Assalamualaikum readers tersayang, jumpa lagi dikarya ke 8 author receh ini.
Sebelum kita masuk dan tenggelam dalam kisah yang sangat menarik ini, aku perkenalkan dulu nih cast tokoh utama kita.
Ini adalah, Miyu Kara Santana, gadis cantik nan ceria kesayangan semua orang. 20 tahun.
Dan ini adalah, sang CEO arogan yang lumayan menyebalkan. Arya Bimo Lee. 28 tahun.
Ini, Miko Kara Santana, 28 tahun.
Sherina Majid, 25 tahun.
"Hi, I am Miyu Kara Santana from Indonesia, nice to meet you, sir." sapa seorang gadis berhijab dengan wajah ceria pada seorang pria tampan, muda, dan mapan yang baru saja duduk di sebuah kursi di sampingnya.
Pria itu tidak menjawab. Ia hanya sibuk dengan gadgetnya. Rupanya pertemuan bisnis yang baru saja ia ikuti dengan seluruh CEO terbaik di dunia itu membuatnya masih sibuk melanjutkan Google Meetingnya dengan para kalangan jetzet itu.
"Excuse me, sir?!" sapa gadis yang bernama Miyu Kara Santana itu lagi. Meskipun diabaikan ia tetap menyapa untuk berbasa-basi karena ia sedang sangat membutuhkan pria itu untuk menolongnya.
"Anda orang Indonesia kan?" Miyu menyapa lagi sembari memperhatikan sebuah tanda merah putih pada kemeja pria itu. Lagi-lagi pria yang ditegur itu tidak menjawab. Ia sepertinya masih sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Good morning, ladies and gentlemen. This is a pre-boarding announcement for passengers of ABC Airlines on flight number 431B to Paris. We would like to invite those passengers with small children and any passengers who require special assistance to start boarding first. Please have your boarding pass and identification ready. Regular boarding will start in approximately ten minutes. Thank you.
(Selamat pagi, penumpang sekalian. Ini adalah pengumuman pre-boarding untuk penumpang Maskapai ABC dengan nomor penerbangan 431B tujuan Paris. Kami mengundang para penumpang dengan anak kecil dan penumpang yang membutuhkan bantuan khusus untuk melakukan boarding terlebih dahulu. Mohon persiapkan pas naik dan identifikasi Anda. Boarding regular akan mulai dalam waktu sekitar sepuluh menit. Terima kasih)
Terdengar kembali sebuah Boarding Announcement di dalam gedung yang sangat luas itu membuat Miyu Kara Santana semakin tegang. Ia harus memaksa pria dihadapannya ini untuk menolongnya sekarang juga.
"Pak?!" serunya dengan tangan meraih koper milik pria itu agar ia mendapatkan perhatian.
"Excuse me?" pria itu menatap Miyu dengan tatapan kesal. Ia paling tidak suka kalau diganggu saat-saat sibuk seperti itu.
"Tolong bantu saya, please?!" Miyu Kara Santana melipat tangannya di depan dadanya dengan wajah memohon.
"Ada apa? kamu sengaja mengganggu saya ya?" tanya pria yang bernama Arya Bimo Lee itu.
"Anda orang Indonesia 'kan? tolong Pak. Aku ketinggalan pesawat. Dan semua barang saya sudah ikut ke pesawat sebelumnya.
"Lalu? Memangnya apa saja yang kamu lakukan hingga bisa ketinggalan pesawat seperti itu? tidur?" pria itu menjawab dengan sangat sarkas pada Miyu.
"Saya ke Toilet karena sakit perut. Dan mereka meninggalkan saya Pak."
"Lain kali kalau ke Toilet jangan lama-lama. Dan ya cari teman yang setia dan bisa dipercaya! satu lagi, harus bawa handphone kemanapun!" gadis itu tersenyum meringis. Ia paling tidak suka diceramahi seperti ini oleh orang asing.
"Baiklah, saya akan ingat kata-kata anda Pak tetapi sekarang anda harus menolong saya." ujar Miyu Kara Santana dengan tegas.
"Menolong apa?"
"Bawa saya kembali ke Tanah air. Bayarkan saya tiketnya nanti saya akan mengganti uang anda 2 kali lipat."
