NovelToon NovelToon

Menculik Calon Istri Orang

Bab 1# Rencana Penyulikan

Jam dua belas malam, Petir yang baru datang dari study S3-nya di luar Negeri, pulang pulang diserang perasaan galau merana tingkat dewa dewi dan tingkat langit ke tujuh.

Pasalnya, esok hari akan terjadi pernikahan di gedung yang sedang ditatapnya sengit saat ini. Cewek yang sering dijahilinya, dilindunginya, disayangnya, dan dilove love-nya pull, yang akan menikah. Ngenas ya? Ia pulang mendadak, karena mendapat kabar terburuk itu. Satu hal fakta dari Petir, kalau cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Double ngenes.

Apa sih kurangnya dia di mata si Vay atau sering disapa manja olehnya dengan sebutan 'Neng Bule'? Tampannya? Oke! Isi dompet pun, oke punya, secara ia adalah keturunan anak pengusaha. Cocoklah dirinya itu bersanding dengan Vay - cucu pebisnis ulung seantero kotanya.

"Berapa jiwa yang akan mati kalau gedung gue pasangin bom!" Petir yang bersandar di body mobilnya kini, bertanya prustasi pada delapan sahabatnya yang ikut berpaduan menemani dirinya yang sedang menderita hati. Hiiikkss... Petir mau pernikahan Vay dan Abian itu gagal. Titik!

Pletaaak ... Petir terkejut. Memanyunkan bibirnya setelah ditabok berjamaah oleh delapan sahabat-sahabatnya yang sudah terjalin sedari orok.

Tatapan sengitnya saat ini menghardik delapan kepala itu. Dan di balas tak kalah buasnya dari para the Kurcil, nama klannya tapi sudah bubar sejak lama. Kalian mau tau nama-nama para sahabat setianya? Mari, Petir absen satu persatu dari yang paling tua, ada; Topan, Pelangi, Badai, nama tersebut saudara kembar tiga. Lanjut Guruh dan Purnama, adik kakak yang kompak. Si Twins, yakni Bhumi dan Angkasa-adik dari si kembar tiga. Dan terakhir ada Lautan, adiknya sendiri. Bagaimana nama namanya? Keren kan?

Vay pun adalah termasuk the Kurcil. Tapi semenjak bubar, mereka semua pada sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Termasuk dirinya yang sedang sibuk menggapai gelar Doktor atau S3 di salah satu universitas Inggris.

"Gue yang lagi ngenes loh. Harusnya mata gue yang paling seram," cibir Petir mendramatis hidupnya yang akan jadi jodi-jomblo ditinggal mati eh salah salah! Maksudnya, Jomblo ditinggal merried.

"Lagian, lo sekate - kate mau ngeboom tuh bangunan. Orang tua kita semuanya ikut hadir di pestanya Vay, Dodol! Lo mau hah, ngadain tahlilan berjamaah?"

Petir nyengir nyengir kecut mendengar hal tersebut dari bibir cerewet Purnama. Terus terus, mendengar nama wanita yang sebentar lagi akan jadi pengantin pria lain, mendadak hatinya sakit tapi tidak berdarah.

"Gue mau cakar cakar tembok, rasanya... " Huwaammpp ... Mulut yang kejer lebay, dibungkam sepotong coklat oleh Purnama. Dengan santai, ia mengunyahnya namun masih ber_air muka sedih.

"Siapa suruh lu sibuk ngisi otak lu dengan akedemik? Vay putus dari Cole eh kesempatan buat Abian nikun. Otw nikah lah mereka."

Lautan, adik laknatnya itu mengatai ngatai terus.

Bukan hanya adiknya, semua sahabatnya pun menyalahkannya. Dasar sobat bahlul.

"Iya iya, gue salah." Hah.. Petir mendesa* kasar. Beringsut naik ke cup mobilnya. Duduk bersilang dengan dagu ia topang.

Pergerakan menyedihkan itu, tak luput dari delapan mata sang sahabat. Petir lanjut berkata meminta solusi, "Gue harus gimana dong? Yaaa ALLAH ... Dosa nggak sih kalau gue pakai pelet?!" Ujung ujungnya, ia berdoa prustasi.

Hahahaha...

Eh, sianying ... ia malah dikatawain rame rame.

