pada 'Unique Skill'.
"Apa kau ... kemampuan yang itu?" Alfred berbicara.
[Benar, saya adalah kemampuan unik, System. Saya memiliki beberapa fitur seperti poin, shop dan misi, selain itu juga memiliki hak akses informasi dunia. Jadi anda bisa bertanya kepada saya apapun saat ada yang tidak dipahami!]
Datang juga informasi menakutkan lain! Alfred semakin bergedik ngeri, bagaimana pun kini System yang mengikutinya justru memiliki hak akses informasi dunia.
Selama dia bertanya dengan benar, maka System akan memberikan jawaban. Dengan kata lain, Alfred tidak terkalahkan dalam informasi!
"... Apa ini tidak masalah? Bukankah, aku terlihat sangat-sangat beruntung? Apa aku akan mendapatkan kesialan super di masa depan?"
[Menurut saya tidak, sebab anda mendapatkan kekuatan dari dewa tertinggi. Selain itu kekuatan anda di dinilai sebagai suatu kemampuan normal bawaan, dan tidak akan mempengaruhi keberadaan internal atau anda sendiri.]
Mendengar itu, Alfred tersenyum masam. Apa itu artinya dia sebenarnya tidak ada apa-apanya? Jika tidak menyetujui kesepatakan dengan Earnest, apakah Alfred menjadi orang biasa tanpa kekuatan?
[Keberadaan anda sendiri sebenarnya memiliki beberapa kekuatan seperti 'Mana Mastery', 'Dispel', dan 'Super Mana Regeneration'. Jadi ada kemungkinan mendapatkan timbal balik di masa depan, diharapkan untuk bersiap-siap.]
"Eh?"
Alfred terdiam, apa yang System katakan seperti memberitahunya bahwa dia memiliki kekuatan bawaan. Dan itu, sebenarnya Tier S?!
"Kau tidak bercanda kan? Kenapa aku bisa memiliki kemampuan tingkat S, sedangkan keberuntunganku tidak seberapa?"
[Pada awalnya faktor kemampuan di dasarkan oleh keberuntungan, namun ada hal lain, yaitu kecocokan. Anda memiliki kecocokan dalam bidang pengendalian Mana, maka dari itu mendapatkan kemampuan 'Mana Mastery'.]
[Disisi lain, anda memiliki kapasitas Mana yang besar karena keberuntungan kecil. Jika saja tidak mendapatkan kemampuan Mana Mastery, maka kehidupan anda bisa terancam.]
"Eh, kenapa bisa seperti itu?!" Alfred terkejut sebab terdapat sesuatu yang menyeramkan.
[Memiliki Mana dalam jumlah besar memang sangat bermanfaat, namun jika tidak bisa mengendalikannya hanya akan membahayakan pengguna sebab bisa keluar kendali. Namun tetap saja, anda memiliki bakat tinggi dalam bidang pengendalian Mana jadi tidak ada masalah jika berhati-hati!]
Ekspresi Alfred masam, "Kenapa kau bisa semudah itu mengatakan 'tidak ada msalah'?"
[Silahkan baca kembali deskripsi kemampuan 'Mana Mastery'.]
Meski ingin protes, Alfred tetap melihat deskripsi kemampuannya dan melihat bahwa disana memang tertulis 'pemilik bakat tertinggi'.
Perlahan-lahan suasana hati Alfred mulai sedikit senang, sepertinya tanpa kekuatan pemberian Earnest dia tetap kuat!
Ketika Alfred sedang dalam keadaan suasana hati senang, sebuah hologram lain muncul di depannya.
[Misi baru di temukan]
[Bunuh 5 goblin terdekat]
[Reward : Menggandakan exp yang di dapat sebesar 5x lipat]
Bersamaan dengan itu, sebuah suara penuh permusuhan terdengar. Alfred segera membalikan badannya dan melihat 5 mahluk kerdil berwarna hijau.
"Go-goblin kah, tapi bagaimana caraku melawannya? Aku bahkan tidak memiliki senjata ...!" Alfred gugup ketika melihat goblin itu mendekat.
Kemudian dia teringat skill 'Sword of God', dan memyadari belum mencobanya sama sekali!
Karena bingung, Alfred mencoba melihat statusnya dan menekan skill tersebut namun hanya memunculkan penjelasan.