"Kamu tidak sedang ingin menipu saya 'kan?"
"Tentu saja tidak. Aku janji akan membantu anda kalau juga butuh bantuan."
"Dimana kartu identitasmu nona?" tanya pria itu sembari menengadahkan tangannya di depan wajah gadis itu.
"Kan sudah saya katakan, semua barang-barang saya terikut ke dalam bagasi pada penerbangan sebelumnya. Jadi saya sudah tidak memiliki apa-apa selain diriku saja."
"Heh kamu pikir gampang membeli tiket tanpa kartu identitas hah? sekarang saya tidak bisa membantumu." ujar pria itu dengan wajah kesal karena sudah cukup terganggu dengan kehadiran gadis Cerewet itu.
"Ih anda tega ya Pak. Apa anda tidak akan merasa menyesal saat balik ke Indonesia kemudian mendengar kabar kalau seorang gadis cantik dari negara anda sedang menjadi gembel di negara orang?"
"Apa peduliku!"
"Anda tidak punya rasa perikemanusiaan!" teriak Miyu Kara Santana seraya menghentakkan kakinya kesal.
Ia semakin tegang karena Boarding Announcement terus berbunyi dan sebentar lagi ia yakin penumpang dengan pesawat tujuan Indonesia akan segera dipanggil juga untuk segera check in. Sedangkan ia belum mendapatkan yang ia inginkan.
"Aku akan membalas kebaikan anda Pak dengan kebaikan berkali-kali lipat jika bisa menjadi jaminan untuk mendapatkan tiket itu. Akan saya berikan apapun yang anda mau asalkan anda membantu saya." Miyu melipat tangannya dengan wajah memohon.
Arya Bimo Lee tersenyum miring kemudian berucap dengan nada sarkas.
"Memangnya apa yang kamu punya untuk kamu berikan hah? kamu itu seorang gadis. Hati-hati kalau bicara. Kalau orang jahat yang mendengarnu maka kamu pastinya akan mendapatkan masalah baru." pria itu lantas berdiri dari duduknya. Menutup laptopnya dan menyimpannya.
"Ikut aku!" titahnya seraya melangkah ke arah bagian informasi Bandara.
Miyu pun mengikuti langkah pria itu dengan hati bersorak senang. Ia yakin sekali kalau ia pasti akan mendapatkan bantuan dari pria arogan itu.
What ever!
Yang penting aku bisa pulang ke rumahnya dan kembali bertemu dengan semua keluarganya. Aku akan berbuat apa saja untuk pria itu.
Tidak cukup satu jam bernegosiasi dengan memperlihatkan kartu namanya kepada pihak otoritas bandara, Arya Bimo Lee pun mendapatkan tiket untuk pulang ke Indonesia.
Beberapa jam berikutnya, pesawat yang membawa mereka pun sampai di Bandara Internasional Soekarno Hatta.
"Terimakasih banyak ya Pak atas bantuan anda. Untuk pembayaran tiket itu akan aku transfer nanti setelah sampai di rumah." ujar Miyu sesaat setelah mereka tiba dengan selamat di tanah air.
Arya Bimo Lee tidak menjawab. Ia hanya terus melangkah ke arah pintu keluar bandara itu dengan menarik kopernya tanpa memperdulikan gadis itu.
Pria itue rasanya ingin cepat-cepat sampai di rumahnya dan bertemu dengan kekasih hatinya. Satu bulan melakukan perjalanan bisnis membuatnya sudah sangat rindu pada Sherina.
Deg
Hatinya Berdebar keras karena perempuan yang selama beberapa jam ini ada di dalam hatinya ternyata ada di depannya.
"Sherin, kamu datang menjemputku?" tanyanya dengan perasaan membuncah bahagia. Perempuan itu tersenyum tipis lalu menjawab dengan balas bertanya.
"Arya? kok bisa sama Miyu?" Pria itu berbalik dan melihat Miyu Kara Santana yang datang bersamanya tersenyum lebar padanya.
"Kalian saling kenal?" tanya Arya lagi dengan tatapan bingung.
