NovelToon NovelToon

Pembalasan Ratu Ular

Dendam

Sepasang manusia jelmaan dari ular sedang berbahagia, karena setelah sekian lama berpisah kini mereka bisa bertemu kembali.

Kini mereka memutuskan untuk segera melangsungkan suatu pernikahan.

"Ruhi, aku sudah tidak sabar lagi ingin segera menikah dengan dirimu."

"Aku juga, Vikri. Setelah sekian lama kita terpisah karena harus jalani pertapaan."

Keduanya hanya berbicara dengan bahasa batin. Dan pada saat keduanya melangkah dari sisi yang berbeda untuk saling berpelukan, tiba-tiba beberapa pemuda menarik paksa sang wanita.

"Heh, kalian mau apa? tolong lepaskan aku sekarang juga!" bentak Ruhi.

"Hhhhhaaa... gadis cantik yang rupawan dengan mengenakan pakaian yang sangat menggoda seperti ini, mana mungkin juga kami akan melepaskan."

"Lumayan, bro. Bisa untuk menemani kita malam ini."

"Hey cantik, dari pada sendiri di hutan seperti ini sebaiknya ikut kami saja yuk?"

"Iya, sayang. Bersenang-senanglah dengan kami berempat, dari pada di sini di tengah hutan sepi seperti ini."

Empat pemuda yang sedang terpengaruh minuman keras mencekal paksa Ruhi yang akan menemui Vikri. Dari jauh Vikri bisa melihat bahaya yang sedang mengancam Ruhi, ia bergegas berlari menuju ke arah kekasihnya yang sedang di cekal empat pemuda.

"Heh, lepaskan kekasihku!" bentak Vikri.

"Hhaaaa....jadi kamu kekasih si cantik ini? kenapa juga kamu tinggalkan ia seorang diri di tengah hutan seperti ini, hah?"

"Iya, biarkan wanitamu ini menemaniku saja dari pada kamu telantarkan di tengah hutan sendiri."

Mata Ruhi sudah di penuhi kebencian, kedua tangannya sudah mengepalkan tinjunya. Dan ia sudah siap akan berubah wujud menjadi ular, akan tetapi Vikri menggelengkan kepalanya perlahan, memberikan kode supaya Ruhi tidak melakukan hal itu.

"Jangan Ruhi, kita tidak boleh menyakiti makhluk lain apa lagi manusia," ucap Vikri dengan bahasa batinnya.

Hingga pada akhirnya Ruhi pun mengurungkan niatnya untuk merubah dirinya menjadi ular, guna melepaskan diri dari keempat pemuda yang sedang mencekal dirinya.

"Heh tolong lepaskan calon istriku, biarkan dia bersamaku. Kami tidak pernah berurusan dengan kalian berempat, tidak pernah mengganggu kalian jadi aku mohon lepaskan calon istriku," ucap Vikri.

Akan tetapi ucapan dari Vikri sama sekali tak di hiraukan oleh ke empat anak manusia yang sedang terpengaruh oleh minuman keras tersebut. Mereka malah semakin berani dengan bertindak tak sopan yakni merobek pakaian yang di kenakan oleh Rugi.

"Vikri.....tolong......"

Teriakan Ruhi dan perbuatan biadab keempat pemuda tersebut membuat Vikri sudah tidak sanggup lagi menahan amarahnya. Lantas ia pun berubah menjadi ular, saat itu juga dengan tubuh ular kepala manusia Vikri pun melotot ke arah empat pemuda yang saat ini sedang berusaha ingin menodai Ruhi.

Dengan mencambukan ekornya Vikri mencambuk pepohonan rindang yang ada di sekeliling hutan tersebut untuk menakuti ke empat pemuda itu.

Akan tetapi keempat pemuda itu sama sekali tidak ada rasa gentar sedikitpun dengan ancaman yang dilakukan oleh Vikri. Bahkan ada salah satu pemuda yang mengeluarkan pistolnya, dengan secepat kilat pemuda itu menembakkan pistol ke arah dada Vikri.

D....O.....R....

"Ahhhhhh......"

