NovelToon NovelToon

Asmara Sang Pengawal

#Part 1 Asmara SP

Assalamualaikum readers tersayang. Jumpa lagi nih sama othor receh dikarya yang ke 9. sebelum mulai membaca, usahakan untuk menekan love favorit, rating bintang lima ya, supaya bacanya lebih afdol.

Untuk kamu yang rindu pada keluarga Babang Alexander Smith dari Ex Mafia Hot Daddy, Moskow. Di sinilah tempatnya untuk bertemu lagi dengan mereka.

Dan untuk kamu yang juga rindu pada keluarga Vedran Sean Kingston dari Hot Mommy And A Gengster, disini juga tempatnya untuk mengobati rasa kangen untuk keluarga mereka.

Mereka berkolaborasi di dalam karya yang ke 9 othor ini untuk menghibur kalian pencinta dunia halu.

Oke dah, Setelah baca, like dan komentar dong, supaya lebih afdol lagi, hehehe.

Baiklah, kenalan dulu yuks sama tokoh-tokoh penting dalam kisah ini.

Daniel Smith, 27 tahun.

Suzanne Sean Kingston, 18 tahun.

Harry Sean Kingston, 27 tahun.

Elmira Omar Yusuf, 20 tahun.

Moskow, Rusia.

Di rumah kediaman Alexander Smith.

"Kamu yakin tidak ingin bertemu dengan gadis itu sekali saja?" tanya Nikita Smith pada Danil sang adik.

Ibunya Aisyah, dan dirinya sendiri sudah mencarikan seorang gadis dari pihak keluarganya di Dagestan agar adiknya itu bisa move on dari Elif sahabatnya.

"Sekali aku bilang tidak ya tidak. Dan jangan memaksaku lagi, okey?" pria itu berdiri dari duduknya dengan wajah kesal.

Ia sungguh sangat bosan dengan rencana ibu dan adiknya yang selalu saja mencarikannya seorang gadis untuk menggantikan Elif Kaya dari dalam hatinya.

Karena baginya belum ada seorang gadis pun di Moskow ini yang menyamai Elif yang sangat lembut dan manis itu.

Pria muda itu tidak tidak tahu kenapa belum bisa membuka hatinya untuk orang lain. Padahal Elif bahkan sudah menikah dan memiliki anak.

"Daniel!" Nikita kembali memanggil tetapi pria itu malah mengambil tasnya dan segera berlalu.

"Tidak usah kamu pikirkan sayang, Akan ada saatnya ia melupakan Elif, jika nanti sudah bertemu dengan seseorang yang menarik hatinya." ucap Crisstoffer Anderson seraya mengelus lembut punggung sang istri.

"Aku harap begitu Criss." ucap Nikita tersenyum.

🍀

Beberapa jam berikutnya di Bandara Internasional Alexander S. Pushin, Moskow.

Bush

Bush

Bunyi revolver Colt 55 itu hanya bagaikan hembusan angin. Terlalu pelan dan mematikan.

Tak kedengaran tetapi cukup mampu membuat pria paruh baya itu jatuh dan tak bangun lagi.

Darah segar mengalir dari dadanya hingga merembes keluar dari kemeja lusuhnya.

"Buang mayatnya di tempat yang aman!" titah seorang pria berkacamata hitam dengan tampilan yang sangat menakutkan.

"Baik Bos!" jawab yang lain dan langsung menyeret mayat itu dengan sangat kasar hingga darahnya saja memenuhi jalanan blok bangunan itu.

Suzanne Sean Kingston membekap mulutnya dengan keras karena takut menimbulkan suara. Tubuhnya gemetar hebat karena takut.

Sebuah pembunuhan sadis ia saksikan sendiri di depan matanya dihari pertama ia tiba di Moskow Rusia.

"Aku harus melaporkan hal ini pada Kak Harry," ujarnya pelan kemudian segera pergi dari tempat itu.