"Iya Pak, Kak Sherin kan kakak ipar aku. Dan disana pria tampan disana itu adalah kakak aku." jawab Miyu dengan nada gembira seraya menunjuk seorang pria muda yang sedang berjalan ke arah mereka.
Deg
Seketika langit terasa runtuh di hadapan Arya Bimo Lee. Dadanya sesak dan sakit.
Perempuan yang selama ini yang sangat ia cintai dan ingin ia nikahi ternyata sudah dinikahi oleh orang lain yang tak lain adalah lawan bisnisnya sendiri.
Tangannya tanpa sadar mencengkram kuat pegangan kopernya karena emosi di dadanya. Ia ingin menarik Sherin ke suatu tempat untuk meminta penjelasan tetapi sungguh ia tak punya kesempatan di tempat yang sangat ramai ini.
"Kak Miko, ini Pak Arya yang sudah membantu aku mendapatkan tiket untuk pulang, berterima kasihlah padanya." ujar Miyu seraya bergelayut manja di tangan sang kakak.
"Terimakasih banyak ya Pak Arya. Aku akan mengganti semua biaya anda atas kecerobohan adik saya yang cantik ini." ujar Miko seraya mencubit ujung hidung adiknya.
"Sama-sama Pak Miko. Bantuan itu tak seberapa sebenarnya." jawab Arya Bimo Lee seraya melirik perempuan cantik di samping pria itu.
"Kalau ada waktu mampirlah ke rumah kami Pak." ajak Miko pada Arya saat mereka sudah siap menaiki mobil masing-masing.
"Saya pasti mampir untuk mengambil sesuatu yang menjadi milik saya." ujar Arya pelan dengan tatapan tak terlepas pada Sherina.
"Anda mengatakan sesuatu Pak Arya?"
"Ah tidak. Lupakan saja." jawab pria itu dengan senyum yang ia paksakan.
🍀
*Bersambung.
Hai readers, bertemu lagi kita di dalam kisah Pernikahan Dusta CEO dengan tema yang baru dan tentunya lebih fresh.
Jangan lupa like dan komentar ya 😍
Miyu Kara Santana menatap sosok pria dihadapannya dengan tatapan kaget tak percaya.
"Pak Arya?"
"Boleh saya masuk?"
"Eh silahkan Pak." Miyu mempersilahkan tamunya itu untuk masuk ke dalam ruang tamunya kemudian memintanya untuk duduk.
"Terimakasih." jawab Arya dengan wajah tenangnya. Pria itu memandang sekeliling ruang tamu itu seolah mencari sesuatu.
Apa mungkin Pak Arya mau nagih pengembalian uang tiketnya yang kemarin aku pinjam ya? ujarnya membatin.
Karena tamunya itu tidak menyampaikan maksud kedatangannya, Miyu pun ikut duduk seraya merogoh handphone yang ada di dalam saku celananya.
Ia mulai membuka layar handphonenya dan memperlihatkan sebuah bukti transfer uang pada rekening pria itu. Arya meraih handphone itu tetapi tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Maaf Pak. Ini aku lupa mengirim bukti transferan utang tiket yang aku pinjam pada bapak." ujar Miyu seraya tersenyum.
Arya tidak menjawab tetapi malah meremas handphone itu dengan wajah berubah warna. Miyu tersentak. Ia yakin sekali kalau tamu di hadapannya ini pasti sedang berada dalam masalah besar.
"Pak Arya, apa anda ada masalah?" Miyu dengan suara takut-takut menatap pria itu.
"Iya. Saya ada masalah. Dan kamu bersedia 'kan membantuku?"
"Eh iya Pak. Katakan saja." Arya Bimo Lee memandang sekilas foto keluarga di ruang tamu rumah itu kemudian berucap,
"Saya ingin menikah denganmu." Miyu merasakan pendengarannya seperti sedang kemasukan benda asing. Ia pun mulai mengarahkan tangannya ke arah kuping kiri dan kanannya untuk memastikan kalau ia tidak salah dengar.
"Apa anda baik-baik saja Pak?" tanya gadis itu lagi dengan ekspresi yang masih sama, yaitu kaget.
"Yah. Aku ingin menikahimu secepatnya." jawab Arya dengan wajah datar.
