"Bangun pemalas!" teriak seorang ibu yang sudah lelah membangunkan putri yang tak mirip seorang gadis itu.
Dia sama sekali tak suka bersih-bersih, semuanya berantakan dan pemalas.
Tidak ada yang bisa dibanggakan, apalagi kamarnya tiap hari berantakan, baju kucel, sang ibu sampai ingin mengakhiri hidup melihat kelakuan anak gadisnya yang sudah keterlaluan ini.
"Hoam, ini baru jam 07.00, kenapa harus berteriak ibu!" Sang gadis yang tidak tahu malu membuat sang ibunya makin kesal, dengan satu tindakan sang ibu membuat jidat sang putri terluka.
"Aduh! kenapa ibu melukai jidatku! sakit ibu, jahatnya ibu kandung, kau itu seperti ibu tiri!"
"Cih, ibu sudah melahirkan mu, merawat mu, tega sekali memberikan julukan ibu tiri! sudah bosan hidup kau?"
Sang ibu semakin kalap dan membekap sang putri dengan bantal.
"Rasakan ini!" Sang ibu hanya bercanda saja, candaan yang cukup seram.
"Heh, ibu! kau ingin menghabisi aku ya?" ungkap sang putri penuh kejujuran.
Dia bisa berbicara saat gadis bernama Franda Liem mampu lepas dari sang ibu yang sedang melakukan hal berbahaya terhadapnya.
"Haha, sejujurnya iya, hanya saja aku seorang ibu. Meski kau tidak berguna, ibu masih memiliki perasaan, kau cepatlah bangun! sekolahmu mahal! awas jika sampai bolos! ibu tahu kau akan datang ke tongkrongan anak laki-laki itu, ibu pastikan tempat itu akan terbakar api!"
Sang ibu terlihat puas dengan apapun ancaman yang keluar dari mulutnya ini sangat menyenangkan.
Sang ibu lalu pergi dengan meninggalkan banyak nasehat yang membuat Franda pusing.
Dia memilih untuk segera mandi, beberapa menit kemudian bersiap untuk pergi ke sekolah.
Sang gadis menatap dirinya di depan cermin.
"Ibu selalu menginginkan aku menjadi seorang sarjana agar bisa bekerja di kantor, tapi apa enaknya kerja di kantor? Lebih enak traveler, bisa jalan-jalan kemana-mana, ah sungguh menyenangkan," batin sang gadis yang merasa sang ibu terlalu memaksakan diri.
Sang gadis adalah seorang yang pemalas, dia sering bolos, nilai jelek, hanya keberuntungan saja yang membuat sang gadis selalu naik kelas.
Dia memang disukai seorang anak laki-laki yang sangat pandai di kelasnya, tapi sangat culun.
Tiba-tiba bayangan si culun memenuhi otaknya.
"Ih, malas banget mikirin si cupu tidak penting itu!"
Gadis itu sudah rapi dan bersiap, lalu berjalan menuju meja makan.
Sang ibu melarang anaknya untuk makan pagi ini sebab sudah memberikan bekal, dia tidak mau Franda terlambat padahal ini sudah pukul 09.00, namun sang ibu memaksa putrinya untuk segera berangkat.
"Aku pamit ayah, ibu."
Sang gadis hanya bisa pamit karena omelan sang ibu lebih pedas dari cabe 15kilo.
.
.
.
Dia sudah bersiap naik motor menuju sekolah. Namun, seorang teman mengajaknya nongkrong, kali ini dia menolak sebab ada cctv yang 24 jam memantaunya sebab dua hari lagi ada ujian kelulusan, dia tidak boleh gagal.
"Sory sob, setelah ujian, bagaimana?" ucap sang gadis.
"Ah tidak seru!"
Sang teman lalu pergi, dia adalah Fito, teman satu kelas yang juga sering bolos, kebetulan tetangganya.
