Cyra dan Celia terlihat terburu-buru masuk ke kelas mereka saat jam kuliah perdana itu sudah di mulai.
Kedua saudara sepupu ini memilih Amerika sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di salah satu kampus terkenal di Amerika yaitu Stanford University.
Dua saudara sepupu ini menjadi bullyan saat keduanya mengambil bangku kosong untuk ditempati keduanya.
"Wah! Ada dua gadis kampung yang sedang nyasar di kampus kita." Ujar Sean sambil melempar Cyra dengan kertas tissue.
"Lihatlah pakaian yang mereka kenakan seperti film Amerika jaman dulu." Timpal Ryan.
Kelas seketika heboh dengan banyolan pemuda tampan yang memiliki harta berlimpah dari kedua orangtua mereka.
Cyra dan Celia sengaja mengenakan rok daripada celana jins ketat. Ayah mereka yang tidak memperbolehkan mereka menggunakan busana ketat. Itulah sebabnya mereka berpenampilan anggun dan elegan di hari pertama mereka masuk kuliah.
Belum lagi perkataan yang lain ikut menimpali yang tidak kalah menyakitkan namun Cyra dan Celia tetap diam dan fokus pada pelajaran mata kuliah pertama mereka pagi itu.
Cyra dan Celia tidak memperdulikan perkataan yang menyakitkan hati mereka dari beberapa pemuda yang duduk tepat di belakang mereka.
Dosen yang sedang mengajar mengetahui Cyra dan Celia datang terlambat lalu menghukum keduanya dengan mengajukan pertanyaan pertama pada Cyra.
Namun sebelum menanyakan dua gadis itu, profesor Richard mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pembahasan kuliah mereka pagi itu pada Sean dan Ryan.
"Sean! apakah kamu bisa sebutkan pandangan-pandangan dalam filsafat ilmu?"
Sean terlihat berpikir keras untuk menjawabnya namun ia tidak bisa menjawabnya.
Pertanyaan yang lainnya di tanyakan kepada Ryan dan pemuda tampan itu tetep tidak bisa menjawabnya.
Pertanyaan yang sama dialihkan kepada Cyra dan Celia.
"Hei, kalian yang terlambat!"
Profesor. Richard menunjuk ke arah Cyra.
"Saya ..?"
Cyra menunjukkan jarinya ke dirinya sendiri.
"Iya, kamu dulu yang harus menjawab pertanyaan saya. Hari ini kita belajar mata kuliah tentang ilmu filsafat. Sebutkan pandangan-pandangan dalam filsafat!
"Pandangan-pandangan dalam filsafat mencakup, idealisme, rasionalisme, empirisme, kritisme dan konstruktivisme."
Jawab Cyra dengan lugas.
"Siapa namamu..?"
"Cyra!"
"Dari mana asalmu?"
"Yunani."
Sekarang giliran Celia yang akan diajukan pertanyaan oleh Profesor Richard.
"Sekarang giliran mu. Siapa namamu?"
"Celia."
"Dari mana asalmu?"
"Casablanca."
"Dalam pandangan filsafat terdapat pandangan idealisme. Apakah kamu tahu apa itu idealisme dalam filsafat?"
"Istilah ‘Idealisme” ini dikemukakan oleh Plato sekitar 2400 tahun yang lalu. Grameds pasti kita sudah mengetahui jika Plato memiliki pemikiran bahwa realitas yang paling fundamental dan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah ide.
Penekanan dalam pandangan ini idealis alam yang mana bersifat spiritual.
Orang-orang yang mengikuti pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan tradisi, sebab mereka memiliki pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan tersebut mempunyai tingkat yang lebih dari sekadar ilmu kelompok individu."
Ujar Celia tegas membuat para pemuda tampan itu seketika terhenyak. Celia yang merupakan putri dari Calista dan pangeran Fatih ini menuruni kejeniusan dari sang ibu.
Celia meletakkan tangannya pada tangan Cyra sambil mengulum senyum kemenangan mereka di babak awal perkuliahan untuk membungkam mulut besar beberapa pemuda tampan di belakang mereka.