Peluru tepat mengenai jantung Vikri hingga pada akhirnya ia pun berubah menjadi ular sepenuhnya tetapi sudah tidak berdaya dan terjatuhlah ia kejurang yang sangat terjal.

"Vikri.....tidak....."

"Kalian manusia jahat! kami tidak pernah mengganggu kalian, tetapi kenapa kalian ganggu kami, hah!"

Ruhi begitu marahnya hingga kini oa juga berubah menjadi ular berkepala manusia dan menghajar ke empat pemuda tersebut.

Akan tetapi pada saat Ruhi akan menghabisi ke empat pemuda itu, tiba-tiba datang seorang pemuda tampan hingga Ruhi pun berlalu pergi begitu saja untuk bersembunyi.

"Heh, kakak mencari kalian berempat ternyata ada disini? ayok lekas pulang! hem... kalian pasti habis minum ya? bau sekali alkohol," ucap pria itu.

Seorang pemuda yang baru datang tersebut lantas mengajak keempat pemuda yang sedang terpengaruh oleh minuman keras untuk pergi dari hutan tersebut. Akan tetapi dari pengintaiannya Ruhi bisa melihat jelas lima pemuda tersebut.

"Lihat saja, aku akan membalaskan dendam pada kalian semua yang telah menembak calon suamiku!" gumam Ruhi.

Ia pun benar-benar menjelma menjadi ular sepenuhnya untuk mencari keberadaan Vikri calon suaminya yang terjatuh ke dalam dasar jurang yang sangat terjal.

Pada akhirnya Ruhi bisa menemukan seekor ular besar jelmaan dari Vikri. Ia pun berubah kembali menjadi manusia dengan memeluk ular tersebut dan saat itu juga ular itu menjelma menjadi manusia berwujud Vikri.

"Ruhi, aku minta maaf ya. Aku tidak bisa memenuhi janjiku padamu untuk menikah denganmu," ucap Vikri dengan terbata-bata menahan rasa sakit karena tembakan di dadanya.

"Jangan berkata seperti itu, kita pasti akan bersama dan segera menikah. Kamu pasti akan baik-baik saja, bertahanlah. Aku akan minta guru untuk mengobati dirimu," ucap Ruhi mencoba memberikan penghiburan pada Vikri.

"Tidak perlu, Ruhi. Karena aku sudah tidak kuat lagi. Sekali lagi aku minta maaf tidak bisa menjaga dirimu lagi. Jaga diri baik-baik jika aku pergi nanti," ucap Vikri perlahan menutup ke dua matanya.

"Vikri-Vikri, bangun Vikri......'

Ruhi pun menangis histeris karena saat itu juga Vikri menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dan ia kembali ke wujud aslinya yakni ular.

Ruhi pun berjanji akan membalas dendam kematian calon suaminya itu. Ia menjelma menjadi ular dan naik ke atas jurang. Ia mengingat dengan seksama ke empat pemuda yang telah berbuat jahat pada dirinya dan juga kekasihnya.

***********

Empat bulan kemudian, ia datang ke kota menjelma menjadi gadis cantik. Ia sengaja melamar kerja di sebuah rumah dimana ke empat pemuda yang telah membuat calon suaminya meninggal.

Ia rela bekerja hanya sebagai asisten rumah tangga. Hal itu ia lakukan demi bisa membalaskan dendam pada ke empat pemuda itu.

"Siapa namamu, gadis cantik?" tanya seorang wanita paruh baya.

"Namaku Mala, nyonya."

"Apa kamu yakin mau kerja di sini hanya sebagai asisten rumah tangga?" tanya wanita paruh baya itu.

"Iya nyonya."

"Ya sudah, mulai sekarang juga kamu kerja di sini ya. Semoga saja kamu kerasan, dan panggil saya Nyonya Ani."

Mala di ajak ke kamar khusus asisten rumah tangga. Ia pun mulai di ajak berkeliling oleh Nyonya Ani.

Bahkan ia juga di tunjukkan kamar-kamar anaknya. Dan ternyata ke empat pemuda yang telah kurang ajar padanya dahulu dan yang telah membunuh kekasihnya, hanya dua orang saja yang anaknya. Dan dua orang lagi adalah anak tirinya dari istri muda suaminya. Satu orang lagi pemuda yang tak ikut aksi jahat itu adalah anak sulung dari Nyonya Ani

"Vikri, aku janji akan membunuh semua orang yang telah membunuhmu. Nyawa bayar nyawa," batin Mala.

