Siang ini di sebuah ruangan Ceo tampak seorang wanita berbaju seksii sedang duduk di atas meja dengan posisi menghadap seorang pria tampan yang tak lain pemilik ruangan itu.
Wanita itu sejak tadi terus menggoda Nabil yang tengah sibuk menelepon seseorang, entah itu siapa. Dan Nabil sama sekali tidak terpengaruh oleh rayuan wanita seksii itu. bahkan wanita itu sampai memainkan dasi Nabil dengan menariknya pelan agar ia mudah untuk menciumnya.
“Stop Laura!!” Sentak Nabil saat wanita yang bernama Laura itu menraik dasi Nabil sampai mendekat.
Bukannya Laura takut dengan suara bentakan Nabil, wanita itu justru semakin tertantang. Dan dengan beraninya Laura turun dari meja lalu berpindah posisi ke pangkuan Nabil.
Cklek
“Apa-apaan kamu ini Nabil?”
Suara seseorang yang tiba-tiba saja memasuki ruangan Ceo itu tampak murka melihat tingkah anaknya. ttapan Barra sangat tajam tertuju pada wanita berbaju sekssi itu. sedangkan Laura sendiri sangat ketakutan saat melihat kedatangan Papa dari teman kencannya.
Ya, Laura hanya teman kencan Nabil. Bukan kekasih. Karena Nabil tidak pernah suka terikat hubungan dengan seseorang, apalagi dengan makhluk berjenis kelamin wanita.
Tanpa mengucapkan sesuatu, Laura langsung pergi keluar dari ruangan Nabil sebelum hal buruk menimpa dirinya. Ya anggap saja cari aman.
Sedangkan Nabil sendiri tampak cuek saja saat melihat kedatangan Papanya. Bahkan wajah Barra yang sudah mengeram kesal juga sama sekali tidak membuat Nabil takut atau merasa bersalah atas perbuatannya baru saja. tapi tunggu dulu, itu bukan perbuatan Nabil, melainkan Laura lah yang menggodanya.
“Mau sampai kapan kamu seperti ini terus, Bil? Sudah berapa kali Papa bilang, jangan sesekali membawa ja***g ke kantor!” Maki Barra pada anak sulungnya itu.
“Nabil nggak pernah bawa mereka kesini. Itu resiko anak Papa saja yang terlalu tampan hingga membuat mereka datang sendiri dan menggoda Nabil.” Jawab Nabil denan tenang dan penuh percaya diri.
Barra hanya memutar bola matanya. padahal masa mudanya tidak seperti Nabil. Entah nurun dari siapa hingga anak laki-lakinya itu menjadi seorang playboy cap tanggung dan penuh percaya diri.
Barra sendiri sudah bosan menangani masalah Nabil yang sering terlibat skandal dengan beberapa teman kencannya. Memang Barra akui kalau anaknya itu sangat tampan dan banyak digandrungi banyak wanita. namun skandal yang sering menyeret nama baik Nabil selalu memojokkan Nabil seolah dia playboy sekaligus penjahat kel***n. padahal semuanya itu tidak benar. Dan para wanita yang sengaja melakukan itu karena ingin menjadikan Nabil miliknya dengan cara bertanggung jawab atas perbuatan yang tidak pernah ia lakukan.
Nabil kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli Papanya yang sedang duduk di hadapannya dengan tatapan kesal. Palingan juga sang Papa ingin melihat perkembangan perusahan cabang yang saat ini tengah ia pegang.
“Ada hal penting yang ingin Papa bicarakan.” Ucap Barra dan Nabil hanya melirik sekilas.
Meskipun Nabil terlihat cuek seperti itu, dia akan tetap menghormati orang tuanya. Terlebih Barra baru saja mengatakan kalau ada hal penting yang ingin dibicarakan. Akhirnya Nabil meletakkan kembali dokumen yang sedang dipegangnya dan fokus dengan Papanya.
“Papa lihat perkembangan perusahaan cabang yang kamu pegang selama lima tahun terakhir ini mangalami perkembangan yang signifikan. Papa sangat salut dengan kinerja kamu.” Ucap Barra jujur.
Nabil pun merasa dihargai oleh Papanya. Pria berusia dua puluh sembilan tahun itu tersenyum pongah sambil menepuk dadanya.
“Nabil gitu loh, Pa.” ucapnya dengan sombong.