"Beri solusi, woiii!" Petir meneriaki semuanya. Pelangi dan Purnama, masih ketawa ketiwi. Orang lagi sedih juga. Ahhh... "Diam lo, Pe, Ama! Gue cipo*, mau?" ancamnya sewot.

Plaaataakk... Dua tangan kasar kompak menggeplak bahu kiri dan kanannya. Topan dan Guruh pelakunya. Kagak terima mereka, adik adik cantiknya akan dicipo* olehnya.

"Cipo* pakai ini?" kata Guruh menaruh tinjunya ke udara. Sedang Topan hanya menatapnya sinis.

Petir memutar mata malas. Lalu kembali ke tampang sedihnya. "Beri gue solusi dong! Pleaseeeee...!" pintanya lagi.

"Pasrah saja!"

"Nyari cewek lain, banyak kok Neng Bule Neng Bule lainnya di luar Negeri kan bertebaran. Comot satu sebagai pelipur lara!"

"Pergi aja lagi, study terus."

"Nanti gue comblangin sama kucing gue."

Dan blalalaaaa ... kagak ada yang etis solusi dari para sahabatnya, membuat ia semakin galau dan kepala semakin mumet. Kagak bisa ngebayangin tubuh orang yang didambanya akan di sentuh oleh cowok lain. Grrrrwww... Semoga Abian mati kejang kejang ayan mendadak ya Allah... kabulkan ya?

"Elaahh... Lu kayak orang bego aja sih, Tir!" Suasana hening saat Topan yang orangnya paling datar dan dingin sikapnya, ikut bersuara yang sedari tadi hanya diam tapi mencermati. "Kalau lo nggak mau nunggu jandanya Vay yang kita kita nggak tau ini akan jadi jandanya di umur masih muda atau sudah keriput? maka lo culik dia."

"WHAAATTT, CULIKKK?" Bukan Petir doang yang menjerit demikian, semuanya berpaduan suara.

"Ide lo oke sih, Sob. Tapi ngeri juga! Bayangin deh kalau Opa Eldath si cucu mantan mafia nguber gue atau neror keluarga gue karena jalan pintas ini! Duhhh ... serem uihhh...! Terus terus, kalau Vay - nya makin benci sama gue, gimana coba? Auto sama gagal juga!"

"Ihh, bego kok dipelihara. Nih dengar ya, lo itu nggak usah takut sama Opa Eldath, Oma Yola dan Opa Kemal. Meski doi - doi orang terkenal bengis, tapi kan itu dulu, sewaktu mudanya. Lah... Sekarang, Opa Opa dan Oma Vay itu sudah tuir, jalan saja uda bungkuk bungkuk pakai bantuan kruk. So... Apa yang lo takuti, eum?" Badai ikut setuju dengan ide kriminal Topan, atau bisa dibilang ide pecundang. Hanya itu yang bisa dilakukan saat waktu pernikahan tinggal besok. Mau memperjuangkan secara gantel ya percuma juga, Petir sudah pernah mati matian berperilaku lembut dan berujung mendapat penolakan yang membuat hati Petir menangis.

Petir diam berpikir. Sejurus berkata," Tapi kan ada Om Nata, Nyuk! Bagaimana kalau Ayahnya Vay itu ngamuk? "

Lautan menepuk jidatnya, konyol. "Karena lo rentang galau, jadi otak lu yang calon S3 itu, ngebul doang. Begonya terbego bego."

Boleh nyekik adik sendiri nggak sih? Dasar kurang ajar. Tapi hikss.. Benar juga nyinyiran si adik, ia memang lagi buntu segala galanya karena akan ditinggal nikah sama perempuan yang selalu menolak cintanya itu.

"Orang tua Vay ngamuk juga, lo nya uda ngebawa kabur tuh anaknya. Kagak ada di tempat! Sabodoh aja beliau mau ngamuk atau ngeruntuhin pilar pilar juga. Terpenting kan, lo nggak dengar. Biar jadi urusan kami kalau yang itu. Tinggal lo perjuangin deh tuh hati Vay di dalam pelarian kalian." Sambung Lautan memberi solusi tepat di kuping Petir.

Semuanya juga manggut manggut. Membuat Petir diam berpikir keras.

" Daripada ada kata kata puitis yang bodoh banget seperti 'Kutunggu jandamu' fixed... Ide menculik calon bini orang lah yang paling tepat." setuju Petir seraya tersenyum setan. Semangat membara tertanam untuk membuat Vay terlove love padanya.