Korban Pertama

Satu bulan Mala bekerja di rumah Nyonya Ani menjadi asisten rumah tangga. Tetapi ia belum juga bertemu dengan ke-empat pemuda yang telah menghabisi nyawa calon suaminya.

Justru ia terus saja bertemu dengan pemuda yang waktu itu di temui dirinya mengajak pulang empat pemuda itu.

Dengan memberanikan diri, Mala bertanya pada Nyonya Ani.

"Nyonya Besar, kok rumah ini terasa sepi sekali sejak saya datang kemari ya? apakah memang yang tinggal di sini cuma Nyonya Besar dan Den Radit saja?" tanya Mala menyelidik.

"Tidak Mala, yang tinggal di sini itu banyak. Saya dan ketiga anak saya serta istri siri suami saya dengan dua anaknya. Hanya saat ini mereka sedang tidak ada di rumah sedang pergi ke luar kota semuanya," ucap Nyonya Ani.

Baru saja dibicarakan tiba-tiba datanglah keluarga besar, Nyonya Ani.

"Mah, bagaimana kondisi mamah? sayang sekali mamah tak ikut ke luar kota," tanya suaminya yakni Papah Rasyid.

"Mah, itu siapa cantik sekali?" tanya Angga menatap genit kepada Mala.

"Iya, mah. Kok tiba-tiba ada bidadari dari surga turun ke rumah ini?" ucap Anggit menimpali.

"Hey, gadis cantik. Sekiranya kalau belum punya pacar mendingan sama salah satu anakku saja," istri siri Tuan Rasyid yakni Ana ikut berbicara.

Kedua anak dari Nyonya Ana juga sedari tadi menatap ke arah Mala. Mereka adalah Ratno dan Roso.

"Sudah ayok masuk, dia ini asisten rumah tangga yang baru di rumah ini," ucap Nyonya Ani.

Semua tak percaya masa iya gadis cantik sekali, mau menjadi seorang asisten rumah tangga? mata ke empat pemuda itu terus saja menatap ke arah Mala.

"Dasar mata keranjang semuanya, hanya anak sulungnya saja yang dingin padaku. Siapa dulu yang mendekati aku, itulah yang akan aku mangsa," batin Mala.

Mala membantu membawakan koper milik salah satu anak dari Tuan Rasyid. Dan ternyata koper yang di bawakan oleh Mala adalah milik Angga.

"Terima kasih ya cantik, siapa namamu?" goda Angga genit menatap Mala dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Nama saya Mala, Den Angga."

"Hem, cantik sekali namamu itu secantik orangnya. Apakah kamu sudah punya pacar cantik?" goda Angga kembali.

"Mana ada yang mau dengan saya yang hanya asisten rumah tangga ini, Den," ucap Mala merendah.

"Mangsa pertamaku adalah dia," batin Mala.

"Saya permisi ya, Den."

Saat itu juga Mala keluar dari kamar Angga dan berpapasan dengan Radit. Mereka tak sengaja saling berpandangan satu sama lain bahkan tanpa berkedip.

"Hello, Ka Radit. Sudah dong menatapnya, dia itu gadisku," tegur Angga.

"Sejak kapan? baru aja ketemu main mengaku-ngaku aja dia itu gadismu. Berapa gadis yang sudah kamu pacari? mau sampai kapan kamu menjadi playboy seperti ini?" tegur Radit.

"Secara adikmu ini kan ganteng, makanya banyak gadis yang mau menjadi pacarku. Memangnya Kak Radit yang tak normal sama sekali tak pernah melirik gadis manapun," ejek Angga terkekeh.

"Sialan kamu, mengatakan kakakmu sendiri ini tidak normal. Awas saja kalau kamu minta jatah uang tidak akan aku beri sepeserpun," ancam Radit.

