Kinan POV
"Kinan, kamu ko ada di sini." Tutur Pak Prasetya dengan nada kaget pada ku.
Saat itu, Pak Prasetya baru saja bangun dari tidurnya.
Ataupun juga baru saja bangun ketika itu.
"Kita telah melakukan kesalahan Pak." Aku berkata pada pak Prasetya sambil menundukkan kepala ku. Sambil memegangi selimut yang saat ini ini aku gunakan untuk menutupi tubuh yang polos ku.
Pak Prasetya kini kini nampak berfikir keras.
"Brengsek." umpatnya. Setelah itu ia langsung bergegas dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.
Aku sendiri juga masih tak percaya dengan apa apa sudah terjadi antara aku dan Pak Prasetya. Tapi, kami sudah tidur bersama semalam.
Beberapa saat kemudian, Pak Prasetya keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang Ia lilitkan ke pinggangnya.
Kemudian Pak Prasetya memunguti bajunya yang berserakan di lantai.
Sejenak ia menoleh arah ku. Di mana aku saat ini masih berada di atas tempat tidur dengan perasaan yang kalut.
Tidak bicara sepatah kata pun. Pak Prasetya kembali masuk ke kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya.
"Bersihkan dirimu, setelah itu kita langsung balik ke Jakarta." Ucap Prasetya pada ku. Setelah ia keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi.
Aku pun kemudian berinsut dari tempat tidur. Dengan masih memegangi selimut untuk menutupi tubuh polos ku. Aku mengambil pakaian ku yang sudah di ambilkan oleh Prasetya dan ia melekatkannya di sisi tempat tidur.
Setelah beberapa saat kemudian. Aku keluar dari kamar mandi dengan sudah mengenakan pakaian ku kembali.
"Kita sarapan dulu, setelah itu kita langsung kembali ke Jakarta." Tutur Pak Prasetya, yang kemudian ia segera bergegas menuju pintu kamar hotel dan meningalkan kamar hotel jahanam ini.
Dan aku hanya bisa mengikuti perintah Pak Prasetya.
Sesampainya kami di lounge hotel. Pak Prasetya mengajak aku untuk sarapan.
Di sepanjang kami bersarapan bersama. Kami tidak saling bicara.
Setelah kami selesai sarapan. Pak Prasetya langsung bergegas menuju mobil miliknya yang terparkir di depan halaman lobby hotel.
"Kinanti, aku minta maaf untuk kejadian tadi malam. Aku tidak sengaja melakukan itu dengan mu. Aku tidak tau bagaimana ceritanya kita bisa tidur bersama. Mungkin itu akibat pengaruh minuman keras yang aku minum tadi malam. Aku harap, kamu bisa merahasiakan kejadian ini. Cukuplah hanya kita yang tau. Dan, jangan sampai istri ku tau tentang apa yang terjadi semalam. Kau harus janji dulu pada ku jika kamu tidak akan pernah cerita pada Hanin istri ku." Ancam Pak Prasetya pada ku.
Tanpa di ancam seperti itu aku juga tak akan memberi tau siapapun tentang kejadian semalam.
"Kejadian semalam bukan salah Bapak semata. Saya juga khilaf Pak. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan saya. Dan Bapak tenang saja, saya tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapapun. Biarlah ini menjadi rahasia kita Pak." Tutur ku pada Pak Prasetya.
"Bagus, aku tidak akan memecat mu. Selama kau bisa tutup mulut. Lagi pula kejadian semalam itu karena kita berdua dalam keadaan tidak sadar. Aku pikir kamu adalah Haningrum, istri ku." Ucapnya.
"Sudah Pak, jangan dibahas lagi. Sebaiknya kita kembali ke Jakarta sekarang juga." Kataku padanya.
Pak Prasetya kemudian mengemudikan mobilnya untuk menuju ibu kota.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Author POV
1 Bulan kemudian
Begitu sampai di tempat kostnya. Kinanti langsung membuka tas dan ia mengambil kemudian minta dari dalam tasnya.
Kinanti mengambil sebuah tespek yang sudah ia beli dari sebuah apotik, dan kemudian ia membawanya ke kamar mandi.
Sesaat, Kinanti membaca cara penggunaan tespek tersebut.
Saat ia sudah tahu bagaimana cara penggunaannya dan bagaimana cara untuk mengetahui hasilnya. Kemudian Kinanti mengambil sesuatu untuk menampung urinenya.