Cinta oh cinta...! Kata sederhana itu sanggup membuat orang bertingkah diluar nalar.

"Bhumi, Angkasa, tolong besok sediakan helikopter ya. Taruh di atas rooftoop gedung." Petir menunjuk gedung di depannya.

"Rebes itu pokoknya!" sahut si Twins kompak.

"Lo lo pada juga bantuin gue. Dan paling penting bantuan kalian, cewek cewek cantik." Petir menunjuk Pelangi dan Purnama.

"Apa yang kami harus lakukan?" tanya Pelangi mewakili Purnama juga.

"Lo harus nyampurin sesuatu ke minuman Vay." Senyum licik tersemat di bibir Petir.

"Beres itu mah. Kami dukung lo, karena kami percaya lo itu sanggup ngebahagiain Vay. Kami juga sebenarnya kagak suka sama pilihan Vay. Secara, si kunyuk Abian itu orang busuk. Vay-nya saja yang bego!" cericos Purnama. Ia sedikit tahu kepribadian calon suami Vay dari para teman teman lainnya. Ia juga sudah pernah memperingati Vay, tetapi hanya dianggap angin kosong saja. Cinta buta memang menggelapkan pikiran jernih. Purnama sendiri takut jatuh cinta.

" Tapi pertanyaan gue. Lo-nya akan kabur kemana?" kata Guruh penasaran.

"Iya, iya, kemana?" Antusias Bhumi ingin tahu.

"Jangan bilang akan ngebawa Vay kabur dan berujung bersembunyi dikolong ranjang apartemen lo doang!" sambung Angkasa, ejek.

Petir memainkan kedua alisnya seraya tersenyum setan. Lalu menjawab santai, "Intinya, bukan ke kota kota yang jaringannya mudah tergapai oleh keluarga Vay. Gue akan ngebawa Vay ke tempat yang terpencil tapi indah-indah menggunakan helikopter. Sesuai ide Lautan tadi, gue akan berusaha sebisa mungkin ngambil hati Vay. Gagal atau tidaknya, kita lihat saja nanti. Kalau pun gagal, setidaknya gue uda usaha. Doa-in cinta gue tersambut ya, Sob!"

Dan sembilan anak-anak pengusaha tersebut, lanjut membagi bagi plan yang akan berlangsung besok untuk menggagalkan hari pernikahan Vay. Kalau pun harus menikah, maka Vay hanya boleh menikah dengan Petir. Titik no pakai takdir koma. Seribu cara akan Petir lakukan demi cinta sejatinya.

"Neng Bule, Sayang... Abang dataaaang!"

Ngiuuung... Ngiuuung... Hap...

Mulut Petir yang terbuka lebar, tidak sengaja dimasuki serangga.

"Puaaahh... Gila, nyamuk rasa mochi!" Petir meludah ludah. Lautan yang berada di sebelah kiri, hampir saja mendapat gerimisnya.

"Jorok, gilaaa..." Oceh adiknya itu. Lalu ke delapan orang di depannya, pada bubar.

"Woiii.. Lu lu pada nggak ada yang mau ngehibur gue? Nanti kalau gue bunuh diri, bagaimana coba?"

"Yaa... Mati bin ketemu neraka!"

Salah satu sahabatnya itu menjawab enteng.

Bab 2# Usaha Pelarian

Hari pernikahan pun tiba. Para sahabat Petir sudah berada di posisi masing-masing sesuai tugas dari plan menculik calon istri orang.

Petir sendiri sudah siap. Berkostum pelayan catering yang memakai kemeja putih dipadu dengan dasi kupu kupu dan celana bahan berwarna hitam. Di tangannya memegang troli khusus makanan yang ditutupi kain putih.

"Semoga nggak gagal!" katanya berdoa seraya berdiri gusar di depan kamar hotel yang menjadi kamar rias Vay.

Di dalam sana, Purnama dan Pelangi sedang kode mata seraya memperhatikan Vay dari pantulan cermin yang saat ini sedang dirias oleh tiga MUA profesional.

"Bagaimana pun caranya, Tante Ibel harus pergi dari sini, Pe," bisik Purnama sembari melirik ke Bunda Vay yang sedang menatap haru anak satu satunya akan menikah hari ini.