“Sayangnya seiring dengan kemajuan kinerja kamu, skandal kamu juga semakin melejit.” Sahut Barra kembali meruntuhkan kesombongan Nabil.
Nabil hanya menghela nafasnya mendengar kalimat Papanya yang lagi-lagi membahas masalah skandalnya. Walau memang dia akui semua itu benar. Tapi tak sepenuhnya itu kesalahan Nabil. Sebagian wanita yang menginginkan Nabil lah yang nekat menyebar berita skandal itu. bahkan ada juga saingan bisnis Nabil yang sengaja ingin menjatuhkannya, mereka akan berbuat licik dengan cara seperti itu. terlebih Nabil sendiri memang terkenal seorang playboy.
“Langsung ke intinya saja, Pa. hal penting apa yang ingin Papa sampaikan sampai mau datang ke sini jauh-jauh.” Pungkas Nabil merasa tidak betah kalau Papanya membahas tentang keburukannya.
“Papa akan mengangkat seorang asisten baru yang akan membantumu bekerja sekaligus mengawasimu agar tidak lai terlibat skandal dengan beberapa teman kencan kamu.” Jawab Nabil dan seketika itu membuat Nabil membelalakkan matanya.
“Apa?? Asisten? Big No, Pa!” tolak Nabil mentah-mentah, karena sejak dulu ia paling tidak suka bekerja dengan diawasi. Maka dari itu sejak dulu Nabil selalu bekerja sendiri tanpa perlu bantuan seorang asisten. Kemampuannya juga di atas rata-rata. Jadi dia merasa tidak membutuhkan seorang asisten.
“Papa tidak menawarkan. Papa hanya memberitahu. Jadi kamu tidak ada hak untuk menolaknya.” Sahut Barra dengan kesal.
Nabil mengusap wajahnya dengan kasar. Sepertinya kedatangan Papanya hari ini membuat harinya semakin sial. Selama ini dia sudah merasa damai, aman, dan Sentosa dengan bekerja tanpa ada pengawasan. Kini Papanya datang dengan membawa kabar buruk baginya. Jelas hidupnya tidak akan tenang dan sebebas biasanya.
“Nanti sore Shanum akan datang diantar oleh Om Bagas. Shanum nanti akan menempati rumah yang berada tepat di samping rumah kamu.” Lanjut Barra.
“Shanum? Apa maksudnya, Pa? Papa menjadikan Shanum asisten Nabil? Nggak salah apa, Pa?” tanya Nabil masih tidak percaya dengan ucapan Papanya baru saja.
Bagaimana mungkin seorang perempuan manja seperti Shanum akan menjadi asistennya. Bahkan yang Nabil tahu kalau Shanum sama sekali tidak ada pengalaman bekerja sama sekali. Apalagi sejak perempuan itu mundur dari dunia modelling setahun yang lalu, otomatis Shanum hanya seorang pengangguran. Palingan hanya membantu sebisanya saja di kantor Ayahnya. Tapi bagi Nabil itu belum cukup untuk menjadi seorang asisten.
“Papa nggak salah. Shanum akan menjadi asistenmu sekaligus kamu bisa mengajarinya di dunia bisnis. Ingat, dia itu saudara kamu. Jadi jangan harap kamu bisa macam-macam di luaran sana, karena ada Shanum yang akan mengawasimu.” Jawab Barra dengan seringai tipis di bibirnya tanpa diketahui oleh Nabil.
Entah apa tujuan Barra menjadikan Shanum sebagai asisten Nabil. Namun yang pasti pria paruh baya itu ingin anaknya berhenti bermain-main dengan seorang wanita. setidaknya dengan keberadaan Shanum, ruang gerak Nabil akan terbatas.
Sedangkan Nabil sendiri masih kesal, namun tidak berani membantah perintah Papanya. Apa jadinya nanti jika Shanum sudah memasuki kantornya dan resmi menjadi asistennya. Perempuan mantan model itu paling juga hanya bisa memamerkan lekuk tubuhnya saja saat bekerja. Bisa-bisa justru akan tebar pesona pada karyawan pria. Jujur saja Nabil akui kalau Shanum memang memiliki wajah yang sangat cantik dan menarik.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
Keputusan Barra menjadikan Shanum sebagai asisten Nabil sudah dipertimbangkan secara matang. Dia juga sudah membuat kesepakatan dengan Bagas, Ayah Shanum, mengenai perihal itu semua. Entah apa yang kedua pria paruh baru baya itu rencanakan, namun yang pasti dengan mengirim Shanum di kantor Nabil adalah keputusan yang sangat tepat.