Setelah itu, dengan mengunakan alat tespek tersebut Kinan mengecek urine miliknya. Untuk mengetahui apakah ia hamil atau tidak.
Karena ia mengalami keterlambatan menstruasi.
Setelah beberapa saat Kinan menunggu dengan perasaan hati yang sudah begitu berdebar-debar dan penasaran untuk melihat hasilnya. Dalam hati Kinanti berdoa. Agar hasilnya negatif.
Kinanti sampai-sampai memejamkan kedua matanya saking ia di bawa rasa takut.
Setelah menunggu sekian menit. Kinanti perlahan membuka kembali matanya dan ia melihat hasil tesnya.
Setelah ia melihat hasil tesnya, mata Kinanti nampak tak berkedip melihat tespek yang ada di tangannya.
Sebuah tanda dua garis merah terlihat dalam alat tespek tersebut.
Meski dua garis merah itu terlihat samar-samar dan tidak jelas. Kinanti sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa dirinya saat ini tengah hamil.
Sejenak, Kinanti hanya diam terpaku di kamar mandi.
Merasa ragu dengan hasil ujicoba pertamanya.
Kemudian, Kinanti mengeluarkan lagi satu tespek yang baru.
Ia kemudian mencoba untuk mengunakan alat tersebut untuk mengetes lagi. Dan hasilnya tetap saja sama. Dua garis merah.
Kinanti adalah seorang gadis perantau yang berasal dari sebuah desa di daerah Jawa tengah.
Saat ini, keluarganya semua bermukim di kampung.
Setelah lulus kuliah dengan penuh perjuangan. Kinanti yang punya mimpi untuk bekerja di Ibukota melamar kerja di sebuah perusahaan untuk mendapatkan pekerjaan.
Setelah melamar kerja ke beberapa perusahaan dan lamarannya di tolak. Barulah saat ia melamar bekerja di perusahaan Prasetya kontruksi group, lamarannya di terima.
Sudah tiga tahun berlalu, dan sampai sekarang Kinanti masih betah untuk bekerja di perusahaan Prasetya kontruksi group dengan nyaman.
Merasa nyaman bekerja di perusahaan yang sedang berkembang pesat itu. Membuat Kinanti paham, bagaimana perusahaan itu berkembang.
Uang hasil bekerjanya sebagian Kinanti simpan dan sebagian lagi ia kirimkan ke kampung halaman untuk membantu perekonomian keluarganya.
Kinanti sendiri saat ini tingal di sebuah rumah kost yang tak jauh dari tempat ia bekerja.
Ia hanya perlu naik bus beberapa menit untuk bisa sampai di tempat kerjanya.
Hidup sendirian di ibukota Jakarta membuat Kinanti harus bisa berhemat.
Selain ia tidak mau boros dalam pengeluaran keuangan. Kinanti juga tipe orang yang tak suka bergaul dengan banyak orang.
Kinanti hanya punya beberapa teman selama ia berada di Jakarta.
Teman temannya itu pun adalah teman kerjanya yang juga bekerja di perusahaan Prasetya.
Jika ia tidak bekerja, biasanya Kinanti menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan di kostan.
Kadang ia lebih suka mengudang teman teman wanitanya untuk main ke tempat kostnya. Dan asik nonton film atau mengobrol saja sepanjang hari.
Soal pacaran, bukanya Kinanti tidak mau. Ia hanya tidak ingin buang waktu untuk berpacaran.
Meski sudah ada beberapa Pria yang sudah mencoba untuk mendekatinya. Tapi Kinanti tidak ingin berpacaran dan fokus karir.
Tapi, belakangan ini, ada sesuatu yang selalu membuat dirinya berdebar ketika ia dekat dengan bos nya, yaitu Prasetya.
Seorang Pria dewasa yang sudah punya istri dan juga telah di karuniai seorang anak laki-laki.
Meskipun tau perasaannya pada sang bos adalah sesuatu yang salah. Tapi apa boleh buat. Kinanti begitu mengangumi sang bos Prasetya.
Bahkan, disaat ia tengah memberikan laporan kepada Prasetya di ruangannya. Kinan selalu mencuri pandang pada Pria berwajah rupawan tersebut.
