NovelToon NovelToon

Atas Nama Dendam

Sebuah Dendam

Ruang tamu keluarga Robert Stev, di landa kekacauan besar, sang putra mahkota bernama Andro gagal menikah dengan wanita cantik yang kaya raya dan tentunya anak dari pengusaha konglomerat yang ternama..semua itu karna foto Andro yang tersebar di berita..dalam foto itu dia sedang mabuk dan tidur dengan para wanita di bar, foto itu sangat menjijikan..

Wajah Robert Steve dan istrinya Paula Stev merah padam, bagaimana tidak undangannya sudah tersebar luas dan mereka sudah mengeluarkan banyak uang, tentu saja sang Ayah Robert hanyalah pemilik sebuah percetakan majalah kecil yang hampir bangkrut sementara Paula adalah seorang model yang sudah tua namun memaksakan dirinya berpose di majalah suaminya sendiri, padahal dia sudah keriput,..tak ada yang membeli majalah itu..

Sementara Robert dan Paula di karuniai tiga anak yang bernama Andro dan Sania Stev..dan Tiara Stev yang berusia sama dengannya.

usia Ando lebih tua 5 tahun darinya karna sang ayah sudah berselingkuh ketika baru saja menikah dengan ibunya,...bahkan jauh sebelum Eve lahir..

Mata Paula seakan ingin menelan utuh putranya dalam kemarahan..dia terlihat seperti nenek sihir yang sedang mengeluarkan kemarahannya, astaga...Eve hanya melirik dingin, hal seperti ini sudah biasa dia lihat, kata makian dan juga hinaan meluncur bebas dari mulut sang pelakor...begitulah Eve menyebut wanita ini..Eve berdiri di sudut ruangan seperti para pelayan rumah ini..yah..karna dimata Paula dan anak-anaknya dia tak lebih dari pada pelayan..bukan bagian dari keluarga ini.

''Kau sangat b*doh...mengapa kau sampai mau di foto...mengapa kau b*doh..''teriak Paula dengan murka..

Bahkan jantungnya segan untuk berdetak..kemarahan Paula begitu menakutkan hingga semua anak dan suaminya, bahkan para pelayan, tak lupa ada beberapa peliharaan anjing dan kucing pun ikut diam..

Andro begitu ketakutan...sembari menundukan wajahnya dalam-dalam..

''Aku akan tetap menikahinya Ibu tenang saja..''

Sebuah vas bunga kecil melayang dan mengenai pelipis kanan Andro hingga berdarah...

Crang....

Hening....

Paula mendekati sang putra...dan mencengkram ujung kemejanya...ia menatap anaknya dengan tajam..

''Kau pikir semuanya akan mudah hah...kau pikir keluarga mereka akan menerima pe*inah sepertimu masuk dalam keluarga mereka...tidak..kau salah Andro..bahkan ibunya sudah menelfonku..kau tau untuk apa...''

Andro gemetar....

''I..ibu....''

''Dia mencaci maki diriku..dia bilang aku...wanita buruk dan tak pantas menjadi seorang ibu...dia bilang begitu Andro...'' jerit Paula tak mampu menahan murkanya..

Di raihnya sekali lagi vas bunga yang ada di sekitarnya dan ingin menghantam kepala Andro namun sang putra menahan tangan sang Ibu...

''Ibu tenanglah.....aku mendapat mangsa baru dan lagi pula aku sudah mendapatkan beberapa aset miliknya jadi jika aku tidak menikah dengannya aku masih untung Ibu...''ucap Andro berusaha membujuk..

Eve mengeraskan wajahnya, sungguh mereka adalah pasangan ibu dan anak yang cocok...

Sinar mata Paula berbinar...

''Kau mendapatkan apa...''

''Aku akan memberitahu nanti..tapi...jangan memukulku lagi Ibu..aku akan membawakan uang yang banyak untukmu...''

Wajah Paula seketika menjadi cerah..

''Evelin............'' teriaknya keras...

Eve melangkah mendekati wanita itu...

''Yah,.....nyonya Paula..''

''Ambilkan obat lalu bersihkan luka kakakmu, setelah itu layani Sania di kamar..dia akan berpesta malam ini...''

''Baik nyonya..''

Semua bubar dan meninggalkan ruang tamu, meninggalkan Andro yang duduk di kursi dengan pasrah...