Hubungan Barra dan Bagas sejak dulu sangat baik. Mereka pernah menjalin kerjasama antar perusahaan. Namun siapa sangka ternyata Bagas adalah sepupu Barra. Bahkan mereka berdua juga tidak tahu sama sekali.
Bagas adalah anak bawaan dari Tante Barra. Nathan, paman dari Barra menikah dengan seorang janda yang mempunyai satu anak, yaitu Bagas. Namun sejak dulu Bagas tidak ikut tinggal dengan ibunya, melainkan tinggal bersama neneknya di luar kota. Dan setahun yang lalu saat istri Nathan meninggal, Barra sungguh terkejut kalau ternyata Bagas anak tiri Om Nathan. Sungguh dunia ini sangat sempit menurut Barra. Jadi semenjak saat itu hubungan mereka berdua semakin dekat. Bagaimanpun juga Bagas adalah sepupu Barra. Begitu juga dengan anak-anak mereka.
***
Setelah mengatakn kabar penting itu Barra memutuskan untuk keluar dari ruangan Nabil. Membiarkan Nabil melanjutkan pekerjaannya. Walau Barra sangat tahu kalau saat ini Nabil masih sangat kesal dengannya.
Nabil sendiri jadi tidak fokus bekerja. Hidupnya merasa terusik kalau sebentar lagi akan ada Shanum yang menjadi mata-matanya.
“Ah siallll!” umpat Nabil dengan melempar dokumen ke atas meja.
Pria itu mengendurkan dasinya lalu berjalan menuju balkon untuk menyalakan rokok. Begitu lah Nabil. Atau kebanyakan pria pada umumnya. Jika memiliki masalah atau sedang terbebani dengan suatu hal, pasti dengan merokok akan meringankan sedikit masalahnya.
Meskipun Nabil sudah tahu kalau Shanum masih memiliki hubungan saudara dengannya, tapi dia tidak begitu dekat dengan perempuan itu. Dulu, saat pertama kalinya mereka bertemu, Nabil memang sempat terpesona dengan kecantikan Shanum. Tapi percayalah, terpesonanya Nabil pada sosok Shanum sama halnya dengan terpesona pada semua wanita cantik lainnya. Memang dasarnya Nabil playboy, jadi dia tidak bisa sedikitpun untuk tidak melihat perempuan cantik.
“Shanum kan masih minim pengalaman. Aku yakin dia pasti sangat mudah untuk dikelabuhi.” Gumam Nabil setelah mengebulkan asap rokoknya.
Pria itu tersenyum smirk seolah otaaknya saat ini penuh dengan pikiran licik saat nanti Shanum resmi menjadi asistennya. Sudah menjadi watak seorang Nabil kalau dirinya paling tidak suak diatur ataupun diawasi. Jadi dia akan mencari cara bagaimana agar Shanum nanti tidak betah bekerja dengannya. Atau paling tidak, jika perempuan itu ingin hidup damai, sebaiknya tidak mengusik hidupnya. Sesimple itu moton hidup seorang Nabil.
***
Sementara itu saat ini Shanum sedang dalam perjalanan udara menuju kota dimana dirinya akan tinggal menetap sekaligus mengemban tugas baru sebagai seorang asisten. Shanum tampak sangat bahagia setelah mendengar keputusan sang ayah yang menyuruhnya tinggal di kota yang sama dengan Nabil sekaligus menjadi asisten pribadi pria itu.
Shanum yang sejak dulu sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada sosok Nabil sekaligus sepupunya, membuat ia langsung menerima permintaan Ayahnya untuk bekerja menjadi asisten Nabil. Shanum tidak peduli bagaimana perasaan Nabil terhadapnya. Cukup dekat dengan pria itu saja sudah membuat Shanum bahagia.
Beberapa saat kemudian pesawat yang Shanum tumpangi dengan sang Ayah mendarat dengan selamat di bandara. Dia segera turun dan bergegas menuju rumah baru yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti.
“Apa Ayah akan tinggal di sini juga beberapa hari?” tanya Shanum saat mereka berdua baru saja menaiki taksi.