Hingga pada suatu malam, kejadian Kinan dan Prasetya tidur bersama di sebuah hotel itu terjadi.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Flashback
Setelah pintu liftnya terbuka. Kinanti dengan segera membawa Prasetya untuk menuju kamar hotel milik sang bos.
Kinan tak habis pikir, bagaimana bisa Prasetya bisa mabok separah itu.
Sebagai sekertaris, ia hanya bisa pasrah membantu sang bos.
Dengan mengunakan akses card untuk masuk kedalam kamar hotel. Kinanti dengan susah payah memapah tubuh Prasetya menuju rajang kamar hotel.
Niat Kinan saat itu ingin merebahkan tubuh Pras ke rajang. Tapi tiba-tiba tubuh mungil Kinanti terhuyung dan ambruk menubruk tubuh Pras, tepat di atas tubuh Prasetya.
Dan hal itu sudah cukup membuat Prasetya membuka matanya. Karena ada seseorang yang berada di atasnya.
Kini kedua mata itu saling bertatapan dengan begitu dalamnya.
Kinanti yang tiba-tiba merasa sesuatu terjadi pada tubuhnya kini semakin bereaksi.
Apalagi, wanita yang masih perawan itu merasakan sesuatu yang keras terasa menempel pada organ intim nya. Saat ia berada di atas Prasetya.
Meskipun masih terhalang rok span selutut yang Kinan kenakan. Tapi tetap saja, sesuatu itu di rasakan oleh Kinanti.
Sedangkan Prasetya sendiri justru melihat Kinanti seolah-olah wanita itu adalah Haningrum, istrinya.
"Hanin." sebut Prasetya. Menyebutkan nama sang istri yang sangat ia cintai itu.
"Saya bukan Hanin Pak. Saya Kinan." tutur Kinanti yang masih sadar, dengan posisi dirinya masih berada di atas tubuh Prasetya.
"Tidak, jika kau Kinanti, kau tidak akan berada di atas ku seperti ini." tutur Prasetya sambil memeluk tubuh Kinanti yang ada di atasnya agar tidak pergi.
"Kau cantik sekali Hanin." imbuh Prasetya sambil menatap wajah Kinan dengan tatapan mendamba.
Tidak hanya mabuk, Prasetya juga merasakan sesuatu dari tubuhnya. Gairah untuk bercinta kini di rasakan oleh Pras. Sesuatu yang menuntutnya untuk segera di puaskan.
"Pak sadar Pak, saya Kinan. Saya bukan Hanin istri Bapak." ucap Kinan sambil mendorong dada Pras. Karena Pria beristri itu semakin mendekati wajahnya.
"Jangan menolak ajakan ku Hanin. Bukankah selama ini kau tidak pernah menolak ajakan bercinta dengan ku." tutur Prasetya.
Kemudian ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Dan merubah posisinya kini menjadi di atas Kinanti.
Tanpa mendengar penolakan Kinanti, Prasetya yang tidak dalam kondisi sadar dan sudah larut dalam pengaruh minuman keras tersebut langsung menyerang bibir ranum Kinanti dengan begitu rakusnya.
Serangan tiba tiba bibir Pras yang menempel sempurna di bibir Kinanti membuat wanita yang masih perawan dan lajang itu terlena.
Di tambah lagi dengan getaran getaran aneh yang terjadi pada diri wanita itu. Saat ciuman itu berlangsung membuat Kinan kini sudah lupa akan segalanya.
Dan justru ia meleburkan diri untuk meladeni nafsu Prasetya.
Efek obat perangsang yang ia tidak tau bagaimana bisa ia minum saat itu sudah tidak bisa dikendalikan.
Kinanti sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kondisi ia saat itu masih berciuman dengan Pras.
Pikirannya yang masih bisa berfikir waras, mencoba untuk melepaskan diri. Namun, Pras malah justru semakin merangsekkan dirinya pada tubuh Kinanti.
Tangan Prasetya juga sudah tidak bisa diam. Ia menjamah setiap jengkal lekuk tubuh Kinanti yang dia pikir itu adalah Hanin.
Ketika keduanya kini sudah dalam puncak gairah. Mereka pun sama sama melepaskan pakaian mereka. Dan di atas tempat tidur, di kamar hotel milik Prasetya.
Kedua insan manusia yang tidak punya hubungan status sah sebagai suami istri itu melakukan hubungan badan yang seharusnya mereka tidak melakukannya.
Percintaan panas nan membara itu benar-benar mereka lakoni seperti keduanya melakukannya dengan suka sama suka.