"Serahkan padaku!" Pelangi balas berbisik. Sejurus beringsut pelan ke sisi Ibel yang duduk di sofa.

"Kok Tante nangis?" tanya Pelangi basa basi.

"Ini nangis haru, Pe. Lihatlah Vay, dia sudah mau menikah. Meninggalkan Tante untuk bersama suaminya." Ibell tersenyum seraya menghapus air matanya yang kian menggenang di pelepuk mata.

"Eum..." Pe menjawab dengan anggukan kepala. Dalam batinnya terus komat kamit tidak enak hati yang akan melakukan penggagalan acara. Tapi bagaimana lagi, ia tetap harus melakukannya demi cinta besar Petir. "Tan, Pe ke sini karena Oma Yola menyuruh Tante ke Ballroom," bohong Pelangi.

Ibel tanpa curiga main mempercayai Pelangi. Meminta ijin ke Vay, lalu keluar dari kamar.

"Itu dia..." Waktunya Petir beraksi yang menyamar menjadi pelayan. And here we go... Praangg... Petir yang sedang berjalan di lorong hotel, dengan sengaja menyenggol Ibell saat berpapasan. Alhasil, gelas berisi minuman berwarna mengotori gaun mahal Ibell.

" Maaf, maaf, Nyonya! Saya tidak sengaja..." kata Petir dengan suara penyamaran sempurna. Masker yang menutupi wajahnya serta rambut palsunya tidak membuat Ibell mengenalinya.

"Hem... Lupakan saja. Mungkin salah ku juga yang berjalan sambil memainkan hp." kata Ibell bersabar. Sejurus berlalu pergi ke kamar hotel miliknya untuk mengganti gaunnya. Tidak jadi ke Ballroom.

"Yes..." sorak Petir pelan.

Plan selanjutnya hanya menunggu keberhasilan dua cewek cewek di dalam sana.

Di dalam kamar, Vay sudah di sulap cantik dari jemari jemari ahli MUA. Tiga penjual jasa tersebut, akhirnya minta ijin meninggalkan tempat.

"Wow... Amazing!" puji Purnama akan penampilan Vay. Calon pengantin itu tersenyum.

"Kita selfi..." ajak Pelangi riang.

Cekrek... Cekrek... Cekrek...

Beberapa kali dengan gaya kocak mereka, terekam abadi di ponsel Pelangi.

'Calon bini orang cantik beuutttt...' Send.. Lalu beberapa gambar, ia kirim ke handphone Petir.

Pria itu tersenyum. Lalu bergumam, "Vay milik ku. Bukan Abian ataupun orang lain."

"Vay, lo bahagia nggak akan pernikahan lo ini?" tanya Purnama tiba tiba membuat Vay terdiam, seperti salah tingkah.

"Bahagia? Tentu saja, lo nanya aneh aneh!"

"Tapi sirat mata lo nggak bahagia. Ayo jujur sama kita."

"Apaan sih lo, Ama. Gue bahagia nikah sama Abian. Titik!"

"Bagaimana dengan cinta Petir yang lo abaikan?!" Purnama terus mencerca gemas.

"Jangan sebut nama dia. Bukannya sahabat kita itu sudah bahagia di Inggris?" Ada kilatan kecewa di binar Vay yang di tangkap oleh Pelangi dan Purnama. Atau mereka yang salah tanggap? Entahlah...

"Ayolah, Guys. Ini bukan saatnya berdebat. Bagaimana kalau kita merayakan kebahagiaan mu dengan cheers bersama. Anggaplah ini wine ya..." Pelangi menengahi keduanya. Ia pun beringsut ke arah meja, mengambil baki yang sudah ada tiga gelas berisi jus orange. "Satu buat Ama, satu buat calon pengantin dan ini buat gue." Pe membagi baginya. Gelas buat Vay tentu saja minuman bercampur istimewa.

"Cheeeeers..."

Dan tiga wanita itu saling membenturkan gelas. Meminumnya secara kompak. Pelangi dan Purnama saling pandang dengan senyum smirk licik mereka.

"Btw, lo dan Abian bulan madu ke mana?" tanya Purnama dengan alis naik turun menggoda.

"Impian ku ke Prancis. Tapi Abian menginginkan tempat lain."

"Di mana?"

Vay tidak menjawab langsung Pelangi lagi. Kepalanya tiba tiba pusing. Obat mancur itymu memang reaksi nya cepat. Sempat melirik dua sahabatnya yang sedang tersenyum padanya. Apa mereka...?

