NovelToon NovelToon

Selingkuh Menjadi Jalan Pintas

Bab 1

Plak.

Sebuah tamparan keras mengenai pipi Cika, seorang gadis yang baru saja melewati masa remajanya.

Cika memegangi pipinya yang kini terasa panas ulah tamparan yang dilayangkan oleh sang mama.

Sandra menatapi tangannya yang sudah menampar wajah putri kesayangannya, dia tak lagi sanggup menahan emosi saat mendengar ucapan putrinya yang begitu menyakitkan baginya.

"Tampar lagi, Ma! Tampar!" bentak Cika.

Buliran bening terus mengalir di pipinya, air matanya terus jatuh semakin deras membasahi wajah polosnya.

"Ci-cika, ma-maafkan mama," lirih Sandra memohon pada putrinya.

Dia kini menyesal apa yang sudah dilakukannya terhadap sang putri.

"Tampar aku, Ma!" bentak Cika lagi.

Dia benar-benar kecewa pada wanita yang sudah melahirkannya itu.

Sandra berusaha memeluk tubuhnya, tapi putrinya mengelak.

"Jangan sentuh aku, Ma. Jangan dekati aku, hiks," tangis Cika pun pecah.

"Huhu, hiks." Cika meluapkan rasa sesak yang dipendamnya.

Dia terus menangis sekeras-kerasnya di hadapan wanita yang sudah melahirkannya.

Hati gadis itu benar-benar hancur, dia malu dengan berbagai omongan para tetangga mengenai kelakuan mamanya.

Elcika Khairunnisa merupakan seorang gadis yang kini telah menginjak bangku kelas 3 SMA.

Dia merupakan seorang gadis yang cantik dan pintar, di sekolah dia merupakan siswi teladan dan selalu mendapatkan juara umum di setiap tahunnya.

Kecerdasan yang dimilikinya tak dapat membuatnya hidup bahagia, karena kehidupan keluarganya yang serba kekurangan.

Berbagai masalah hidup telah dihadapinya sejak dia baru duduk di bangku SMA, tapi masalah tak membuat dirinya menjadi seorang anak yang pemalas, dia terus mempertahankan prestasi yang selama ini sudah diraihnya.

Hari ini sepulang sekolah seorang wanita yang hampir seumuran dengan mamanya datang menghampirinya.

"Hei," teriak wanita itu padanya.

"Maaf, Tante. Apakah Tante berbicara dengan saya?" tanya Cika.

"Iya, sama kamu. Siapa lagi yang bisa saya aja bicara? Hah?" bentak si wanita kesal pada Cika.

Cika menautkan kedua alisnya, dia terlihat kebingungan melihat wanita yang baru saja ditemuinya langsung membentak dirinya.

"Maaf, Tante. Apa ada yang bisa saya bantu, Tante?" tanya Cika sopan pada wanita yang tiba-tiba datang langsung memarahinya.

"Iya, tolong katakan pada ibumu untuk jangan mengganggu suami orang!" bentak si wanita itu penuh amarah pada Cika.

Cika terdiam mendengar ucapan si wanita itu, seketika dia tahu apa alasan wanita di hadapannya langsung memarahi dirinya.

"Ma-maaf, Tante. A-aku tidak mengerti maksud, Tante," ujar Cika berusaha mengelak tuduhan yang dilontarkan si wanita itu.

"Kamu jangan pura-pura tidak tahu, semua orang juga sudah tahu apa yang sudah dilakukan oleh mamamu!" bentak si wanita lagi kesal.

Cika terdiam dia bingung harus berbuat apa.

"Maaf, Tante. Aku harus pulang," ujar Cika berusaha menghindari wanita yang diketahuinya adalah istri dari pria yang kini didekati oleh Mamanya.

Cika memilih menghindari wanita itu, dari pada berdebat dengannya karena beberapa teman Cika mulai memperhatikan dirinya dan wanita tersebut.

"Cika, bilangin dong sama mama kamu jangan ganggu rumah tangga orang," ujar salah satu teman Cika saat dia melintas di depan teman-temannya yang sedang antri membeli pop ice di sebuah warung.

"Iya, Cika. Bilang tuh sama mama kamu, kalau cari uang itu dengan cara halal," ujar teman Cika yang lain.