Yang ada di pikiran mereka saat itu hanyalah. Bagaimana mereka berdua sama sama mendapatkan kepuasaan.
Setelah beberapa kali melakukan penyatuan, mereka berdua sama sama terhempas ke tempat tidur dengan napasnya yang masih memburu.
"Terimakasih Hanin." ucap Prasetya kala itu. Yang masih meyakini jika wanita yang ia ajak bersenggama itu adalah sang istri.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Di rumah Prasetya
Saat Hanin meraih baju kemeja sang suami yang hendak ia pindahkan ke keranjang kotor. Hanin sedikit merasa aneh dengan aroma parfum khas lain yang menempel pada kemeja putih Prasetya.
Karena merasa aneh dengan bau parfum yang ada di kemeja sang suami, Hanin kemudian mengendus kemeja tersebut.
Dan, aroma parfum yang ada di kemeja sang suami terasa berbeda. Berbagi pikiran aneh mulai bergelayut di pikiran Hanin.
"Astagfirullah Han, jangan berfikir souzon ma suami, Dosa." ucap Hanin lirih pada dirinya sendiri.
"Mas Prasetya ngak mungkin seperti itu." ucap Hanin lagi sambil berusaha membuang prasangkanya jauh jauh dari pikirannya.
Tampa mau berfikir buruk lagi tentang bau parfum itu. Hanin segera membawa keluar keranjang baju kotor itu untuk di berikan pada asistennya untuk di cuci.
Hanin adalah tipe seorang istri yang sangat menaruh rasa percaya pada suaminya.
Bahkan ia tidak ingin mencurigai sang suami dengan alasan alasan yang mungkin saja itu tidak benar. Kehidupan rumah tangga Hanin dan Prasetya sejauh ini sangat harmonis dan bahagia.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Prasetya yang berpostur bandan tinggi besar dan memiliki wajah sangat tampan terlihat keluar dari mobil mewahnya. Setelah mengunci mobilnya, Prasetya langsung bergegas menuju gedung perkantoran yang menjadi tempatnya bekerja selama ini.
Ketika Prasetya hendak masuk ke dalam sebuah lift. Secara bersamaan. Kinanti yang saat itu sedang ingin naik ke lantai yang sama dengan lantai Prasetya, berpapasan di dalam lift.
Ke-dua nya nampak canggung, tidak seperti biasanya yang saling menyapa dengan ramah.
Selama berada di dalam lift. Baik Prasetya dan juga Kinanti sama sekali tidak saling bicara.
Bahkan saat mereka sudah sampai di lantai yang mereka tuju. Mereka masih saling diam dan berlalu menuju tempat mereka masing-masing.
Prasetya langsung menuju ruangannya dan Kinanti menuju tempat kerjanya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Sesampainya Kinanti di meja kerjanya. Seperti biasa Kinanti tengah bersiap untuk beraktivitas. Tapi, saat ia ingin konsentrasi dengan pekerjaannya. Bayangkan malam kelam itu kembali bergelayut di pikirannya.
Kepingan demi kepingan percintaan nya dengan Prasetya bagaikan puzzle. Yang kadang-kadang terlihat berantakan dan kadang kadang liat nyata di pikirannya.
Dan ingatan itu masihkah segar. Karena terjadi dua hari lalu. Saat keduanya sedang berada di luar kota.
"Saya bukan Hanin Pak. Saya Kinan." tutur Kinanti yang masih sadar, dengan posisi dirinya masih berada di atas tubuh Prasetya.
"Tidak, jika kau Kinanti, kau tidak akan berada di atas ku seperti ini." tutur Prasetya sambil memeluk tubuh Kinanti yang ada di atasnya agar tidak pergi.
"Kau cantik sekali Hanin." imbuh Prasetya sambil menatap wajah Kinan dengan tatapan mendamba.
Tidak hanya mabuk, Prasetya juga merasakan sesuatu dari tubuhnya. Gairah untuk bercinta kini di rasakan oleh Pras. Sesuatu yang menuntutnya untuk segera di puaskan.
"Pak sadar Pak, saya Kinan. Saya bukan Hanin istri Bapak." ucap Kinan sambil mendorong dada Pras. Karena Pria beristri itu semakin mendekati wajahnya.
"Jangan menolak ajakan ku Hanin. Bukankah selama ini kau tidak pernah menolak ajakan bercinta dengan ku." tutur Prasetya.
