Dipesisir pantai nan indah, tampak seorang anak kecil, yang terlihat begitu bahagia. Ia berlari-lari sambil tertawa-tawa renyah, karena sepertinya ia sedang kesenangan, bersama seorang pria tampan, yang terlihat sedang mengejar-ngejar si gadis kecil tersebut.
"Hahaha..Come on Daddy! Kejar Rindhi lagi! Hahaha.." teriak Gadis kecil tersebut, sambil tertawa begitu riang.
"Baiklah..! Daddy, akan mengejar kamu! Awas saja kalau dapat ya!" balas pria tampan tersebut. Yang terlihat ia masih mengejar si gadis kecil itu. Hingga akhirnya ia berhasil menangkapnya.
"Kenak kamukan!' katanya Lalu ia langsung mengangkat tubuh gadis kecil itu tinggi-tinggi, lalu iapun memutar-mutarkan tubuhnya. Dan otomatis tubuh si kecil ikut berputar-putar. Membuat si gadis kecil itu tertawa terbahak-bahak, saking senangnya.
"Hahahaha Horree..Rindhi terbang..hahaha..." katanya sambil tertawa-tawa kesenangan. Disaat bersamaan terdengar suara panggilan dari seorang wanita.
"Mas Haidar! Rindhima! Berhentilah bermain! Ayo kita makan dulu!" teriak Wanita tersebut. Dan seketika, Pria tampan yang dipanggil Haidar tersebut pun menghentikan aksinya. Dan ia pun langsung menoleh ke sumber suara. Dan terlihatlah olehnya seorang wanita yang terlihat sedang berdiri di depan pintu gerbang sebuah villa.
"Keyla? Bukankah dia sedang sakit? Kok keluar sih?" gumam Haidar, dengan tatapan yang masih tertuju pada wanita yang ia panggil Keyla.
"Ayo Sayang kita kembali ke Villa! Mommy sudah memanggil kita!" ajak Haidar. Seraya ia menggandeng tangan gadis kecil tersebut.
"Oke Daddy Come on!" balas Rindhima, seraya ia berlari kecil, mengikuti langkah kaki sang Ayah, yang lumayan lebar.
Setibanya mereka di depan gerbang, "Sayang, kamukan sedang sakit, kok keluar sih? Kan ada Mbok Iyah, seharusnya suruh dia saja dong yang memanggil kami. Jadikan kamu tidak perlu keluar begini Sayang," tegur Haidar, seraya ia merangkul pundak istrinya.
"Maaf Mas, Aku nggak mau ngerepotin Mbok, Iyah lagi. Soalnya beliau sejak tadi melakukan pekerjaan rumah seorang dirikan, makanya tadi memang aku yang mau memanggil kalian, habisnya Aku juga jenuh didalam," balas Keyla, yang memang wajahnya terlihat amat pucat sekali.
"Hah! Ya sudahlah kalau begitu, sekarang ayo kita masuk!" ajak Haidar, yang kemudian mereka pun akhirnya berjalan memasuki villa tersebut. Sesampainya mereka di dalam.
"Rindhi, kamu mandi dulu ya Nak, setelah itu baru kita makan sama-sama," ujar Keyla pada putri kecilnya.
"Okay Mommy!" balas Rindhima, seraya ia mengangkat tangannya dan memberi hormat pada sang Ibu. Setelah itu ia pun berlari menuju kamarnya.
"Kamu juga Mas, mandi dulu gih! Setelah itu baru kita makan bersama," kata Keyla lagi, pada Haidar.
"Baiklah Sayang, kalau begitu aku kekamar dulu ya?" balas Haidar. Sembari ia mengecup lembut dahi istrinya.
"Hu'um, pergilah Mas," balas Keyla, seraya tersenyum manis pada Haidar. Setelah mendapatkan jawaban dari istrinya, Haidar pun berlalu meninggalkan Keyla, yang terlihat masih diruangan tamu. Dan setelah suaminya tak terlihat lagi, ia pun langsung memegang perutnya yang di bagian bawahnya.
