NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Elmira

Bab 1. Pernikahan

Happy Reading🥰

Elmira Revalina Putri. Gadis cantik yang selalu tampil ceria. Manja terhadap kakak laki-lakinya, dan selalu bersikap ramah terhadap semua orang.

Elmira tidak pernah memandang seseorang dari status sosialnya. Yang penting orang itu tidak membuat masalah terhadap dirinya dan juga keluarganya.

Elmira adalah anak kedua dari keluarga Winata. Di usianya yang ke-22 tahun, Elmira dijodohkan dengan seorang laki-laki yang berasal dari keluarga Addison. Rekan bisnis sang papa.

Elmira tidak menolak perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, karena Elmira sangat mengenal sosok laki-laki yang akan menjadi calon suaminya. Dari dulu, Elmira memang menyukai laki-laki tersebut.

Edgar Emilliano Addison. Dia adalah laki-laki yang akan dijodohkan dengan Elmira. Dia putra pertama sekaligus putra tunggal dari keluarga Addison. Kerena sebuah bisnis, kedua orang tuanya menjodohkan Edgar dengan anak rekan bisnisnya. Mau tidak mau Edgar harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Sebab Edgar tidak mau kehilangan warisan dari keluarga Addison jika menolak perjodohan itu.

Usia Elmira dan Edgar selisih delapan tahun. Usia Edgar sekarang sudah menginjak 30 tahun. Memang sudah sepantasnya memiliki seorang istri di usianya yang sekarang.

Elmira mempunyai seorang kakak laki-laki, yang bernama Elvaro Keanu Winata. Yang sering dipanggil Elan oleh Elmira, panggilan kesayangan darinya sejak kecil. Elan sangat menyayangi Elmira lebih dari apa pun. Rasanya tidak rela jika Elmira harus menikah muda dengan Edgar, hanya karena sebuah bisnis.

Perusahaan Addison dan Perusahaan Winata, adalah dua perusahaan terbesar di kota J. Jika keduanya bersatu, maka kedudukan mereka akan semakin tinggi, dan tidak akan ada yang bisa menyaingi perusahaan mereka.

Maka dari itu, Addison dan Winata berencana menjodohkan anak-anak mereka, agar bisnis mereka semakin kuat. Siapa sangka, Elmira malah menerima perjodohan itu dengan senang hati. Tentu saja Winata merasa senang karenanya.

Hari ini adalah hari pernikahan Elmira dan Edgar, yang dilaksanakan di sebuah Hotel ternama, milik keluarga Edgar sendiri. Banyak tamu yang hadir di sana. Pesta pernikahan itu digelar dengan sangat mewah, agar terkesan indah di mata para tamu yang hadir.

Semua relawan bisnis dari keluarga Winata dan Addison hadir semua. Bukan hanya puluhan orang yang datang, tapi, ratusan atau bahkan ribuan orang. Hotel Addison telah penuh dengan para tamu yang hadir. Awak media juga hadir di sana untuk meliput moment bersejarah di sepanjang masa di kota itu.

Elmira terlihat sangat cantik dan anggun, dengan balutan gaun pengantin yang melekat di tubuhnya. Senyuman manis menghiasi wajah Elmira. Hatinya merasa berbunga-bunga saat melihat Edgar yang juga tersenyum kepadanya.

Edgar memakai setelan Tuxedo yang senada dengan warna gaun yang di pakai oleh Elmira. Mereka berdua duduk berdampingan, dan terlihat sangat serasi. Namun, hati Edgar merasa resah, pikirannya tertuju kepada wanita yang bertakhta di hatinya. Wanita yang sangat ia cintai. Tapi, harus mengorbankan perasaannya hanya demi perjodohan ini.

Sungguh Edgar merasa kesal, marah dan benci terhadap wanita yang duduk di sampingnya. "Kau boleh tersenyum bahagia sekarang. Tapi, setelah kita menikah jangan harap kau bisa tersenyum lagi. Karena aku akan membuat hidupmu menderita, wanita sialan!" batin Edgar.

Banyak pasang kamera yang mengabadikan moment pernikahan itu. Terpaksa Edgar harus pura-pura tersenyum bahagia. Agar reputasinya tetap terlihat baik di depan semua orang.