Hingga di tengah malam tiba ada satu ketukan di pintu kamar, Angga.

tok tok tok tok tok

"Siapa sih malam-malam mengganggu waktu tidurku saja," gumam Angga namun matanya tetap terpejam.

tok tok tok tok

kembali lagi pintu kamar terdengar di ketuk seseorang tapi tak terdengar suaranya.

"Sialan, mengganggu saja!"

Angga pun bangkit dari pembaringan dengan mengucek matanya yang masih ngantuk.

Dengan langkah gontay, ia berjalan ke arah pintu kamarnya dan membukanya.

"Sasa?" Anggap mengucek matanya lagi.

"Iya, sayang."

"Bukannya kamu ada di luar negeri?"

"Hust... jangan berisik nanti keluargamu bangun. Aku sengaja ingin memberikan surprise padamu. Yuk ikut aku...

Sasa menarik paksa Angga keluar dari kamarnya dan mengajaknya pergi dari rumah itu.

"Sasa, kamu ingin mengajak aku kemana?" tanya Angga dengan mata ngantuknya.

"Aku akan ajak dirimu bersenang-senang, apakah kamu masih mau menolakku?" goda Sasa dengan mengedipkan matanya genit.

"Aku suka dengan tingkah nakalmu ini cantik, apa lagi jika sedang di ranjang...oooh...tidak...aku jadi sudah tak sabar," ucap Angga mengusap paha mulus Sasa.

"Dasar pria hidung belang. Tamatlah riwayatmu sekarang juga! silahkan membayangkan sesuatu yang indah terlebih dahulu sebelum kamu menjemput ajalmu!" batin Sasa yang ternyata adalah jelmaan Mala.

"Sasa, kok kita jauh sekali? ini kan arah hutan, sayang?" tanya Angga muldi curiga pada saat mobil meluncur ke arah hutan.

"Memang ini arah hutan, lantas kenapa?" tanya Sasa nada bicaranya sudah berubah dingin.

"Heee... sekarang aku tahu dech. Kamu ingin kita bercinta dalam suasana yang berbeda ya kan?" ucap Angga dengan sangat yakin.

Sejenak Sasa menghentikan laju mobilnya karena sudah sampai di perbatasan hutan.

"Sa, kok diam sih?" tanya Angga menyibakkan rambut Sasa yang menutupi sebagian wajahnya sehingga tak terlihat jelas wajah Sasa.

Sasa menoleh ke arah Angga, dan Angga terhenyak kaget.

"Kamu?"

"Ya, ini aku. Kenapa kamu kaget seperti itu? bukannya tadi kamu akan mengajakku bercinta di hutan ini?" ucap Sasa yang telah berubah wujud menjadi Ruhi.

"Tidak, kamu ini bukan manusia tapi ular!" Angga mencoba keluar dari mobil tapi tidak bisa.

"Sayang, katanya kamu ingin mengajakku bercinta. Bukannya dulu kamu juga akan memaksa aku kan? sampai kamu dan ketiga saudaramu menembak mati calon suamiku!"

"Kamu tahu, aku datang kembali untuk membalas atas kematian calon suamiku oleh kalian berempat!"

Ssssstt..... terdengar suara desis ular, dan terlihat sekali kini Ruhi sudah berubah wujud menjadi ular.

"Kenapa kamu tak melihat wajahku? ayolah sayang." Ruhi memalingkan wajah Angga sehingga menghadap ke arahnya.

"To-to-long....le-pas-kan...aku ..aku minta maaf atas perbuatanku tempo dulu..

to.... long..." Angga ketakutan dan ia pun menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Apa kamu lupa? pada saat itu aku pun meminta hal yang sama pada kalian? supaya melepaskanku, tetapi apa? kalian malah semakin menjadi-jadi bukan?"

"T O K !!"

Ruhi mematuk kening Angga.

"Aaahhh......"

Seketika itu juga Angga meninggal di tempat dan Ruhi keluar dari mobil itu.

Dia membuat mobil itu seolah alami kecelakaan dan masuk ke dalam jurang.

"Vikri..aku baru membalaskan dendammu pada satu orang."

"Tetapi aku pastikan, tiga yang lainnya akan alami hal yang sama! kamu jangan khawatir sayang, rohmu pasti akan tenang jika dendammu sudah aku balaskan!"