"Sial! Aku kira dua gadis kampungan ini memiliki otak idiot ternyata mereka berdua mulai unjuk gigi di hari pertama kuliah ini."
Batin Sean yang merasa disentil diam oleh dua gadis cantik yang duduk di depannya.
Mata kuliah pertama itu berakhir dengan baik dan kelas pun dibubarkan oleh dosen.
Cyra dan Celia berjalan menuju loker mereka untuk menyimpan barang bawaan mereka.
Keduanya di hadang oleh Sean dan Ryan yang merasa dua gadis ini menantang mereka.
"Hei gadis kampung! Apakah sebegitu jenius kah kalian hingga harus menjawab pertanyaan dosen untuk mempermalukan kami, hah?" Bentak Sean pada keduanya.
"Terus kamu mau apa?" Tanya Cyra tidak mengerti.
"Sekalipun kalian mengetahuinya, lebih baik bersikap pura-pura tidak tahu." Timpal Ryan.
"Apa urusanmu dengan jawaban kami tadi. Lagi pula kami ke sini untuk kuliah bukan untuk ditindas oleh kalian, mengerti!"
Bentak Cyra dengan menatap tajam wajah Sean.
"Ayo kita pergi dari sini Celia!"
Cyra menarik tangan Celia yang masih terlihat gugup.
"Hei kauuu..!"
Panggil Sean yang masih belum puas menghardik Cyra yang terlihat lebih berani daripada Celia.
Kedua gadis ini berjalan cuek tanpa mempedulikan teriakan Sean.
Cyra yang mengetahui kalau Sean dan Ryan mengejar mereka saat ini. Ia yang melihat bola basket yang di mainkan oleh dua pria tampan yang ada di lapangan itu, sedang mengarahkan bola itu ke ring namun bola itu malah menimpa kepala Sean.
"Auhhght, siall..!"
Umpat sean kesakitan sambil memegang kepalanya.
Sean yang awalnya ingin mengejar Cyra dan Celia beralih menghampiri dua pemuda yang sedang bermain basket di lapangan itu.
"Hei kalian! Mengapa bola ini sampai berpindah ke kepalaku, hah?" Bentak Sean sambil menarik Jersey salah satu pemuda yang menembak bola basket ke ring, malah mental ke kepala Sean.
"Sorry man!"
Temannya lain mencoba meleraikan pertengkaran itu.
Sean akhirnya mengalah karena ingat dengan urusan awalnya yang ingin mencari Cyra dan Celia.
Cyra dan Celia entah sudah kabur ke mana tempat membuat Sean dan Ryan mencari keduanya.
"Ke mana perginya dua gadis itu Ryan?"
Tanya Sean yang masih penasaran dengan Cyra.
Cyra dan Celia cekikikan mengingat wajah kesal dua pemuda yang sudah bully mereka dari awal masuk kelas.
"Apakah kamu lihat wajah konyol Sean dan Ryan tadi, Celia?"
"Mereka terlihat frustasi saat kita yang menjawab pertanyaan yang harusnya ditujukan kepada mereka, malah kita yang menjawabnya." Ujar Celia.
"Aku harap kamu jangan lemah Celia karena ada aku di samping mu. Kita berdua sudah sepakat memilih kuliah di negara ini dari pada saudara kembar kita yang memilih Bogota Kolombia tempat kedua orangtua kita menuntut ilmu." Ujar Cyra.
"Aku tidak lemah Cyra. Hanya saja aku kuatir kalau kekuatan kamu itu akan berimbas pada dirimu sendiri. Dan aku tidak ingin mereka mengetahui kekuatanmu." Ucap Celia cemas..
"Tidak usah kuatirkan aku! Kita di sini sama-sama berjuang dan tetap tegar walaupun harus berhadapan dengan para berandalan itu."
Cyra mengepalkan tangannya sambil menyeringai licik mengingat lagi kedua wajah Sean dan Ryan.
"Sekarang kalian berdua adalah mainan ku." Batin Cyra.
"Cyra! cepat habiskan makan siang mu!"
Titah Celia yang melihat Cyra sedang melamun.