Kemudian ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Dan merubah posisinya kini menjadi di atas Kinanti.
Tanpa mendengar penolakan Kinanti, Prasetya yang tidak dalam kondisi sadar dan sudah larut dalam pengaruh minuman keras tersebut langsung menyerang bibir ranum Kinanti dengan begitu intens.
Serangan tiba tiba bibir Pras yang menempel sempurna di bibir Kinanti membuat wanita yang masih perawan dan lajang itu terlena.
Di tambah lagi dengan getaran getaran aneh yang terjadi pada diri wanita itu. Saat ciuman itu berlangsung membuat Kinan kini sudah lupa akan segalanya.
Dan justru ia meleburkan diri untuk meladeni nafsu Prasetya.
Efek obat perangsang yang ia tidak tau bagaimana bisa ia minum saat itu sudah tidak bisa dikendalikan.
Kinanti sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kondisi ia saat itu masih berciuman dengan Pras. Pikirannya yang masih bisa berfikir waras, mencoba untuk melepaskan diri. Namun, Pras malah justru semakin merangsekkan dirinya pada tubuh Kinanti.
Tangan Prasetya juga sudah tidak bisa diam. Ia menjamah setiap jengkal lekuk tubuh Kinanti yang dia pikir itu adalah Hanin.
Ketika keduanya kini sudah dalam puncak gairah. Mereka pun sama sama melepaskan pakaian mereka. Dan di atas tempat tidur, di kamar hotel milik Prasetya.
Kedua insan manusia yang tidak punya hubungan status sah sebagai suami istri itu melakukan hubungan badan yang seharusnya mereka tidak melakukannya.
"Tidak." ucap lirih Kinanti di saat ia kembali teringat bagaimana dirinya saat itu sedang bercinta dengan Prasetya di kamar hotel milik sang bos.
Potongan demi potongan kegiatan panas itu seolah melekat di otaknya.
"Ya Allah, semoga tidak terjadi apa apa dengan ku." ucap Kinanti membatin.
Kemudian Kinanti meraih ponselnya dan ia mengecek periode menstruasinya.
Meskipun ia masih single, Kinanti iseng untuk mencatat masa periode menstruasinya pada sebuah aplikasi di ponselnya. Karena ia memang sejak dulu punya periode menstruasi yang tidak teratur.
Ketika Kinanti sedang fokus pada ponselnya. Tiba-tiba sebuah suara terdengar dekat di sebelah nya. Dan hal itu langsung membuat Kinanti kaget dan reflek. Ponsel milik Kinanti terjatuh di lantai.
Belum sempat Kinanti mengambil ponsel miliknya. Ponsel tersebut sudah keduluan di ambil oleh seseorang.
Dan seseorang itu ternyata adalah Prasetya
Ketika Kinanti sedang fokus pada ponselnya. Tiba-tiba sebuah suara terdengar dekat di sebelah nya. Dan hal itu langsung membuat Kinanti kaget dan reflek. Ponsel milik Kinanti terjatuh di lantai.
Belum sempat Kinanti mengambil ponsel miliknya. Ponsel tersebut sudah keduluan di ambil oleh seseorang.
Dan seseorang itu ternyata adalah Prasetya.
"Pak." sapa Kinanti pada Prasetya.
"Aku ingin bicara dengan mu. Tolong keruangan saya sebentar." perintah Prasetya. Kemudian Prasetya memberikan ponsel milik Kinanti yang sudah ia ambilkan dan meletakkannya ke meja kerja Kinanti. Setelah itu Prasetya kembali berjalan keruanganya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Sebelum mendatangi ruangan Prasetya, Kinanti nampak menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Kinanti mempersiapkan dirinya untuk menghadapi berbagai macam pembicaraan antara dirinya dan juga Prasetya.
Kinanti tidak tahu, pembahasan apa yang akan dibahas oleh Prasetya. Tapi sepertinya, hal itu sangat penting dan serius.
Entah kenapa sejak kejadian pada malam itu di hotel. Sosok Prasetya menjadi sosok yang begitu membuat Kinanti gemetar.
Dengan langkah gontai, Kinanti berjalan menuju ruangan sang bos. Sesampainya di ruangan Prasetya. Prasetya langsung bergegas menuju pintu ruangannya dan menguncinya.
