Di sebuah gedung mewah di Jakarta sedang dilaksanakan persepsi perhelatan akbar seorang mempelai pria yang notabene merupakan CEO dari perusahaan Atmaka Group menggelar acara pernikahannya dengan seorang wanita untuk pertama kalinya.
“Nathan cepat keluar, sepuluh menit lagi resepsi pernikahan akan segera dimulai.” panggil seorang wanita masuk ke sebuah ruangan dimana pengantin pria sedang di rias.
“Ibu... sebentar lagi aku akan keluar.” jawab pria itu dengan ekspresi datar saja meskipun ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam kehidupan nya di mana babak awal kehidupan dimulai.
“Para kamu dan undangan lainnya yang sudah pada datang.” ucap si ibu kembali mengingatkan ketika sampai di ujung pintu.
“Ya ibu.” Nathan kembali menjawab singkat saja. Pria itu terasa enggan keluar dari sana menuju ke panggung pengantin meskipun sebenarnya sudah lama ia selesai dirias.
Nathan berdiri dan berjalan menuju ke jendela mengintip ke arah gedung tempat dilangsungkan pernikahannya.
“Qiana harusnya kau lah yang menjadi pasangan pengantin ku.” menatap mempelai wanita yang sudah berdiri di sana menanti kehadirannya. “Kenapa kau harus pergi ke Australia saat itu ? Jika tidak mungkin saja kecelakaan pesawat itu akan merenggut nyawamu.” teringat pada kekasihnya.
Ya Qiana adalah kekasih Nathan, sekaligus cinta pertamanya. Baginya wanita itu sosok yang sempurna di matanya. selain cantik, lembut juga perangainya bagus, tak ada wanita yang sesempurna dia.
“Qiana seandainya saja saat itu aku melarang mu untuk berangkat ke Australia pasti kau akan menjadi istriku sekarang.” sangat menyayangkan hal itu namun tak bisa berbuat apa-apa lagi. “Risty memang cantik namun aku baru mengenalnya tiga bulan ini.” menatap mempelai wanitanya sekarang.
Sedangkan Risty adalah saudara sepupu Qiana yang di pilih oleh orang tua Qiana untuk menggantikan pernikahan putrinya. Risty memang cantik namun meskipun masih sepupu mereka berwajah tidak mirip.
“Nathan ayo keluar.” ibu Nathan kembali masuk ke ruang rias pengantin setelah menunggu sepuluh menit dan anak lelakinya itu masih belum keluar juga.
“Oh.. ya ibu...” Nathan berbalik dan berjalan menuju ke arah pintu. “Ayo cepat, kenapa kau masih belum keluar juga ?” sang ibu hingga menarik tangan Nathan mengajaknya keluar dari ruang rias pengantin menuju ke hall pernikahan.
“Sudah ada tamu dari kantormu yang datang.” Risty, mempelai wanita tersenyum kecil saat melihat pria itu datang sambil menarik tangan Nathan untuk berdiri di sampingnya. “Ya maaf, aku sedikit gugup.” Nathan memasang tampang serius dan terlihat tegang.
Beberapa saat kemudian acara resepsi pernikahan benar-benar dimulai. Penghulu datang untuk mengikat mereka dalam sebuah ikatan suci.
“Nathan Atmaja apakah anda bersedia menikahi mempelai wanita Risty Amalia ?” penghulu mengajukan pertanyaan pada pria itu.
Tak ada jawaban
“Saudara Nathan Atmaja apakah anda bersedia menikahi mempelai wanita Risty Amalia ?” penghulu mengulangi ucapannya karena tak ada respon.
Risty sama mempelai wanita terlihat gugup karena pria itu belum menjawabnya juga.
“Nathan... apa kau dengar ucapan dari penghulu ?” Risty berbisik lirih di telinga Nathan.
Nathan menoleh menatap mempelai wanitanya kemudian kembali menatap penghulu di depannya.
“Ya aku bersedia menikahi Risty Amalia sebagai pendamping hidupku.” Nathan mengucapkannya dengan gugup.
Risty yang semula tegang terlihat tersenyum setelah Nathan mengikuti semua perkataan penghulu hingga akhir dan sampai selesai.
“Kalian berdua resmi menjadi suami istri sekarang.” penghulu menyerahkan buku nikah pada mereka berdua.
“klik....” suara blits foto terdengar di mana-mana mengambil potret mereka berdua.
Acara berlangsung dengan lancar hingga akhir dari resepsi pernikahan.
Malam hari di rumah Nathan di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Di sana terlihat Risty yang duduk di tempat tidur menanti kedatangan Nathan.
“Kemana Nathan pergi, aku sudah menunggunya selama dua jam di sini.” Risty berulang kali menatap jam yang tergantung di dinding kamar juga menatap ke arah pintu menunggu Nathan.