Evelin mengambil kapas yang sudah di beri alkohol lalu mendekati Andro yang sedang menatapnya..

''Kau cantik sekali Eve,....aaarrghh.....''

Andro menjerit ketika Eve sengaja menempelkan kapas alkohol dengan kuat di pelipisnya hingga menimbulkan rasa nyeri yang begitu kuat...

''Apa kau sengaja melakukannya..'' teriak Andro dengan kesal..

Eve hanya menatap datar...

''Jika kau tidak menahan rasa sakit maka kau bisa membersihkan lukamu sendiri.''desis Eve dingin..

Andro tertawa kesal sambil melemparkan kapas ke lantai..

''Anak angkat tidak tau diri,.....bahkan kau hanya di anggap pelayan dirumah ini...sialan...beraninya kau membantahku..'teriak Andro kesal..

Eve mengangkat wajahnya..

''Jika kau tidak menyukaiku...katakan pada ayah atau ibumu...coba saja mengusirku....''desis Eve tanpa takut..

Dia tak akan pernah takut pada siapapun, dan semakin hari dendamnya semakin besar saja...pada semua anggota keluarga ini..

Andro mendekat....

''Kau punya nyali yang besar sebagai anak angkat dirumah ini Eve...jadi katakan padaku...siapa kau sebenarnya...''

Deg!!!!

Eve tersenyum......

''Aku bukan anak angkat...''

''Oh..yah...apakah kau adalah anak kandung ibuku..aaah..tidak mungkin, jika begitu kau tidak akan di perlalukan seperti pembantu...''

Evelin mengepalkan tangannya.....

Sementara Andro terus saja menghinanya..

dengan sebelah tangannya dia mencengkram dagu Evelin dengan kuat..hingga mereka berdiri saling menatap..

''Jika kau bukan anak ibuku apakah itu artinya kau adalah anak haram ayahku...''

''Hahahaha....anak haram, kau menyebutku anak haram...'' Evelin tertawa dengan suara yang keras...

Andro mulai terbakar amarah...sementara Evelin mendekatkan wajahnya..

''Yah...jangan marah jika aku berkata jujur kakak....''

''Evelin...''

''Kaulah anak haram Andro..mengapa aku mengatakannya...yah....karna ibumu adalah pelakor dalam rumah tangga bahagia ibu dan ayahku..itu artinya kau lahir di luar pernikahan, itu artinya di dalam dirimu ada noda yang tak bisa kau hapus...kau adalah anak haram dari seorang pelakor yang kejam..'' Evelin menyelesaikan kata-katanya dengan emosi yang berusaha dia jaga..

Usai berkata...Evelin melemparkan kotak p3k sembarangan lalu melangkah ke kamar...

sementara Andro menggertakan gigi..gadis ini sudah gila dan ia akan menghentikan semua kegilaan ini..

********

Evelin sampai di kamarnya dan mulai mengambil ponselnya..

''Pak polisi...aku akan melaporkan sebuah kejahatan serius...bisakah bapak merasiakan namaku..baiklah..terimakasih..aku akan datang ke kantor polisi untuk menyerahkan bukti..''ucap Evelin dengan suara lembut, seolah tidak terjadi apapun kepadanya..

Setelah memutuskan sambungan telp Evelyn tersenyum dingin...gadis itu lalu melangkah santai menuju ranjang kecil miliknya dan berbaring disana...

dan menatap langit-langit kamar sederhana miliknya..

''Ibu.....kau akan melihat bagaimana mereka akan menangis mulai dari sekarang....aku tak akan pernah membiarkan mereka hidup dengan tenang setelah menghancurkan hidup kita ibu...''

Evelyn mengepalkan tangannya dengan kuat, airmatanya menetes kala mengenang jika sang ayah tega meninggalkan ibunya, demi menikahi wanita lain yang tak lain adalah Paula dan bukan itu saja...

demi menyembunyikan identitasnya sang ayah menitipkan Evelyn di panti asuhan lalu mengambilnya sebagai anak adopsi...hal itu tentu saja tak akan di biarkan Evelyn begitu saja...

yah...mereka harus membayar apa yang di lakukan mereka satu persatu...

Evelyn menaikan sudut bibirnya tajam.....