Kemudian Prasetya mempersilahkan Kinanti untuk duduk di sebuah ruang tamu yang ada di ruangannya.
Kinanti pun kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Dan Prasetya sendiri ikut duduk di kursi yang lain di hadapan Kinanti.
"Kinanti, sekali lagi aku minta maaf. Untuk apa yang telah aku lakukan terhadapmu, saat di hotel itu. Dan kau juga tahu kan, pada kejadian itu, aku tidak melakukannya dengan sadar. Aku dalam keadaan mabuk. Maaf, jika aku menanyakan ini. Tapi, pertanyaan ini seolah olah menjadi ganjalan bagi ku. Pada saat kejadian itu, kenapa kamu tidak menolak sentuhan ku?" Dan pertanyaan Prasetya tak pelak membuat Kinanti langsung mengangkat wajahnya yang tadinya hanya menunduk. Dan Ia langsung menatap wajah Pras dengan tatapan tajam.
"Anda berpikiran apa tentang saja? Anda mau menyalahkan saya?" tanya balik Kinanti.
"Bukan itu maksudku. Jika kamu sadar saat itu, sadar sepenuhnya, kau bisa menolak ajakan ku kan. Atau bahkan kau bisa menghindar dari ku." tutur Prasetya.
Ingin rasanya Kinanti menjerit sekencang-kencangnya atas apa yang Prasetya ucapkan terhadapnya.
Kinanti paham dengan pertanyaan Pria tampan di hadapannya itu. Dan pertanyaan Prasetya sudah mengarah menyalahkan dirinya.
Karena sebagai seseorang yang mempunyai kesadaran penuh. Kenapa Ia tidak melawan dan malah mungkin pasrah pada saat itu. Kinanti bisa mengartikan pertanyaan yang Prasetya tanyakan pada nya.
Dan hal itu justru membuat hati Kinanti merasa sakit dan teriris.
Sebagai seorang wanita, dia merasa direndahkan.
Atau mungkin, dirinya dianggap sebagai seorang wanita yang memanfaatkan keadaan. Atau yang lebih parahnya, dia sudah di anggap sebagai wanita gatal. Padahal sebenarnya Kinanti tidak merasa seperti itu.
Ingin rasanya Kinanti mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya saat ini. Ia ingin mengungkap apa yang ia rasakan pada malam terkutuk itu pada Prasetya. Karena hal itu terlalu intim untuk di bicarakan. Kinanti yang merasa malu akhirnya memilih diam
Dan pada saat kejadian, Kinanti sendiri juga heran dengan perasaan dan keinginannya yang sangat luar untuk bercinta dengan seseorang. Gairah seksual itu muncul begitu saja pada dirinya. Bertepatan dengan Prasetya yang sudah menjamahnya. Sehingga membuat Kinanti pasrah dan kemudian ia meladeni kemauan Prasetya.
Gairah dan ingin melakukan percintaan panas yang sama sama di rasakan oleh Pras dan Kinanti.
Apakah Kinanti mengungkapkan fakta yang ia rasakan pada malam itu? Tidak.
Untuk menutupi semua kenyataan yang ia rasakan. Kinanti memilih untuk berbohong.
"Pada malam itu, saya juga mabuk Pak. Jadi, stop menuduh saya, kenapa saya tidak melawan keinginan Bapak pada malam itu. Kita sama sama tidak sadar melakukannya. Jadi, buang jauh jauh tuduhan Bapak. Stop salahkan saya." jawab Kinanti dengan sedikit bernada tinggi.
Dan, sedetik kemudian, bulir bulir bening air mata berjatuhan dari pelupuk mata Kinanti. Wanita yang sudah tidak perawan itu hanya bisa menangis.
"Saya memang bodoh Pak." ucap lagi Kinanti, menundukkan kepalanya sambil terisak-isak.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Sejak kejadian di kamar hotel itu, Prasetya setiap malam tidak bisa tidur dengan tenang.
Karena ia takut, apa yang ia khawatirkan akan menjadi kenyataan.
Di tambah lagi ia pernah bermimpi. Dan di dalam mimpinya itu, Kinanti mendatangi rumahnya dalam keadaan perut membuncit. Dan hal itu menjadi sebuah keterkejutan oleh Hanin. Lantas, itu itu menjadi alasan Hanin meninggalkan rumah.
Meskipun itu hanya mimpi, mimpi itu sudah sangat menganggu pikiran Prasetya.