Dia merasa kecewa dengan sang gadis yang sama sekali tidak asik setelah di kurung selam satu minggu oleh sang ibu.
"Dia marah kah?cih, mana ada anak laki-laki ngambek?"
Sang gadis masa bodoh dan langsung tancap gas menuju tempatnya menimba ilmu.
.
.
.
Sepuluh menit kemudian ...
Sang gadis tak harus memikirkan waktu untuk sampai ke sekolahnya sebab dia bisa dikatakan seorang pembalap karena sering ikut balap liar tiap malam minggu dengan anak-anak tongkrongan tanpa sepengetahuan ibunya.
"Cukup cepat, hanya sepuluh menit kurang sepuluh detik," ujar sang gadis yang diam-diam masuk ke dalam gedung sekolah lewat gerbang saat gerbang itu di buka, tetapi penjaga masih sehat penglihatannya, dia tertangkap lagi.
"Franda! Ikut ke kantor BP!"
Wuussshhh!
Akan tetapi nyatanya gadis itu memilih untuk tak mengatakan apapun, dan membawa motor miliknya melaju meninggalkan sang penjaga.
"Franda! berhenti!"
Kata-kata sang penjaga sama sekali tak dihiraukan, rasanya seperti angin lalu saja.
Dia tak kehabisan akal, sang penjaga kemudian menelepon guru BP agar menghadang si gadis kurang ajar di parkiran.
..
Tempat parkir murid ...
Franda merasa aman dan tentram, karena tidak ada yang bisa membuatnya bertekuk lutut, namun jeweran dari tangan lembut itu membuatnya harus menyerah.
"Gadis urakan! Franda!" teriak seorang guru BP bernama Bu Wulan.
Bu guru galak yang tak pernah henti memarahinya.
"Aduh! sakit bu!" jawab Franda saat telinganya berwarna merah karena ulah sang guru.
"Ikut ibu sekarang!"
"Iya, aku tahu Bu, tapi tidak perlu di jewer seperti ini, rasanya sangat sakit," jelas sang gadis protes.
Namun, guru BP terlalu lemah bagi Franda yang cerdik dan banyak akal.
Bruk!
Gadis itu pura-pura pingsan lalu bisa di tebak apa yang akan dia lakukan.
Kabur!
Ya, dia akan kabur lagi.
"Franda!!!!" teriak sang guru BP kesal, dia segera meminta bantuan penjaga untuk mengejar si gadis kurang ajar itu, murid bandel yang tak ada habisnya buat onar.
Meski dia cantik, kebandelannya tak akan menjadikannya lebih baik.
Hingga satu kesempatan, Franda harus bertemu dengan murid laki-laki yang sangat dia benci bernama Hang Zhie.
"Kau?" ucap Hang terkejut saat ada seorang gadis masuk toilet anak laki-laki.
"Diam, atau aku patahkan kakimu!" bisik sang gadis yang langsung menarik lengan Hang masuk ke dalam bilik toilet.
Tak lama berselang, ada tiga murid laki-laki yang masuk ke dalam toilet, mereka sedang membicarakan film biru yang baru saja di tonton tadi malam, serta majalah dewasa edisi terbaru.
Ini membuat sang gadis muak, tapi dia harus sabar.
Sedangkan Hang merasa cukup senang saat berada dekat dengan si gadis.
"Jika seperti ini terus, aku juga akan merasa senang tiap hari di marahi olehnya," batin Hang membuat sang gadis kesal.
"Jangan macam-macam! aku merangkul pundak mu bukan karena kita akrab, tetapi karena terpaksa!" cetus sang gadis.
Dia sama sekali tidak paham kebahagiaan Hang, hanya saja dia merasa aneh, bau anyir tercium dengan jelas di hidungnya.
"Hoek! bau apa ini!"
Sang gadis keluar dari bilik toilet lalu mengagetkan tiga orang tadi.
"Heh! apa yang kau lakukan di toilet laki-laki! dasar gadis aneh! pergi kau!"