Acara ijab qabul akan segera dilangsungkan. Elmira merasa sangat gugup karena setelah ini statusnya akan berubah. Ia tidak akan lagi bersikap manja terhadap kedua orang tua dan juga kakaknya. Sungguh Elmira merasa sedih, namun ia juga merasa sangat bahagia karena akan menjadi istri dari laki-laki yang dia cintai.

Berbeda dengan Elmira, Edgar merasa biasa saja dengan acara itu. Saat acara ijab qabul di langsungkan, Edgar mengucapkannya dengan lancar. Karena Edgar ingin segera pergi dari acara itu, ia muak harus berpura-pura manis di depan semua orang, termasuk Elmira.

Elmira mencium tangan Edgar dengan lembut dan penuh cinta. Sedangkan Edgar mencium kening Elmira dengan singkat tanpa adanya perasaan. Mereka berdua bertukar cincin, saling menyematkan di jari manis secara bergantian.

Setelah acara ijab qabul selesai, langsung berganti dengan acara resepsi. Edgar dan Elmira naik keatas pelaminan layaknya raja dan ratu.

Para tamu yang hadir tiada hentinya mengucapkan selamat kepada pengantin baru itu. Kedua orang tua Edgar dan Elmira merasa senang melihat wajah anak-anak mereka yang memancarkan aura kebahagiaan.

"Selamat ya Sayang. Semoga pernikahan kalian di penuhi dengan kebahagiaan, dan dijauhkan dari orang ketiga. Jadilah istri yang baik untuk suami kamu," ucap Amanda selaku mama dari Elmira. Dia dan Winata sama-sama mengucapkan selamat untuk putri dan menantunya.

"Makasih Ma, Pa. Aku janji akan menjadi istri yang baik untuk suami aku." Elmira tersenyum dan memeluk kedua orang tuanya dengan bahagia.

Setelah itu, Alana dan Addison juga memberikan selamat kepada Edgar dan Elmira. Mereka tahu bahwa Putra mereka hanya terpaksa menikah dengan Elmira. Karena Edgar sudah mempunyai seorang kekasih, namun Addison melarang keras hubungan mereka. Karena ia sangat tahu wanita macam apa yang tengah menjalin kasih dengan Edgar. Tentu sangat berbeda dengan Elmira yang sudah jelas wanita baik-baik.

"Jadilah suami yang baik untuk istrimu, Edgar. Jangan pernah membuatnya menangis. Jika sampai itu terjadi, kamu akan tahu akibatnya." ancam Addison kepada sang putra.

Edgar hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia tidak ingin berjanji akan hal itu. Karena sampai kapan pun, ia tidak akan pernah mencintai wanita yang telah resmi menjadi istrinya. Hanya Alexa wanita satu-satunya yang Edgar cintai.

Edgar mengajak Elmira untuk meninggalkan acara itu, dia merasa sangat lelah. Bayangkan saja, mereka berdiri berjam-jam, menyambut ratusan tamu yang hadir untuk mengucapkan selamat kepada mereka.

Kedua orang tua Edgar dan Elmira mengizinkan mereka untuk beristirahat. Mereka berfikir kalau pengantin pria sudah tidak sabar untuk melakukan ritual malam pertama. Elmira tersipu malu mendengar percakapan para orang tua itu. Ia jadi membayangkan malam pertamanya bersama Edgar. Sungguh Elmira sangat gugup memikirkan adegan itu.

Elmira mengikuti langkah kaki Edgar memasuki kamar hotel yang telah disiapkan khusus untuk mereka. Elmira sangat takjub dengan dekorasi kamar yang telah dihias sedemikian rupa.

Edgar tidak perduli dengan hiasan itu, dia juga tidak menghiraukan keberadaan Elmira di sana. Edgar melepaskan pakaian dan melemparnya asal. Hanya sisa bokser yang ia kenakan tanpa memakai baju.

Edgar mendekati Elmira yang masih berdiri di sisi ranjang. Elmira merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Hingga Edgar mengikis jarak dengannya. Edgar mendekatkan wajahnya ke hadapan Elmira.

Deg.

...----------------...

Terimakasih sudah mampir di karya kedua ku😘. Jangan lupa dukungannya ya guys😘

Bab 2.Ungkapan

Happy Reading 🥰.

Deg.

Jantung Elmira rasanya ingin keluar dari tempatnya. Hembusan nafas dari Edgar yang menerpa wajahnya membuat hati Elmira berdesir. Elmira menundukkan wajah karena malu. "Apakah Edgar akan meminta haknya sekarang?" gumam Elmira dalam hati.