Cika merasa sangat malu mendengar ucapan teman-temannya. Dia melangkah lebih cepat lagi menuju sekolah adiknya yang tak jauh dari sekolahnya.

Buliran bening kini mulai membasahi pipinya yang mulus.

Cika tak sanggup menahan air matanya yang telah menumpuk di pelupuk matanya.

"Ada apa, Kak?" tanya seorang pria yang masih duduk di bangku SMP kelas 3.

Sandy menghampiri kakaknya yang terlihat dari jauh berjalan menuju sekolahnya.

Sandy merasa ada yang tidak beres terjadi pada kakaknya. Dia langsung melangkah mendekati gadis itu.

"Sandy," lirih Cika.

Cika pun menghapus air matanya yang sudah membasahi pipinya di sepanjang langkahnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Sandy mengkhawatirkan sang kakak.

"Mhm, tidak apa-apa," jawab Cika berbohong.

Cika tidak ingin Sandy tahu permasalahan yang baru saja dihadapinya.

Berita perselingkuhan mama Cika sudah terdengar di kalangan penduduk di tempat mereka tinggal.

Menurut kabar burungnya, mama Cika sudah berselingkuh dengan seorang pria yang tinggal di desa tetangga.

Berita itu sudah beredar sejak 3 bulan yang lalu, tapi Cika tidak menggubris berita tersebut. Dia membiarkan berita itu terus mengudara di kalangan penduduk desa, dia tetap memilih untuk bungkam.

Diam lebih baik dari pada dia ikut campur dalam urusan orang tua, dia berusaha fokus untuk tetap belajar.

"Kak, jangan bohongi aku," ujar Sandy.

"Enggak, Dek. Aku hanya kelilipan," ujar Cika menutupi masalahnya.

Cika yakin adiknya juga tahu dengan masalah yang kini terjadi di dalam rumahnya, tapi Cika tidak ingin Sandy ikut-ikutan dalam masalah ini.

"Ayo kita pulang, udah sore," ajak Cika pada adiknya.

Mereka pun pulang ke rumah dengan menggunakan sepeda motor yang dikendarai oleh Sandy.

Dua adik kakak itu selalu berangkat dan pulang sekolah bersamaan karena mereka hanya memiliki satu sepeda motor.

Di daerah tempat mereka tinggal tidak ada angkutan umum, semua anak sekolah di daerah tersebut selalu menggunakan sepeda motor pribadi atau berjalan kaki untuk sampai ke sekolah mereka.

15 menit perjalanan bersepeda motor, mereka sampai di rumah kontrakan mereka.

Sandy memarkir sepeda motor di depan rumah, mereka pun masuk ke dalam rumah.

Sandy langsung masuk ke dalam kamarnya, lalu mengganti pakaian sekolahnya.

"Kamu mau ke mana, San?" tanya Cika pada adiknya saat melihat adiknya keluar dari rumah.

"Keluar sebentar, Kak." Sandy keluar lalu menyalakan sepedanya motor lalu dia pergi

Saat itu juga Sandra baru saja pulang entah dari mana

"Mama dari mana?" tanya Cika pada mamanya.

"Bukan urusanmu!" jawab Sandra kesal saat tiba-tiba putrinya menanyai dari mana dia.

"Ma, apa sebenarnya yang Mama lakukan?" tanya Cika sudah tidak dapat lagi menahan diri.

Cika benar-benar malu dengan kelakuan mamanya.

Sandra yang hendak masuk ke dalam kamar, seketika menghentikan langkahnya.

Dia membalikkan tubuhnya lalu menatap tajam ke arah putrinya.

"Apa maksud dari pertanyaanmu?" tanya Sandra berusaha menahan emosi.

"Ma, hentikan apa yang sudah Mama lakukan! Aku malu dengan perbuatan kotor yang Mama lakukan!" ujar Cika meluapkan rasa sesak yang sejak tadi ditahannya.

"Cika! Jaga ucapanmu!" bentak Sandra.

"Aku tidak bisa diam lagi, Ma. Aku tidak sanggup menahan malu karena perbuatan kotor mama lakukan," ujar Cika.

Kata-kata wanita yang tadi menemuinya terngiang dengan jelas di telinganya.

"Kamu tidak tahu apa-apa, jadi lebih baik kamu diam!" bentak Sandra.