"Aakh..! Me-mengapa se-sekarang sakitnya semakin sering sih? Akh..! A-pakah itu ar-tinya, ke-mati-anku.. su-dah tidak.. lama lagi?" gumam Keyla yang kini wajahnya terlihat sudah dibanjiri dengan keringat jagung.
"Ugh..A-ku ha-rus se-cepatnya me-ngambil obat! Se-belum.. Mas Haidar ke-mbali!" ucapnya lagi. seraya ia melangkah dengan perlahan menuju ke kamar tamu, yang berada di lantai bawah.
Sesampainya di kamar tersebut, Keyla langsung mengambil sebuah botol obat, yang tampaknya ia sembunyikan di bawah bantalnya. Keyla langsung mengambil beberapa butir obat dari botol tersebut. Dan langsung meminumnya, setelah itu, ia langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya.
Disaat Keyla ingin memejamkan matanya. Seketika ia teringat dikala ia kerumah sakit untuk memperiksakan penyakitnya. Dan betapa sedihnya ia ketika ia mendengar kata-kata sang Dokter, yang menyatakan penyakitnya setelah melakukan pemeriksaan.
"Begini Nyonya, setelah kami melakukan pemeriksaan. Hasil diagnosa yang kami dapatkan, sepertinya Anda terkena kanker rahim, stadium lanjut. Dan ini akan membahayakan nyawa Anda kalau tidak secepat melakukan operasi pengangkatan rahim, Nyonya!" ujar sang Dokter.
Mendengar perkataan sang dokter Keyla seperti tersambar petir. Dan seketika Keyla teringat pada perkataan suaminya yang meminta dirinya untuk segera memberikan ia, anak laki-laki untuknya. Makanya ia akhirnya memilih untuk merahasiakan penyakit itu pada suaminya. Karena ia benar-benar tak berani untuk mengatakan prihal penyakitnya tersebut pada suaminya, hingga saat ini. Disaat ia sedang hanyut dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara seorang pria memanggil namanya.
"Keyla..! Key! Kamu dimana?!" panggil Pria tersebut, dengan suara terdengar keras.
"Aah.. Mas Haidar memanggilku! Aku harus secepatanya keluar! Sebelum Dia masuk kesini!" gumam Keyla, seraya ia bangkit dari tempat tidurnya. Lalu ia pun mengelapkan sisa keringat jagung yang tadi membasahi wajahnya. Setelah itu ia pun langsung bergegas keluar.
"Saya Mas! Key disini, Mas!" kata Keyla, setelah ia berada tak berapa jauh dari suaminya.
"Ooh, kamu dari mana? Dan kenapa seperti habis menangis begitu hm?" tanya Haidar. Namun belum lagi dijawab oleh Keyla, ia justru menyelanya lagi, "Aakh.. sudahlah! Hari ini aku mau pergi ke luar negeri! Jadi maaf Aku tidak bisa ngantar Kamu kerumah sakit!" lanjutnya tanpa melirik sedikit pun ke arah Keyla. Karena tatapannya terlihat sedang fokus ke layar handphonenya.
"Iya Mas, nggak papa kok Key paham, Maskan sibuk," jawab Keyla, dengan wajah berusaha tersenyum secara paksa.
"Oh iya.. nanti kalau kalian mau pulang ke Mansion diantar Leo saja ya! Soalnya Haris mau Aku Bawak!" ujar Haidar lagi, serya ia meletakkan handphonenya ketelinganya.
"Iya M...." balas Keyla, akan tetapi belum lagi ia menyelesaikan kata-katanya. Haidar sudah melangkah menjauh sambil menelpon seseorang.
"Haris kita berangkat sekarang! Cepat siapkan mobil!" katanya, seraya ia melangkah keluar tanpa menoleh sedikitpun ke arah istrinya lagi.
"Mas Haidar semakin berubah! Aku hampir tak mengenal dirinya lagi!" gumam Keyla, dengan tatapan sendu yang terlihat masih mengarah ke pintu Villa mereka. Sangat terlihat jelas dari raut wajahnya, bahwa Keyla saat ini amat sedih banget, bahkan air matanya jatuh begitu saja.