"Iya, nanti aku akan habiskan. Tapi aku ingin kamu meretas akun milik Sean!"
Titah Cyra yang juga penasaran dengan Sean.
"Apakah kamu menyukainya Cyra?"
"What..? Hello..! seorang Cyra tidak akan pernah tersentuh hatinya dengan pria berengsek itu."
"Kalau tidak naksir kenapa kepo kehidupan Sean?"
"Kalau kita mengetahui latar belakang kehidupan seorang lelaki angkuh seperti Sean dan Ryan itu, kita akan mudah mengetahui kelemahannya."
"Kamu tahu sendiri jika kita meretas akun mereka yang ada kamu akan melihat hal-hal tabu dari lelaki itu."
"Tidak apa Celia! Kan aku yang lihat bukan kamu." Kilah Cyra.
"Bagaimana kalau kamu lihat posenya saat ia telanjang?"
Goda Celia sambil cekikikan.
"Setidaknya dia bukan gay."
"Cih! Kamu ini selalu memikirkan keperkasaan pria tampan." Gerutu Celia.
"Hidup kita itu selain ibadah, kita harus meneruskan keturunan. Dan apa salahnya kalau dari sekarang mengoleksi para pria tangguh untuk di undi sebagai suami." Ujar Cyra sambil menggoda Celia yang terlihat lebih pendiam.
"Ayo kita cabut dari sini!" Ajak Celia.
"Mau ke mana kalian, gadis kampung?"
Deggggg..
Cyra dan Celia tidak begitu peduli dengan teguran itu. Keduanya menganggap Sean sedang bicara dengan gadis lain. Melihat sikap dua gadis itu yang tidak mempedulikannya sama sekali membuat Sean makin naik pitam.
"Hei! Aku sedang bicara dengan kalian berdua." Ucap Sean seraya menarik lengan Cyra.
Cyra menatap wajah Sean dengan aura membunuh. Sean yang terlihat menantang dirinya makin mencengkram lengan Cyra.
"Apakah kamu tidak mengerti perkataanku?" Tanya Sean ikut menatap manik tajam milik Cyra yang sangat indah itu.
"Bagaimana caramu memanggil kami? Sekarang yang tidak mengerti di sini itu, siapa? apakah pantas orang sepertimu di hargai?"
Cyra menyingkirkan tangan Sean dengan kasar dari lengannya. Sean begitu kaget dengan tenaganya Cyra yang menurutnya begitu kuat untuk wanita seukuran Cyra.
Sean merasa malu dengan perkataan Cyra, hanya saja ia ingin sekali mendapatkan perhatian Cyra, tapi cara yang dilakukan Sean malah membuat Cyra tidak respect dengan dirinya.
Cyra dan Celia segera beranjak dari tempat itu dan kembali ke kelas untuk mengikuti mata kuliah berikutnya.
"Apakah kamu tidak memberikan pelajaran untuk mereka?" Tanya Ryan seakan sedang meledek Sean, yang terkenal sebagai pria playboy.
"Aku rasa dua gadis itu bukan gadis biasa. Mereka seperti punya kekuatan sendiri, entah itu pesona aura mereka atau kecerdasan yang mereka miliki.
Apakah kamu bisa meretas akun milik Cyra?" Tanya Sean pada Ryan yang jago dengan IT seperti Celia.
"Baik! Nanti aku akan mencobanya. Sebaiknya kita kembali ke kelas." Ajak Ryan.
"Tunggu Ryan! Tolong dapatkan Cyra untukku!"
"What....? Kenapa kamu tidak mengusahakan sendiri? kenapa harus memintaku? untuk mendapatkan gadis secantik dan secerdas mereka.
Ryan menolak permintaan Ryan karena ia juga menyukai Cyra. Bola mata Cyra yang biru dengan kulit putih mulus di dukung hidung mancung bibir sensual dan dagu lancip.
Tubuhnya yang jenjang bak super model. Begitu pula dengan Celia . Pesona gadis cantik yang memiliki rambut panjang hitam legam dengan kulit kuning Langsat tapi sedikit pemalu.
