16 Mei 2020 tanah Java.
Dua orang pemuda sedang memancing di pinggir sungai. Mereka berdua terlihat sangat kontras jika dilihat dari dekat, yang satu kurus kering, yang satunya lagi kelebihan lemak.
Aditya si kurus, dia pemuda yatim piatu yang sudah terbiasa hidup sebatang kara, mungkin karena alasan itulah tubuhnya kurus kering.
Glembo si gemuk, dia sahabat Aditya sejak kecil. Glembo masih memiliki keluarga utuh. Namun, persamaan dari keduanya adalah mereka sama-sama miskin. Sehingga boro-boro untuk menampung Aditya tinggal di rumahnya, untuk makan saja keluarga Glembo sering kekurangan.
Mereka berdua pasangan sahabat yang sangat memprihatinkan yang satu hidup sebatang kara tidak memiliki apa pun, hanya ada gubuk reyot warisan keluarganya, yang satu memiliki keluarga tapi tidak jauh berbeda dengan Aditya.
Kehidupan keduanya sangatlah memprihatinkan, ibarat di dorong ke jurang, sudah selesai kehidupan mereka.
***
Kedut ... kedut
Senar pancing Glembo bergerak, mengisyaratkan ada ikan yang terperangkap di kailnya. Glembo yang melihat itu sontak saja langsung bersemangat.
" Hahahaha ... Dit aku dapat!" teriak Glembo sambil tertawa lepas, sembari mengejek sahabatnya itu.
Aditya menatap malas ke arah Glembo. "Ya, sudah tinggal tarik saja! Gitu kok laporan!"
Glembo dengan semangat menarik pancingnya. Namun, yang terjadi tarikannya terasa sangat berat, hingga Joran pancingnya melengkung.
"Dit, bantuin aku dong! Berat banget, nih!" seru Glembo, keringatnya menetes.
"Iya... iya, Gendut!" gerutu Aditya, menghampiri Glembo, dia langsung membantu pemuda tersebut dengan ikut menarik joran pancing, tapi walaupun keduanya sudah menarik dengan sekuat tenaga, perjuangan mereka sia-sia karena tidak mampu menarik apa pun yang terjerat di mata kail Glembo.
"Ikan paus apa ini? Berat banget!" umpat Aditya.
"Bodoh kamu, Dit! Mana ada ikan paus di sungai. Ikan tuna sirip kuning ini pasti!" Elak Glembo dengan percaya diri.
Pendidikan keduanya memang sangat rendah, ditambah televisi saja mereka tidak punya, jadi wajar jika kedua sahabat tersebut tidak mengerti jenis ikan besar, yang mereka tahu hanyalah ikan Lele, sepat, yang umum hidup di perairan tawar.
"Kuning-kuning yang ngambang di kali?" ledek Aditya.
" Hahahaha... Sontoloyo, kamu memang peramal, sobatku!" Tawa Glembo pecah.
Pletaak
Tiba-tiba joran pancing Glembo patah, keduanya terkejut, karena tengah menarik dengan sekuat tenaga.
Tubuh Aditya terhuyung ke belakang, tapi Glembo yang mencondongkan tubuhnya ke depan malah menimpanya.
Glundung
Byurrr
Keduanya langsung tercebur ke dalam sungai secara bersamaan dan menimpa kuning-kuning tersebut sehingga tadi yang bentuknya indah seperti pisang raja, kini hancur berantakan karena di timpa keduanya.
"Brengsek kamu Ndut! Lihat kita jadi basah kuyup!" Aditya menggerutu kesal.
"Ya... maap, Dit. Aku juga tidak sengaja," jawab Glembo dengan santai.
Terdengar suara orang lain menertawakan keduanya dengan nyaring.
Hahahaha
Hahahaha
"Lihatlah si babi dan sapu lidi mereka sedang mandi bersama, seperti kerbau! Hahaha..." Roni anak juragan Kampung menertawakan mereka berdua, bersama dengan anak buahnya.