Yaa Istri mana yang tak sedih, disaat dirinya sedang sakit. Namun suami yang menjadi sumber kekuatannya, malah sangat jarang berada di sisinya. Disaat ia masih menatap kearah pintu dengan wajah terlihat sudah dilinangi Air mata, tiba-tiba..
"Mommy kok menangis? Apakah Daddy sudah jahat sama Mommy?" tanya seorang gadis kecil, yang kini sudah berdiri dihadapannya Keyla, sambil berkacak pinggang. Dan seketika Keyla langsung menghapus air matanya, lalu ia pun menekukan kedua lututnya agar bisa sejajar dengan gadis kecil tersebut.
"Rindi? Tidak Sayang, Daddy tidak jahat kok sama Mommy. Daddy sangat baik sama Mommy, jadi Rindi harus selalu menyayangi Daddy ya Nak," balas Keyla, seraya ia memeluk Putri kecilnya itu.
"Mommy bohong! Rindi lihat kok, kalau Daddy tadi nggak cium Mommy lagi! Itu tandanya Daddy jahat sama Mommy!"
...•┈┈••┈••✾•◆❀💚❀◆•✾••┈••┈┈•...
Bismillahirrahmanirrahim..
Semoga Novel ini membawa keberkahan bagi Ramanda, dan bagi para Readers yang membacanya. Aamiin ya Allah 🤲
Hai guys jangan lupa berikan dukungannya ya, in shaa Allah Ramanda, akan tetap menampilkan karya, yang bermanfaat bagi kita semua. Jadi terus dukung Ramanda ya Guys 🙏🥰 Syukron 🙏😘.
Hari-hari berlalu begitu cepat, keadaan Keyla juga semakin melemah. Bahkan juga dokter telah mengatakan bahwa Keyla saat ini sedang kritis. Sementara Haidar suaminya Keyla yang sedang berada diluar kota, sangat sulit untuk dihubungi. Bahkan nomornya sudah tidak aktif lagi. Hal itu membuat si gadis kecil Rindhima semakin sedih. Karena ia merasa sendirian, walaupun ia bersama pengasuhnya. Tapi tetap ia selalu merasa kesepian.
"Mommy kapan bangunnya? Indhi kesepian, Mommy hiks..hiks..bangun Mommy..hiks..hiks.." ucap Rindhima disertai isak tangisnya. Searaya ia mengguncang-guncangkan tubuh sang Ibu, yang saat ia sedang terbaring begitu lemahnya, dengan tubuh yang sudah dilengkapi alat-alat medis dari rumah sakit. Karena memang saat ini Keyla, hanya dirawat di mansionnya sendiri.
Disaat Rindhima masih menangis disisi sang Ibu, tiba-tiba pintu kamar Keyla terbuka lebar, dan tak berapa lama masuklah seorang wanita paruh baya sembari berkata, "Yaa ampun, si Mbok nyari-nyari Nona kesana-kesini, tenyata Nona Rindhi, disini toh?" kata Wanita tersebut.
"Mau apa Embok Rukmi cari Indhi?" tanya Ridhima tanpa menoleh sedikitpun kearah wanita itu. Karena ia masih fokus menatap wajah sang Ibu, yang mulut dan hidungnya sedang memakai alat pernapasannya.
"Nona Rindhikan belum makan, jadi si Mbok, mau mengajak, Nona Rindhi makan dulu, biar nanti kalau Daddynya Non pulang, si Mbok nggak dimarahi, Non," balas wanita yang di panggil Mbok Rukmi tersebut.
"Huh! Indhi benci Daddy! Karena Daddy sekarang sudah tidak sayang lagi sama Mommy dan Indhi! Jadi mulai sekarang jangan sebut-sebut Daddy lagi ya Mbok!" ujar si kecil, dengan gayanya, seperti orang biasa. Sehingga ia memang tampak lebih dewasa dari usianya. Apa lagi, ketika ia melirik Mbok Rukmi dengan tatapan yang begitu dingin. Membuat Mbok Rukmi, seketika bergidik ketika melihat tatapan majikan kecilnya itu.
"Eh, tapi Nona, pesan Daddy And..." balas Rukmi bermaksud ingin menyampaikan pesan dari Haidar. Namun belum lagi ia menyampaikan Rindhima sudah langsung menyelanya.