Anak laki-laki merasa malu, padahal sang gadis santai saja.
"Punyamu terlalu pendek, aku tidak berselera!" ucap Franda sambil menunjuk milik anak laki-laki satu.
Dan dia juga menunjuk ke arah anak laki-laki kedua," Kau cukup besar, hanya saja kau kurang bersemangat! huh, kenapa anak laki-laki selalu berbicara hal aneh di toilet? apa tidak ada hal lain yang bisa kalian bahas?"
"Awas kau ya!"
Semua anak laki-laki merasa kesal, si culun segera menarik lengan sang gadis lalu pergi.
"Kalau bukan seorang gadis! aku sudah menghabisi mu!" teriak anak laki-laki yang ketiga dengan tubuh yang lebih kekar.
Namun, beberapa menit setelah Franda dan Hang pergi dari sana, mereka membahas milik masing-masing.
"Apa yang dia katakan sepertinya benar!" batin seorang murid laki-laki merasa sedih.
*****
Kehidupan Franda di sekolah, sama saja dengan teman-teman seumurannya, hanya saja dia sedikit bandel.
Gayanya sangat tomboy.
Seorang Hang justru tergila-gila pada Franda karena hal ini, perasaannya begitu terbuka membuat pria manapun ingin dekat dengan-nya.
Namun, Franda tak memberikan kesempatan pada siapapun untuk dekat dengan sosoknya.
Dia memang anti seorang pria.
Kehidupan sekolah, priadi, kegiatannya bersama teman-teman, begitu kompleks dan dia jalani dengan apa adanya.
Hang memang selalu mengejarnya, tapi dia sikapi dengan baik.
Sudah hampir hilang sabarnya, tapi dia masih bisa menahan.
Hingga satu peristiwa, membuat Franda harus menerima Hang menjadi kekasihnya.
Dia sangat ingin mengerjai si culun.
Seperti peristiwa hari ini, Hang mengajaknya bernyanyi di depan kelas, dia mengiyakannya.
Setelah itu, semua murid bersorak.
Hari ini adalah hari dimana dia sangat tidak beruntung.
...
Waktu pulang sekolah ...
Bel tanda berakhirnya kegiatan belajar dan mengajar telah berbunyi, kini saatnya semua murid pulang.
Franda terlihat keluar terlebih dahulu, Fito yang ada di belakang, kemudian ingin memanggil Franda, hanya saja ada Hang yang berada di posisi lebih depan darinya.
Fito hanya memantau.
Hang agak ragu, tapi dia terus berjalan mengikuti Franda yang terlihat berjalan menuju tempat parkir.
.
.
.
Tempat parkir ...
Sesampainya di tempat parkir, Hang berhenti lalu memandang Franda yang sedang menghidupkan mesin motornya, tiba-tiba saja Hang mencegahnya.
"Fran, aku ikut kau ya?" tanya Hang agak gemetaran.
"Ha? ikut kemana?" jawab Franda bingung.
"Ke rumahmu, kemana lagi?" cetus Hang dengan percaya diri.
Franda sebenarnya malas, tapi dia ingin sekali mengerjai Hang.
Gadis itu menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Namun, satu, dia tak mau dibonceng oleh Hang, rasanya tidak maskulin sama sekali jika harus bersama pria.
Dia sudah terlalu mandiri sebagai seorang gadis sebab, dia luar sekolahan, tanpa sepengetahuan ibu dan ayahnya, Franda merupakan seorang ketua geng.
Fito masih memantau, dia mengirim pesan singkat pada Franda.
"Jadian ya?"
Franda merasa ponsel miliknya bergetar, segera saja ia raih ponsel yang ada di saku celananya.
Setelah membuka kunci pola ponsel itu, dia melihat Fito mengirim pesan.
"Sialan!" batin Franda.
Matanya berpendar dan mencari sosok Fito, ternyata tetangganya itu berada di area parkir, dia sedang memantau Franda.