Tetapi untung tak dapat diraih dan malang pun tak dapat ditolak. Langkahnya yang tergesa-gesa justru menimbulkan suara.

Siluet tubuhnya sempat terekam oleh pembunuh berdarah dingin itu.

"Tutup mulut gadis itu sekarang juga!" titah sang pembunuh kepada beberapa orang anggotanya yang masih berada di tempat itu.

"Baik Bos!" beberapa orang langsung berlari untuk menangkap Suzanne Sean Kingston dan lainnya segera melumpuhkan CCTV di sekitar tempat kejadian.

Suzanne rupanya cukup cepat menghilang dari pandangan orang-orang itu dan membuat mereka kebingungan mencari.

Gadis itu berlari ke keramaian Bandara Internasional Alexander S.Pushin untuk mencari sang Kakak yang mungkin sudah tiba di Bandara untuk menjemputnya.

"Awwwww!" gadis itu berteriak keras karena tak sengaja menabrak tubuh pria muda yang nampak sangat dingin dan arogan.

"Kamu tidak punya mata ya?!" teriak Suzanne kesal seraya menyentuh bagian belakangnya yang terasa sangat sakit akibat pertemuan dengan lantai yang cukup keras itu.

"Kamu yang tidak punya mata!" ini tempat umum dan kamu berlari di sini seolah-olah ini lapangan milik nenekmu!" balas pria itu ketus.

Ia sampai memandang tubuhnya yang sudah sangat kotor karena ketumpahan dua gelas minuman yang baru dibelinya.

"Lihat ini! semuanya jadi kotor 'kan? dasar ceroboh!"

Mata Suzanne langsung berkaca-kaca karena semakin tersulut emosi. Bibirnya langsung melengkung kebawah layaknya mangkuk terbalik.

Sepanjang hidupnya di dunia ini, ia tidak pernah dibentak dengan sangat kasar seperti itu oleh kedua orangtuanya. Dan sekarang pria asing ini malah meneriakinya seperti itu.

"Ish, kamu bisa bicara sopan tidak?!" gerutu Suzanne seraya mengangkat tangannya meremas udara.

"Kamu yang tidak sopan. Kamu yang menabrak dan malah lebih marah. Lihatlah apa yang kamu lakukan, semuanya jadi sangat kotor." pria itu menatap lantai dengan ceceran minuman kola di atas lantai.

"Heh apa susahnya sih panggil petugas untuk membersihkannya. Aku pikir orang Moskow itu ramah-ramah. Tapi ternyata tidak." ujar Suzanne lagi dengan bibir mencebik kesal.

Peristiwa sadis yang ia lihat dihadapannya tadi membuatnya semakin yakin kalau Moskow adalah tempatnya orang-orang yang tidak punya perasaan.

"Mommy! aku ingin pulang ke New Zealand saja huaaaa." gadis itu berteriak seraya menangis keras.

Perasaan kecewa dan kesal datang bersamaan mendera hatinya. Ia sangat menyesal keluar dari Mansionnya yang aman dan malah mendatangi tempat yang sangat buruk ini.

"Manja!" gerutu Daniel dengan wajah tak kalah kesalnya.

"Suzanne? apa yang kamu lakukan disana?" tanya Harry Sean Kingston yang tiba-tiba sudah berada disamping pria yang ia tabrak tadi.

Ia melihat adiknya masih duduk di lantai bandara dengan air mata menggenang dipipinya. Dengan cepat ia meraih tangan sang adik untuk bisa berdiri dari posisinya sekarang.

"Aku mau pulang kak Harry. Di sini bukan tempat yang baik huaaa." Suzanne kembali meraung dengan tangis diwajahnya.

"Hey, kamu baru datang dan langsung ingin pulang? ada apa denganmu?" Harry tersenyum kemudian merangkul bahu sang adik.

"Kamu tidak takut dikritik oleh orang Moskow kalau kamu menjelek-jelekkan negara mereka?"