"Hentikan Mbok! Karena Indhi tidak mau mendengarnya lagi!" bentak Rindhima seraya ia menutup kedua telinganya rapat-rapat, "Sekarang si Mbok sebaiknya pergi dari sini! Cepat pergiiii!!" lanjutnya lagi, setengah berteriak.
Mendengar suara teriak dari Ridhima, tiba-tiba pintu kamar Keyla kembali terbuka, dan tak berapa lama muncullah seorang seorang pria berjas putih, berserta seorang wanita berseragam putih masuk dengan tergesa-gesa ke kamarnya Keyla juga. Dan tak berapa lama juga seorang pria berjas hitam, juga ikut masuk, dengan wajah yang terlihat sedikit cemas.
"Ada apa Nona? Kenapa Anda berteriak?" ujar pria berjas putih tersebut. Sementara pria dan wanita yang berpakaian putih itu langsung menghampiri Keyla.
"Leo! Bawa Mbok Rukmi pergi dari sini! Indhi benci pada siapapun yang bersekongkol dengan Daddy! Cepat bawa dia dari sini!" ujar gadis kecil itu dengan suara yang terdengar amat lantangnya.
"Baiklah Nona!" balas Pria berjas hitam, yang dipanggil Leo itu oleh Rindhima. Setelah membungkukkan sedikit tubuhnya pada Rindhima, Leo pun langsung menghampiri Mbok Rukmi, "Ayo Mbok! Sebaiknya Anda keluar! Agar istirahat Nyonya tidak terganggu!" lanjut Leo pada Rukmi.
"Baiklah Leo! Kalau begitu si Mbok permisi Nona!" kata Rukmi, seraya ia membukukan tubuhnya sedikit ke hadapannya Rindhima. Namun dibalas oleh Rindhima dengan suara dengusannya saja, seraya ia membuang mukanya. Tampaknya ia langsung membuktikannya pada Rukmi, siapapun yang menentangnya makanya akan mendapatkan kebencian darinya.
Melihat perubahan pada anak asuhnya, wajah Rukmi langsung berubah sedih. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa dan akhirnya ia hanya mengikuti sesuai keinginan, majikan kecilnya saja. Dan ia pun langsung bergegas pergi meninggalkan kamarnya Keyla. Setelah Mbok Rukmi pergi, pandangan Rindhima langsung beralih pada Pria berjas putih.
"Sekarang bagaimana keadaan Mommy Indhi Uncle Dokter? Apakah Mommy Indhi sudah mau sembuh?" tanya Rindhima, dengan wajah penasaran seperti orang dewasa.
"Belum ada perubahan Nona. Malahan kondisi Nyonya saat ini semakin melemah. Saya Khawatir Nyonya tidak dapat, menahannya Nona," jawab sang Dokter apa adanya. Karena memang sang Dokter sangat tahu kalau Rindhima, tidak seperti anak-anak pada umumnya. Sehingga bila ia berbicara pada Rindhima sudah seperti sedang bicara pada orang dewasa, saja. Karena memang tingkah Rindhima saat ini sudah seperti orang yang dewasa.
"Mommy! Hiks.. Dokter Indhi mohon lakukanlah sesuatu untuk Mommy, Dokter! Hiks..hiks..Pokoknya Mommy Indhi harus sembuh!" pinta Rindhima, dengan wajah yang terlihat kembali dibasahi dengan Air matanya lagi. Dan disaat bersamaan, tiba-tiba Rindhima merasakan ada sesuatu yang menyentuh tangannya, yang memang kebetulan sedang berada di dekat tangan sang ibu yang sedang di infus. Dan seketika mata Rindhima langsung beralih ke wajah ibunya.
"Mommy! Yeee.. Mommy sudah bangun!" sorak Rindhima kesenangan, dengan mata yang langsung berbinar tatkala ia melihat mata sang yang sejak tadi terpejam, kini telah terbuka. Namun dari sorotan mata itu, masih menggambarkan kalau ia sudah begitu lemah.
"Rin-dhi..mau-kah Indhi..ber-jan-ji..pada Mom-my?" ujar Keyla dengan suara yang terbata-bata dan terdengar begitu lemahnya.