Franda lantas membalas pesan singkat itu.
"Datang ke markas, kerjai si culun! ajak yang lain!"
Franda tersenyum smirk lalu meminta Hang untuk segera pergi bersamanya.
Fito mengikuti dari belakang.
.
.
.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Franda, Hang berada di samping Franda.
Motor keduanya berdampingan.
Franda sangat risih dengan ini, hanya saja dia tak bisa melakukan apapun selain menerima saja.
Dia tak suka senyum Hang padanya.
Hingga Franda berbelok arah, gadis itu membawa Hang menuju markas miliknya bersama beberapa anak laki-laki yang pro dengannya.
Hang tidak menyadari jika dia akan dikerjai, hingga pada akhirnya, beberapa menit kemudian motor Hang dan Franda berada di markas itu.
..
Markas anak nakal ....
Hang dan Franda turun dari motor.
Franda mendekati teman-temannya dan Hang hanya berdiri di luar markas, markas itu seperti sebuah pos ronda yang sengaja di buat untuk kepentingan geng, di sana hanya Franda yang berkuasa.
Meski kebanyakan anak laki-laki, tapi mereka tak berani menyentuh Franda.
Hang gemetaran, bahkan dia hampir kebelet, baru pertama kalinya bertemu dengan beberapa orang yang sangat garang, di sana ada Franda lagi, sungguh tekanan batin.
"Masuk kau! perkenalkan dirimu!" pinta Franda.
"I-ya, F ... Frand!"
Semua orang tertawa melihat seorang Hang yang cupu dan tak memiliki apapun itu, meski orang kaya, gayanya tak mencerminkan kekayaan.
Hang terlalu sederhana.
Hingga ada satu kesempatan, beberapa orang yang merupakan murid dari kelas lain tiba-tiba saja menyerang markas Franda.
Mereka benar-benar berani.
"Mana bosmu!" teriak anak laki-laki yang datang dengan membawa api permusuhan.
"Aku, ada apa?" jawab Franda.
Dia menatap wajah si pria yang sangat tidak asing, Valen, anak laki-laki yang kalah dengannya dua hari lalu, ada jahitan di kepala, itu adalah oleh-oleh dari Franda karena Valen terlalu mengesalkan.
Valen menantang geng itu berkelahi sebab tak terima kekalahan.
Pertarungan tidak terelakkan lagi, kedua kubu saling serang, Hang yang tak paham semua ini bersembunyi di balik pos penjagaan, dia langsung menelpon polisi.
Beberapa menit berlalu ...
Polisi datang dan mengamankan.
Franda dan Valen di paksa masuk ke dalam mobil, Fito dan yang lain bisa kabur, hanya beberapa anggota Valen yang tertangkap.
Hang merasa bersalah, dia ikut bersama dengan mobil itu sebagai saksi.
.
.
.
Kantor kepolisian ...
Valen, Hang dan Franda duduk berjejer dengan pak polisi di depannya.
Satu persatu anak di cecar pertanyaan.
Valen mengatakan dia adalah orang yang teraniaya sebab Franda mengalahkannya, padahal dia adalah anak laki-laki masa kalah dengan anak perempuan.
Lalu Franda ingin menghajar Valen.
"Hentikan! heh, kau ini gadis, kenapa bar-bar sekali!" teriak pak polisi.
Keributan bisa di redam, pak polisi tidak menahan tiga orang itu karena ada pihak yang pengaruh mau menjamin ketiganya dan tidak akan di perpanjang lagi masalahnya, mereka boleh pulang ke rumah masing-masing.
Ketiganya beranjak dari tempat duduk, pak polisi terlihat bersalaman dengan tiga orang itu.
Valen, Franda, mendapatkan telepon dari orang tua mereka dan beberapa menit kemudian, jemputan datang.
Setelah dua orang pergi, datanglah ayah Hang.
Dia turun dari mobil dan menghampiri Hang.