"Dengar! Jangan pernah berharap aku akan menyentuhmu! Kita menikah hanya karena sebuah perjodohan. Aku terpaksa menikahi kamu cuma demi kedua orang tuaku. Jadi, jangan mengharapkan cinta dariku. Karena cintaku hanya untuk wanita pilihanku." desis Edgar tepat di telinga Elmira.

Jedaaaar!

Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Hati Elmira sangat sakit mendengar ungkapan Edgar yang begitu menyayat hati. Ia tak menyangka bahwa Edgar menikahinya karena terpaksa. Matanya mulai berkaca-kaca, ia menatap Edgar dengan tatapan nanar.

"Kenapa menerima perjodohan ini, kalau kamu tidak mencintai aku, Mas?"

"Tuan! Panggil aku Tuan. Jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikan itu. Kau hanya boleh memanggilku dengan nama itu saat berada di depan keluarga kita. Paham!"

Elmira hanya menangis, tak mampu untuk menjawab perintah dari Edgar. Mungkin ini adalah konsekuensi dari pernikahannya. Cuma Elmira yang berharap pernikahannya penuh dengan kebahagiaan. Tidak dengan Edgar yang terang-terangan mengungkapkan isi hatinya bahwa dia mencintai wanita lain.

Akan tetapi, Elmira tidak ingin menyerah. Ia akan memperjuangkan cintanya untuk Edgar. Elmira akan mematuhi perintah Edgar asalkan Edgar bahagia. Meskipun Elmira harus mengorbankan perasaannya. Ia yakin suatu saat nanti Edgar akan membuka hatinya untuk Elmira.

Elmira menyeka air mata yang membasahi pipinya. Ia berusaha untuk tersenyum di depan Edgar, walaupun hatinya terasa sakit.

"Kalau begitu, aku ke kamar mandi dulu, Mas." pamit Elmira dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

Edgar tampak acuh, dan memilih merebahkan diri di atas ranjang king size, yang telah di taburi dengan kelopak mawar. Edgar membuang mawar-mawar itu ke atas lantai, ia sangat membenci hiasan yang terlihat menjijikkan di matanya.

Elmira menyalakan air di wastafel. Ia menumpahkan air matanya di sana. Elmira memukul dadanya yang terasa sesak bagaikan dihimpit dengan ribuan batu.

"Sabar Elmira. Kamu pasti kuat, dan kamu pasti bisa membuat Edgar mencintaimu." Ucap Elmira menyemangati dirinya sendiri.

Setelah cukup lama menangis, Elmira menyalakan shower, lalu mandi di bawah guyuran air hangat. Ia memilih mengguyur tubuhnya daripada berendam di dalam bathtub. Karena terlalu lama berendam, bibir Elmira sampai membiru. Namun, Elmira tidak merasakan dingin sama sekali.

Edgar yang sedari tadi belum tidur, lantaran belum mandi, badannya terasa lengket. Jadi, dia tidak bisa tidur. Sekarang Edgar merasa kesal kepada Elmira, karena terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Entah apa yang dia lakukan di dalam hingga selama itu.

Dor! Dor! Dor!

"Hey! Sudah belum? Kau mandi apa mati sih?" Edgar menggedor pintu kamar mandi dengan kasar. Ia masih enggan memanggil nama Elmira.

Elmira yang sedang menikmati guyuran air di tubuhnya dalam keadaan melamun, ia terperanjat saat mendengar gedoran dari luar. Dengan terburu-buru Elmira menyelesaikan ritual mandinya. Ia fikir Edgar tidak akan mandi, dan langsung tidur.

klek!

Elmira keluar dari dalam kamar mandi hanya menggunakan bath robe. Ia lupa membawa baju ganti yang masih berada di dalam koper.

"Ck! Lama sekali. Kamu kira hanya kamu saja yang gerah, huh! Aku juga gerah dan ingin mandi. Dasar wanita pembawa sial!"

Brak!

Edgar menutup pintu kamar mandi dengan kasar, setelah dirinya memarahi Elmira habis-habisan. "Huf! Tenang! Ini masih awal. Aku harus menyiapkan diri dan mental, siapa tahu di hari-hari berikutnya sikap Edgar semakin buruk terhadapku." Elmira mengusap dadanya karena terkejut saat Edgar membanting pintu.