"Maaf, Vay..." bisik Purnama padanya. Ia masih mendengarnya, sejurus bughh... Pingsan dan oleng ke belakang yang memang mereka bertiga duduk di tepi kasur.

"Ayo cepat! Lepas baju pengantinnya!" Seru Pelangi. Satu persatu aksesoris pengantin terlepas yang menempel di tubuh Vay. Dan dengan cepat, Pe dan Purnama bekerja sama menyalini baju ganti untuk Vay kenakan.

"Lalu?" tanya Purnama lupa apa yang harus di lakukan selanjutnya.

"Ish, bego lo. Lalu lo pakai tuh baju pengantinnya. Lo yang harus berpura pura pengantin sementara."

"Ini gila sih. Tetapi seru juga... Hahah..." Si somplak Purnama malah tertawa. Ia tidak berpikir panjang kalau kelakuan mereka akan menimbulkan bencana. Bisa saja untuk Purnama sendiri.

"Lo cepat pakai. Gue keluar panggil Petir."

"Beres...!" sahut Purnama seraya memaksa baju pengantin yang sedikit sesak untuk tubuhnya yang bohai mantul. "Ya ampun, kok pinggangnya mau mencekik usus-usus seksi gue di dalam ya. Jangan keriting ya, Sus. Ini bukan salah gue. Lagian, kok kecil banget sih baju lo, Neng Bule. Pokoknya, kalau lo dan Petir uda sama sama bucin. Jangan lupa handiah segunung buat gue."

Dumelan Purnama terganggu akan kedatangan Petir dan Pelangi.

"Kalian memang bisa di andalkan," puji Petir seraya menatap wajah wanita yang sudah membuat nya gila.

"Jangan banyak bacot. Buruan bawa Vay pergi." Seru Purnama yang masih kesal karena baju sesak Vay. Petir jelas menurut manis. Dengan cekatan, ia meraup tubuh Vay dan menaruhnya di rak kedua troli khusus catering. Lalu menutupnya alat dorong itu dengan kain lebar berwarna putih bersih. Sempurna!

"Gue ke rooftoop ya! Ama, jangan sampai ketahuan penyamaran lo sebelum helikopter gue uda jauh. Mengerti, Sayang?"

"Sayang sayang bibir lu monyong!"

"Hahahaha..." Petir tertawa girang mendengar kejudesan Purnama. Puas kerjaan dua sahabatnya, ia pun meninggalkan Purnama yang sedang di rias ala kadarnya oleh jemari lincah Pelangi. Cadar adalah hal utama yang harus ia kenakan ke wajah Purnama, biar aman sentosa.

Saat sedang menunggu lift, ting... Pintu itu terbuka mengejutkan Petir. Ternyata, ada dua keluarga Vay yang hendak keluar dari sana. Orang itu adalah Nata-Ayah Vay. Dan satunya adalah Oma Yola-si mantan Wildflower tetapi saat ini mungkin julukannya bunga layu kruk, karena memang sudah bungkuk bungkuk yang memakai tongkat kruk untuk membantunya berjalan.

"Mas, kain saji mu jatuh."

Aaarggh... Petir menjerit dalam hati. Cepat cepat ia menunduk di kala Nata pun ingin menunduk di sebelah troli. Bisa gahwaaat kalau ayah itu menemukan anak nya yang ia sembunyikan.

Bab 3# Salah Nama

"Bang Nata ... Mama ... kok kalian di sini?!"

Selamaaaattt...!

Petir bernafas lega. Kedatangan Ibell menghentikan Nata menunduk di sebelah troli yang saat ini ujung tangan Vay malah keluar.

Cepat cepat Petir membenarkan kain putih dan slip... menyelipkan tangan lemas Vay tanpa sepengetahuan tiga orang di belakangnya.

"Pernikahan akan di mulai, Sayang. Kami mau menjemput Vay."

"Tapi, yang mau Om jemput adalah Purnama." Petir menjawab dalam hati sembari mendorong troli masuk ke lift. Lalu segera menekan tombol lift agar cepat tertutup.

"Yeeeessss!" sorak Petir sudah merasa aman.

"Maaf ya, Vay. Gue tau ini salah. Lo tau kalau gue sangat mencintai lo, tapi lo selalu memandang gue sebelah mata," gumamnya menyadari sifat pecundangnya.