Mengunjungi Makam Ibu

Evelyn keluar dari kantor polisi dengan seuntai senyuman yang manis...ia terlihat seperti gadis SMA yang baru saja pulang menyerahkan tugasnya, hal itu membuat Evelyn begitu bahagia...

ia telah menyerahkan bukti-bukti yang dapat menghancurkan Andro sampai ke dasar..

gadis yang terlihat begitu lugu itu menyetop sebuah taxi dan akhirnya membawa dirinya ke sebuah tempat pemakaman umum yang terletak di sudut kota...pemakaman itu adalah tempat biasa yang menampung orang-orang yang berada di bawah kemiskinan, jika tidak membayar iuran tepat waktu makam mereka akan hilang di tempat makam baru..seandainya saja Evelyn punya cukup uang, maka dia bisa memindahkan makam sang ibu di tempat yang lebih baik...namun belum sekarang, tapi dia berjanji...akan melakukannya suatu saat nanti..

Taxi berhenti di pinggir jalan, usai membayar,...Evelyn turun dari sana, tak lupa ia membawa sebuah kembang seadanya untuk di bawa ke makam sang ibu....

Dan ketika hanya beberapa langkah, ia membeku melihat beberapa orang hendak menggali makam sang ibu dari sana...sontak Evelyn menjerit keras..

''Hentikan....apa yang kalian lakukan..''jeritnya dengan airmata yang menetes..

Salah satu petugas menatapnya dengan tajam...

''Kau terlambat membayar 3 hari jadi kami akan segera menggeser makam ibumu untuk makam yang baru...''

Tubuh Evelyn merinding, baru saja 3 hari telat membayar dan mereka tega menutup makamnya dengan makam orang lain....gadis itu mendekat.....

''Hanya 3 hari dan aku datang untuk membayar....''

Pria di depannya tertawa kesal..

''Bayar untuk 6 bulan maka kami tak akan pernah menggeser makam ibumu bagaimana,....''

''6 bulan....''ulang Evelyn dengan tatapan beku...

Satu bulan saja makam ibu harus dia bayar 1 juta jadi kalau 6 bulan maka ia harus membayar uang 6 juta, dari mana uang sebanyak itu..pekerjaannya di restoran cepat saji tidaklah cukup..bagaimana sekarang..

Pria di depannya tertawa kesal.....ia mendekati Evelin dan menatap matanya...ia seperti sedang menghina lewat matanya..

''Jika kau tidak sanggup membayar maka...ucapkan selamat tinggal pada ibumu...''

Pria itu berbalik dan mengambil peralatan untuk menggali tanah, namun ia terkejut ketika Evelyn mencekal tangannya, ia menoleh dan menemukan airmata menetes di wajah Evelyn....

''Aku akan membayar untuk setahun...tapi berikan aku waktu seminggu,...bagaimana..''

''Wah...nyalimu besar juga...setahun itu artinya 12 juta...kau benar-benar sanggup..''

Evelyn menganggukan kepalanya....dengan mata yang basah...

''Aku akan membawa uang itu seminggu lagi...jadi tolong jangan gali makam ibuku..''suara Evelyn menjadi serak...sementara itu sang pria hanya menganggukan kepalanya..

''Baik...hanya seminggu dan aku tak akan memperpanjang waktu untukmu nona...''

Evelyn akhirnya menganggukan kepala...dengan rasa sesak di dada...bertahun-tahun dia mengemis pada sang ayah untuk membayar uang makam ibu, walau untuk itu ia harus mendapat suara yang kasar dari ayahnya yang penghianat..

Baru setahun terakhir ini dia membayar sendiri biaya makam ibu, tanpa meminta ayah....

Evelyn melangkah dengan tangisan yang pecah tersungkur di hadapan makam sang ibu sambil menggenggam tanah dengan gemetar..

''Mengapa....mengapa kau tak membawaku saja...mengapa kau pergi sendiri..bu, mengapa harus pergi sendiri....aku harus bagaimana sekarang...aku tidak punya uang..lagi..bagaimana ini..'' tangis Mikha memeluk nisan sang ibu dan menangis keras..

Sungguh hidup baginya tidak mudah,.....dendam ini semakin hari semakin besar saja...dan seakan menyakitinya semakin dalam...dari mana mendapatkan uang sebanyak itu....

Evelyn....ayo berpikir sekarang.....

**************

Evelyn kembali ketika hari sudah sore, tanpa sadar dia menangis seharian di makam dan melupakan waktu,....