Elmira sangat sedih melihat kelopak bunga mawar yang berserakan di atas lantai. Malam yang seharusnya menjadi kenangan terindah dalam hidupnya, malah menjadi malam yang sangat mengenaskan. Miris sekali nasib Elmira.

"Berhenti! Mau apa kamu di sana?" teriak Edgar dengan suara lantang. Ia berjalan cepat menuju sisi ranjang setelah selesai membersihkan diri.

Elmira menghentikan langkahnya untuk menaiki kasur. Saat mendengar teriakan Edgar yang begitu memekakkan telinga. "Aku mau tidur Mas, aku lelah."

"Tuan! Apa kau sudah lupa dengan kata-kata ku? Kau tidak boleh tidur satu ranjang denganku!"

"Lalu aku harus tidur dimana Tuan?"

"Terserah!"

Edgar langsung merebahkan dirinya di atas ranjang dengan posisi tubuh yang menyilang. Agar Elmira tidak bisa tidur di sana.

Elmira terpaksa mengambil selimut yang tersedia di dalam lemari. Ia membawa ke arah sofa di ruangan itu. Seumur hidup, Elmira tidak pernah tidur di sofa. Ini pertama kalinya dia tidur di sana. Setelah menikah dengan laki-laki pilihannya, ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya hanyalah istri yang tak diinginkan.

Malam itu pasangan pengantin baru tidur secara terpisah. Hingga pagi menjelang, Elmira mengerjapkan mata ketika wajahnya diterpa oleh sinar mentari. "Eungh!" Elmira melenguh. Ia merenggangkan otot-otot di tangannya yang terasa kaku karena terlalu lama tidur dengan posisi meringkuk di atas sofa.

Badan Elmira terasa sakit. walaupun sofa di kamar itu sangat empuk, namun tetap saja tidak senikmat tidur di atas ranjang. Elmira melihat Edgar yang masih tertidur pulas di atas ranjang.

Elmira tersenyum kecut meratapi nasib pernikahannya. Ia masuk kedalam bathroom untuk membersihkan diri. Setelah keluar dari bathroom, Elmira membangunkan Edgar untuk sarapan pagi.

"Tuan! Bangun, kita harus sarapan pagi."

Elmira membangunkan Edgar dengan suara selembut mungkin. Ia tidak ingin membuat Edgar merasa tidak nyaman. Meskipun kehidupan Elmira sangat mewah, setiap kebutuhannya selalu disediakan, dan selalu ada yang melayaninya di rumah. Tidak menjadikan Elmira menjadi wanita yang pemalas.

Elmira bahkan juga pandai memasak. Ia sering bergabung dengan para pelayan di rumahnya saat menyiapkan makanan di dapur. Jadi, Elmira sudah siap untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada suaminya di rumah nanti.

Edgar menatap sinis, Elmira. Ia merasa kesal karena tidurnya di ganggu oleh wanita sok baik itu. "Ck! Berani sekali seorang pelayan mengganggu majikan!"

Lagi-lagi hati Elmira terasa perih mendapatkan hinaan dari suaminya sendiri. Ia hanya diam tak berani menjawab perkataan Edgar. Elmira menunggu suaminya keluar dari bathroom. Petugas hotel telah mengantarkan makanan ke kamarnya. Dengan penuh perhatian, Elmira menata makanan itu di atas meja yang terdapat di ruangan itu.

Elmira berharap suaminya mau sarapan pagi bersamanya. Ia tersenyum ke arah Edgar saat keluar dari kamar mandi, yang hanya menggunakan bath robe.

"Mas, m-maksud aku, Tuan. Sarapan paginya sudah siap. Kita makan bareng ya?" tanya Elmira dengan penuh harap.

Edgar pura-pura tak mendengar ucapan Elmira. Ia tidak sudi makan satu meja bersama dengan wanita yang telah membuat hidupnya berantakan. Edgar melihat pakaian di atas ranjang yang telah disiapkan oleh Elmira untuk dirinya.

Edgar memakai baju dengan santainya di hadapan Elmira. Ia tidak merasa berdosa telah membuat wajah Elmira memerah saat melihat pahatan indah di tubuhnya.

Elmira memalingkan wajah kearah lain. Sungguh tubuhnya dibuat panas-dingin dengan pemandangan di depan matanya.

...----------------...