"Bener bos, mereka memang pasangan yang serasi! Hahahaha.... " Rudi menimpali.
"Maklumin saja, mereka tidak memiliki kran air seperti kita, jadi mandi di kali," ejek Wili dengan tawa lepas mencemooh kedua sahabat yang hari ini tampak begitu sial.
Roni memang sering mem-bully keduanya, tapi Aditya dan Glembo tidak berani melawan, karena mereka sadar diri, jika melawan. Urusannya akan panjang.
Aditya hanya bisa mengepalkan tangannya di dalam air sungai sambil menundukkan kepala, menahan diri agar tidak emosi. Sama halnya Glembo, dia juga hanya bisa menahan diri untuk tetap menguasai diri.
"Ayo pergi! Tidak ada gunanya kita terus di sini." Mereka bertiga langsung pergi mengendarai motor matic-nya masing-masing.
Aditya menghela napas, dia langsung naik ke daratan, setelah mereka semua pergi.
Aditya memeras bajunya yang basah, dia kemudian mau pergi dari sana tanpa menunggu Glembo.
Tapi Glembo berteriak, "Adit ! Helep Mi !"
Adit menoleh ke belakang, benar saja karena kelebihan berat badan Glembo susah untuk naik ke darat.
Adit menghela napas. " Helep, Helep! Nggak angkot sekalian!" tegurnya sambil menghampiri sahabatnya itu.
Aditya mengulurkan tangannya. "Ayo naik!"
"Terima kasih, sahabatku." Glembo menyunggingkan senyum seperti kuda sambil menerima uluran tangan Adit.
Karena kelebihan berat badan, tentu saja Aditya tidak kuat menarik Glembo, hingga keduanya kembali tercebur ke sungai.
Byurr
Aditya terpelanting dan masuk kembali ke dalam air, dengan tubuhnya yang kurus, dia tidak mungkin bisa menarik Glembo.
"Arghhh... Glembo! Kamu harus puasa tujuh hari tujuh malam mulai sekarang !" seru Aditya yang kesal karena berat badan sahabatnya itu.
" Hehehe...." Glembo terkekeh geli melihat Aditya yang sejak tadi marah-marah.
Aditya dengan bersungut-sungut menghampiri Glembo. "Ayo cepet naik! Aku dorong kamu dari belakang !"
Glembo tersenyum, dia tahu jika sahabatnya itu marah bukan karena dirinya, tapi karena Roni dan teman-temannya.
Glembo sudah hafal watak dari Aditya, dia orang yang sangat baik, hanya saja kebaikannya tidak kunjung juga mendapatkan anugrah dari sang kuasa.
***
Kedua sahabat tersebut pulang ke rumahnya masing-masing, Aditya dengan lemas berjalan gontai menuju gubuknya, karena dia tidak tahu hari ini akan makan apa.
Setelah sampai di rumah Aditya menaruh alat pancingnya di pojokan gubuk reyotnya.
Pria itu langsung mandi di sumur peninggalan orang tuanya di belakang rumah dan berganti pakaian.
"Apa aku pergi ke gunung saja, yah? Siapa tahu di sana ada makanan," gumamnya seorang diri.
Perlu diketahui, Aditya sebenarnya bisa bekerja sebagai petani. Namun, karena ulah Roni dia tidak dipekerjakan oleh siapa pun, karena Roni mengancam, jika ada yang membantu Aditya akan diberikan pelajaran oleh ayahnya.
Akhirnya semua orang di sana yang memang rata-rata bekerja ataupun menjual hasil pertaniannya pada Ayah Roni tidak bisa membantah.
Aditya tidak keberatan sama sekali di perlakukan seperti itu, karena dia tahu kalau mereka melakukannya karena terpaksa.
Aditya bergegas ke gunung Suplawan, gunung yang terkenal angker, sehingga sangat jarang orang yang pergi ke sana.