Ting ... Denting suara lift membuyarkan atensi Petir dari wajah jelita Vay. Segera, ia merapikan kain putih itu untuk menyembunyikan Vay kembali sebelum mendorong troli itu keluar.

Kedatangannya langsung di sambut oleh Lautan.

"Lo lama amat sih?"

"Gue hampir ketahuan sama Om Nata," cerita Petir seraya meraup tubuh tak berdaya Vay.

Lautan tidak lagi cerewet. Ia segera menyembunyikan troli di dekat emergency exit. Setelahnya, menyusul kakaknya yang sudah manaiki tangga menuju rooftoop.

Di depan sana, baling baling helikopter sudah berputar putar yang di kendalikan oleh Angkasa.

Bhumi yang tadinya berdiri di dekat helikopter, mendekat cepat seraya berucap, "Gue kira lo akan gagal, Tir. Lamaaaaa pakai bangetzzz!"

"Apa helikopter sudah aman di pakai?" Petir malah bertanya, mengabaikan Bhumi yang mendengus kesal padanya.

"Uda dong!" Angkasa yang menyahut diiringi gerakan jempolnya terangkat pertanda... Ok.

"Kalian memang terbaik!" puji Petir tersenyum bangga. Lalu dengan cepat memasukkan tubuh Vay ke kabin helikopter.

Twins dan Lautan yang baru bergabung, hanya menjadi penonton.

"Di ransel hitam uda gue siapin beberapa pakaian dan makanan ringan untuk kalian!" kata Bhumi mengingatkan.

"Kalian memang all in kalau bekerja. Thanks ya, Bro. Sini.... Gue cium kalian satu persatu."

Plaakkk...

"Najisss!" tabokan Angkasa sangat keras menghadiahi bibir Petir yang sebenarnya ia tahu kalau Petir hanya becanda. Ia juga becanda kok naboknya, tetapi sakitnya... nggak!

"Ish...!" desis Petir. Namun sejurus tersenyum cuek.

"Sono, buruan pergi! Good luck ya. Pokoknya, pulang pulang lo dan Vay sudah saling bucin. Dan bonusnya ponakan buat gue." ujar Lautan sembari menepuk pundak sang Kakak.

Petir tersenyum lebar. "Amin!" katanya semangat. "Gue pamit ya, Bro. Sampaikan salam maaf gue ke semuanya termasuk Topan dan Purnama lebih utama!"

Percayalah, kata maaf itu sangat ambigu.

Ketiganya tidak curiga.

Saat Petir berbalik, langkahnya kembali di tahan oleh Angkasa.

"Apa lagi?"

"Handphone lo jangan di bawah atau lo akan langsung ketangkap sama Om Nata. Lo nggak lupa kalau Om adalah hacker, kan?"

"Ah, lo benar." Petir merogoh saku celananya. Lalu memberikan benda pipih tersebut ke Angkasa.

Praaangg...

Lautan dan Bhumi tercengang melihat kelakuan Angkasa.

"Hais... Kok lo ngebanting hape gue?" Petir membeo ketus. Aksi Angkasa yang tidak ia sangka sangka sungguh sangat merugikan. Bahkan, bukan hanya di banting, Angkasa juga dengan semangat menginjak injak ponselnya.

"Lah... Ini itu namanya penghapusan jejak, Nyuk. Uda sana, jangan banyak protes! Takut Vay keburu bangun."

Benar juga! Lupakan hape mahal dan waktunya berjuang dalam kata sesungguhnya. Petir pun pergi membawa Vay menggunakan helikopter.

Sementara di dalam ballroom, Purnama sudah di buat dag dig dug berdebar debar cemas. Takut takut ia malah berujung di nikahkan bersama Abian. Jari jari ia remas yang sudah duduk di sebelah pengantin pria, hendak ijab qobul.

"Kita mulai!" kata orang yang berada di samping Abian yang tak lain adalah saksi.

Mampus ini mah, mampuuuuss! Purnama ingin sekali lari dari kursi empuk tetapi sangat panas terasa menghunus bokongnya.

"Dai, kok lampu masih menyala? Adek gue dalam bahaya, Bego!" Guruh mengerang tertahan lewat earphone. Ia saat ini bersama Topan di antara para keluarga dan tamu undangan.