"Ma, berhentilah jadi pela**r!" ujar Cika dengan nada yang mulai tinggi.

Plak.

Sandra lepas kendali dia pun menampar wajah putrinya.

Bersambung...

Bab 2

Cika kini terduduk di lantai, dia melipat tangannya di atas lutut, semua sesak di dadanya tak tertahan lagi.

Dia terus menangis sejadi-jadinya, saat dia menangis, seorang pria masuk ke rumah kontrakan tersebut.

Pria yang terlihat masih kokoh di umurnya yang berkisar 40-an itu melihat putrinya yang kini menangis.

"Cika, apa yang terjadi?" tanya Herman pada putrinya.

Cika tidak menggubris pertanyaan papanya, dia masih saja menangis.

Tak berapa lama dia melihat istrinya baru saja keluar dari kamar, terlihat kini Sandra sudah berganti pakaian dengan daster rumahan.

"Apa yang telah terjadi?" tanya Herman pada istrinya.

Sandra menoleh sejenak pada suaminya, dia menatap kesal pada sang suami.

"Tanyakan saja langsung pada putrimu," jawab Sandra.

Bertahun-tahun Sandra hidup bersama Herman, dia sudah muak dengan suaminya itu.

Herman merupakan seorang pengangguran, dia tidak pandai mencari pekerjaan sehingga dia tidak sanggup membiayai kebutuhan istri dan dua anaknya.

Selama ini dia hanya membuka sebuah warung kopi di desanya, kehidupan mereka selama ini luntang lantung.

Herman menatap putrinya yang kini masih saja menangis tersedu-sedu.

"Cika, berhentilah kamu menangis! Pergilah beli sayur dan ikan asin, bersiaplah kamu untuk masak," perintah Sandra pada putrinya.

Dia menjatuhkan selembar uang sepulu ribu di lantai tepat di hadapan putrinya.

Cika teringat adik dan ayahnya yang akan makan malam nanti, akhirnya dia mengusap air matanya.

Dia mengambil uang tersebut lalu dia keluar rumah untuk membeli sayur dan ikan asin di warung.

Herman memandangi istrinya yang kini tengah membersihkan beras dan bersiap untuk memasak nasi.

Dia melangkah mendekati istrinya.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada Cika?" tanya Herman pada istrinya.

Herman tidak peduli apa yang sudah dilakukan oleh istrinya tapi dia tidak terima melihat putrinya menangis.

"Itu bukan urusanmu," jawab Sandra.

Dia sama sekali tidak ingin berbicara baik-baik pada pria yang sudah menjadi suaminya selama 20 tahun.

"Sandra!" bentak Herman pada istrinya.

Herman kini menatap tajam ke arah sang istri.

"Apa?" bentak Sandra balik.

Sandra juga membalas tatapan sang suami, sorotan matanya tak kalah tajam dari sang suami.

Herman menggelengkan kepalanya, melihat amarah istrinya dia hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Lalu dia duduk di kursi yang ada di dapur itu.

"Tak seharusnya kamu menyakiti Cika, putri kita itu masih belum mengerti masalah hidup yang kita hadapi saat ini," lirih Herman.

"Apa pun itu yang kamu lakukan di luar sana, aku tidak akan melarangmu, tapi jangan sekali-kali kamu menyakiti putriku," ujar Herman.

"Ya iyalah, kamu tidak melarang apa yang aku lakukan. Bukannya kamu tidak mau melarang tapi kamu tidak memiliki hak untuk melarang apa yang aku lakukan sekarang," ujar Sandra ketus.

"Terserah apa yang mau kamu katakan," ujar Herman.

Pria itu pun bangkit dari duduknya, setelah itu dia melangkah keluar dapur.

"Tidak ada gunanya aku berbicara denganmu," lirih Herman sembari meninggalkan dapur.

Sandra berdiam diri setelah meletakkan nasi ke dalam magic com. Dia memandangi langkah suaminya yang kini mengarah keluar rumah.

Sandra mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipinya, dia sudah tak sanggup lagi menampung beratnya beban hidup yang dijalaninya.

Drrrttt drrrttt drrrttt.

Terdengar ponsel Sandra berdering, dia pun langsung melangkah menuju kamar.