"Tapi kita belum saling mengenal Pak? kita bahkan baru ketemu kemarin."
"Tidak jadi masalah buatku."
"Tapi aku yang masalah Pak. Aku tidak mengenal anda dan anda pastinya tidak mencintaiku pada pandangan pertama 'kan?" Arya langsung menatap tajam pada gadis berhijab itu.
"Heh, bukankah kamu mengatakan akan melakukan apa saja kalau saya membantumu. Kamu tidak hilang ingatan 'kan?" Miyu langsung merasakan tenggorokannya bagaikan keselek biji kedondong.
Gadis itu tak menyangka kata-katanya yang kemarin sedang digaris bawahi oleh CEO aneh ini.
Miyu menatap diam-diam pria itu kemudian berujar dalam hati, Untungnya tampan dan kaya🙄.
"Bagaimana?" tanya pria tampan itu setelah lama terdiam.
"Eh?" Miyu tidak tahu harus menjawab apa. Ia terdiam sejenak kemudian menjawab.
"Apa tidak ada perempuan lain yang lebih cocok untuk bapak?' Arya kini balas menatapnya dengan seringaian diwajahnya.
"Ada. Tetapi belum waktunya."
"Hah?"
"Jangan dipikirkan. Saya hanya mau kamu menepati janjimu, itu saja." ujar Arya dengan wajah tegas.
Miyu kemudian kembali berpikir. Ia mengingat bagaimana kacaunya dirinya saat ketinggalan pesawat dan pria inilah yang jadi penolongnya. Tetapi entah kenapa ia merasakan sesuatu yang aneh disini dan ia berusaha untuk berpikir positif.
"Baiklah Pak. Datanglah melamar dengan resmi kepada keluargaku." jawab Miyu dengan hati berdebar-debar. Ia berharap kalau keputusan ini benar adanya.
Arya Bimo Lee pun pergi begitu saja setelah Miyu menerima permintaannya.
"Aneh."
Miyu Kara Santana memandang mobil pria itu yang semakin jauh meninggalkan rumahnya. Ia berharap tidak salah dalam mengambil keputusan.
Ia pun kembali masuk ke dalam rumahnya diiringi oleh tatapan sendu seorang perempuan cantik yang kebetulan sedang berada di beranda lantai 2 Rumah itu.
🍀
"Kamu tega ya," ujar Kemal Sanjaya dengan wajah yang tampak sangat kecewa pada gadis cantik yang sedang berpakaian kebaya pengantin itu.
"Kamu bilang masih belum mau menikah dan mau belajar dulu. Tapi sekarang apa?" Miyu Kara Santana tidak menjawab.
Ia hanya bisa menunduk seraya menjalin jari-jarinya. Ia jadi merasa sangat bersalah pada pria yang sudah pernah melamarnya itu.
"Maafkan aku Mal. Ini susah untuk dijelaskan." jawab Miyu dengan wajah tak nyaman. Ia benar-benar tidak tahu harus bilang apa. Karena semuanya serba mendadak.
"Kamu tidak sedang hamil 'kan?" tanya pria itu dengan tatapan mencemooh.
"Astagfirullah. Kamu sadar dengan yang kamu katakan Mal?" Kemal Sanjaya tidak menjawab. Tetapi ekspresinya menunjukkan kalau ia benar-benar kecewa dengan pernikahan Miyu Kara Santana yang sangat dadakan ini.
Pria itu langsung melengos pergi dari depan pasangan pengantin yang baru saja disahkan oleh negara dan agama itu.
Miyu hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dengan keadaan yang sedang menimpanya ini karena ia juga merasa sangat bingung dengan apa yang terjadi.
Sedangkan pria disampingnya seakan tidak peduli dengan apa yang terjadi. Mata dan pikirannya hanya tertuju pada Sherina Majid yang sedang sibuk mengurusi para tamu.
Setelah acara resepsi selesai. Kedua pasangan itu duduk di depan seluruh anggota keluarga mereka.
"Arya, sekarang Miyu adalah milikmu dan ayah percayakan hidupnya padamu. Kamu akan bertanggung jawab padanya lahir dan batin." ujar Kara Santana dengan suara jelas dan tegas.