Otak jenius yang diwarisi oleh seorang ibu yang saat ini sudah menjabat menjadi ratu Maroko. Kedua ibu mereka benar-benar menjadi ratu yang disegani di negara mereka masing-masing.
Hanya saja kedua gadis ini tidak ingin diperlakukan seperti putri bangsawan lainnya yang harus dijaga super ketat oleh pengawal mereka..
Davin memang sengaja tidak menyuruh prajuritnya untuk mengawasi Cyra karena dengan kekuatan yang dimiliki putrinya Cyra sama seperti dirinya.
Ketika sudah berada di kelas. Suasana tidak seheboh tadi pagi. Kelas itu terlihat lebih tenang karena Sean sudah mengkondisikan teman-temannya untuk tidak lagi membully Cyra dan Celia.
"Ada apa dengan mereka Celia? Perasaan tadi pagi kelas ini seperti pasar malam dan sekarang malah seperti kuburan."
Tanya Cyra menggunakan bahasa Indonesia agar teman-temannya tidak mengerti.
Sean merasa bingung mendengar percakapan Cyra dan Celia yang menggunakan beberapa bahasa saat keduanya bicara. Rasa penasaran pria tampan ini makin bertambah-tambah.
Dosen mulai membuka kelas dengan memperkenalkan dirinya dan mata kuliah yang akan di sampaikan nya.
Dosen itu menanyakan secara acak nama dan negara asal serta berapa banyak bahasa yang mereka kuasai.
"Hari ini kita akan mempelajari mata kuliah geografi manusia. Sebelum saya membahas mata kuliah ini, saya ingin tahu siapa diantara kalian yang mengusai lebih dari dua bahasa?" Tanya profesor Kimberly.
Cyra, Sean, Celia dan beberapa mahasiswa lainnya mengacungkan tangan mereka.
"Coba kamu si tampan sebutkan nama mu!"
"Nama saya Sean. Saya mengusai tiga bahasa selain bahasa Inggris. Yaitu bahasa Jerman, Perancis dan Yunani."
"Kamu sendiri berasal dari mana?"
"Saya asli Amerika." Ujar Sean.
"Siapa yang lebih banyak mengusai bahasa negara lainnya lebih pada, Sean?"
Celia mengangkat tangannya." Nama saya Celia, saya mengusai lebih dari sepuluh bahasa yaitu Indonesia, Arab, Yunani, Jerman, Belanda, Portugal, Rusia, Itali, India, Spanyol. Cina dan Jepang."
Ujar Celia membuat yang lain langsung minder dengan gadis itu.
"Apakah kalian berdua saudara?" Tanya profesor Kimberly pada Cyra dan Celia.
"Kami saudara sepupu. Ibu kami berdua saudara kembar, maksud ku saudara kembar empat." Timpal Cyra.
"Apakah kalian berdua juga terlahir kembar?"
Cyra dan Celia mengangguk.
"Celia! berapa saudara kembarmu?"
"Saya memiliki saudara kembar empat dan sepupu saya kembar tiga." Imbuh Celia.
"Hebat. Terimakasih Celia dan Cyra. Apakah ada lagi yang lain yang mengusai lebih dari sepuluh bahasa?" Tanya profesor Kimberly.
Semuanya terdiam karena diantara mereka paling mengusai dua bahasa. Entah itu bahasa Inggris dengan bahasa negara mereka sendiri jika berasal dari belahan negara lain.
mata kuliah itu berlangsung seru karena membahas berbagai macam budaya dan karakter manusia berdasarkan lingkungan mereka dibesarkan.
Lagi-lagi setiap kali Professor mengajukan pertanyaan, Cyra dan Celia yang lebih dominan menjawabnya.
Dalam sebulan, nama Cyra dan Celia menjadi viral di kampus itu karena kejeniusan mereka. Dengan terkenalnya mereka di kampus, banyak senior di kampus itu mulai mendekati kedua gadis itu dengan berbagai motif.
Hal ini membuat Sean dan Ryan begitu geram hingga membuat kedua pria tampan ini menjadi dingin kepada Cyra dan Celia.