Saat itu juga Ruhi berlalu pergi dari hutan tersebut. Ia kembali ke rumah mewah milik Nyonya Ani dengan wujud Mala.

Tidak Di Temukan Bukti Kuat

Pagi menjelang di saat sarapan tiba semua orang mencari keberadaan Angga.

"Radit, mana Angga?" tanya Mamah Ani.

"Sepertinya ia masih ada di kamarnya, mah. Sebentar ya mah biar aku panggil dulu untuk segera turun sarapan."

Radit segera melangkah menuju ke kamar, Angga. Pada saat Radit akan mengetuk pintu kamar Angga, pintunya terdorong tak sengaja oleh Radit.

"Tumben nih bocah tidur nggak kunci pintu kamarnya."

Radit segera masuk ke dalam kamar Angga dan mencari keberadaannya akan tetapi tidak ada sama sekali.

"Astaga, kemana anak nakal ini? masa iya pagi sekali sudah pergi? ataukah semalam ia pergi dan tak pulang?" batin Radit bahkan ia mengulang pencariannya di dalam kamar Anggap tetapi tetap tidak menemukan kebenaran, Angga.

Radit segera turun ke lantai bawah dan mengatakan kepada semua yang ada di meja makan jika Angga tidak ada di dalam kamarnya.

"Mah-pah, Angga tidak ada di dalam kamarnya," ucap Radit.

"Tumben sepagi ini sudah bangun, lantas ke mana perginya Angga?" tanya Papah Rasyid memicingkan alisnya.

"Entahlah, pah. Aku sendiri juga tidak tahu." Radit mengangkat kedua bahunya.

"Apa kamu sudah menelpon ponselnya?" tanya Mamah Ani.

"Belum sih, pah. Tadi aku dua kali mencarinya di dalam kamar tetapi tidak ada, terus aku langsung turun ke sini tidak terpikirkan untuk menelpon Angga," ucap Radit.

"Ya sudah sekarang telepon coba, kamu tanyakan di mana ia berada saat ini," perintah Papah Rasyid.

Saat itu juga Radit menelpon nomor ponsel Angga tetapi sama sekali tidak bisa dihubungi. Hingga pada akhirnya, mereka pun memutuskan untuk sarapan tanpa ada kehadiran, Angga.

Beberapa jam kemudian selagi semuanya bersantai, datanglah aparat kepolisian yang mengatakan telah terjadi kecelakaan tunggal pada Angga di hutan.

Hal ini membuat keluarga Angga heran dan curiga, karena yang mereka tahu jika saat ini Anga sama sekali tidak sedang ada masalah dengan anggota keluarganya.

'Selamat lagi menjelang siang, Tuan Rasyid. Saya hanya ingin menginformasikan bahwa kamu menemukan mobil salah satu dari anak anda masuk ke dalam jurang."

Aparat kepolisian tersebut menunjukkan pada Papah Rasyid tentang mobil tersebut dan juga foto Angga yang tergeletak sudah tak bernyawa.

"Pak, ini tidak mungkin? bagaimana bisa mobil anak saya tiba-tiba ada di dalam jurang?" tanya Papah Rasyid heran.

"Untuk bisa menguak kasus anak anda, izinkan kami menyelidiki lebih lanjut," ucap salah satu aparat kepolisian.

ia memerintah kepada anak buahnya untuk memeriksa semua ruangan yang ada di rumah tersebut dan yang paling utama adala kamar Angga.

Dan pada saat salah satu aparat kepolisian mengecek rekaman video CCTV. Ia pun menemukan salah satu bukti.

"Tuan Rasyid, siapkah wanita yang tengah malam datang ke kamar anak anda?" tanya salah satu aparat kepolisian seraya menunjukkan foto Sasa.

"Itu kan Sasa, mantan pacar Angga, pak," jawab Papah Rasyid.

"Sepertinya kasus anak anda ini ada hubungannya dengan gadis yang bernama Sasa tersebut."

"Dimanakah alamat rumah gadis ini?" tanya salah satu aparat kepolisian.

"Saat ini dia sedang ada di luar negeri, pak. Bagaimana mungkin tahu-tahu ia sudah ada di sini?" ucap Papah Rasyid heran.