Ia tidak mau kehilangan wanita yang sangat ia cintai itu. Ia tidak akan mau berpisah dengan wanita yang sudah memberikan dia seorang putra tersebut.
Apa yang harus aku lakukan?
Ini sudah seminggu sejak kejadian malam itu. Sepertinya aku harus melakukan sesuatu. Aku harus memastikan Kinanti tidak hamil.
Karena hal itu menjadi satu-satunya ketakutan yang membuat aku khawatir.
Jika dia tidak hamil, maka semuanya pasti akan baik-baik saja. Tetapi jika dia mengandung benih ku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Dan aku bersumpah, aku tidak akan mau mempertaruhkan pernikahanku bersama Hanin demi apapun juga.
Berbagai macam pikiran-pikiran buruk pun terus menggelayuti pikiran Prasetya.
Sesampainya Ia di rumah, seperti biasa, Prasetya selalu menyingkirkan berbagai macam pikiran-pikiran negatif yang ada di kepalanya.
Ia tidak ingin, terlihat stres di hadapan sang istri. Karena sang istri sangat ahli dalam membaca raut wajahnya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Halo, Kinanti." sapa Prasetya saat ia menerima panggilan telepon dari sang sekertaris Kinanti.
"Malam Pak, maaf saya lancang menelpon Bapak malam-malam seperti ini. Karena jika saya mengirimkan pesan, saya takut pesannya malah akan dibaca oleh istri Bapak." Ujar Kinanti.
"Iya tidak apa-apa Kinanti, kau ingin memberitahu aku tentang hasil tesnya ya? Bagaimana hasilnya?" tanya Prasetya penasaran.
"Iya saya sudah melakukan tesnya Pak. Dan hasilnya positif." jawab Kinan.
Bagaikan di sambar petir, pikiran Prasetya langsung berkelana. Syok dan tidak percaya. Tapi ia harus menerima kenyataan itu.
"Apa! Kamu tidak salah mengetesnya. Cobalah beberapa kali untuk memastikan Kinanti." Ucap Prasetya yang masih belum yakin dengan hasil yang sudah Kinanti sampaikan.
"Saya sudah mengetesnya beberapa kali dan hasilnya sama Pak. Dua garis merah. Saya sudah mengirimkan foto tespeknya kepada Bapak. Dan jangan lupa foto-foto itu nanti Bapak hapus setelah Bapak melihatnya. Agar tidak dilihat oleh istri Bapak." Dalam keadaan seperti itu, Kinanti masih memikirkan istrinya, pikir Prasetya.
"Baik, nanti aku akan lihat." jawab Prasetya.
"Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Selamat malam Pak Prasetya."
Kinan kemudian memutuskan pangilan teleponnya.
Aku harus melakukan sesuatu. Tidak mungkin aku hanya berdiam diri seperti ini.
Semakin lama kandunganku pasti akan semakin besar. Dan aku tidak bisa menutupi ini dari semua orang.
Aku harus memberitahu seseorang tentang kehamilanku. Tapi kepada siapa aku harus berterus terang.
Ibu, Ibu lah satu-satunya orang yang bisa menolongku.
Hanya pada ibuku lah aku bisa berbagi. Aku tidak mungkin memikul ini semua sendiri
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Dan, keesokan harinya. Kinanti menghubungi ibunya untuk menceritakan tentang keadaannya.
"Halo Bu, apa kabar?" Tanya Kinanti pada Ibunya, saat ia melakukan panggilan telepon pada sang Ibu yang saat ini berada di kampung halaman.
"Kinan, Alhamdulillah. Kabar Ibu baik Nduk. Tumben kamu telpon Ibu siang siang. Biasanya kamu telpon Ibu malam malam." Ujar Bu Lastri, Ibu dari Kinanti.
"Kinanti kangen saja sama Ibu. Oya Bu, Kinanti mau bicara sesuatu yang penting sama Ibu." Tutur Kinanti dengan serius.
"Tapi Ibu janji ya, Ibu jangan marah sama Kinanti." imbuh Kinanti dengan nada suara parau.
"Ada apa Nduk?Jangan buat Ibu takut. Ia Ibu janji, Ibu ngak akan marah." Jawab Bu Lastri dengan lembut.
"Kamu memangnya mau ngomong apa sama Ibu. Jangan bikin ibu deg-degkan."