Cyra yang tidak begitu peka dengan perasaannya Sean hanya menganggap biasa saja pada pria tampan itu.
Seperti di saat keduanya mengikuti kegiatan kampus yaitu olahraga bulutangkis, Sean sedikitpun tidak memberikan kesempatan Cyra untuk menguasai permainan.
CYRA yang kesal meninggalkan permainan itu dan mengambil tempat menjadi penonton.
Cyra yang geram, mengerjai Sean membuat kok itu menjauh dari jangkauan Sean.
Otomatis Sean kalah telak saat babak kedua tunggal putra.
"Mengapa aku tidak bisa lagi menjangkau kok padahal sudah hampir dekat denganku."
Batin Sean saat permainan usai.
Ia pun mengganti bajunya dan berkemas untuk segera pulang ke rumahnya. Lagi-lagi ia melihat seniornya yang sedang mendekati Cyra dan mengajak gadis itu berkencan.
Cyra terlihat tidak begitu suka dengan beberapa seniornya yang terlalu agresif saat mengajaknya kencan.
Cyra memanggil sekelompok burung gereja dengan menggunakan kekuatannya menghampiri mereka.
Dalam sekejap burung-burung terbang mengelilingi tubuh Seniornya yang bernama Nathan.
Pria tampan yang bernama Nathan ini, melindungi wajahnya dari serangan burung gereja itu. Dan Cyra segera kabur dari tempat itu menuju mobilnya.
Sean yang memperhatikan Cyra dari dalam mobilnya mulai menaruh curiga kalau Cyra mempunyai kekuatan.
"Sepertinya Cyra bukan gadis biasa. Dia memiliki sesuatu yang bisa mengendalikan apapun dengan kekuatannya.
Pantas saja, dia tidak pernah takut denganku dan tenaga yang dimilikinya, lebih dari tenaga pria dewasa. Siapa kamu Cyra."
Gumam Sean lalu menghampiri Cyra yang hendak masuk ke dalam mobilnya.
Sean menggedor pintu mobil Cyra saat Cyra menyalakan mesin mobilnya. Cyra menurunkan kaca mobilnya dan memperhatikan wajah Sean yang sedang tersenyum padanya.
"Hai Cyra!"
"Ada apa Sean?"
"Apakah malam ini kamu punya waktu senggang?"
"Tidak ada waktu yang nganggur untukku karena semuanya bermanfaat bagiku dalam setiap detiknya."
Ujar Cyra dengan wajah datar.
"Itu berarti kamu menolakku?"
"Jika sudah tahu jawabannya, mengapa harus mengulangi lagi pertanyaan itu di depanku?"
"Baiklah. Jika kamu tidak ingin aku mengajakmu berkencan, bagaimana kalau aku menyebarkan informasi ke semua orang bahwa kamu memiliki kekuatan dalam dirimu."
Ancam Sean membuat Cyra tersentak.
Duarrrr..
Cyra memandang sinis wajah Sean yang ingin memerasnya. Sedikitpun ia tidak akan terjebak dengan ancaman Sean.
"Kekuatan apa?"
Tanya Cyra pura-pura tidak mengerti."
"Tentu saja kamu memilikinya. Kamu kira aku anak kecil yang bisa kamu kibuli?"
"Hentikan omong kosong mu dan aku ingin pulang!"
Sergah Cyra sambil menjalankan mobilnya perlahan menghindari Sean yang terlalu percaya diri bisa mendapatkan Cyra dengan mudah melalui ancamannya.
"Cyra! Tunggu! aku bisa membuktikannya kalau kamu punya kekuatan."
Sean berbicara sambil mengejar mobil Cyra yang mulai bergerak keluar dari tempat parkir.
Cyra melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya. Ia terpaksa pulang sendirian karena Celia masih mengambil kelas lain. Gadis jenius itu ingin seperti ibunya yang mengambil dua jurusan dalam satu waktu.
Saat kedua gadis ini berada di kamar mereka, Cyra menceritakan kepada Celia tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Sean tadi siang. ia mengatakan kalau dirinya mendapat ancaman dari Sean.