“Tidak, Sayang. Ayah besok ada meeting penting dengan klien. Jadi Ayah nanti malam juga harus segera pulang. kamu nggak apa-apa kan?” jawab Bagas.
Shanum hanya mengangguk paham. Dia cukup tahu kalau Ayahnya adalah seorang pengusaha. Tentunya meeting penting dengan beberapa kliennya tidak bisa diwakilkan begitu saja pada asistennya.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah hunian minimalis yang tampak asri. Rumah itu tidak terlalu kecil, juga tidak terlalu besar. Apalagi hanya ditempati Shanum seorang diri. Jadi dia tidak terlalu capek untuk membersihkannya.
Sedangkan rumah yang berada tepat di sampingnya, yakni rumah Nabil yang ukurannya lebih besar dari rumah Shanum. Jarak kedua rumah itu sangat dekat. Tidak ada pagar yang membatasinya, karena memang masih berada dalam satu area. Rumah itu juga sebenarnya milik Barra yang sudah lama tidak ada penghuninya, namun masih rajin dbersihkan.
**
Sore harinya, usai jam pulang kantor tiba, Nabil langsung pulang ke rumahnya. Karena sore ini juga ia akan bertemu dengan asisten barunya, yakni Shanum.
Dengan malas Nabil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. sedangkan Papanya sendiri sejak tadi entah pergi kemana. Akhirnya Nabil memutuskan untuk mandi terlebih dulu.
Dengan penampilan yang lebih fresh dan baju kasual yang ia kenakan, Nabil keluar dari kamarnya. Di ruang tamu terdengar suara berisik orang sedang bercanda tawa. Hingga akhirnya membuat Nabil penasaran dan membawanya pergi ke sana.
Hal pertama yang dilakukan Nabil saat memasuki ruang tamu adalah melihat sosok perempuan cantik yang membuatnya terpesona. Siapa lagi kalau bukan Shanum.
Nabil menelan salivanya dengan kasar saat melihat wajah ayu Shanum yang sempat membuatnya pangling karena sudah lama tidak pernah bertemu.
“Selamat sore, Kak Nabil!” Sapa Shanum dengan ramah.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
“Selamat sore, Kak Nabil!” Sapa Shanum dengan ramah.
“Ehm, sore. Selamat sore, Om!” jawab Nabil sekaligus menyapa Bagas yang duduk tak jauh dari Shanum.
Nabil berusaha bersikap tenang setelah sempat terpesona dengan kecantikan Shanum. Setelah itu ia ikut duduk bergabung dengan Papanya.
Nabil hanya mendengar dan menyimak ceramah dari Papanya mengenai Shanum yang akan menjadi asistennya mulai besok. Sesekali pria itu menganggukkan kepalanya dengan tersenyum ramah pada Om Bagas. Walau sebenarnya ia sangat bosan dengan sesi seperti ini. bukankah tadi siang sudah cukup Papanya mengatakan kalau Shanum akan tinggal di sini. kenapa harus diulang-ulang lagi.
“Om juga titip Shanum ya, Bil? Tolong ajari dia ilmu berbisnis dengan baik.” Ucap Bagas dan hanya diangguki oleh Nabil.
Nabil benar-benar heran. Sebenarnya Shanum dikirim ke sini untuk misi apa. Papanya mengatakan akan menjadi asistennya, namun Ayah Shanum menitipkan anaknya agar diajarai ilmu berbisnis. Dan sayangnya Nabil enggan bertanya kejelasannya. Karena dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa Shanum tidak terlalu pandai mengenai bisnis. Jadi dia bisa memanfaatkan situasi itu dan hidupnya bisa bebas seperti biasanya.
“Om Bagas jangan khawatir soal itu. serahkan semuanya pada Nabil.” Tiba-tiba Nabil berkata dengan semangat.
Barra melirik putranya seolah sedang menerka apa yang ada dalam pikiran Nabil saat ini.
“Bukankah Nabil dan Shanum itu sepupu, jadi Om jangan khawatir. Saya akan menjaganya dengan baik dan mengajarinya ilmu berbisnis sampai sukses.” Tambah Nabil demi membuat Papanya percaya.
Sedangkan Shanum sejak tadi hanya senyum-senyum saja. hatinya sangat berbunga-bunga bisa sedekat itu dengan pria idamannya. Dia jadi tidak sabar ingin segera terjun langsung bekerja dengan Nabil.