Sebenarnya Aditya juga belum pernah ke sana, tapi karena hari ini dia tidak memiliki pandangan untuk mendapatkan makanan dari mana, sehingga dia terpaksa pergi ke gunung Suplawan.
Jarak gunung Suplawan cukup dekat dengan rumah Aditya, karena memang rumah Aditya berada di pinggiran kampung.
Hanya butuh beberapa menit, akhirnya Aditya sampai di lereng gunung Suplawan, dia menelan ludah saat melihat pepohonan yang sangat rimbun.
"Ah... bodo amat! Mati pun tak apa, kalau di culik jurig juga setidaknya ada yang memberiku makan!" Aditya menghela napas, menguatkan tekadnya.
Dia dengan mantap melangkahkan kakinya naik ke gunung Suplawan.
Suara burung gagak terdengar, deritan ranting pepohonan juga mulai terdengar. Aditya benar-benar dibuat ketakutan saat pertama kali memasuki gunung tersebut.
Aditya memegang tali ransel udangnya dengan erat, dia menoleh ke sana ke mari untuk mencari buah ataupun apa saja yang bisa di makan.
Wajah ketakutan Aditya berangsur-angsur menjadi sumringah saat dia melihat ada pohon nangka dengan buah yang sangat lebat.
Tanpa pikir panjang dia langsung menghampiri pohon tersebut. Betapa senangnya Aditya saat mencium aroma harum dari nangka yang sudah matang.
"Rejeki emang gak kemana," gumamnya sambil mengambil golok tuanya dan menebas nangka tersebut.
Slas
Brug
Aditya dengan tergesa-gesa membelah nangka tersebut,dan dia memakannya beberapa suapan.
"Berani sekali kamu !" Tiba-tiba terdengar suara geraman seseorang mengagetkannya.
Aditya celingukan ke sana-kemari mencari suara yang tadi menegurnya. Wajah Aditya langsung pucat pasi, karena dia tidak melihat apapun di sana.
Nangka yang ada di mulutnya dia telan bulat-bulat tanpa mengunyahnya terlebih dahulu.
" Hahahaha... sungguh manusia bodoh!" suara tersebut kembali muncul, sehingga membuat Aditya semakin merinding ketakutan.
" Si... siapa kamu!? Apa kamu jurig!" Seru Aditya dengan suara gemetaran.
Mata Aditya masih mencari keberadaan dari suara tersebut. Tapi dia masih tidak menemukan sumber suara orang yang menegurnya itu.
" Lihat ke sini bodoh! " bentak suara tersebut, sehingga Aditya semakin ketakutan.
Dia menoleh ke arah pohon nangka yang buahnya sempat ia makan, karena suaranya memang bersumber dari sana.
Aditya menoleh dengan perlahan, karena kata orang-orang jurig wajahnya sangat menakutkan.
Tapi ketika dia menoleh, Aditya tidak melihat siapapun di sana, sehingga membuat dirinya semakin ketakutan.
" Mbah, tolong maafkan aku yang terpaksa melakukan ini " ucap Aditya memelas.
" Awalnya bagaimana?" tanya suara itu.
" Awalnya aku cuma coba-coba... Eh....!" Aditya tersadar jika suara itu sedang mempermainkannya.
" Siapa kamu sebenarnya?!" Aditya sudah tidak tahan lagi, dia memberanikan diri untuk melangsungkan suaranya.
Terdengar seseorang menghela napas. "Mungkin kamu jodohku, ambil-lah aku, di dalam akar pohon ini"
Aditya mengerutkan keningnya. "Apa maksud kamu?" suara Aditya mulai melembut.
" Kepo amat, sih, kamu? Cepat gali saja!" perintahnya pada Aditya dengan suara meninggi.
Aditya tidak tahu harus tertawa atau menangis, dia yang tidak tahu apa-apa malah dibentak-bentak tidak jelas. Dengan berat hati dia menggali tanah yang ada di bawah pohon nangka tersebut dengan golok tuanya.