Dia melihat layar ponselnya, di sana tertera nama Ramzy. Sandra langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo, Sayang," ujar Ramzy pada Sandra setelah panggilan tersambung.

"Halo," lirih Sandra tak bersemangat seperti biasa.

"Hei, ada apa?" tanya Ramzy.

Ramzy mendengar suara Sandra yang tak bersemangat sedikitpun tak seperti biasanya.

"Mhm, tidak ada apa-apa," jawab Sandra masih lesu.

"Apakah kamu sudah sampai di rumah?" tanya Ramzy pada kekasih gelapnya.

"Iya, aku baru saja sampai di rumah," jawab Sandra.

"Ya sudah, Kalau begitu kamu istirahat dulu, ya," ujar Ramzy.

Ramzy tahu bahwa kekasih gelapnya itu sekarang sedang badmood. Dia memilih untuk memutuskan panggilan tersebut.

Ramzy merupakan seorang pedagang sukses, dia memiliki toko perabot yang maju, toko perabot itu merupakan toko terbesar yang ada di desanya.

Dia sudah memiliki seorang istri dan satu orang putri yang berumur 8 tahun.

Ramzy terkenal sebagai seorang pedagang sukses, toko perabotnya membuka lapangan pekerjaan bagi beberapa pemuda yang ada di desanya.

Dia memiliki 7 orang pekerja di tokonya, sehingga dia tidak perlu terjun langsung dalam menekuni usahanya tersebut.

Dia setiap hari datang ke tokonya untuk menghandle pekerjaan yang ada di sana.

Ramzy merupakan kekasih gelap Sandra, mereka berselingkuh dari pasangan mereka masing-masing.

Ramzy pria yang baru saja memasuki umur 40 tahun yang merupakan fase puber kedua bagi seorang pria merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh istrinya.

Istri Ramzy merupakan seorang ibu rumah tangga, yang pekerjaannya hanya mengurusi rumah dan anak.

Harta dan kekayaan yang dimiliki sang suami tak membuat istrinya berniat untuk berdandan atau merawat diri di hadapan sang suami.

Tiara selalu terlihat lusuh setiap harinya, setiap kali suaminya menginginkan dirinya, dia selalu tak bergairah untuk melayani sang suami, sehingga pada suatu hari Ramzy bertemu dengan Sandra.

Flash back on.

"San, ayo kita ikut acara reunian," ajak Rosa pada sahabatnya.

Rosa merupakan sahabat Sandra, dia seorang single parent. Suaminya meninggal dunia saat dia mengandung putri pertama mereka.

"Hah? Reunian?" tanya Sandra tak percaya sang sahabat mengajaknya untuk mengikuti acara reunian yang diadakan oleh alumni SMA 1 Kabupaten Solok.

"Iya, lagian kamu sudah lama tidak pernah gabung sama teman-teman," ajak Rosa.

"Mhm, ayolah ikut saja," ajak Rosa.

Rosa terus membujuk sahabatnya itu untuk ikut, hingga akhirnya Sandra tak bisa menolak ajakan sang sahabat.

"Tapi, Ros. Aku tidak punya uang untuk ikut," lirih Sandra ragu.

"Kamu tenang saja, tidak usah pikirkan uang," ujar Rosa.

Keesokan harinya, Sandra dan Rosa pun ikut bergabung dalam acara reunian tersebut.

Mereka mengadakan reunian di sebuah rumah makan yang ada di kawasan Danau Singkarak.

Sebelum berangkat Rosa meminta Sandra untuk berdandan seperti yang biasa dilakukannya saat ada acara pesta di desanya.

"Kenapa harus dandan segala sih, Ros," tanya Sandra merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh sahabatnya.

"Ya, enggak apa-apa, sih. Masa iya nanti kamu ketemu teman-teman kita dengan penampilan lusuh," ujar Rosa pada sahabatnya.

"Ayo, kita ke sana mereka sudah pada kumpul di sana." Rosa menarik tangan sahabatnya lalu membawanya ikut bergabung dengan teman-teman SMA nya dulu.

Saat itu semua teman-teman Sandra menatap kagum pada Sandra yang berdandan natural, tanpa berlebihan.

Aura kecantikan yang dipancarkan oleh Sandra tak pernah pudar hingga waktu telah memakan usia mereka.