Sementara Nathan sedari tadi berada di dapur, duduk dengan kopinya yang sudah dingin dan tetap belum ia sentuh sama sekali.
“Aku sudah lama duduk di sini rupanya.” Nathan terkejut saat melihat jam dinding yang tergantung di depannya yang menunjukkan sudah pukul 22.00 lewat. “Baju ini terasa gerah dan aku harus segera menggantinya karena tidak nyaman.” melihat setelan jas pengantin berwarna putih yang masih dipakainya.
Ia pun kemudian berdiri dan masuk ke kamarnya untuk ganti baju.
“Nathan....” panggil Risty saat melihat suaminya masuk ke kamar. “Aku lupa jika sekarang aku sudah punya istri dan dia akan tidur di kamar ini bersamaku.” Nathan tertegun melihat Risty dan berdiri mematung setelah menuntut pintu kamarnya.
Glek
Nathan menelan ludah saat melihat Risty sudah berganti baju dan kini memakai lingerie seksi berwarna hitam yang menggoda memperlihatkan seluruh lekuk tubuh seksi Risty.
“Nathan... kau tidak ganti baju ?” Risty menatap baju pengantin yang masih melekat di tubuh suaminya. “Ya aku memang mau ganti.” jawabnya datar kemudian kembali berjalan menuju ke lemari pakaiannya.
Risty tiba-tiba berdiri dan menghampiri Nathan.
“Biar aku bantu melepas bajumu.” Risty menyentuh dada Nathan. Tanpa menunggu jawaban dari pria itu ia segera membuka kancing baju suaminya satu per satu. “Oh...” Nathan hanya memejamkan mata saat wanita itu melepas celananya.
“Oh My God...” Nathan merasa darah di sekujur tubuhnya mulai memanas dan membara saat Risty memeluk dirinya erat-erat dan menekan bagian tubuhnya yang menonjol ke dada Nathan.
Deg
Degup jantung Nathan semakin keras saat Risty menyentuh bibirnya. Tentu saja dia adalah lelaki normal, dan jiwa kelelakian nya bangkit seketika. Ia pun tergoda untuk mencicipi hidangan di depannya.
“Hmm...” Nathan mencium bibir Risty dan wanita itu menyambut ciumannya. Entah siapa yang memulai duluan, kini lingerie yang di pakai Risty sudah ada di lantai.
Ia menarik Nathan ke tempat tidur bersamanya.
“Sayang...” Risty mengusap dada Nathan dengan lembutnya berada di atas tubuhnya dan mengalungkan tangannya ke leher pria itu.
Namun suatu keanehan terjadi begitu saja. Di saat Nathan ingin menunaikan kewajibannya sebagai suami dan memberikan nafkah batin pada Risty.
“Kenapa bisa begini ?” Nathan berhenti karena bagian tubuh tersensitifnya sama sekali tidak bereaksi meskipun ia ingin sekali melakukannya. “Nathan...” Risty menarik pria itu kembali ke tempat tidur.
Ia bahkan memegang dan memainkan area sensitif Nathan namun tetap saja sama sekali tak ada reaksi.
“Maaf Risty... sepertinya aku lelah setelah acara resepsi pernikahan tadi.” Nathan segera bangkit dari tempat tidur dan mengambil baju ganti di lemari.
“Oh... apa yang terjadi ? Bagaimana dengan malam pertamaku yang sudah ku nanti-nanti ?” Risty terlihat sangat kecewa sekali. Hingga ia pun segera menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut merah yang ada di tempat tidur.
“Risty kau tidurlah duluan, aku mau bikin kopi dulu.” ucap Nathan beralasan agar bisa pergi dari kamarnya. “Ya...” hanya itu jawaban yang bisa diberikan oleh Risty padanya sambil menggigit bibirnya.
“klak.” Nathan keluar dari kamar dan menutup pintu kemudian masuk ke dapur. Di sana ia hanya duduk dan tak membikin kopi karena kopinya tadi saja masih belum ia minum.
“huft...” Nathan menghabiskan waktunya di sana dengan menghisap rokok untuk menenangkan pikirannya yang saat ini sedang terjadi perang batin karena ia melihat sosok Qiana saat akan menyentuh Risty.
Dua jam berlalu dan ia sudah menghabiskan satu pak rokok. Karena tak ada rokok yang tersisa lagi maka ia pun kembali masuk ke kamar.
“Untunglah dia sudah tidur.” Nathan mendapati Risty yang sudah tidur. “Aku sebaiknya tidak tidur di sini.” mengambil bantal kemudian keluar dari kamar dan tidur di sofa yang ada di ruang tengah.
