NovelToon NovelToon

Menjadi Dia

1. Karena Benci

Siang itu, hari terlihat cerah dan terik matahari pun terasa menyengat kulit.

Anand duduk di atas motor sport nya dengan tangan yang mencengkram erat stang motor nya. Pemuda dengan rambut sebahu yang di kuncir itu nampak sedang menatap tajam ke arah Rio dan Rindy yang nampak berdiri disisi jalan yang berseberangan.

Dari balik helm full face yang dikenakan nya, nampak kilatan amarah di mata Anand saat melihat dua insan yang berdiri berseberangan itu saling melempar senyuman.Tiba-tiba, dengan kecepatan penuh Anand melajukan motornya. Ditengah teriknya matahari itu, tiba-tiba hujan turun bertepatan dengan...

Brumm.. Brakk!

"Rioooo!!!"pekik Rindy yang melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, Rio ditabrak oleh pengendara motor yang sangat dikenali Rindy, dia adalah Anand, suaminya sendiri. Tubuh Rio terpental beberapa meter dan mendarat dengan keras di pinggir aspal.

"Mampus!"umpat Anand yang baru saja menabrak Rio, namun sedetik kemudian Anand membelalakkan matanya saat tiba-tiba ada sebuah truk muncul di depannya.

Tiiiinnnn!! Brakk!

Tanpa bisa menghindari truk yang tiba-tiba muncul, Anand pun menabrak truk di depannya itu dengan laju motor yang sangat kencang. Dalam hujan panas di tengah teriknya matahari itu, tubuh Anand pun terpental.

Rindy berlari ditengah kacaunya lalu lintas karena kecelakaan dan hujan panas yang mengguyur bumi. Rindy menghampiri Rio yang tergeletak di pinggir aspal.

Rioo!!"pekik Rindy berlari menghampiri Rio dengan air mata yang bercampur dengan air hujan.

"Akkhh!" betapa terkejutnya Rindy saat berada satu meter di depan Rio malah melihat tubuh Anand yang baru saja bertabrakan dengan truk malah terpental dan jatuh tepat di sebelah Rio yang sudah bersimbah darah. Dan bertepatan dengan jatuhnya tubuh Anand di samping Rio...

"Duarr" tiba-tiba ditengah hujan panas itu, kilat dan petir menyambar secara bersamaan tepat di antara tubuh Rio dan Anand yang tergeletak bersebelahan di pinggir aspal.

"Akkhh!"pekik Rindy yang berdiri di depan Rio dan Anand. Petir yang menyambar bersamaan dengan kilat yang menyilaukan mata itu terasa memekakkan telinga hingga Rindy menutup telinganya dan memejamkan matanya. Jantungnya terasa akan meledak karena terkejut saat kilat dan petir menyambar di depan matanya dengan suara menggelegar yang rasanya hampir memecahkan gendang telinga nya.

Rindy berdiri kaku didepan dua pria yang mencintai nya, dua pria yang tergeletak bersebelahan. Wanita dengan rambut yang panjang nya mencapai pinggang itu terlihat sangat syok. Pertama Rindy syok karena Anand menabrak Rio, orang yang sampai saat ini masih dicintainya. Kedua syok karena tiba-tiba tubuh Anand jatuh tepat di samping tubuh Rio yang bersimbah darah. Ketiga syok karena kilat dan petir yang menyambar secara bersamaan tepat diantara tubuh Rio dan Anand. Dan mirisnya, semua kejadian itu terjadi tepat di depan matanya sendiri.

Ditengah hujan panas yang terus mengguyur bumi, Rindy terduduk di depan kedua pria yang mencintai nya dengan cara yang bertolak belakang itu. Tubuhnya terasa lemas tanpa tenaga dan seperti tak bertulang. Air matanya mengalir bercampur dengan air hujan yang membasahi tubuhnya. Darah dari kedua pria yang ada di depannya pun mengalir, bercampur dengan air hujan.

Tak lama kemudian ambulans pun membawa kedua pemuda itu ke rumah sakit. Duduk diam dengan kepala menunduk dan hati yang gelisah, Rindy menunggu di depan UGD, tak lama kemudian orang tua Anand pun datang.