"Baiklah Mommy Indhi mau berjanji. Katakanlah Mom, apa yang harus Indhi lakukan? Indhi janji akan menuruti keinginan Mommy," balas Gadis, kecil itu masih dengan gaya orang dewasanya.
"Alhamdulillah.. Nak, ber-jan-jilah pada Momy, ka-lau Indhi ak-an men-jadi anak ya-ng ba-ik dan juga pin-tar ya Nak?" ucap Keyla masih terbata-bata dan masih terdengar lemah.
"Oke Momy! Indhi janji akan jadi anak baik dan juga pintar Momy!" balas Rindhima, seraya ia menggenggam tangan Mommynya dengan kedua tangannya.
"Nak, ka-mu ju-ga jan-ji ya? Jang-an per-nah be-nci sa-ma Dad-dy ya? Po-koknya.. Mo-my.. mau.. Ind-hi.. harus.. menya-yangi.. Dad-dy..untuk.. sela-manya! Apa-kah.. ka-mu.. ber-sed-ia.. Nak, meme-nuhi.. ja-nji.. itu sa-ma.. Mo-my?" pinta Keyla lagi, dengan suara yang terdengar semakin melemah. Bahkan nafasnya juga terlihat sudah begitu sulit.
Mendengar perkataan sang Ibu Rindhima terlihat ragu-ragu untuk mengiyakan permintaan sang Ibu, "Tapi Momy, Daddykan udah jahat sama Momy! Bahkan Daddy nggak pulang-pulang Momy," protesnya. Terlihat sekali ia begitu enggan dengan permintaan ibunya yang satu ini.
"Say-ang, Mo-my moh-on berjan-jilah...un-tuk.. kali ini sa-ja.. Saya-ng,..ha..ha.." pinta Keyla dengan nafas yang sudah tersengal-sengal. Melihat itu Rindhima akhirnya tak sampai hati dan ia pun mengangguk kepalanya.
"Baiklah Momy! Indhi janji tidak akan benci sama Daddy!" balas Rindhima terdengar lirih dan dengan keterpaksaan.
"Alhamdulillah.. Te-ri-ma ka-sih Nak.. Mo-my.. sang-at.. menya-ya-ngi.. Ind-hi...hees...humss..." ucap Keyla untuk yang terakhir kalinya, dan dibarengi dengan hembusan nafas terakhirnya. Dan ia pun langsung memejamkan matanya untuk selamanya. Rindhima yang sepertinya paham, dengan spontan ia pun berteriak sekencang-kencangnya memanggil sang Ibu..
"Aaakkh..Tidak! Mommyy..!! Momyyy!! Jangan tinggalkan Indhi Momyy!! Aaaakh!! Huhuhuhu MOMMYY!!" teriak Gadis kecil itu dengan sekencangnya, sambil mengguncangkan tubuh sang Ibu yang tak bergerak lagi.
...⊷⊶⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💓❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶⊶⊷...
Jangan lupa dukung Author terus ya guys 🙏😘
"Mommyy..!! Momyyy!! Jangan tinggalkan Indhi Momyy!! Aaaakh!! Huhuhuhu MOMMYY!! Jangan pergi Momy! Jangan tinggalkan Indhi!! MOMMYYY!!"
Menyaksikan kepergian ibunya didepan matanya. Rindhima menangis sejadi-jadinya bahkan ia berteriak-teriak memanggil-manggil ibunya sambil tangan kecilnya itu menggoyang-goyang tubuh sang ibu. Namun tetap saja sang Ibu tak lagi memberikan responnya lagi.
Leo yang kebetulan masih berada di sana ikut sedih saat menyaksikan kesedihan majikan kecilnya itu. Bahkan ia ikut menitikkan air matanya, saat melihat gadis kecil itu yang terus-menerus memanggil ibunya. Karena tak tega membiarkannya begitu saja. Akhirnya dengan perlahan ia mendekati Rindhima, dan memeluknya dari belakang.
"Ikhlaskanlah Momy Anda Nona! Karena Dia sudah tidak merasakan kesakitan lagi. Doakanlah agar ia tenang disana," ujar Leo, terdengar lirih. Mendapatkan pelukan dari Leo, Rindhima pun langsung membalikkan tubuhnya, dan langsung memeluk Leo.