"Tapi mereka memang jahat kak. Terutama orang yang ada di sampingmu itu." bisik Suzanne dengan suara pelan. Takut pria yang ia tabrak tadi malah memarahinya lagi.

"Hahaha, ini pria yang sangat baik. Dan dia adalah temanku." Harry tertawa melihat ekspresi adiknya.

"Daniel, ini adik aku Suzanne." pria itu memperkenalkan adiknya pada sahabatnya, Daniel Smith. Pria dingin itu menarik ujung bibirnya untuk tersenyum tipis.

"Jadi dia temanmu kak? oh tidak. Kenapa kamu punya teman seperti ini? datar dan juga tak punya rasa empati sedikitpun. Grrr!" gadis itu mencebikkan bibirnya kesal.

"Suzanne, jangan sampai tidak sopan pada orang. Itu tidak baik."

"Hem baiklah. Sekarang ayo cepat bawa aku ke Apartemenmu Kak." ujar gadis itu kembali ceria.

"Ayo, aku juga sedang terburu-buru ada hal penting yang harus aku lakukan." Harry Kingston segera meraih koper adiknya dan membawanya keluar dari area Bandara.

Daniel yang mengendarai mobil yang mereka tumpangi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar adik Harry yang sangat manja dan cerewet itu tak berhenti berceloteh di dalam mobil yang ia kendarai saat itu.

Ciiiiiit

"Ada apa?" tanya Harry saat merasakan Daniel menghentikan mobilnya dengan sangat tiba-tiba.

Tok

Tok

Dua pria dengan senjata di tangannya sedang mengetuk kaca mobil mereka meminta untuk membuka pintu mereka.

"Serahkan gadis itu pada kami!" teriak dia pria itu seraya menodongkan senjatanya ke depan kaca mobil.

Suzanne merasakan tubuhnya gemetar takut. Ia ingat dua pria itu berada di tempat kejadian pembunuhan itu.

Harry ingin sekali mengeluarkan pistol miliknya dari balik jasnya tetapi ia takut adiknya malah shock.

"Jalan! jangan hiraukan mereka!" ia memerintahkan Danil untuk melajukan mobil dan kalau bisa menabrak mereka.

Bruuum

🍀

*Bersambung.

Like dan komentarnya dong 😍

#Part 2 Asmara SP

Daniel Smith langsung menginjak gas dan melajukan mobilnya dengan cepat diiring bunyi tembakan beruntun dari arah belakang.

Door

Door

Door

"Mereka mengikuti kita." ujar Harry seraya menatap kaca spion kendaraan roda empat yang sedang mereka kendarai.

Sebuah mobil yang dikemudikan dua orang asing itu nampaknya semakin melaju dengan kecepatan tinggi ke arah mereka.

"Siapa mereka?" tanya Harry seraya meraih senjatanya dibalik jas bagian dalamnya.

"Aku tidak tahu. Tapi sepertinya mereka mengikuti kita karena adikmu."

"Suzanne? Ah tidak mungkin. Ini hari pertamanya sampai di Moskow. Tidak mungkin ia mempunyai masalah."

"Mungkin saja Harry. Ia bahkan sudah bermasalah denganku sejak pertama bertemu." jawab Danil seraya memandang spion kecil di atas kepalanya. Ia ingin melihat apa yang dilakukan gadis manja itu di belakang sana.

"Apa yang kamu lihat?!" tanya Suzanne dengan nada kesal. Rupanya ia juga sedang memandang kaca itu hinggap matanya berada pada satu titik dengan mata biru Daniel Smith. Pria itu hanya tersenyum samar.

"Aaaaaa apa yang terjadi!" Suzanne tiba-tiba berteriak histeris karena mobil yang mereka kendarai diserempet dari samping hingga membuat mobil mereka sedikit oleng.

Bruuuum

Danil Smith menambah laju kecepatan mobilnya dan meninggalkan mobil yang memburu mereka tertinggal di belakang sana.