Usai perbincangan singkat itu, mereka berempat memutuskan untuk makan malam di luar. Karena setelah makan malam nanti, Bagas dan Barra memutuskan untuk pulang bersama. Kedua pria paruh baya itu juga sama-sama pengusaha yang pastinya sangat sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya terlalu lama.
Kini mereka berempat sudah berada di sebuah restaurant. Sejak tadi Shanum selalu mencuri pandang Nabil yang tampak sibuk dnegan gadgetnya. Begitu juga Nabil yang sempat mencuri pandang Shanum yang sibuk menyuap makanan ke dalam mulutnya. Hingga akhirnya kedua pasang mata itu tak sengaja bertemu. Buru-buru Nabil memutus kontak mata itu sebelum membuat jantungnya bermasalah.
Setelah makan malam yang cukup singkat, Nabil segera mengantar Papanya dan juga Bagas menuju bandara. Shanum memeluk Ayahnya sebentar sebagai tanda perpisahan. Bagaimanapun juga ada rasa tidak rela saat membiarkan anak perempuannya tinggal jauh dari rumah.
“Kabari Ayah atau Bunda kalau ada apa-apa.” Ucap Bagas sembari mencium kening Shanum.
“Iya, Yah. Pasti Shanum akan sangat merindukan Ayah dan Bunda.” Jawab Shanum sambil mengusap air matanya.
Nabil yang melihat pemandangan itu hanya berdecak kesal, karena dia sangat anti dengan perempuan manja sejenis Shanum. Luntur sudah pesona Shanum setelah melihat sifat manjanya.
Shanum juga mencium tangan Barra dengan takzim setelah pria itu hendak menuju pintu keberangkatan bersama Ayahnya. Sedangkan Nabil sendiri tidak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Shanum.
Shanum terus melambaikan tangannya pada sang Ayah walau sejak tadi Bagas sudah hilang dari pandangannya. Bahkan Shanum sampai terisak lirih lantaran ditinggal oleh Ayahnya.
“Sudah, jangan manja! Kayak anak kecil saja. sana ikut pergi sekalian kalau tidak mau ditinggal.” Ucap Nabil menghentikan isakan Shanum.
Shanum tak menjawab. Dia hanya mengusap air matanya lalu berjalan mengekori Nabil. Ternyata Shanum baru tahu sifat Nabil yang seperti tadi. tapi dia tetap senang berada di dekat Nabil.
Dalam perjalanan pulang, Shanum sudah terlihat lebih tenang karena saat ini dia sedang duduk tepat di samping Nabil. Tapi sejak tadi keduanya sama-sama diam.
“Ketik nomor ponsel kamu!” ucap Nabil sambil menydorkan ponselnya pada Shanum.
Usai mengetik nomornya sendiri, Shanum mengembalikan ponsel itu pada Nabil. Dan mereka kembali diam.
Beberapa saat kemudian mobil Nabil sudah berhenti di depan rumah Nabil. Namun Nabil masih tetap berada di dalam tanpa berniat untuk keluar.
“Kamu bisa keluar sendiri kan?” tanya Nabil tiba-tiba.
“Bisa, Kak.” Jawab Shanum bergegas memegang handle pintu.
“Tunggu dulu, Num! pekerjaan kamu hanya sebagai asistenku saat di kantor. di luar jam kantor bukan menjadi urusanmu kemana aku pergi. Jadi jangan sekali-kali kamu mencampuri urusanku. Dan kamu juga jangan melaporkan semua ini pada Papaku kalau kamu ingin selamat dunia akhirat.” Ucap Nabil cukup membuat Shanum terkejut sekaligus tercengang. Memangnya Nabil itu malaikat yang bisa menjamin keselamatannya di dunia dan akhirat. Namun Shanum memilih diam dan menurut dnegan perintah Nabil.
“Baik, Kak. Aku mengerti kok. Ya sudah aku masuk ke rumah dulu.” Jawab Shanum dengan cukup ramah walau ia sangat penasaran kemana Nabil akan pergi saat malam-malam seperti ini.
“Terserah kamu kamu masuk atau tidak. Cepat keluarlah!” sentak Nabil yang seketika itu membuat Shanum memegang dadanya karena terkejut.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!