Ada beberapa mobil mahal yang terparkir di halaman rumah, hingga Evelyn harus berjalan hati-hati...melangkah menuju arah belakang..

dan ketika dia mengendap-endap....tubuhnya bertubrukan dengan dada bidang seseorang yang berdiri di hadapannya...

Sontak Evelyn mengangkat wajahnya....dan membeku..apakah dia sedang melihat pangeran...??

Seorang pria yang sangat tampan menatapnya dengan pandangan yang dalam, dan saat ini masih memegang bahunya...

Siapa dia....?? Batin Evelyn berdebar...

''Hati-hati kalau kau mau melangkah nona...'' ucapnya ramah..

Sungguh dia sangat baik, tampan dan lembut..semua kesempurnaan ada padanya...

Evelyn menegakan tubuhnya dan memperbaiki rambutnya yang berantakan...sambil tersenyum..mengapa dia salah tingkah..

''Maafkan aku...tuan..''

''Namaku Elard..'' ucapnya mengulurkan tangannya..

Evelyn tampak ragu menatap uluran tangannya..ia segera sadar siapa dirinya,....

''Ayo katakan siapa namamu..''

Elard mengambil jemari Evelyn dan menggenggamnya hingga Evelyn tersenyum...

''Aku adalah Evelyn...Snow..''

''Evelyn....nama yang bagus...aku...''

Pembicaraan mereka terputus ketika seseorang tiba-tiba datang dan menarik lengan Elard menjauh...pandangannya teramat culas seperti Paula Stev, siapa lagi kalaui bukan Sania...

''Sayang..mengapa kau mau mengenal dia....''

''Siapa dia..''tanya Elard penasaran..

Sania mnyipitkan matanya penuh cemooh..

''Dia hanya anak angkat, asal usulnya tidaklah jelas...mungkin dia anak dari selingkuhan seseorang....mungkin dia adalah anak simpanan.....Aaawwww.......''

Entah sejak kapan Evelyn lepas kendali, ia tak bisa menahan diri ketika menyadari gadis ini sedang menghina ibunya.....lalu dengan cepat Evelyn menarik kuat rambut Sania di hadapan Elard hingga pria itu terkejut,..

Plak....

Evelyn menampar wajah Sania hingga gadis itu berteriak kencang, Evelyn sudah tidak perduli penilaian Elard padanya bahkan ia tak ingin apapun....

''Jangan pernah menghina ibuku yang sudah meninggal Sania...sekuat apapun Evelyn ingin menahan airmatanya tapi ia tak sanggup..airmatanya menetes di hadapan musuhnya...

Elard membeku melihat tangisan penuh rasa sakit dari seorang gadis muda yang baru saja ia temui..

''Ayahmu sekarang, telah meninggalkan ibuku demi ibumu...apa kau mengerti....kau lah anak si pelakor itu dan selamanya aku benci kalian semua..'' teriak Evelyn tidak terkendali...

''Hoh...kau berteriak seperti orang gila Evelin....ada apa denganmu...''Sania begitu malu karna niat awalnya ia ingin mempermalukan Evelyn malah sekarang Evelyn yang telah mempermalukan dirinya...

Sania akan melapor pada ibu...itu pasti..

Elard hanya mampu terdiam melihat kepergian Evelyn penuh airmata...ada apa, mengapa luka itu sangat menyakitkan gadis itu..dan mengapa dia terpengaruh...mengapa dia terpengaruh dengan apa yang terjadi...

Sania memegang pipinya yang terasa panas...

''Apa kau baik-baik saja...''tanya Elard pada Sania yang masih meringis..

''Gadis gila itu...oh..aku akan mengadu pada ibu untuk mengusirnya sayang..''isak Sania memeluk Elard meminta perlindungan.,.

Namun entah mengapa Elard mati rasa...

Pikirannya justru tertuju pada Evelyn yang terlihat begitu menderita...

*********

Plak.......

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Evelyn....hingga tubuh gadis itu jatuh membentur meja kaca di belakangnya...

Airmata jatuh di wajah datar Evelyn...

''Siapa kau sebenarnya...mengapa kau memukul putriku..'' teriak Paula dengan murka..

Evelyn menoleh penuh dendam..

Aku Bukan Anak Angkat

Tubuh Evelyn membentur meja kaca di belakangnya..rasa nyeri akibat tamparan itu begitu terasa panas di wajahnya...