Door

Door

Door

"Hey ada apa dengan mereka?" tanya Harry dengan hati mulai emosi.

"Kak Harry, ada apa ini?" tanya Suzanne dengan perasaan mulai ketakutan. Laju kendaraan semakin cepat diatas kecepatan rata-rata belum lagi bunyi tembakan beruntun yang tidak ada habisnya memberondong mereka.

Untungnya mobil Danil Smith adalah mobil mewah yang didesain anti peluru dan juga bom. Maybach 62, adalah mobil favoritnya.

"Aku tidak tahu Suzanne. Tetapi sepertinya mereka mengincarmu." jawab Harry dengan wajah tak terbaca.

Dari dalam spion , ia bisa melihat kalau mobil itu sudah mendekat kembali.

"Danil, bersiaplah. Tancap gas dengan kecepatan tinggi jika ini aku lemparkan." Harry menunjukkan bom dengan kapasitas ledak tinggi yang sudah siap ia lempar ke mobil itu.

"Siap!" jawab Danil Smith dengan seringaian senang. Ia sudah lama tidak terlibat dalam acara yang cukup memancing adrenalinnya.

Door

Boom

Harry benar-benar telah berhasil melempar bom itu dan meledakkan mobil di belakangnya.

Danil Smith tersenyum puas begitupun Harry tetapi tidak bagi Suzanne yang merasakan takut yang teramat sangat.

Tubuhnya gemetar dengan keringat dingin membasahi pori-pori kulitnya. Ia menangis dalam diam. Rasa sesal karena memaksa datang ke Moskow kini menumpuk dalam hatinya.

"Sekarang bawa kami ke Apartemen." ujar Harry kepada Daniel Smith sang sahabat.

"Baiklah." jawab Danil seraya tersenyum. Pria itu melajukan mobilnya ke arah tempat tinggal sementara Harry Sean Kingston ketika sedang berada di Moskow.

Tak mengambil waktu yang lama dengan cara mengemudi Danil Smith yang bagaikan seorang pembalap, mereka pun sampai.

"Suzanne, welcome to my home." ucap Harry tersenyum lebar kepada adiknya saat ia membukakan pintu untuk gadis itu.

Suzanne hanya tersenyum tipis. Tak ada lagi wajah antusias seperti beberapa hari yang lalu saat ia ingin sekali berkunjung ke Moskow. Hatinya kini dilanda ketakutan dan juga khawatir.

Gadis itu pun turun dari mobil dengan perasaan kacau. Bayangan kerasnya kota Moskow kini semakin membuat dirinya tak bersemangat lagi berada di kota ini.

"Ayo, akan ditunjukkan dimana kamarmu." ujar Harry seraya membawa koper adik semata wayangnya. Daniel Smith yang sudah sering berkunjung ke tempat ini segera ikut juga ke unit kamar apartemen itu.

"Nah sekarang kita harus menghubungi Mom dan Daddy kalau kamu sudah sampai." ujar Harry seraya mengangkat handphonenya dan mulai menghubungi kedua orangtuanya di New Zealand.

"Aku akan mencuci wajahku dulu." ujar Suzanne seraya berdiri ke arah wastafel. Ia yakin wajahnya sekarang pasti kelihatan jelek dan juga kusut karena menangis dan stress. Dan ia tidak mau melihat Mommy Shania khawatir.

"Awwwww, Astaga. Kamu ya selalu saja bikin aku kesal." Suzanne berteriak keras karena kembali menabrak Danil yang baru saja dari dapur dan sedang membawa dua gelas coklat panas.

"Kamu yang selalu ceroboh. Tidak pernah memperhatikan keadaan di sekeliling." Danil Smith ikut tersulut emosi.

Dua kali gadis ini menabrak dirinya pada momen yang sama.

Dan sekarang coklat panas ini benar-benar sudah menyempurnakan noda pada pakaiannya. Belum lagi rasa panas yang sampai pada kulit perutnya.