20 tahun mereka tak berjumpa, kecantikan Sandra masih utuh seperti dia masih duduk di bangku SMA.

Seorang pria menatap kagum pada aura kecantikan Sandra, lalu dia melangkah menghampirinya.

"Hai," sapa si pria.

Bersambung...

Bab 3

Sandra menoleh ke arah pria yang kini menyapanya.

"Ra-Ram-zy?" Sandra tak percaya bisa bertemu dengan mantan kekasihnya waktu SMA.

Pria itu terlihat semakin tampan dan berwibawa dengan style pakaian mahal yang dikenakannya.

Ramzy tersenyum, dia masih teringat dengan pria yang duku sempat menjadi kekasihnya sewaktu SMA meskipun hanya beberapa bulan.

Saat itu Sandra memilih putus dari Ramzy karena dia ingin fokus belajar tidak ada gangguan dari hal lain.

"Ternyata kamu masih ingat denganku," ujar Ramzy mengulurkan tangannya di hadapan Sandra.

Sandra tersenyum, dia teringat masa-masa mereka pacaran.

"Hai, masih. Kamu kan ketua OSIS, siapa sih yang bisa lupakan kamu," ujar Sandra tersenyum.

"Mhm, kamu bisa saja," ujar Ramzy.

"Hei, Ram, kamu sehat?" tanya Rosa ikut menyapa Ramzy.

"Alhamdulillah, sehat. Kalian semakin cantik sekarang ya," ujar Ramzy berbasa-basi.

Sejujurnya dia ingin sekali memuji Sandra secara langsung, tapi dia masih merasa canggung.

Mereka sudah menyewa beberapa tempat di rumah makan tersebut, sehingga mereka bebas berada dan melakukan apa saja di rumah makan itu.

Satu per satu teman Sandra mulai datang sehingga rumah makan itu mulai ramai dan heboh dengan obrolan serta teriakan histeris mereka yang tengah meluapkan rasa rindu setelah beberapa tahun tak bertemu.

Hampir 60 orang yang datang dalam acara itu. Setelah dirasa semua yang berencana hadir sudah berada di dalam rumah makan itu mereka pun dipersilakan duduk di kursi yang telah tersedia.

Saat semua orang sudah duduk, Rossa berdiri lalu berdehem.

"Ehem."

Deheman wanita itu mengalihkan perhatian semua anggota reunian yang ikut ke dalam acara tersebut.

"Teman-teman berhubung semua orang sudah datang, kita langsung mulai acara kita, ya," seru Rosa.

Rosa melebarkan senyuman indahnya pada semua orang yang ada di sana.

"Mhm, baiklah kalau begitu kita langsung saja meminta ketua panitia acara reunian ini untuk menyampaikan sepatah dua patah kata kepada kita semua," ujar Rosa.

"Kepada yang bersangkutan kami persilakan," seru Rosa lagi.

Tak berapa lama setelah itu Ramzy berdiri lalu melemparkan senyuman indahnya kepada seluruh teman-teman anggota reunian hari ini yang ada di rumah makan pinggir danau Singkarak.

Seketika jantung Sandra berdetak dengan kencang saat melihat Ramzy berdiri di depan menyampaikan sepatah atau dua patah kata kepada teman-temannya yang sudah hadir.

Dia merasakan rasa yang dulu pernah ada terhadap pria yang kini sedang berbicara di hadapan mereka.

Setelah Ramzy selesai berbicara semua alumni peserta reunian tersebut pun menikmati hidangan makan siang yang sudah terhidang di atas meja.

Mereka menyantap makanan sambil bercerita, banyak cerita yang tersimpan di diri mereka masing-masing.

Kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka karena dapat lagi bertemu dengan teman-teman yang sudah bertahun-tahun tidak berjumpa.

Setelah mereka menyantap menu hidangan makan siang yang ada di rumah makan tersebut, mereka pun keluar dari rumah makan menikmati angin yang berhembus menerpa wajah mereka.

"San," panggil Ramzy pada Sandra yang kini tengah duduk di sebuah tempat duduk panjang yang terdapat di sana.

Ramzy melangkah menghampiri Sandra yang kini tersenyum kepadanya sambil melambaikan tangan.

"Ada apa?" tanya Sandra kepada Ramzi saat pria itu sudah berada tepat di sampingnya.