Setelah sejengkal dia menggali, Aditya terkejut saat melihat ada sebuah cincin perak dengan ukiran Java yang menyatu dengan akar pohon nangka itu.
" Ya... itu aku, Ambil saja! Jangan takut! " seru suara itu lagi.
Dengan hati-hati Aditya mengambil Cincin tersebut. Dia memotong akar yang menyatu dengan Cincin itu.
Aditya mengambilnya keluar sambil membersihkannya dari akar dan tanah yang membuat cincin tersebut terlihat kotor.
Seketika buah buah Nangka yang lebat berjatuhan. Pohon Nangka juga mulai layu dan mati seketika.
Tentu saja Aditya terkejut. " A–apa yang terjadi?" tanyanya sambil jatuh terduduk di tanah.
"Tidak usah dipikirkan, pohon tersebut memang menyatu dengan diriku, dengan diambilnya aku dari akar pohon, maka pohon itu akan mati" jawab Suara itu lagi yang memang berasal dari Cincin yang di pegang Aditya.
" Kamu ini Genderuwo atau apa?" tanya Aditya yang pernah mendengar kalau sebuah Cincin bisa di isi dengan berbagai Kodam ataupun Jin.
" Hais! Jangan samakan aku dengan mereka! Aku lebih hebat dari mereka!" Cincin tersebut terdengar marah.
" Ya maaf, aku kan gak tahu" Aditya mulai terbiasa dengan suara Cincin tersebut, jadi dia sudah tidak takut lagi dengannya.
" Cepat pakailah aku!" seru Cincin itu lagi.
" Eits... tidak semudah itu ferguso! Jangan-jangan kamu mau mengambil alih tubuhku, seperti dalam komik Petruk ( tokoh wayang Jawa )!" Walaupun bodoh tapi Aditya memiliki pemikiran yang rasional.
"Apa kamu tidak ingin kekayaan dan Kekuatan?" tanya cincin itu menggoda Aditya.
Aditya mengerutkan keningnya. "Brengsek kamu sejenis pesugihan?!"
Aditya langsung melempar Cincin tersebut, karena dia tidak ingin kaya mendadak, karena kata orang-orang, pesugihan butuh tumbal orang terdekatnya. Sementara Aditya hanya punya Glembo yang jadi teman dekatnya, tidak mungkin dia mengorbankan Glembo yang sudah dia anggap seperti saudaranya sendiri.
" Pesugihan matamu! aku ingin membantumu bodoh!" Cincin itu terdengar marah.
" Kamu yang bodoh! begini-begini aku setia kawan! dari pada harus mengorbankan sahabat baikku lebih baik aku miskin seumur hidupku! " kata-kata mutiara Aditya keluar dari mulutnya.
Perkataannya bukanlah omong kosong belaka. Aditya memang tidak memiliki niat untuk membuang sahabatnya itu, walaupun terkadang Glembo bikin susah dirinya, tapi hanya Glembo-lah yang paling mengerti dengan keadaanya.
"Ternyata tuan Angkara Jaya benar, kalau kelak akan ada orang yang seperti dirinya, setelah penantian lama akhirnya aku menemukan sosok seperti beliau " Cincin tersebut bergumam lirih.
Cincin itu kemudian berkata dengan sopan dan lembut " aku bukan sumber pesugihan atau sejenisnya, orang yang menemukan diriku hanyalah orang-orang yang terpilih saja. aku sudah menunggu disini ratusan tahun lamanya. nyatanya hanya kamu yang berani dan tidak lari saat mendengar suaraku. Anak muda ketahuilah aku akan membantu kesulitan kamu dan membuat kamu menjadi lebih kuat!"
Aditya tentu saja terkejut dengan pengakuan Cincin itu, Tapi kalau di pikir lagi mana ada pesugihan yang menawarkan diri dengan memaksa seperti Cincin itu.