Pagi harinya Risty bangun dan membuka matanya. Ia duduk dan menatap ke sampingnya.
“Nathan tidak tidur di sini semalam, kemana dia ?” Risty melihat tempat tidur di sampingnya kosong dan rapi sekali. “Apa dia tidur di ruangan lain ?” melihat tak ada bantal di sana.
Risty kemudian turun dari tempat tidur lalu keluar kamar untuk mencari suaminya.
“Di sini juga tidak ada.” Risty tidak menemukan Nathan di kamar sebelah yang ternyata juga kosong setelah mencarinya di ruang tamu.
“Bi... apa lihat tuan muda pagi ini ?” Risty bertanya pada pelayan di rumah saat berpapasan dengannya. “Oh nona Risty, tuan Nathan sudah berangkat ke kantor 15 menit yang lalu.” pelayan menjelaskan.
“Apa... ? Dia pergi begitu saja tanpa memberitahu ku ?” Risty terlihat terkejut sekali hingga tak bisa berkata-kata, bahkan setelah pelayan di rumah itu pergi meninggalkannya. “Oh mungkin dia ada jadwal meeting mendadak dan tak bisa memberitahuku makanya dia pergi tanpa bilang pada ku.” Risty yang merasa kalau mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Wanita itu kemudian kembali masuk ke kamar dan membersihkan diri setelahnya.
Sementara di kantor terlihat Nathan baru saja keluar dari tempat parkir.
“Hey Nathan !” panggil seseorang dari arah belakang pria itu. “Alvin ?!” ucap Nathan saat berbalik dan melihat temannya.
Ya, Alvin bisa di bilang teman dekatnya dan mereka satu universitas dulu. Tak hanya itu rupanya Alvin merupakan putra dari sahabat ayahnya Nathan.
“Hey, ini kan harusnya kau masih cuti menikah kenapa sudah masuk ?” Alvin menepuk bahu Nathan sambil tersenyum kecil. “Di kantor banyak urusan yang harus aku selesaikan dan tak bisa tinggal.” Nathan menjawabnya dengan ekspresi dingin dan datar seperti biasanya.
“Hey kau bisa mengesampingkan sejenak masalah kantor untuk menghabiskan bulan madu mu.” Alvin berjalan mengejar Nathan yang berjalan lebih cepat darinya.
Nathan diam saja tidak menanggapi pernyataan Alvin dan terlihat biasa saja.
“Nathan lalu bagaimana dengan malam pertamamu kemarin ? Apakah itu sangat mengesankan sekali ?” iseng Alvin bertanya padanya karena ia belum menikah dan belum tahu rasanya, makanya ia ingin mendengar pengalaman dari temannya itu. “Mengesankan apa ? Aku tak bisa melakukan itu.” jawabnya singkat dan lirih sambil menoleh ke samping untuk melihat situasi barangkali saja nanti ada yang mendengarnya
“Coba lagi malam nanti. Mungkin kemarin kau hanya tegang saja makanya kurang lancar.” bisik Alvin lirih karena melihat beberapa staf lain lewat di sampingnya.
Nathan diam tak menanggapi. Ia sebenarnya merasa malu menceritakan hal pribadi seperti itu pada Alvin, namun karena temannya itu sering share masalah-masalah lainnya tentang kehidupan dan masalah lainnya, Nathan pun selalu jujur dan terbuka pada pria itu.
Di dalam kantor Nathan duduk di ruangannya. Ia kembali memikirkan apa yang barusan diucapkan oleh Alvin. “Mungkin memang benar apa yang diucapkan oleh Alvin. Jadi sebaiknya nanti malam aku akan mencobanya lagi.” Nathan berdiri dan menatap kosong keluar jendela.
Malam hari di rumah.
Nathan dan Risty berada di kamar tidur. Suasana tampak canggung setelah kejadian semalam saat mereka duduk di tempat tidur.
Nathan yang dingin mencoba membelai Risty dan wanita itu terlihat senang sekali.
Risty pun memberanikan diri untuk membuka baju Nathan seperti malam sebelumnya. Ia pun segera menarik pria itu ke atas tubuhnya setelah tak ada pakaian yang menempel sama sekali di tubuhnya.
Hal yang sama seperti semalam kembali terulang lagi. Sudah tiga puluh menit lebih Nathan berusaha namun tetap tak bisa melakukannya.
“Maaf.” Seketika pria itu segera turun dari tempat tidur dan mengenakan kembali pakaiannya.
Ia pun keluar kamar dan meninggalkan Risty begitu saja.
“Nathan, apa aku kurang menarik bagimu ?” Risty menatap pintu yang tertutup dengan sedih sambil menutupi tubuhnya dengan selimut putih yang ada di sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!