Pria paruh baya itu mencium kening putrinya kemudian melanjutkan,
"Putriku ini masih sangat muda dan mungkin belum bisa mengurusmu dengan baik. Ayah harap kamu bisa membimbingnya disaat kalian hanya tinggal berdua saja."
"Tidak Ayah, kami berdua tidak akan kemana-mana. Karena aku dan Miyu akan tinggal di Rumah ini bersama kalian." timpal Arya Bimo Lee dengan cepat.
Pernikahan ini ia rencanakan agar ia bisa hidup seatap dengan perempuan yang sangat ia cintai yaitu Sherina Majid. Dan dengan itu ia sangat yakin akan membawa pergi perempuan itu ke dalam pelukannya kembali.
Semua orang saling bertatapan dengan keputusan Arya Bimo Lee sang menantu baru. Biasanya anak gadis setelah menikah akan ikut suaminya tetapi beda dengan pria yang dikenal sebagai CEO Perusahaan besar di Indonesia itu. Ia malah mengikuti istrinya.
"Baiklah kalau begitu. Ayah hanya berharap kamu bisa beradaptasi dengan keadaan rumah kami yang tentunya tidak sebanding dengan keadaan Rumahmu yang mewah." ujar Kara Santana dengan bijaksana.
"Jangan berkata seperti itu Ayah. Saya percaya dan yakin kalau Rumah ini memiliki permata yang sangat indah dan istimewa." Arya melirik sosok Sherina Majid yang sedang bergelayut manja di lengan suaminya dengan hati mendidih.
"Dan saya berharap bisa merasakan dan membawa permata itu." lanjutnya seraya menyugar rambutnya ke belakang.
"Yah kamu betul sekali. Permata itu sekarang sudah menjadi milikmu. Putri tersayang kami Miyu Kara Santana. Dan ayah yakin hidupmu akan berkilau dengan permata kami ini." Kara Santana meraih tangan putrinya itu kemudian menyerahkannya pada Arya Bimo Lee.
"Jaga permata ini dengan baik. Jangan sampai ia retak ataupun pecah. Karena keindahannya tidak akan lagi bisa sama jika hal itu terjadi." Arya Bimo Lee tersenyum kemudian mengangguk tetapi pandangan tetap tertuju pada istri Miko Kara Santana.
Baginya, permata yang sebenarnya adalah Sherina Majid sang kekasih hati.
🍀
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor, jangan lupa like dan komentar ya 😍 supaya aku semangat updatenya.
Sebagai seorang menantu dan istri yang baik, Sherina Majid selalu berusaha menunjukkan kalau dirinya adalah Ratu di rumah itu yang harus menguasai semua urusan rumah dari yang paling kecil maupun yang besar.
Setiap malam, ia belum kembali ke kamar untuk bertemu dengan sang suami jika belum memeriksa keadaan rumah layaknya seorang kepala pelayan.
Kebiasaan ini sudah lama dicontohkan oleh ibunya sejak ia kecil hingga ketika ia berumah tangga, ia masih terus melanjutkan kebiasaannya ini meskipun ada Asisten Rumah Tangga yang bertugas mengurus keperluan rumah keluarga suaminya.
Sherina Majid tersenyum puas. Karena setelah acara pernikahan adik iparnya segala sesuatu di Rumah itu kembali normal dan teratur seperti biasa.
Perempuan itu pun berjalan ke arah tangga untuk kembali ke kamarnya di lantai dua. Malam ini ia ingin sekali bermanja-manja dengan suaminya setelah pernikahannya dadakan sang adik ipar yang cukup menguras tenaga dan pikirannya.
Ia baru saja akan melangkah ke undakan tangga pertama tetapi tiba-tiba ia merasakan tangannya ditarik paksa oleh seseorang.
"Aaaaa," perempuan cantik itu berteriak tertahan karena kaget luar biasa.
Dalam hitungan menit tubuhnya sudah ditarik oleh seseorang ke sebuah ruangan kosong di rumah itu. Pencahayaan malam yang sudah remang-remang itu membuatnya takut dan khawatir.