Hai guys, jangan lupa dukung terus karya kedua novel Author 😘😘😘

Dukungan kalian sangat berarti. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar 😘

Bab 3. Pisah Kamar

Happy Reading🥰

Edgar dan Elmira langsung check-out dari hotel setelah menyelesaikan sarapan pagi mereka. Beruntung kedua orang tua mereka pulang lebih awal ke rumah masing-masing. Mereka tidak tahu bahwa malam pengantin anak-anak mereka tertunda, atau bahkan tidak akan pernah terjadi.

Edgar membawa Elmira ke rumah miliknya sendiri. Ia tidak ingin tinggal bersama dengan mama dan papanya. Lebih baik pisah rumah agar leluasa menyiksa Elmira. Edgar tidak akan memberikan kesempatan untuk Elmira bahagia.

Karena bagi Edgar Elmira hanya wanita sialan, tidak lebih dari seorang j*lang. Perjodohan itu terjadi karena Elmira yang menyetujuinya. Andaikan Elmira menolak perjodohan itu, maka dirinya tidak akan menikah dengannya.

Bagaimana Edgar harus menghadapi Alexa, wanita yang dicintainya. Pasti dia sudah melihat berita tentang pernikahannya di media. Alexa akan sangat marah kepadanya. Itu tidak boleh terjadi, Edgar harus mencari cara agar Alexa tidak memarahinya, dan bisa mengerti bahwa keadaan lah yang memaksa Edgar untuk menikah dengan Elmira. Wanita sialan itu.

Mobil Bugatti La Voiture Noire berhenti tepat di halaman rumah mewah, yang terletak cukup jauh dari kediaman Addison dan Winata. Rumah pribadi milik Edgar yang telah di siapkan jauh-jauh hari untuk ia tempati setelah menikah dengan Alexa. Harapannya hancur gara-gara wanita yang tidak tahu malu menerima perjodohan dengannya.

Elmira mengikuti Edgar layaknya anak ayam yang terus mengikuti induknya. Kemanapun Edgar melangkah, Elmira pasti mengikutinya. Hal itu membuat Edgar semakin kesal kepadanya.

"Mau apa kau? Kenapa mengikuti ku masuk ke dalam kamar ini?" Edgar menatap tak suka kepada Elmira.

"B-bukankah ini kamar kita?"

"Cih! Kamu kira aku bakalan sudi tinggal satu kamar dengan wanita murahan seperti kamu! Dengar baik-baik, ini kamarku! Kamar kamu di sebelah sana!" tunjuk Edgar ke arah pintu kamar yang berhadapan dengan kamarnya.

"J-jadi, kita akan kisah kamar?"

"Tentu saja! Sudah aku katakan kalau aku tidak akan pernah menyentuhmu! Kau tahu sendiri 'kan bahwa aku itu terpaksa menikah dengan wanita j*lang seperti mu. Aku hanya mencintai Alexa, dia wanita satu-satunya dalam hidupku. Jadi, jangan pernah mengharapkan cinta di dalam pernikahan ini. Cepat atau lambat aku akan menceraikan mu dan menikah dengan Alexa."

Hati Elmira sangat perih mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh Edgar. Hanya karena dirinya menerima perjodohan dari kedua orang tuanya, Edgar sampai menilainya seperti wanita j*lang. Sungguh Elmira merasa sangat terhina, dadanya terasa sesak. Air mata sudah tak bisa di bendung lagi, Elmira menangis sejadi-jadinya di hadapan Edgar.

Bukannya merasa kasihan melihat sang istri menangis, Edgar malah mendorong tubuh Elmira masuk kedalam kamar yang akan di tempati oleh istri yang tak diinginkannya itu.

Tangis Elmira semakin pecah, mendapatkan perlakuan buruk dari suaminya sendiri. Dia sama sekali tidak ada harganya di mata sang suami. Tak ada tatapan cinta di matanya, hanya kemarahan yang ia lihat. Kenapa Edgar tidak menentang soal perjodohan itu, jika akhirnya akan seperti ini. Sungguh hati Elmira sangat remuk, namun inilah konsekuensinya jika menikah dengan orang yang tidak kita cintai.

Elmira mulai membuka koper, menata pakaiannya di dalam lemari yang ada di kamar itu. Kamar yang tak kalah luas dengan kamarnya di rumah. Elmira jadi merindukan kakaknya. "Kak Elan lagi apa ya?" Elmira memang tidak bisa jauh dari Elan. Ia sangat menyayangi kakaknya, daripada kedua orang tuanya, Elmira lebih dekat kepada Elan.