"Bagaimana Sean bisa mengetahui kalau kamu punya kekuatan Cyra?"
"Entahlah!"
"Dari awal aku sudah memperingatkan dirimu untuk berhati-hati saat kamu menggunakan kekuatanmu.
Sekarang kamu harus terima resiko dari ulahmu sendiri."
Sahut Celia lalu melanjutkan membaca bukunya.
"Apa yang harus aku lakukan jika dia terus menteror ku?"
"Terima tawarannya untuk berkencan." Ucap Celia
"Tidak, Celia! Kamu tahu sendiri kalau pemuda Amerika mengajak kencan bukan hanya di meja makan saja tapi mereka akan membawa wanitanya sampai ke tempat tidur."
"Itu tergantung kepada kamu nya Cyra. Kalau kita bisa menyatakan sikap dengan tegas, laki-laki juga tidak akan memaksa.
Mereka sangat menghargai kalau kita menolak. Justru mereka akan kagum dengan sikap kita tegas kita, jika kita mampu menjaga diri." Timpal Celia.
"Bagaimana kalau dia memaksa dan cenderung nekat?"
"Bukankah kamu punya kekuatan? Manfaat kan itu untuk melindungi dirimu."
"Oh iya ya! Benar juga katamu. Ok, thanks untuk idenya Celia. Kalau aku sudah curhat kepadamu, semuanya langsung kelar urusannya. Untung ada kamu, Celia."
"Untung ada Allah, bukan aku Cyra!"
"Iya deh! Putri Celia Chafia." Canda Cyra sambil cekikikan.
Dasar Celia! Ekspresi wajahnya terlihat datar dan terkesan seperti robot. Ia hanya tertawa jika hal yang sangat membuatnya menggelitik.
Keesokan harinya, Sean mendekati lagi Cyra saat istirahat makan siang. Ajakan dan ancaman yang sama kembali di lancarkan kepada Cyra.
Cyra tidak menyerah begitu saja dengan gertakan Sean. Ia sengaja mengulur waktu untuk membuat Sean terlihat lelah dan membuktikan ancamannya.
"Apakah kamu masih tidak mau menerima ajakan kencan ku Cyra?"
Tanya Sean sambil berjalan mundur sambil melihat ekspresi wajah Cyra.
Cyra hanya mengangkat kedua bahunya membuat Sean berbalik dan berinisiatif untuk membeberkan rahasia Cyra.
"Ok,! kalau begitu aku akan memberi tahukan semua orang."
Sean berdiri di atas meja kantin dan mulai berorasi di depan semua orang.
"Hai dengarkan semuanya! Di sini ada seorang gadis yang..?"
"Berhenti! Aku mau kencan denganmu."
Ucap Cyra buru-buru untuk mencegah aksi nekat Sean.
Sean mengulum senyumnya. Ia merasa sudah memenangkan permainan ini.
"Ok Cyra! Nanti malam aku akan menjemputmu di apartemen mu."
Sean kembali bergabung dengan teman-temannya dan membiarkan Cyra duduk sendiri menunggu kedatangan Celia.
...----------------...
Tepat pukul delapan malam Sean datang menjemput Cyra. Celia yang sedang menemani Sean saat Cyra mempersiapkan dirinya untuk kencan pertamanya.
"Celia!"
"Hmm!"
"Apakah sahabatmu itu, selain Cyra adalah buku?"
"Benar sekali perkataan anda Sean. Dengan buku aku bisa mengusai setengah dunia ini.
Dengan ilmu aku tidak perlu kuatir menghadapi hidup karena apa yang aku butuhkan sudah mencukupi segala kebutuhanku."
Ucap Celia membuat Sean tidak mengerti sama sekali ucapan gadis kutu buku ini.
"Mencukupi kebutuhan seperti apa Celia?"
"Dengan ilmu orang bisa bekerja. Mengusai ilmu pengetahuan lain yang tidak lazim untuk orang lain tapi sangat dibutuhkan oleh orang dari kalangan tertentu.