Merasa semakin terancam, Alfred hanya bisa bertaruh dengan cara menggunakan skill di dalam permainan.
"Sword of God!" ketika Alfred mengucapkan kalimat itu sebuah cahaya emas muncul dari kehampaan membentuk pedang.
Tanpa membutuhkan waktu lama, pedang itu telah memadat. Pada pandangan pertama, itu terlihat seperti pedang emas.
Bilah, gagang semuanya berwarna emas! Hanya saja terdapat garis biru di tengah-tengahnya yang tampak seperti berlian.
Dan juga pedang itu memancarkan cahaya emas redup, dengan sedikit perasaan kuat serta aman.
"Ah!? Ini, bukan waktunya untuk kagum!" Alfred yang tersadar kembali melihat 5 goblin di depannya.
Mereka tampak ketakutan saat melihat pedang Alfred dan berjalan mundur.
Saat itu juga sebuah seringai terbentuk di wajah Alfred, tanpa ragu dia segera maju dan menebas secara horizontal Goblin paling depan.
Slash!
Kepala goblin itu segera menggelinding. Disisi lain Alfred sendiri terkejut sebab tiba-tiba merasa seperti sudah terbiasa menggunakan pedang.
Namun alasannya bisa dia tanyakan pada System nanti, untuk saat ini adalah menyelsaikan misi dan menyingkirkan goblin ini!
Alfred segera melangkah maju memotong jarak, dan menebas secara diagonal.
Slash!
Berbeda dengan yang pertama, tubuh goblin kedua terbelah menjadi dua. Dan yang tersisah mulai mengangkat senjatanya.
Seperti membuat kata semangat, goblin itu mengeluarkan suara aneh sebelum maju bersama.
Alfred dengan santai menghindar goblin ketiga dan menebas punggungnya. Lalu meloncat kesamping untuk menghindari serangan goblin ke empat.
Goblin paling jauh tampak gemetar dan mulai membalikan diri sebelum lari.
"Apakah ingin kabur?" Alfred bergumam, dia segera mengakhiri kehidupan goblin ke empat.
Slash!
"Mau lari kemana kau?!" dengan cepat Alfred menyusulnya, namun goblin itu tiba-tiba berbalik dan menusukkan pedang berkaratnya ke belakang.
Swosh!
Di detik terakhir, Alfred berhasil menghindar. Dia merasa tubuhnya agak aneh sebab bisa memprediksi lintasan serangan dadakan itu.
Ketika menghindar, Alfred juga melancarkan serangan lain.
Slash!
Sebuah tebasan horinzontal dan membelah tubuh goblin menjadi dua.
"Kenapa bau darahnya begitu tidak enak?" gumam Alfred ketika mendarat dan mencium aroma tidak sedap.
Sembari membersihkan darah goblin di wajahnya, Alfred bergunam, "Apa aku naik level?"
Setelahnya Alfred membuka statusnya dan melihat levelnya benar-benar naik.
[Grade : F (35/225)] (+ Grade C)
"Uwah, benar-benar sistem exp yang tidak masuk akal banyaknya."
Alfred yang terfokus, tiba-tiba merasa krisis hidup. Dia segera menghindar kesamping dengan cepat.
Crat!
Namun itu sedikit terlambat, karena bahu kirinya terluka. Mengalihkan pandangan, disana terlihat goblin yang punggungnya tertebas, dia tampak pucat karena darahnya terus mengalir keluar.
"Huh, cepatlah mati!" dia segera maju dengan cepat tanpa menunggu goblin itu merespon, Alfred telah membelah tubuhnya menjadi dua.
Slash!
[Misi telah selesai]
[Mendapatkan 75 exp]
"... Lain kali, aku harus lebih berhati-hati."
...Bersambung...
"Jadi ini desa Avelia."
Ketika berjalan cukup lama kearah tertentu, setelah menanyakan kepada System. Alfred menemukan sebuah desa cukup besar dan terlihat sangat makmur?
Desa Avelia sedikit berbeda dengan imajinasinya, dimana seharusnya terdapat pagar kayu atau dinding beton yang memisahkan area luar dan dalam.
Namun desa tersebut tidak, hanya kumpulan rumah tanpa pelindung sama sekali. Seakan-akan, monster tidak akan menyerang desa itu bahkan tanpa pagar.
"Sebenarnya, apa yang dipikirkan penduduk desa ini?" ketika berpikir seperti itu, sebuah suara memanggilnya.