Saat itu juga Sasa di hubungi oleh keluarga Angga untuk segera datang kerumah. Tetapi mereka sama sekali tidak mengatakan kejujuran tentang apa yang telah menimpa Angga.

Untuk sementara pemeriksaan terhadap kasus Angga di hentikan terlebih dahulu hingga Sasa sampai di Indonesia.

Pagi menjelang, Sasa telah sampai di kediaman keluarga besar Papah Rasyid. Ia pun langsung menanyakan untuk apa dirinya di minta datang ke rumah tersebut.

"Om Rasyid, sepertinya ada sesuatu yang sangat penting yang membuat saya disuruh datang kemari sebenarnya ada apa ya?" tanya Sasa penasaran.

"Nanti juga kamu akan tahu, sekarang sebaiknya kamu ikut om."

Sasa pun menuruti kemauan Papah Rasyid ia mengikuti ke mana Papah Rasyid dan Radit pergi.

Pada saat berada tepat di pelataran kantor polisi, Sasa memicingkan alisnya karena ia heran kenapa dirinya diminta ikut ke kantor polisi. Tetapi ia tak bertanya sedikitpun pada Papah Rasyid maupun pada Radit.

Setelah sampai di dalam kantor polisi, Sasa pun langsung diperiksa oleh aparat kepolisian yang menangani kasus kematian Angga.

Sasa terperangah pada saat dirinya diberitahu tentang kematian Angga. Lebih terkejut lagi pada saat ia melihat rekaman video CCTV di mana ada seseorang yang menyerupai dirinya menyambangi kamar Angga pada saat terakhir Angga masih hidup.

"Om-Kak Radit, bagaimana ada seseorang yang mirip sekali denganku?" Sasa masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya dari rekaman video CCTV tersebut.

"Kenapa kamu berpura-pura seperti itu Sasa, bukankah itu kamu?" ucap papah Rasyid tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Sasa.

"Sumpah om, saya sama sekali tidak datang ke rumah Om. Saya ada di LA bahkan pada saat malam itu saya sedang bersama orang tua saya dan seluruh kerabat merayakan anyversary orang tua saya. Jika kalian tak percaya, hubungi saja orang tua saya dan seluruh kerabat saya," ucap Sasa.

"Begini saja, Tuan Rasyid. Untuk sementara Nona Sasa kami berikan tahan untuk sementara waktu sebagai tersangka kasus pembunuhan almarhum Angga."

"Kami juga sedang melakukan otopsi terhadap jenazah korban kecelakaan tunggal tersebut sesuai dengan izin anda, Tuan Rasyid. Tetapi hasilnya belum keluar. Jadi untuk saat ini kita juga tidak bisa menuduh sepenuhnya Nona Sasa sebagai pelaku, untuk sementara ia saat ini menjadi tersangka utama."

Hingga akhirnya Sasa di nyatakan sebagai tersangka utama dan ia untuk sementara di tahan. Sampai hasil otopsi keluar.

Bahkan pihak keluarga almarhum Angga meminta pada saksi dari pihak Sasa untuk segera datang ke Indonesia.

Esok harinya hasil otopsi telah keluar dan juga mobil Almarhum Angga juga telah di periksa dan tidak ada kerusakan pada mobil tersebut.

'Berdasarkan dari hasil otopsi terhadap jazad almarhum Angga. Tidak ada tindak kekerasan sama sekali. Hanya saja di dalam tubuhnya kami temukan racun seperti racun binatang."

"Dan kami menyimpulkan jika apa yang menimpa pada almarhum Angga murni karena sengatan binatang yang mematikan yakni bisa ular. Karena hasil otopsi juga menemukan ada luka di kening korban seperti luka patokan ular."

Dan pada saat itu pula Sasa di nyatakan bebas oleh aparat kepolisian. Akan tetapi keluarga besar Papah Rasyid merasa ada yang janggal dengan kematian Angga.

"Bagaimana bisa Angga meninggal karena di dalam tubuhnya tersebar racun? lantas bagaimana di rekaman video CCTV ada sosok yang mirip Sasa mengajak Angga pergi?" ucap Papah Rasyid.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!