Namun...seolah sudah mati rasa Evelyn bahkan tidak menunjukan emosi apapun di wajahnya meski air matanya menetes...setelah dia menampar Sania dan mempermalukannya di hadapan tunangannya Elard, malam itu juga setelah Elard pulang...

Ia mulai di sidang...ada juga sang ayah yang hanya menatapnya dari sudut ruangan dengan wajah pucat nya, Evelyn bisa menebak dia takut pada istrinya..hal itu semakin membuat Evelyn terbakar amarah.

Paula begitu marah ketika mendapatkan laporan dari putrinya Sania kalau Evelyn menyebut Paula sebagai pelakor..

''Katakan padaku apa maksud perkataanmu...kau bilang bahwa aku adalah pelakor...'' teriak Paula dengan murka..

Evelyn berdiri dan menatap mata Paula penuh kebencian...

''Nyonya....dia menghina ibuku, jadi apa salahnya dia merasakan hal yang sama..''

''Beraninya kau padaku..''

Plak...

Kali ini tamparan kedua dan mampu membuat bibir Evelyn pecah seketika..darah menetes dari sana..ia menoleh..

''Apakah nyonya tersinggung dengan perkataanku...itu artinya semua adalah kebenaran...''ucap Evelyn dengan suara bergetar...

Paula tertawa....

''Aku sedang memelihara ular yang akan mematukku dan menebarkan racun....baiklah ini salahku karna aku kasihan dan mengangkatmu sebagai anak...sekarang pergi dari rumahku..''ucap Paula dengan tajam..

Namun Evelyn tidak bergeraks sedikitpun dari tempatnya berdiri...ia seolah menantang seorang Paula...

''Aku bukan anak angkat...kali ini Evelyn menoleh pada Robert...''

Dan Paula menatap ke arah yang sama, segera ia terkejut seketika menyadari kalau Evelyn mungkin adalah anak dari Robert dan istrinya bernama Sarah..

''Robert..katakan kalau...''

''Dia adalah anak...kandungku Paula..''ucap Robert dengan jujur...

Paula terlalu syok sampai hampir jatuh namun,.....Sania memeluknya dari belakang menahan ibunya..

''Tidak mungkin....kau anak Sarah...''

Evelyn mengepalkan tangannya...ia mendekati Paula dan mengeraskan wajahnya..

''Yah....aku adalah anak ibu Sarah..dan sebelum nyonya mengusirku perlu aku perjelas jika rumah ini...adalah milik ibuku, itu artinya kau dan ayah hanya menumpang dirumah ibuku.....''

Paula baru menyadari ada yang berbeda dari tatapan Evelyn, matanya sama seperti mata Sarah dan ia berani.....

''Cih,....kau sombong sekali....memangnya rumah ini bisa memberimu makan....akulah yang memberi perlindungan padamu...dan ingat kau masih punya ayah..''

''Tidak....aku adalah yatim piatu nyonya, dan aku ingin mengingatkan satu hal padamu...berhenti mengusik hidupku...atau kalian semua akan terusir dari rumah ini..''

Evelyn melangkah meninggalkan ruang tamu...dan masih mendengar teriakan Paula,...

''Tak ada makanan untukmu mulai hari ini..apa kau mengerti....''

Evelyn memejamkan matanya dengan rasa sedih luar biasa...ia melangkah ke kamar kecilnya yang berada di luar rumah..

Yah...meski ini rumahnya dia tak bisa melakukan apapun, ia hanyalah seorang gadis berusia 18 tahun dan ia masih punya ayah kandung..meski dia membencinya..

Evelyn berbaring di kasur kecilnya di kamar..dan menutup matanya...ia kembali meneteskan airmatanya..

''Oh....hentikan Evelyn...aku bosan melihat kau menangis....bisakah kau tersenyum saja...itu lebih baik...''ucap Evelyn pada dirinya sendiri..

Ia harus istirahat sebentar karna ini gilirannya bekerja shif malam dan biasanya akan ramai pada jam itu..

Evelyn memejamkan matanya untuk segera tertidur,....

************

Malam yang begitu sibuk di lalui Evelyn tanpa mengeluh...bekerja di restoran cepat saji itu tak mudah..ketika banyak yang datang maka untuk brhenti sejenak itu tak mungkin...

namun sebisa mungkin Evelyn melakukan tugasnya dengan baik..tentu mereka di awasi cctv..