"Kau baik-baik saja nak?" tanya Hang.
"Iya, aku baik-baik saja, terima kasih ayah."
Hang memeluk ayahnya yang ternyata seorang bos besar perusahaan ternama.
Dia juga mantan anggota kepolisian jadi mudah untuknya bernegosiasi untuk kasus ringan yang tidak terlalu berat.
Ayah Hang tak bisa menjadi polisi lagi karena ada peristiwa yang membuatnya benar-benar harus berhenti dan memulihkan kondisinya.
Lalu ayah Hang memilih menjadi seorang pengusaha.
"Oke, kalau bukan karena gadis itu, kau tidak akan panik seperti ini kan?" goda ayah Hang.
"Apa lah ayah ini, aku melakukan semuanya dengan tulus, aku tidak suka dia di penjara," jawab Hang.
"Cie ... ayo kita pulang."
"Ya ayah."
Dua orang itu masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah dengan segera.
*****
Setelah kejadian itu, Hang tak melihat Franda berada di sekolah, dia merasa aneh.
Dia mencoba mencari informasi hingga ada satu kesempatan untuk berbicara dengan Franda, yaitu lewat Fito.
Hang tidak tahu hal yang sebenarnya, tapi dia hanya bisa berbicara lewat panggilan telepon.
"Franda, kau dimana?"
"Mau apa telepon?"
"Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu."
"Apa?"
"Aku suka kau!"
"Oh, lalu?"
"Kau bagaimana?"
"Tidak ada perasaan terhadap mu, sory! aku juga tak suka laki-laki culun seperti mu, jangan ganggu aku lagi! bye!"
Panggilan telepon itu tiba-tiba saja berakhir, ini membuat duka bagi seorang Hang.
Hang ingin menghubungi Franda kembali, tetapi nomor ponsel tidak aktif lagi.
Fito memberikan informasi pada Hang, jika anak itu tidak usah terlalu berharap dengannya Franda
Franda adalah gadis brandal yang tak suka ikutan.
Hanya saja Hang terlalu memakai perasaan.
"Kau sabarlah! dia tak seperti gadis lainnya," ucap Fito sambil menepuk pundak Hang.
Saat Fito akan pergi, dia mencegahnya.
"Jadilah temanku, sekolahmu akan aku tanggung, semuanya akan aku bantu. Berikan informasi mengenai Franda dengan lengkap."
Hang begitu serius.
"Aku mau jadi informan, tak perlu kau sogok dengan harta," jawab Fito dengan senyuman.
Dua bulan setelah itu, kelulusan sudah tiba.
Dia makin tidak menentu, Fito merasa ada yang salah dengan Hang, dia mendekati pemuda itu dan memberikan dukungan, sejak saat itu keduanya berteman.
Setelah lulus SMA, banyak murid yang memilih untuk berkuliah, beberapa orang saja yang berani untuk langsung kerja, cari modal kuliah.
Hang sangat terpukul, dia malas kuliah, tetapi sang ayah memintanya masuk kampus terbaik karena nilai yang Hang miliki, kata-kata sang ayah sangat tidak menyenangkan, hingga dia malas.
Namun saat Fito berkata," Kuliah saja bro, saat kau mendapatkan title, akan dengan mudah mendapatkan cinta sejatimu!"
Ini yang menjadi penyemangat hidupnya, alhasil Hang mau kuliah dan belajar dengan sungguh-sungguh.
Setelah melewati banyak hal, Hang sangat cemerlang menjadi seorang mahasiswa, atas saran Fito, Hang harus segera mengubah penampilan culunnya, sebab wajah kuno tidak akan membuat Franda menyesal.
Ini jurus terbaik yang Fito miliki, itu katanya kira-kira.
Hingga tiga tahun tanpa Franda, bisa Hang jalani.