"Huhuhuhu.. tapi Indhi jadi nggak punya Momy lagi Uncle..hiks.. hiks.." ucap Rindhima, masih di dalam pelukannya Leo, "Terus Indhi sama siapa lagi? Momy pergi tinggalkan Indhi. Terus Daddy nggak pulang-pulang, huhuhu..hiks.. terus Indhi sama siapa Uncle? Indhi sekarang hanya sendirian! Huhuhu..hiks..hiks..huhuhu..hiks ." sambungnya dengan tangis yang semakin memilukan, membuat siapapun yang mendengarnya semakin merasa iba.
"Nona, Anda tidak sendirian! Masih ada Uncle, Mbok Rukmi, yang akan menjaga Nona, sampai Daddy Anda pulang Nona, dan Anda akan berkumpul lagi sama Daddy Andaikan? Jadi Anda jangan bersedih lagi ya?" balas Leo, seraya ia mengusap air mata yang membanjiri wajahnya Rindhima.
Mendengar kata Pulang dari mulut Leo. Seketika Rindhima menengadahkan wajahnya dan menatap wajah Leo. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Namun dari tatapannya sepertinya ia memiliki sesuatu yang sedang ia rencanakan. Mendapatkan tatapan dari majikan kecilnya yang tidak biasanya, membuat Leo sedikit merasa heran.
"Ada apa Nona? Apakah ada perkataan saya yang salah Nona?" tanya Leo, terlihat masih bingung melihat perubahan wajahnya Rindhima.
Bukannya menjawab pertanyaan Leo, Rindhima malah kembali menatap wajah ibunya yang kini sudah semakin memucat. Lalu ia turun dari pangkuannya Leo, seraya ia mengusap air mata yang masih tersisa di wajahnya. Setelah itu ia pun mendekat kewajah sang ibu dan kemudian ia pun memberi kecupan pada dahi sang Ibu.
"Momy, tunggu sebentar ya? Indhi akan membawa Daddy secepatanya pulang! Dan hanya Deddylah yang akan memakamkan Momy!" bisik Rindhima, setelah ia mengecup dahi sang Ibu. Setelah itu ia pun langsung turun dari tempat tidurnya Keyla.
"Uncle! Persiapkanlah tempat persemayaman terakhir untuk Mommy di ruang tamu! Karena sebentar lagi, para pelayat akan datang!" kata Rindhima lagi terdengar begitu tegas
"Baik Nona! Saya akan persiapkan sekarang juga!" balas Leo. Setelah itu Leo pun membungkukkan tubuhnya sedikit setelahnya ia langsung bergegas pergi dari kamarnya Keyla.
"Dokter, tolong lepaskan semua alat-alat itu dari tubuh Momy dan bersihkanlah dia!" kata Rindhima lagi pada Dokter yang terlihat masih berada di sisi tempat tidurnya Keyla.
"Baik Nona!" balas sang Dokter singkat.
Setelah mendapatkan jawaban dari sang Dokter, Rindhima pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar sang Ibu. Ia terus berjalan menuju ke lantai tiga. Sesampainya disana, ia langsung menuju ke sebuah pintu yang terdapat di paling ujung dilantai tiga tersebut. Melihat letak posisinya tampaknya ruangan tersebut adalah ruangan yang terlarang, bagi siapapun.
Namun Rindhima sepertinya tidak menghiraukan peraturan yang sudah dibuat oleh sang Ayah. Malahan kini ia sudah berada di dalam ruangan tersebut, karena ternyata ia mengetahui kode kunci pada ruangan tersebut. Setelah berada di dalam Rindhima sedikit tercengang melihat isi diruangan tersebut, yang terlihat seperti perpustakaan karena terdapat rak buku disana. Bahkan ia juga melihat lemari kaca yang didalamnya terdapat berbagai senjata api.