Waktu menunjukan pukul 10 malam dan Evelyn baru saja selesai mengerjakan semua pekerjaannya, tubuhnya lelah setengah mati..wajahnya terasa pucat...karna memang ia sudah tak boleh makan dirumah itu artinya dia harus mengeluarkan uang untuk membeli makanan di luar...

Evelyn sungguh putus asa..

''Pulanglah Evelyn..''ucap seorang teman kepadanya...

Evelyn tersenyum dan mengambil sekotak Burger dan air mineral untuk menahan laparnya malam ini..

Tapi..tubuhnya terlalu lapar, dan menjadi gemetar...

Evelyn melangkah keluar di gelap malam dan berhenti sebentar di sebuah taman di dekat rumahnya lalu duduk disana sambil mengeluarkan burger...dan air mineral yang dia bawa tadi..

Evelyn mengunyah Burger itu dengan rasa sakit...pikirannya mulai melayang...sudah 3 hari itu artinya sisa 4 hari waktu baginya untuk membayar makam,....dari mana dia mendapatkan uang itu sedangkan makan saja dia sudah kesulitan..

Evelyn terbatuk karna tersedak...ia terlalu menangis hingga menelan sedikit burger untuh...untung saja dia segera minum air....

Tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya...Evelyn menoleh dan begitu terkejut..

''Tuan ELard...''jeritnya dengan mata melebar seakan tak percaya..

Elard duduk di sampingnya dan meletakan sebuah kotak di depannya..

''Yah...aku....''

''Sejak kapan...''

Elard menghela nafas..sejujurnya, sejak pulang dari rumah Sania, pikirannya trus tertuju pada Evelin entah mengapa...ia merindukan gadis itu dengan sangat besar,....

''Sejak kita bertemu di rumah Sania..''

Evelyn tersenyum kesal..

''Apa kau mau menertawai kehidupanku..yah...orang kaya seperti kalian bahkan tidak tau kesedihan orang miskin sepertiku..apakah...Sania memintamu mengawasiku...''

Tersinggung..itulah yang dirasakan Evelyn saat ini..rasa tersinggung dan malu begitu kuat menyerang hatinya,...

Evelyn bangkit...dan menatap Elard dengan tajam...

''Kau sudah melihat hidupku yang menyedihkan bukan..kau sudah melihatnya sekarang..jadi katakan pada tunanganmu b betapa menderitanya aku.... lalu bisakah kau tinggalkan aku...''ucap Evelyn dengan rasa marah pada dirinya sendiri..

Elard pun bangkit dan mendekati Evelyn yang melangkah meninggalkan taman...

''Jangan mengikutiku...''

Namun Elard terus mengikutinya..hingga Evelyn membalikan tubuhnya dan menatap Elard..tenaganya seakan habis menghadapi keluarga itu di tambah lagi pria ini yang akan menambah masalah baru dalam hidupnya...

Evelyn seakan menjadi gila sendiri...

Elard mendekat tanpa bersuara..ia melangkah dan menatap tajam kepada Evelyn yang terlihat rapuh...

Sesaat kemudian tanpa di duga Evelyn...pria itu menarik tubuh Evelyn untuk tenggelam di dalam pelukannya...

Deg!!!!!

Hanya memeluk, meski Evelyn meronta namun...entah mengapa dia merasa nyaman selama ini ia tak pernah mendapat pelukan seseorang termasuk ayahnya..tidak....Evelyn tak pernah merasakan pelukan lain selain ibunya....

Karna itu...airmatanya kembali mengalir deras..hanya dengan pelukan pria ini..tanpa sadar Evelyn memejamkan matanya...mengapa pelukan ini begitu menenangkan dirinya...?

''Berhentilah menyiksa dirimu Evelyn...aku datang bukan untuk Sania atau siapapun...aku datang karna hatiku memintaku datang....''bisik Elard semakin mempererat pelukannya..

''Mengapa kau melakukannya...apa kau kasihan padaku...dengarkan aku...''

''Ssst......terlalu banyak yang kau pikirkan Eve....bisakah kau melepaskan sedikit bebanmu karna sesungguhnya aku ingin,....kau bersandar padaku..meski kau pada akhrinya mungkin akan melukaiku Eve....''

''Apa.....'' airmata Evelyn jatuh...

Elard tersenyum...

''Aku ingin menjadi sandaranmu mulai sekarang...Eve....''

Deg!!!!!

''Sandaran.......''ulang Evelyn dengan mata berkaca-kaca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!