"Astaga, apa kamu pendatang?"
Mengalihkan pandangan, Alfred menemukan seorang wanita dewasa yang tampak telah berkeluarga.
"... benar, saya pendatang. Um, apa desa ini baik-baik saja? Seharusnya para warga memasang pagar agar keamanan desa ini sedikit terjaga," ujar Alfred dengan bermasalah.
Dia memilih desa Avelia karena jaraknya cukup dekat dengan kemunculannya. Namun jika keamanan desa dipertanyakan, dia harus pergi dari sana.
Meski memiliki kekuatan besar, tetap saja berbahaya. Terutama karena Alfred belum memiliki pengalaman pertempuran dadakan atau kebiasaan bangun ketika merasakan bahaya.
"Ah, tentang itu kamu bisa tenang. Karena penyihir agung telah membuat penghalang sihir, selain monster tingkat tinggi tidak akan ada yang bisa menyerang desa ini," jelasnya.
"Selain itu, jika monster tingkat tinggi sering menyerang, maka dipastikan desa Avelia ini sudah lama mati." wanita itu menjelaskan sembari berjalan mendekat.
"Hmm ...." Alfred berpikir itu cukup masuk akal, melihat keadaan kota Avelia saat ini yang baik-baik saja memberitahunya bahwa sangat jarang terjadi serangan dari monster tingkat tinggi.
"Ngomong-ngomong anak muda, kamu memiliki tujuan apa kesini? Apakah menetap di desa Avelia?" wanita itu bertanya dengan sedikit antusias.
".... Ya, saya berencana untuk menetap agak lama di desa Avelia," jelas Alfred dengan gugup dan jujur.
Menurut informasi yang diberikan System, jarak kota Avelia dengannya saat berada dihutan adalah 1 km. Dan kota terdekat lainnya adalah 50 hingga 370 km dari tempatnya.
Alfred telah berencana pindah ke kota saat telah memiliki kekuatan yang cukup. Setidaknya, kekuatan yang bisa menentang para bangsawan atau jika monster di sekitar desa tidak membawa keuntungan padanya.
"Kalau begitu, bagaimana jika aku mengajakmu berkeliling?" tanya Wanita tersebut.
"Ya ..., tapi saya berencana untuk pergi menjual material terlebih dahulu ..., Apa di desa ini memiliki toko material?"
Ketika sedang berjalan menuju desa Avelia, Alfred bertemu beberapa serigala, goblin dan monster lain. Bertanya pada System material apa saja yang bisa dijual, setelah mengetahuinya Alfred kemudian mulai mengumpulkannya dan sedikit keluar jalur untuk berburu.
Jadi ketika sampai di desa Avelia, dia ingin menjual materialnya dan mendapatkan uang. Bagaimana pun dia tidak memiliki satu pun mata uang di dunia tersebut.
"Tentu saja ada, lewat sini!"
Kemudian Alfred mengikuti wanita itu, sembari mengamati suasana desa tersebut dengan kekaguman.
Sepertinya penyihir agung yang dibicarakan cukup kuat. Tapi melihat tidak ada kekacauan, setidaknya untuk saat ini Alfred berspekulasi penyihir agung itu bukan orang jahat.
Setelah berjalan cukup lama, wanita itu akhirnya berbicara, "Kita sudah sampai!"
Melihat toko di depannya, Alfred melihat tulisan [Alchemy] di papan dan terpasang pada pintunya.
Meski telah bertanya apakah ada yang membeli material pada desa Avelia, Alfred tidak menyangka bahwa itu adalah seorang Alkemis. Padahal dia menebaknya adalah toko dwarf atau potion maker.
"Yah tidak peduli apapun itu, yang terpenting bisa mendapatkan uang," sembari bergumam pelan, Alfred mulai memasuki toko tersebut bersama wanita itu.
Bell berbunyi ketika pintu dibuka, dan seorang remaja perempuan yang duduk di depan meja resepsionis segera menyambut dengan senyuman.
"Selamat datang, apa ada yang bis- oh! Bibi Merry! Selamat siang! ada keperluan apa?" perhatian gadis itu terfokus ke wanita tersebut yang bernama Merry.
Jika Alfred pikir-pikir kembali, wanita itu memang tidak pernah menyebutkan namanya pada dia.