Setelah puas melihat isi ruangan kerja sang Ayah. Rindhima melangkahkan kakinya menuju kemeja kerja sang Ayah, yang disana terdapat sebuah laptop yang masih tertutup. Karena tubuhnya yang kecil ia sedikit kesulitan ketika hendak duduk di kursi kebesarannya sang Ayah. Setelah berhasil duduk, Rindhima langsung mendekati laptop sang Ayah, dan kemudian ia langsung membuka laptop tersebut.
Pada awalnya ia hanya memandang layar laptop yang kini sudah menyala. Karena ternyata, wallpaper pada layar tersebut terdapat foto dirinya yang sedang mencium pipi sang Ayah. Lalu Ia pandangi wajah sang Ayah yang terlihat sedang tertawa bahagia, karena mendapatkan ciuman darinya itu. Dengan pandangan antara benci dan sayang.
"Maaf Daddy! Indhi terpaksa melakukan ini!" gumam Rindhima. Dan tak berapa lama kedua tangan kecilnya pun mulai menari di atas keyboard laptop sang Ayah. Entah apa yang sedang ia lakukan disana. Namun ia tampak begitu serius dan cekatan ketika menekan tuts-tuts keyboard laptopnya itu.
...*****...
Sementara disisi lain.
Disebuah gedung berlantaikan dua puluh, yang bertuliskan HARDHAN Grup, terlihat begitu ramai dengan para perkerja, yang sedang melakukan tugasnya masing-masing. Tidak ada satupun dari mereka yang tidak mengunakan komputer. Hampir semua karyawan dan karyawatinya pasti mengunakan komputer.
Maka tak heran, disetiap lantai, pasti terdengar suara orang yang sedang menekan tuts-tuts keyboard yang berasal dari komputer para karyawan masing-masing. Disaat mereka sedang disibuki dengan perkerjaan mereka masing-masing, tiba-tiba komputer mereka tidak bisa di operasikan, membuat semua karyawan menjadi ribut.
"Apa yang terjadi? Mengapa semua Komputer kita jadi seperti ini?" celetuk salah satu karyawan yang ada disana
"Iya benar! Punya saya juga! Ada apa ini sebenarnya, kenapa semua komputer kita tidak bisa dioperasikan?" sambung karyawan lainnya.
"Gawat! Sepertinya ada kebocoran sistem nih! Ada seseorang yang meretas sistem perusahaan kita! Cepat laporkan pada departemen keamanan! Jangan sampai Presdir kita mengetahuinya bisa gawat nanti!" ujar seorang pria paruh baya, yang terlihat ia sedang memerintahkan salah satu anak buahnya.
"Baik Pak!" balas anak buahnya. Namun baru saja ia hendak membalikkan badannya tiba-tiba terdengar suara bariton yang terdengar begitu menyeramkan.
"Apa yang terjadi disini? Mengapa begitu ribut? Apa kalian sudah bosen kerja di sini, hah?!" tanya sang pemilik suara bariton tersebut. Mendengar suara bariton tersebut, seketika semua mata yang berada di ruangan tersebut, langsung menoleh ke sumber suara tersebut.
"Eh! P-pak Presdir Rafardhan?" sentak mereka kaget, ketika melihat wajah pria tersebut, yang ternyata ia adalah Haidar Rafardhan pemilik perusahaan tersebut.
"Kenapa tidak menjawab pertanyaan saya Riyan? Apakah kalian memang sudah bosen kerja di sini hah?!" tanya Haidar, mengulangi pertanyaannya.
"Maaf Pak, bukan kami tidak ingin bekerja! Hanya saja, semua komputer disini tidak bisa dioperasikan, karena sepertinya ada seorang Hacker yang mampu menerobos sistem keamanan komputer diperusahaan kita Pak!" balas pria yang bernama Riyan dan disaat bersamaan seorang terlihat berlari-lari kearah mereka.
"Maaf Pak saya mau melapor! Kalau sistem diperusahaan kita di bobol oleh peretas Pak!" ujar Pria tersebut. Membuat Haidar begitu terkejut mendengarnya.
"Apa!! Sistem perusahaan dibobol?!"
...⊷⊶⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💓❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶⊶⊷...
Terus dukung author ya guys dan jangan lupa berikan 👉 ⭐ ⭐⭐⭐⭐ + 👍 serta komentarnya oke 😉 Syukron 🙏🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!