"Siapa kamu?!" teriaknya ketika tubuhnya didorong paksa sampai menempel ke dinding dalam ruangan itu.
"Kamu tidak mengenalku Sherin?" tanya seorang pria yang ia kenal sebagai Arya Bimo Lee, sang adik ipar.
Deg
Jantung Sherina Majid berdetak sangat cepat sampai ia rasakan akan meledak. Ia tidak tahu kalau pria yang pernah menjalin hubungan dengannya ini ternyata masih menyimpan rasa padanya.
"Apa yang kamu lakukan Arya?!" tanyanya setelah berhasil menguasai perasaannya.
"Itu yang aku ingin tanyakan padamu Sherin. Dan kenapa kamu mengkhianati aku hah!" teriak pria itu seraya menyugar rambutnya ke belakang dengan wajah kesal dan frustasi.
"Hubungan kita sudah selesai Arya, dan tidak usah kita bahas lagi." jawab perempuan cantik itu sembari mendorong tubuh pria yang berjarak sangat dekat dengannya itu.
Arya Bimo Lee bergeming. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali meskipun Sherina sudah menggunakan tenaganya untuk mendorong.
"Kita belum selesai dan tak akan pernah selesai!" timpal pria itu tanpa mau membiarkan Sherina Majid untuk keluar dari kungkungannya.
"Arya. Ini tidak benar. Aku sudah menikah dan begitu pun denganmu." jawab Sherina seraya mendorongnya tubuh pria itu lagi.
Ia benar-benar sangat tidak nyaman berada sangat dekat dengan pria lain yang bukan suaminya. Apalagi deru nafas pria itu sudah bisa ia rasakan di permukaan wajahnya.
"Apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu Sherin?" tanya Arya dengan suara pelan. Tangannya sudah mulai meraih anak-anak rambut perempuan cantik dihadapannya dengan penuh perasaan.
Deg
Jantung Sherina semakin berdetak tak terkendali. Ia merasa bahagia bersama dengan Miko suaminya. Meskipun pria itu belum pernah mengucapkan cinta padanya.
Pernikahan mereka terjadi karena sebuah perjodohan. Tetapi Miko memperlakukannya sangat baik meskipun kadang sangat cuek.
"Aku bahagia Arya. Keluarga suamiku baik padaku begitupun dengan Mas Miko, suamiku." jawab Sherina dengan senyum diwajahnya.
"Bahagia yang bagaimana yang kamu maksud? Apakah dengan kamu diperlakukan sebagai kepala pelayan di rumah ini, kamu anggap itu bahagia, iyya? Dan mengurusi semua orang bagaikan kamu seorang ibu bagi orang-orang itu."
"Kembalilah padaku Sherin. Aku akan menjadikanmu ratuku di rumahmu dan di hatiku." bujuk Arya dengan wajah memohon.
"Apakah suamimu juga membahagiakanmu seperti ini?" Pria itu bahkan sudah mulai ingin menyentuhkan bibirnya pada bibir Sherina tetapi ditolak oleh perempuan cantik itu.
Benar, Miko bahkan belum juga pernah membuatnya merasakan hubungan suami istri yang sebenarnya tetapi ia tidak akan mencari kepuasan di tempat lain yang tidak halal baginya.
"Ini tidak benar Arya. Aku sudah bersuami, maafkan aku." ujarnya dengan dada berdebar tidak karuan. Ia sungguh sudah hampir tergoda pada sentuhan pria yang sangat mencintainya itu.
"Halah. Yang tidak benar itu adalah karena kamu mengkhianatiku justru dengan musuh keluargaku Sherin!" teriak Arya seraya meraih rahang perempuan cantik itu dengan pandangan berkabut hasrat.
Ia kembali ingin menyentuh tubuh perempuan cantik itu sampai seseorang mengetuk pintu ruangan tempat mereka berdua berada.
Tok
Tok
Tok
Arya dan Sherina tersentak kaget dan segera saling menjauh.
"Sherin? kamu masih di dalam?" terdengar suara Miko Kara Santana memanggilnya dengan nada tanya.
Dua orang itu saling bertatapan dengan pandangan tak terbaca.
🍀
*Bersambung.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!