Elmira mulai menghubungi kakaknya lewat Whatsapp melalui video call. Tak lama kemudian terpampang wajah tampan di layar ponselnya.

"Hallo Kak El." Elmira menyapa kakaknya di seberang telpon.

"Hai, Emi. Bagaimana keadaanmu di sana?" tanya El dengan nada cemas. Sejak semalam ia tidak bisa tidur karena memikirkan sang adik. Elan takut terjadi sesuatu terhadap adik satu-satunya itu.

"Kabar Emi baik. Kak Elan lagi apa?"

"Kakak akan berangkat ke kantor. Oiya, apa suamimu bersikap baik sama kamu?"

Elmira tidak langsung menjawab, ia diam untuk beberapa saat, hingga bibirnya membentuk semua lengkungan. "Edgar sangat baik sama aku, Kak. Kakak tenang saja, aku bahagia menikah sama Edgar." Elmira terpaksa berbohong. Ia tidak mungkin jujur kepada kakaknya tentang sikap Edgar yang sangat buruk kepadanya.

Elmira akan menutupi sebisa mungkin dari keluarganya. Terutama sang kakak, jika sampai Elan tahu mengenai hal itu, bisa tamat nasib pernikahannya dengan Edgar.

"Syukurlah kalau begitu. Kalau sampai dia membuatmu terluka, aku tidak akan segan-segan untuk memberikan perhitungan dengannya."

"Edgar tidak mungkin menyakiti aku, Kak. Dia suami yang baik, dan pengertian."

"Dimana dia sekarang?"

"D-dia ada di ... Oh, dia lagi mandi, Kak."

"Kalian sudah pulang dari hotel?"

"Iya, Kak."

"Kenapa? Seharusnya kalian masih di sana 'kan?"

"Aku bosan di hotel terus, Kak. Makanya aku ngajak Edgar untuk pulang."

"Beneran? Kamu gak bohong 'kan sama kakak?"

"Iya Kak. Mana berani aku bohong sama Kakak. Ya udah sana berangkat, nanti Kak Elan kesiangan."

"Oke. Kakak berangkat dulu."

Elmira bernafas lega setelah panggilan itu berakhir. Baru kali ini dirinya bohong kepada Elan. Semoga Elan tidak curiga dengan hubungan rumah tangganya yang memang tidak baik-baik saja sejak awal.

Tanpa Elmira sadari, sejak tadi ada sepasang mata sedang memperhatikan dirinya dari celah pintu yang sedikit terbuka. Siapa lagi kalau bukan Edgar. "Ternyata dia pandai juga berbohong. Huh, awas saja kalau dia berani mengadu sama kakaknya yang lebay itu, akan ku buat dia menderita." gumam Edgar mengancam.

Elmira keluar dari kamar, menuruni anak tangga untuk menuju ke dapur. Ia mengecek bahan makanan yang tersedia di kulkas, ada apa saja di sana untuk ia olah saat makan siang nanti. Elmira akan memasak untuk Edgar, berharap dia akan tersentuh dengan pelayanannya.

Edgar menuruni tangga tanpa melihat ke arah Elmira yang sedang menatapnya. "Mas, kamu mau ke kantor?" Elmira menghampiri Edgar, dan tersenyum kepadanya.

"Bukan urusanmu!" Edgar melewati Elmira yang berada di hadapannya.

"Mas! Nanti siang aku bawakan makanan, ya ke kantor?"

Edgar menghentikan langkahnya, menatap tajam ke arah Elmira. "Jangan pernah berani menginjakkan kakimu di kantor ku! Aku tidak butuh masakan sampah dari wanita j*lang seperti kamu! Oiya, apa kamu benar-benar pikun? Aku sudah berapa kali memerintahkan kamu agar memanggilku 'Tuan'!"

"Maaf, Tuan! Saya benar-benar lupa!"

Elmira menundukkan kepala, takut dengan tatapan Edgar yang begitu menusuk. Tanpa berkata lagi, Edgar pergi meninggalkan rumah. Ia tak ingin berlama-lama dengan Elmira di rumahnya. Lebih baik, dia menemui Alexa di apartemennya. Edgar yakin kalau Alexa tengah menunggu kedatangan dirinya. "Tunggu aku, Sayang." Ucap Edgar tersenyum girang, karena sebentar lagi akan bertemu dengan wanita sang pujaan hati.

...----------------...

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!