Meski harinya penuh dengan air mata, sosoknya yang dulu begitu cupu dan begitu ramah, terlihat sangat dingin dan ketus, dia yang kini juga disukai banyak gadis, Fito membuat seorang Hang menjadi pribadi yang sangat idaman.
Dia menjalani hidup sebagai mahasiswa rajin dan teladan.
Hingga semua perjalanan yang sangat menyenangkan ini begitu terasa hampa sebab tidak ada gadis yang sangat dicintai.
Fito memang sengaja tidak memberitahukan Hang mengenai dimana Franda berada, ini demi kebaikan mereka berdua.
Fito dan Hang, mampu menyelesaikan kuliah dalam waktu tiga tahun lebih lima bulan, kini keduanya bisa lega dan hanya berpikir ingin bekerja dimana.
Setelah acara wisuda, Hang menawarkan Fito untuk bekerja di perusahaan ayahnya, dia akan menemani Fito.
"Aku tidak mau Hang, kau akan menjadi bahan omongan sebab mempekerjakan orang seperti aku," jelas Fito.
"Orang sepertimu? maksudnya seperti apa bro! kita sudah bersama selama tiga tahun lamanya. Aku sudah paham siapa kau yang sebenarnya, cepat buat lamaran kerja, banyak orang yang ingin bekerja di tempat ayahku, kau adalah salah satu yang beruntung."
Hang mencoba memberikan pengertian kepada seorang Fito bahwa sekarang adalah saatnya untuk menjadi pribadi yang lebih sukses dari sebelumnya.
Fito bisa mengejar cinta gadis yang disukai.
Hang sangat senang menggoda Fito, karena hanya ini yang membuat Fito bersemangat.
Seorang gadis bernama Rembulan, atau Bulan. Dia seorang yang pendiam dan lembut sekali.
Fito begitu mendambakan sosok Bulan ini sejak dulu hingga dia merasa tidak pantas, alhasil menjadikan dirinya tidak percaya diri.
Saat yang tepat untuk Fito menunjukkan jika dia adalah pria yang sangat bertanggung jawab.
Hanya saja dia tida terlalu percaya diri.
Namun Hang memaksa, hingga Fito mau mengikuti apa yang dikatakan oleh Hang.
Kini Fito dan Hang menjadi satu dalam pekerjaan, Hang memberikan wewenang untuk Fito menjadi sekretarisnya.
.
.
.
Sore hari setelah satu minggu wisuda ...
Di belahan kota lain, terlihat seorang gadis sedang berjalan menuju sebuah Cafe, di sana dia melambaikan tangan kepada pria yang tersenyum ke arahnya.
Pria itu memanggil nama sang gadis.
"Franda!"
Ya, gadis yang sedang berada di dalam cafe itu memang Franda, gadis dengan penampilan yang lebih feminim serta rambut yang panjang, pembawaannya juga tidak setomboy dulu, Franda sudah merubah penampilannya menjadi lebih cantik dari sebelumnya.
Franda tersenyum lalu duduk di samping pria yang memanggil namanya tadi.
"Kau sedang apa disini? bukannya hari ini harus menjemput Nayla?" tanya Franda.
Dia memanggil salah satu pelayan kafe untuk memesan dua minuman.
Sang pria sama sekali tidak memesan apapun seperti sebelumnya.
Franda memesan dua cappucino, sebab teman prianya juga sangat menyukai cappucino.
"Nayla sedang tidak mau sekolah, maka dari itu aku menelponmu, setelah wisuda pasti kau tidak memiliki pekerjaan kan?" ucap pria yang selama ini menjadi teman Franda, dia adalah seorang dosen pembimbing yang begitu dekat dengan Franda, bahkan terang-terangan menyatakan cinta, tapi Franda sama sekali tidak menanggapi.
Dosen bernama Doni itu, seorang pria yang memiliki satu adik perempuan bernama Nayla, pria yang pandai memanfaatkan kesempatan karena Nayla hanya ingin bersama Franda, jadi selalu ada kesempatan untuk bersama.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!