Ramzy ikut duduk di sebuah bangku panjang yang kini menghadap ke arah danau.

Mereka menatap jauh ke pemandangan indah yang kini ada di hadapan mereka.

"Wah, pemandangan di sini benar-benar sangat menyejukkan hati," seru Sandra bahagia.

Dengan menikmati keindahan pemandangan yang ada di hadapannya saat ini, Sandra dapat melupakan sejenak masalah-masalah yang dihadapinya dalam rumah tangganya.

Ramzy tersenyum melihat ekspresi Sandra yang seolah-olah dia saat ini tengah menjatuhkan beban berat yang ada di pundaknya.

Pria itu dapat melihat beratnya kehidupan yang kini tengah dijalani oleh wanita yang dulu pernah masuk ke dalam hatinya.

"Bagaimana keadaanmu saat 8?" tanya Ramzy pada Sandra.

"Hah? Ba-baik," jawab Sandra pada Ramzy.

"Benarkah? aku merasakan saat ini kamu tengah menghadapi masalah yang begitu sulit dalam hidupmu," ujar Ramzy berusaha menerka jalan kehidupan yang kini tengah dilewati oleh Sandra.

Sandra menoleh ke arah Ramzy, dia tidak menyangka pria itu akan berkata seperti itu kepadanya.

"Apa yang baru saja kamu katakan?" tanya Sandra.

"Mhm, aku hanya melihat di sorotan matamu saat ini kamu tengah memiliki masalah hidup," ujar Ramzy.

Ramzy menatap dalam ke arah Sandra.

"Jika memang saat ini kamu tengah menghadapi masalah hidup, kamu boleh ceritakan apa yang ingin kamu ceritakan kepadaku," ujar Ramzy.

Pemuda itu menatap dalam wanita yang kini duduk di sampingnya. Dia berusaha meyakinkan kepada Sandra, bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang bisa membantunya dan menjadikan tempat berbagi cerita.

Entah apa yang merasuki diri Sandra dia pun menceritakan permasalahan hidup yang kini tengah dijalaninya kepada pria yang dulu pernah menjadi cinta monyetnya.

"Beginilah hidup yang saat ini aku jalani, berkali-kali Aku ingin bebas darinya tapi aku tidak ingin melihat anak-anak hancur karena perpisahan kedua orang tuanya. Saat ini mereka mulai beranjak dewasa, Aku tidak ingin merusak psikologi kedua buah hatiku, sehingga akhirnya aku memilih untuk tetap bertahan dengan pria yang tidak sanggup menafkahi diri kami," ujar Sandra telah menceritakan semuanya kepada Ramzy.

"Kalau saat ini apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Ramzy.

"Aku hanya ingin mencari pekerjaan yang bisa aku lakukan untuk menghidupi putra-putriku," tutur Sandra.

" Luar biasa, kamu bener-bener akan menjadi seorang wanita yang tangguh?" ujar Ramzy.

Sandra menundukkan kepalanya.

Tak berapa lama setelah itu acara reunian mereka pun selesai.

"Bagaimana kalau aku antarkan pulang?" ujar Ramzy menawarkan diri untuk mengantarkannya.

"Tapi, tadi aku ke sini bersama Rosa, jadi alangkah baiknya aku juga pulang bersama dia." Sandra menolak tawaran Ramzy secara halus.

"Kamu tenang saja, aku yang akan mengatakan pada Rosa bahwa kamu akan pulang bersamaku," ujar Ramzy.

Sandra masih diam tampak berpikir apa yang harus dilakukannya saat ini.

Hatinya kini tengah bimbang antara menolak dan menerima tawaran yang diberikan oleh teman dan adik.

Satu jam Setelah itu, Rambu membawa Sandra pulang ke rumah yang mana sebelumnya dia sudah memberitahu Rossa bahwa Sandra pulang bersamanya.

"San, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?" tanya Ramzy pada Sandra saat mobil milik pria itu terparkir di depan rumah kontrakan Sandra.

"Mhm, apa?" tanya Sandra pada Ramzy.

"Mhm, Aku berharap setelah ini kamu tidak boleh pergi bekerja ke kebun, tetaplah jaga wajahmu yang sangat cantik itu," ujar Ramzy

"Apa maksud kamu?" tanya Sandra.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!