Aditya dengan polosnya bertanya. "Apa kamu tidak meminta tumbal?"
" Hei! Kamu terlalu memandangku rendah anak muda!" gerutunya kesal, karena calon tuan barunya sangat menjengkelkan.
" Lah, aku kan cuma nanya? Kok sewot?" jawab Aditya tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Cincin itu sebenarnya sangat kesal, tapi dia mencoba untuk tetap sabar. "Baik, baik! Aku bukan pesugihan jadi tidak minta tumbal! Sudah sekarang cepat pakai aku! "
"Nah... gitu dong, awas saja kalau sampai minta tumbal!" ancam Aditya pada Cincin itu.
Aditya mengambil kembali Cincin tersebut yang dia lemparkan di hadapannya tadi. Dengan ragu dia memakai Cincin tersebut.
Tiba-tiba Cincin itu bersinar perak. Sinar tersebut langsung menyelimuti tubuh Aditya dan merembes masuk kedalam tubuh Aditya.
" Eh... sa...." Suara Aditya tercekat saat rasa sakit langsung muncul saat sinar perak tersebut masuk dalam tubuhnya.
Arghhh
[ Memulai penyatuan dengan tubuh tuan baru... 10%... 20%... 30%... 40%...50%... ]
Arghh
Aditya sampai berteriak histeris, karena rasa sakitnya sangat menusuk sampai ke dalam tulangnya.
[ Proses pembentukan ulang tubuh tuan di mulai... 60%.. 70%...80%... 90%.. 100%]
Tulang Aditya seolah berdenyitan, bentuk tulangnya yang tadi kecil mulai membesar. Otot-ototnya beregenerasi, begitu juga dengan bentuk tubuh dan tinggi badannya yang mulai mirip dengan Angkara jaya.
Arghhh
Aditya berguling-guling di tanah, dia sampai merobek bajunya sendiri. karena bukan cuma sakit tapi tubuhnya terasa panas seperti di bakar api saja.
Aditya masih berteriak histeris, dia benar-benar seperti di bentuk ulang oleh Cincin tersebut.
[ Penyatuan Berhasil ]
Status
Koin Emas : 1.000.000.000.000 keping
Nama : Aditya Nugroho
Umur : 20 tahun
Tinggi : 185 cm.
Masa Otot : 6
Kecerdasan : 3
Kelincahan : 5
Kemampuan kusus : Tubuh Gatotkaca
Toko System level 1: Panah Arjuna / Gada Bima
Penyimpanan ruang : _
Poin Peningkatan : 0
Rata - rata atribut manusia Normal adalah 10, semakin tinggi Atribut, semakin meningkat kan kekuatan Tuan ]
Aditya terengah-engah saat menerima kekuatan baru dari Cincin tersebut, dia tergeletak di tanah sambil menatap langit.
Sorot matanya kini lebih tajam. Tubuhnya yang kurus kering juga terlihat sudah sedikit lebih baik, wajahnya yang tadinya pas-pasan juga terlihat berkarisma. perubahannya sangat kontras dengan Adita yang dulu.
Aditya langsung duduk sambil menyetabilkan napasnya yang terengah-engah, dia melihat bajunya yang telah robek tergeletak disampingnya.
Aditya menghela napas dan bergumam " apa yang sebenarnya terjadi padaku? "
[ Tuan Aditya, saya Java System telah menyatu dengan anda. Mulai sekarang saya adalah partner anda! ]
Suara System sekarang lebih sopan daripada sebelum menyatu dengan Aditya. System yang menyatu pada tubuh tuannya memang cenderung akan lebih menghormati pemiliknya.
" Java System? Apa maksud kamu? " tanya Aditya masih bingung.