Kegelisahan Purnama yang sedang menggerakkan duduknya kiri dan kanan secara pelan, di artikan Guruh adalah kode... 'Cepaaat matikan lampu.'

"Purnama duduknya seperti sedang ambeien, tau nggak?" imbuh Guruh lagi. Membuat Badai di seberang sana tersenyum geli.

"Di sini ada tiga anak buah Opa Eldath! Makanya gue belum beraksi. Nah... Belum apa apa, bodyguard Opa Kemal pun datang tiga orang. Gimana coba?" lapor Badai apa adanya.

"Lo akalin. Jangan seperti orang bodoh!" Topan ikut bersuara. Ia dan Guruh kebagian enak nya yang mentitah ini dan itu pada sahabat lainnya.

Fjfjdjejsjddd... Badai berkomat kamit tanpa mengeluarkan suara. Dua orang itu menyebalkan. "Masa gue adu jotos? Yang benar saja, ah. Gue nggak mau keluar keringat emas gue."

"Kalau adek gue di halalin sama Abian, kulit badak lo gue bikin kikil, mau?" ancam Guruh.

Badai mendengus. Bergeming seraya memikirkan cara halus untuk mengelabui enam orang di depannya. Sungguh, ia dan semuanya tidak memikirkan sebelumnya kalau penjagaan pernikahan Vay begitu ketat.

"Twins, kalian ada di mana? Kemari, bantu gue!" pinta Badai sembari menekan earphone di telinga kanannya.

"Otw...!" Jawab Bhumi. Angkasa hanya mengekor dengan tampang tengil-tengil santai nya.

"Purnama lama amat sih?" Di depan hotel yang tak jauh dari lobby utama, Lautan sudah stay bersama mobilnya. Ia bertugas melarikan Purnama. Sedang Pelangi sudah stay pun di tempatnya yang akan mengawal lari purnama. Mana tau di uber oleh para bodyguard - bodyguard yang bertebaran, ia akan menjadi penghalaunya.

Para sahabatnya itu tidak tau saja apa yang telah di rasakan Purnama. Rasanya, ia mau menggigit tangan Abian dan Pak Penghulu yang hendak berjabat, memulai ijab yang sudah mendapat ijin wali nikah dari Om Nata nya yang tak lain Ayah Vay.

PAPIIIII.... MAMIIIIII... TOLONG ANAK MU! Purnama menjerit jerit dalam hati seraya melirik ke arah keluarganya yang amat antusias menyaksikan ijab qobulnya.

"Eh, tapi kan nama yang akan di sebut adalah Adelle Anavay Abraham, bukan Purnama Batara. Jadi, nggak sah dong ijab qobul ini." batinnya menyadari hal tersebut. Jantungnya pun mulai tenang, rileks dan aman. Nggak usah kabur, biarkan suara ijab menggema, pikirnya demikian.

Alhamdulillah... Aman sentosa!

" Kalau uda di dalam kamar, baru deh buka kedok di depan Abian. Dia kaget lihat gue, eh serangan jantungan ... Metong deh. Ahhh... Pintar amat deh lu, Ama. Pengin ngebor deh. Asyikkk...!" Purnama tersenyum di balik rasa dag dig dug-nya. Ia sudah merasa aman.

Tapi... Saat ijab qobul tercuat dari pak Penghulu yang bunyinya seperti ini..." Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Abiandra Shakil Laksana bin Aditia Shakil dengan Adinda Purnama __"

Aiih mati...! Jantung Purnama lah yang mau copot dari tempatnya. Untungnya, Ayah Vay langsung menyela protes.

"Nama depan anak saya Adelle Anevay, Pak! Bukan Purnama."

"Ouh, baik, Pak. Mungkin ini hanya kesalahan mencatat tadi. Mari kita mulai lagi."

Inhale Exhale bin buang nafas tarik nafas. Semoga bukan namanya lagi.

Purnama tidak tahu aja, kalau Petir sudah mengganti nama Vay di catatan tersebut menggunakan namanya. Inilah kata 'maaf' ambigu yang di titipkan ke Twins dan Lautan untuknya. Dan untuk Topan, akan ada kejutan buatnya.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Abiandra Shakil Laksana bin Aditia Shakil dengan Adinda Adelle Anevay Batara bin Gema Batara__"

Eeehhh... Salah lagi!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!