(Hening)
"Bu Kinanti hamil." Ucap Kinanti sambil terisak.
"Astagfirullah, Kok bisa Nduk!" seru Bu Lastri dari sebrang telepon nampak kaget dengan kabar yang baru saja Kinanti sampaikan.
"Kamu hamil sama siapa? Siapa yang menghamili mu? Kamu kan belum menikah, kalau kamu hamil, bagaimana nanti kedepannya? Siapa yang mau tanggung jawab! Apa laki-laki itu mau tanggung jawab?" Dan, berbagai macam pertanyaan langsung Bu Lastri lontarkan pada anak perempuannya itu.
"Maka dari itu Bu, Kinan bercerita sama Ibu. Kinanti bingung Bu." Jelas Kinanti dengan nada suara lemah.
"Bagaimana ceritanya Nduk. Kok kamu bisa hamil." Tanya Bu Lastri dengan nada frustasi.
"Ibu dengerin cerita Kinanti baik baik ya Bu. Kinanti akan ceritakan semua kejadiannya. Dan demi Allah Bu. Kinanti bercerita yang sebenarnya." Tutur Kinanti, mencoba untuk meyakinkan sang Ibu agar percaya dengan semua ceritanya.
Dan Kinanti pun akhirnya menceritakan semua peristiwa dan kejadian yang menimpanya dari awal sampai pada akhirnya dia hamil.
Kinanti bercerita pada sang Ibu dengan sejujur jujurnya.
Ia menceritakan bagaimana saat malam naas itu terjadi. Semua diceritakannya dengan jelas kepada sang Ibu.
"Pak Pras itu sangat mencintai istrinya Bu. Keluarganya juga sangat harmonis. Kami waktu itu melakukannya dengan tidak sadar. Kinanti bingung Bu. Harus bagaimana bersikap pada Pak Pras. Ingin rasanya Kinan nuntut beliau untuk mau bertanggung jawab. Tapi di lain sisi, Kinanti juga tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang. Kinanti kenal dengan istri Pak Pras. Namanya Bu Hanin. Dia itu wanita baik dan solehah Bu. Sebagai sesama wanita, rasanya Kinanti tidak tega membuat wanita itu sakit hati Bu. Apalagi sakit hati karena perbuatan khilaf aku dan Pak Pras." Tutur Kinanti pada sang Ibu.
"Tapi bos mu itu telah membuat kamu hamil Kinanti. Tidak hanya itu, dia juga mengambil kesucian mu." Tegas Bu Lastri.
"Makanya Bu, Kinan bingung harus berbuat apa. Kinanti tidak mungkin pulang ke kampung dari Jakarta dengan keadaan hamil. Terus bagaimana nanti pandangan orang-orang di kampung. Pasti akan bilang Kinanti wanita nakal dan macam macam. Kinanti tidak mau membuat nama baik Bapak dan Ibu tercemar." tandas Kinanti.
"Ya sudah Nduk, nanti akan Ibu bicarakan sama bapakmu. Bagaimanapun, Bapakmu juga harus tahu tentang masalah ini. Ibu tidak bisa memendamnya."
"Jangan Bu, jangan bilang sama Bapak. Kinanti takut Bapak marah Bu." Ucap Kinanti yang takut jika nanti Bapaknya akan marah dan malah akan mengusir nya. Karena sebagian anak, telah membuat malu keluarga.
"Ibu akan bicara baik baik sama Bapak mu. Bapak tidak akan marah." Ucap Bu Lastri meyakinkan Kinanti.
"Terimakasih banyak Bu, untuk semua pengertian nya. Sekali lagi, Kinan minta maaf ya Bu. Kinan telah mengecewakan Bapak dan Ibu. Tidak mungkin Kinanti mengarbosi anak ini Bu. Anak ini tidak salah, aku dan Pak Pras yang salah, kamu sudah melakukan dosa zina. Tidak mungkin Kinanti melakukan dosa yang kedua kalinya Bu." tandas Kinanti, kembali terisak-isak.
"Sudah sudah jangan sedih Nduk. Semua sudah terjadi. Jaga baik-baik kandungan mu. Ibu rembukan dulu sama Bapak. Kalau Bapak mu sudah ada keputusan. Nanti Ibu akan telepon kamu."
"Iya Bu, terimakasih." Jawab Kinan yang kini sudah bisa berlega hati karena sudah bercerita dengan ibunya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!