"Nak Callista, anak muda ini ingin menjual material. Apa kamu bisa membelinya?"
"Ya, tentu saja! Tapi bisakah aku melihat materialnya? Karena tidak semua bisa digunakan." gadis itu, Callista berkata dengan sedikit masam.
Merry yang mendengar itu, segera mengalihkan pandangan ke Alfred dan memberi isyarat untuk maju.
Alfred yang mengerti, segera berjalan mendekat ke Callista lalu meletakkan beberapa inti sihir dan taring serigala.
"Ini semua, apa bisa?" Alfred bertanya dengan tenang, karena System berkata bahwa itu laku maka seharusnya tidak ada masalah.
Callista melihat materialnya untuk beberapa saat sebelum berbicara, "Inti sihir rank F, E, D dan taring serigala grade D ya? Baiklah, saya akan membeli semuanya. Mohon tunggu sebentar."
Mengambil semuanya dan memasukan ke dalam laci meja, Callista segera pergi ke ruangan lain.
"Kamu bisa tenang, nak Callista adalah penjual yang jujur. Dia juga gadis yang baik, jadi aku bisa menjamin kamu tidak akan dirugikan olehnya!" Merry yang berada dibelakang tiba-tiba berbicara.
Alfred yang mendengar itu hanya bisa menjawab dengan nada aneh, memang benar bahwa dia ragu apakah akan di curangi atau tidak.
Namun dia tidak peduli, bagaimana pun Alfred ke desa Avelia bukan untuk berbinis.
Tapi untuk meningkatkan kekuatan sebanyak mungkin, jika monster di sana sudah tidak mencukupi untuk menaikkan Gradenya, maka Alfred akan pindah ke kota lain.
"Ya, saya akan mempercayai ucapan bibi Merry."
"Begitukah?"
Merry yang mendengar Alfred mempercayainya menjadi malu dan memukul-mukul pundaknya dengan ringan sembari tertawa.
"Maaf membuat menunggu, totalnya adalah 38 perak, 75 tembaga, dan 20 koin Lard."
Callista yang keluar dari ruangan, membawa sekantong koin dan meletakkannya di meja sembari menjelaskan totalnya.
Disisi lain, Alfred memiringkan kepalanya. Saat akan pergi menuju toko tersebut, dia menanyakan tentang mata keuangan sekaligus harga material pada System untuk menghabiskan waktu.
Dia masih ingat dengan jelas harganya, dan sudah menebak akan mendapatkan beberapa perak lebih sedikit. Selain faktor pembeli terbilang sedikit, pastinya petualang yang ke sana cukup banyak hingga tidak kekurangan stok.
Jadi, kemungkinan harga yang diambil adalah tidak terlalu mahal atau terlalu murah.
Namun siapa sangka, Alfred akan mendapatkan 38 koin perak. Itu adalah harga yang sangat di luar perkiraannya.
"Sangat banyak?! Juga, apa kamu masih bisa mendapatkan keuntungan?" Alfred bertanya dengan heran.
Sementara itu, Callista hanya tertawa kecil sebelum menjawab pertanyaan itu. "Ya, saya masih mendapatkan keuntungan meski sedikit. Tapi itu tidak masalah, desa Avelia adalah tempat kelahiranku melihat tempat ini begitu miskin, aku ingin memperbaikinya dengan memperbanyak keuangan warga."
"Selain itu, aku selalu menjaga batas aman harga yang dibeli agar tetap mendapatkan keuntungan. Jadi, ini seperti menjatuhkan dua burung dengan satu batu." Callista menjelaskan dengan senang.
Alfred hanya terdiam. Dari begitu banyaknya jenis manusia, dia tidak menyangka akan bertemu salah satu jenis yang baik.
Terlebih tujuannya yang begitu mulia, membuat Alfred menyipitkan mata karena begitu menyilaukan.
"Yah, aku harap tujuanmu segera terwujud." Alfred berkata dengan datar sembari mengambil kantong koin di meja sebelum berjalan keluar. "Dan juga, terima kasih."
"Ya, dan datang lagi ya!"
Merry yang melihat Interaksi dua remaja tersebut hanya bisa meletakkan tangan kanannya di pipi sembari memasang ekspresi penuh perhitungan.
Lalu bergumam rendah sebelum mulai memandu Alfred untuk berkeliling. "Astaga, anak muda memang menyilaukan."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!