"Kak Harry! jangan biarkan temanmu ada di sini. Suruh ia pulang ke rumahnya kalau ia punya rumah." Suzanna berteriak keras di depan wajah Danil Smith dengan mata melotot kesal.

"Kamu tidak perlu berteriak. Aku akan pulang setelah urusanku selesai!" geram Danil Smith dengan rahang mengeras. Ia sampai mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Baguslah kalau begitu. Sekarang bersihkan hasil tumpahan coklatnya. Lantainya jadi sangat kotor." ujar Suzanne seraya melihat pemandangan lantai itu yang penuh dengan cairan coklat.

Danil Smith mengerang kesal tetapi tidak bisa berbuat banyak. Itulah kenapa ia paling anti bergaul dengan yang namanya perempuan. Mereka sepertinya diciptakan dengan banyak mulut untuk berbicara.

Tidak hanya di rumahnya sendiri, sekarang ia pun bertemu dengan gadis cerewet yang sangat menyebalkan.

Setelah mencuci wajahnya, Suzanne pun menemui kakaknya yang sedang berada dalam panggilan Video dengan kedua orangtuanya.

"Mommy!" teriaknya saat melihat wajah Shania Galdwin sedang berada dalam dekapan Daddynya, Vedran Sean Kingston.

"Suzanne, bagaimana Moskow sayang?" tanya Shania dengan mata berkaca-kaca penuh kerinduan. Beberapa jam berpisah dengan putrinya yang sangat manja membuatnya sudah sangat rindu.

Suzanne tersenyum lebar. Seketika peristiwa buruk yang ia alami selama beberapa jam ini terlupakan. Ia teringat akan pesan Mommy dam Daddynya kalau ia harus jadi gadis yang berani dan kuat.

Dan kalau ia menceritakan kejadian-kejadian buruk ini pada kedua orangtuanya maka dipastikan ia tidak akan pernah mendapatkan izin lagi untuk keluar rumah.

Dengan menarik nafas panjang, ia pun menjawab dengan wajah ceria. "Moskow ternyata kota yang keras tetapi menyenangkan. Kami baru sampai di Apartment. Dan sekarang aku sudah lapar."

"Hahahaha." Vedran Sean Kingston dan istrinya tertawa bersamaan. Mereka berdua gembira karena putrinya nampak menikmati negara itu.

"Kalau begitu makanlah dulu. Ceritakan nanti tempat apa saja yang kalian kunjungi sayang." ujar Shania dengan perasaan yang sudah lebih baik. Ia sudah bisa bernafas lega karena keadaan putrinya baik-baik saja.

Mereka berdua pun menutup panggilan itu dengan perasaan yang sama-sama senang. Tetapi tidak bagi Harry Sean Kingston. Baru saja ia mendapatkan pesan khusus kalau ia harus mengikuti pasukan perdamaian PBB ke negara konflik Pakistan dan juga India.

Ia yang terkenal sebagai perakit dan penakluk bom adalah bagian dari anggota militer New Zealand. Tetapi sering mendapatkan tugas dalam misi perdamaian antara negara dibawah organisasi PBB.

Harry memandang Danil Smith untuk meminta tolong agar menjadi pengawal atau penjaga adiknya sementara ia berada di Kashmir dalam beberapa hari kedepan.

Pria itu merasa keberatan tetapi tatapan memohon dari sahabatnya itu harus ia pertimbangkan.

🍀

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

# Part 3 Asmara SP

"Kak Harry mau kemana?" tanya Suzanne seraya mengikuti langkah kaki kakak laki-lakinya itu keluar masuk kamar untuk mempersiapkan ini dan itu dalam rangka keberangkatannya ke Perbatasan Pakistan dan Indah beberapa jam lagi.

"Aku ada tugas negara ke daerah konflik. Tidak apa-apa 'kan aku tinggalkan kamu beberapa hari bersama Daniel Smith?" Suzanne langsung menatap pria yang dimaksud oleh kakaknya dengan bibir terangkat. Ia tidak suka pada pria itu.