Cukup mengajukan dirimu kalau kita bisa menyelesaikan permasalahannya. Setelah itu, imbalan yang kita dapatkan lebih dari ekspektasi kita saat klien kita merasa puas dengan hasil kerja kita."
Ucap Celia yang sudah dipahami oleh Sean.
"Apakah karena itu kamu ingin mengetahui segalanya?"
"Lebih dari itu Sean! Jika waktu yang diberikan Tuhan ku untuk aku bisa melakukan hal yang bermanfaat saat orang sibuk menyenangkan hatinya, aku lebih memilih memuaskan dahagaku akan ilmu tanpa batas yang ada di dunia ini atas ijin Tuhanku."
Balas Celia membuat Sean begitu kagum dengan gadis cantik ini.
Langkah derap sepatu high heels milik Cyra terdengar dari dalam menuju ruang tamu. Cyra yang mengenakan dress mewah berleher rendah warna hitam dengan kombinasi gold membentuk selempang.
Rambutnya yang digulung ke atas memperlihatkan leher jenjangnya dengan dengan kalung berlian bertatahkan batu safir biru di tengahnya.
Mata Sean yang melihat kecantikan gadis blasteran indo Yunani ini nampak terpesona.
"Cyra! Apakah kamu seorang Dewi Yunani?"
Tanya Sean saking kagumnya melihat kecantikan Cyra.
"Bagaimana kalau pertanyaan mu itu benar adanya, Sean."
Batin Celia sambil fokus ke buku yang dibacanya.
"Kita berangkat sekarang Sean?"
Sean memberikan lengannya untuk di gandeng Cyra. Keduanya pamit pada Celia.
"Jangan pulang larut malam. Jaga dirimu dan ingat nasehat Oma Andien, kalau wanita yang baik tahu bagaimana cara menjaga harga dirinya.
Sekalinya dia jatuh, penyesalan seumur hidup akan menghantuinya sampai ia mati."
Ujar Celia mengingatkan saudara sepupunya ini.
"Insya Allah sepupuku yang jenius. Assalamualaikum!"
Ujar Cyra dengan bahasa Indonesia.
Celia menjawab salam saudaranya sambil mendoakan keselamatan Cyra.
Sean hanya menautkan alisnya mendengar percakapan dua wanita cantik di depannya itu.
Keduanya berjalan menuju lift.
"CYRA! Bahasa apa yang kalian gunakan saat berdua?"
"Bahasa Indonesia. Orangtua ibuku asli orang Indonesia."
jelas Cyra.
"Kedengarannya mudah dipelajari. Bolehkah aku ikut belajar bahasa leluhur mu itu, Cyra?"
"Insya Allah."
"Kata apa lagi itu yang kamu ucapkan?"
"Itu adalah kata dari ucapan umat muslim saat memberikan janji kepada lawan bicaranya bahwa ia tidak bisa menempati janjinya jika tidak mendapatkan ijin dari Tuhannya.
Jadi semuanya berpusat kepada Tuhan sang pengatur kehidupan.
"What..? kalian adalah muslim?"
Tanya Sean terlihat syok mendengar agama Cyra.
"Apakah ada masalah dengan keyakinan ku? apakah kamu seorang Islam fobia?"
Tanya Cyra lalu menghentikan langkahnya saat berada di mobil Sean.
Sean terlihat bingung dengan perasaannya sendiri. Antara ingin melanjutkan kencannya atau pamit pulang dan menggagalkan rencana kencannya.
"Sean! Jika kamu tidak yakin jalan denganku, lebih baik kita batalkan saja kencannya. Aku tidak masalah jika di batalkan kencannya. Lagi pula kamu yang mengajak aku kencan."
Ucap Cyra berusaha tenang menghadapi sikap Sean yang langsung berubah pikiran.
"Tidak Cyra! Baiklah aku minta maaf sudah masuk ke urusan paling prinsipil dalam hidupmu. Aku tidak berhak menghukum mu atas sesuatu yang pernah di alami oleh orang lain. Maafkan aku!"
Sean membuka pintu mobilnya untuk Cyra yang masih terpaku melihat keragu-raguan Sean terhadapnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!