[ Tuan, Java System akan membantu anda menjadi kuat dan tentunya akan menjadi orang kaya, satu keping koin Emas anda bisa tukarkan dengan uang sesuai harga pasaran Emas sekarang. Adapun atribut kekuatan anda bisa di tingkatkan dengan kekuatan. Cara mendapatkan poin kekuatan dengan melakukan misi. Semakin sulit misi maka akan semakin banyak mendapatkan poin kekuatan! ]
Jelas saja Aditya terkejut dengan pemberitahuan System. Apalagi dia samar-samar melihat koin Emas yang ada di status-nya sangatlah banyak.
" Apa kamu serius? ini tanpa tumbal? " tanya Aditya lugu.
[ Hais, bukankah sudah saya bilang. Saya tidak meminta tumbal! Saya ada karena orang-orang terpilih yang bisa menemukan saya! ]
Aditya manggut-manggut mengerti, walaupun masih bingung, tapi setidaknya dia sudah sedikit tahu kalau System bukanlah pesugihan, melainkan sebuah karunia dari Tuhan untuk dirinya.
" Ngomong-ngomong aku panggil kamu Java tidak apa-apa kan?" tanya Aditya memastikan.
[ Terserah anda tuan, saya tidak keberatan sama sekali ] jawab System langsung.
" Baiklah kalau begitu " Aditya bangun dari duduknya, dia berdiri dan menepuk-nepuk celana dan tubuhnya yang kotor akibat berguling-guling di tanah.
" Apa aku bisa minta lima koin Emas? " tentu saja yang dipikirkanAditya pertama bagaimana mendapatkan uang. tangannya menengadah seperti pengemis.
[ Tentu saja tuan ]
Celah dimensi muncul di atas tangan Aditya, lima keping koin emas langsung berjatuhan di telapak tangan Aditya.
Sontak saja Aditya terkejut, tangannya bergetar saat melihat lima keping koin Emas tersebut " i-ini asli?" tanyanya dengan suara yang ikut gemetar.
[ Tentu saja asli tuan, anda bisa menukarnya dengan apapun yang anda inginkan! ]
" A-aku kaya! Aku kaya! " Aditya berteriak kegirangan.
" Terima kasih Java! " Aditya langsung menggenggam koin emas tersebut dan menyimpannya di saku.
[ Sama-sama tuan ]
Aditya langsung turun dari gunung Suplawan, dia ingin cepat menukarkan koin emas tersebut untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya.
Wajar saja kalo pemikiran Aditya hanya sebatas kebutuhan pokok, karena selama ini dia kekurangan makanan.
Aditya tidak tahu saja kalau satu koin emas beratnya bisa mencapai lima gram. Artinya persatu koin Emas bisa ditukar dengan uang dua juta lima ratus Perak. ( Perak mata uang di tanah Java )
Koin Emas dari Java System termasuk masih jenis Emas murni. Wajar saja kalau harga sebenarnya sangat mahal.
***
Aditya sudah sampai di rumahnya, disana terlihat Glembo yang sudah menunggu dirinya sambil tertidur dikursi bambu usang yang ada di teras rumah Aditya.
Aditya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya " lihatlah Java, mana tega aku mengorbankan orang seperti nya, dia satu-satunya keluargaku " ucapnya lirih.
Java tidak menjawab, dia hanya memantau dari dalam tubuh Aditya saja. Karena Java tidak akan menampakkan dirinya pada siapapun.
Aditya masuk ke rumahnya yang sudah reot tersebut, dia tidak membangunkan Glembo terlebih dahulu, membiarkan Glembo menunggunya ganti baju. Baru nanti Aditya bangunkan.
Tak berselang lama Aditya sudah berganti pakaian " Kebo bangun! "
Teriak Aditya tepat ditelinga Glembo, sehingga membuat Glembo langsung terkejut dan jatuh.
" Iya Emaaaakk! " Glembo bangun dengan terhuyung-huyung dan jatuh.
Brugg
Glunduung
" Hahahaha...." Aditya tertawa puas melihat temannya yang jatuh dan menggelundung seperti bola saja.