"Tidak. Aku tidak mau."

"Kalau begitu kamu tinggal di Apartemen ini sendirian atau kamu balik ke New Zealand, bagaimana?" tanya Harry seraya menatap wajah adiknya yang nampak sangat kecewa

"Aku bisa pesankan tiket untukmu pada penerbangan berikutnya kalau kamu mau." lanjutnya seraya meraih handphonenya yang ia simpan di atas nakas. Pria itu kemudian menatap sang adik meminta jawaban secepatnya.

Suzanne tampak berpikir kemudian menjawab, "Apa kata Mommy dan Daddy kalau aku pulang secepat ini kak."

"Bisa-bisa aku ditertawai oleh mereka karena pulang tak membawa kesan yang baik kecuali dengan bertemu dengan orang yang cukup menyebalkan seperti temanmu ini, Hem." gadis itu memandang wajah Daniel Smith dengan bibir mencebik.

"Lagipula aku sudah mendapatkan izin untuk keluar Mansion sangat susah. Aaaaa kenapa sih sampai ada tugas darurat seperti ini?" kesal Suzanna seraya melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur kakaknya.

Harry tersenyum kemudian menghampiri adik semata wayangnya itu.

"Aku minta maaf. Tapi aku benar-benar tidak tahu akan jadi begini keadaannya. Lain kali aku pastikan aku akan menemanimu kemanapun engkau mau."

"Kamu tidak salah kak."

"Jadi apa keputusanmu?" Harry masih menuggu jawaban adiknya itu dengan sabar.

"Aku tinggal di sini dan akan menikmati liburan ini di Apartemenmu kak. Di sini menarik. Dan suasananya cukup bagus."

"Baiklah. Tapi kalau kamu merasa bosan dan ingin keluar kamu bisa meminta Daniel Smith untuk menemanimu."

"Tidak perlu. Aku bisa jalan sendiri. Bukankah ada Google Map yang akan memberi tahu tempat yang cocok untuk aku kunjungi selama di kota ini?"

Harry mengangguk kemudian tersenyum. Ia setuju dengan pendapat adiknya tetapi tetap saja ia tidak percaya begitu saja.

Bagaimanapun Daniel Smith harus berada di sampingnya untuk menemaninya di sini. Dan ia akan memohon pada sahabatnya itu meskipun ia tahu keduanya itu sangat tidak akur sejak pertama bertemu.

"Aku akan menghubungi Mommy dan Daddy nanti kalau aku sudah sampai di Markas." ujar Harry seraya meraih kopernya untuk berangkat.

Ia meraih adiknya kedalam pelukannya kemudian memberi kode pada Daniel Smith untuk menjaga adiknya ini selama ia tidak ada di Moskow.

"Aku khawatir padamu Suzanne. Sepertinya kamu lebih aman kalau berada di New Zealand." ujar Harry karena tiba-tiba ia teringat akan penyerangan bersenjata beberapa jam yang lalu setelah dari Bandara.

Ia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi pada adiknya itu sampai beberapa orang berbahaya sedang mencarinya.

"Tidak kak. Biarkan aku merasakan malam di Moskow setelah itu aku akan pulang, bagaimana?" Harry mengangguk setuju kemudian pergi dari sana dengan banyak pesan dan petuah pada sang adik.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Suzanne saat Daniel Smith masih berada di Apartemen itu padahal Harry sudah berangkat.

"Aku ada pekerjaan yang harus aku kerjakan. Jadi anggap saja aku tidak ada, okey?" jawab pria itu seraya melangkah ke dalam sebuah kamar yang biasa ia tempati ketika ia melakukan satu pekerjaan penting bersama dengan Harry.

Suzanne mencebikkan bibirnya kemudian melangkahkan kakinya ke dapur. Ia ingat kalau belum makan apapun sejak sampai di Moskow. Dan sekarang ia sudah sangat lapar.

Lemari pendingin ia buka tapi tidak menemukan apapun untuk dimakan. Yang ada hanya macam-macam minuman khas kesukaan laki-laki.

Kabinet ia buka untuk mencari sesuatu tetapi sama sekali ia tidak menemukan makanan. Akhirnya ia mendatangi kamar yang dimasuki oleh Daniel dan memberi tahu pria itu kalau ia sedang lapar.

"Aku lapar." ujarnya dengan suara tak bersemangat. Ia memandang pria itu sedang menggambar sketsa yang tidak ia tahu apa itu.

"Hem."

"Kamu dengar tidak? aku lapar dan tolong belikan aku makanan."

"Kamu tidak lihat kalau aku sedang sibuk? lagipula ada banyak bahan makanan di dapur. Masak saja sendiri!" Danil sama sekali tidak ingin meninggalkan pekerjaannya yang sudah hampir selesai itu.

"Aku tidak mau. Aku hanya mau makanan yang sudah jadi."

"Kalau begitu belilah sendiri. Dan jangan menggangguku." Suzanne menghentakkan kakinya ke lantai karena kesal. Ia ingin makan tetapi untuk masak saja ia tidak bisa.

"Ih kamu benar-benar tuan Rumah yang sangat tidak ramah. Aku benci padamu." ujar Suzanne dengan perasaan marah yang menggunung.

Gadis itu pun pergi dari sana kemudian mengambil dompet dan juga handphonenya. Ia akan turun ke Restoran yang ada di gedung Apartemen ini.

🍀

Danil Smith merasa puas dengan gambar yang telah ia buat. Pria itu menyimpan maketnya dan bersiap untuk pulang. Tetapi tiba-tiba ia tersadar kalau ia sedang bertugas untuk menjaga si gadis manja adik dari sahabatnya, Harry Sean Kingston.

"Hey gadis manja?!" teriaknya ke sekeliling ruangan. Tak ada jawaban. Hingga ia jadi merasakan khawatir dan takut.

"Dimana gadis manja itu?" tanyanya pada dirinya sendiri. Pria itu begitu panik karena tidak menemukan gadis yang sangat menjengkelkan itu dimanapun.

Seketika ia teringat akan keluhan gadis itu kalau ia sedang lapar.

Ia pun berlari keluar dan menuju lift. Ia yakin Suzanne pasti mengunjungi Restoran karena gadis itu tadi mengaku sangat lapar.

"Alhamdulillah, kamu ternyata di sini." ujarnya dengan tarikan nafas lega. Ia memandang Suzanne sedang makan dengan seorang pria muda yang baru dikenalnya.

"Kalau kamu sudah makan kembali ke atas." titahnya dengan suara tegas. Ia sudah dibuat cukup panik karena ketiadaan gadis itu diluar jangkauannya.

Suzanne tidak menjawab. Ia hanya melanjutkan mengobrol santai dengan teman barunya.

"Terimakasih ya Javier. Lain kali aku akan meminta bantuanmu lagi untuk menikmati Kota Moskow." ujar Suzanne tersenyum manis.

"Sama-sama Suzanne. Kamu menyimpan nomornya handphone aku 'kan? Kamu bisa menghubungiku kapan saja kamu mau."

"Oh, kamu baik sekali. Tidak seperti orang Moskow lainnya." ujar gadis itu seraya melirik Danil Smith yang sedang berdiri di sampingnya.

Putra kedua Alexander Smith itu hanya memutar bola matanya malas dengan penilaian gadis itu padanya.

Suzanne pun berjalan ke arah kasir dan membayar makanan yang sudah ia makan. Setelah itu pergi dari sana dengan mengabaikan Daniel Smith yang sedang mengikutinya di belakang bagai seorang pengawal.

Sedangkan Javier menyeringai seraya menghubungi seseorang.

Aku sudah mendapatkannya!

🍀

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!