' Adu-du-duh..' Glembo terlihat kesakitan karena dia jatuh cukup keras.
Aditya menghampirinya dan membantunya berdiri. Aditya dengan mudahnya menarik Glembo untuk berdiri, padahal sebelumnya dia tidak kuat menarik Glembo.
Sontak saja Aditya terkejut, begitu juga dengan Glembo, karena biasanya Aditya tidak sekuat itu.
" Kamu siapa? " Glembo sedikit pangling dengan Aditya, saat melihatnya.
" Astaga! kamu lupa denganku Gendut!?" seru Aditya pada temannya itu.
Glembo menyipitkan matanya, dia terlihat seperti sedang memastikan orang didepannya itu. Glembo mulai menyadari kalau orang yang ada didepannya adalah Aditya, karena pakaian yang dikenakannya milik Aditya.
" Kamu Adit? Lah kok kamu bisa berubah kaya power Renjes?! " Glembo terlihat sedikit terkejut.
" Berubah apanya? kamu baru bangun tidur jangan ngelantur! sudah ayo kamu ikut aku!" Aditya menarik Glembo tanpa menunggu persetujuan-nya.
Glembo benar-benar bingung karena Aditya menariknya kali ini dengan sangat mudah, tidak seperti biasanya, kalau dia menahan pasti Aditya tidak mampu menariknya, tapi kali ini berbeda, jika Glembo tidak ikut kemungkinan akan jatuh tersungkur akibat di tarik Aditya.
" Kita mau kemana Dit? " tanya Glembo penasaran karena dari tadi Aditya tidak memberitahu akan pergi kemana.
" Toko Emas!" jawabnya singkat.
" Kamu mau ngrampok?! " Glembo menarik tangan Aditya.
" Jangan Dit, kita lebih baik balik. Dit walaupun kita miskin, ngrampok itu perbuatan tercela, iya kalau berhasil, kalau di gebukin warga mampus kita! Ayo Dit kita pulang saja yah? " Gelmbo terlihat memelas, karena dia tidak ingin sahabatnya itu menempuh jalan pintas.
" Sok tahu kamu! " Aditya menoyor kepala Glembo.
" Sudah ikut saja! Aku gak mau ngrampok dudul!" Aditya meninggalkan Glembo yang masih tertegun.
" Tu-tunggu Dit! " dengan susah payah Glembo berlari mengejar Aditya yang sudah meninggalkannya sepuluh langkah.
Glembo merasa heran dengan sahabatnya itu, kalau dia tidak mau merampok, terus mau apa ke toko emas? Sedangkan uang saja tidak punya. Glembo hanya bisa pasrah mengikuti Aditya.
Setelah berjalan selama setengah jam. Mereka berdua sampai di toko Emas yang ada dipasar Larangan.
Dengan pakaian yang sangat sederhana, tentu saja mereka menjadi pusat perhatian. Walaupun toko Emas tersebut biasa melayani para petani, tapi pakaian mereka tidak seperti Aditya dan Glembo yang terlihat sangat kusam dan lusu.
Aditya berdiri di depan Etalase toko Emas, tidak ada pelayan yang mau melayani mereka. Glembo juga mulai was-was karena dia tidak pernah pergi ke toko Emas sebelumnya.
" Dit, kita pulang aja yuk! " ajak Glembo lirih.
Aditya menghela napas " sudah kamu diam saja dan duduk disana tunggu aku!"
Glembo hanya bisa menurut, dengan tidak berdaya dia menghampiri kursi tunggu yang disediakan toko emas tersebut dan duduk dengan patuh disana.
Tak berselang lama pelayan toko Emas yang mengutamakan profesional datang melayani Aditya.
Wajah cantik dengan dengan senyum ramah menyapa Aditya " ada yang bisa kami bantu Mas? "
Aditya yang tadi tertegun karena melihat kecantikannya, dia langsung tersadar " Eh iya Mba! saya mau menjual Emas, Apa bisa?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!