"Apa yang terjadi pada Anand?"tanya Pramana, ayah mertua Rindy yang datang bersama istrinya.

"Anand menabrak seseorang, kemudian bertabrakan dengan truk," sahut Rindy dengan suara yang terdengar datar, masih menundukkan kepalanya. Masih jelas di ingatan Rindy saat Anand berusaha membunuh Rio, mantan kekasihnya, didepan matanya, hingga Anand bertabrakan dengan truk.

"Menabrak orang?"tanya Pramana nampak terkejut begitu pula dengan istri Pramana yang juga terlihat terkejut.

Anand dan Rio sama-sama tampan, tapi Anand bersikap arogan dan suka menindas orang lain dengan kekayaan yang dimilikinya. Sedangkan Rio adalah pemuda yang ramah dan tidak sombong sehingga banyak gadis yang lebih menyukai Rio dari pada Anand. Dan karena itu, Anand menganggap bawah Rio adalah saingannya dan sangat membencinya.

Kebencian Anand pun semakin menjadi saat mereka sama-sama mencintai Rindy, dan Rindy terang-terangan mengatakan tidak mencintai Anand tapi hanya mencintai Rio.

Rindy terpaksa putus dengan Rio karena orang tua Rindy memaksa Rindy untuk menikah dengan Anand. Hal itu membuat Rindy malah membenci Anand dan tidak bisa melupakan cintanya pada Rio. Dan Anand sendiri menjadi semakin membenci Rio karena walaupun Rindy sudah menjadi istrinya, tapi Anand tidak pernah bisa memiliki hati Rindy.

Kembali pada saat ini, sebelum Rindy sempat menjawab pertanyaan Pramana, pintu ruang UGD terbuka dan seorang dokter nampak keluar dari dalam ruangan itu, membuat Rindy dan kedua orang tua Anand pun langsung menghampiri dokter itu.

"Dengan keluarga pasien yang bernama Rio?"tanya dokter itu.

"Saya temannya, Dok,"jawab Rindy cepat, sedangkan orang tua Anand terlihat semakin cemas karena belum juga bisa mengetahui keadaan Anand, menatap ke arah UGD, tempat Anand ditangani dengan perasaan gelisah.

"Dimana keluarga nya?"tanya dokter itu lagi.

"Dia yatim piatu, dok,"jawab Rindy lagi.

"Kalau begitu saya akan menyampaikan pada anda. Kami sudah berusaha menyelamatkan teman anda, tapi Tuhan berkehendak lain. Rio tidak bisa kami selamatkan, dia sudah meninggal dunia,"ucap dokter itu membuat Rindy terhuyung dan hampir saja terjatuh jika tidak bersandar di dinding. Tanpa terasa butir-butir kristal menetes dari matanya, membasahi pipinya yang putih mulus.

"Rindy, bagaimana keadaan Rio,"tanya Putra yang baru saja datang karena dihubungi Rindy yang memberi kabar jika Rio mengalami kecelakaan. Wajah pemuda itu terlihat sangat cemas, apalagi saat melihat Rindy menangis.

Rindy menggeleng pelan,"Rio.. Rio.. dokter tidak bisa menyelamatkan Rio,"ucap Rindy lirih dengan air mata yang terus menetes. Tubuh Putra seketika terhuyung mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rindy. Kepalanya menggeleng pelan dengan mata yang berkaca-kaca. Rasanya Putra tidak percaya jika sahabatnya itu telah tiada,"I.. ini tidak benar, 'kan?"gumam Putra terlihat syok, namun mencoba menenangkan hatinya sendiri.

Tak lama kemudian seorang dokter kembali keluar dari ruangan itu. "Keluarga Anand Pramana,"ucap dokter itu.

"Kami orang tuanya, dok,"ucap Pramana seraya menghampiri dokter itu.

"Walaupun tadi sempat kritis, putra anda selamat. Kami akan terus memantau kondisinya,"ucap dokter itu.

"Syukurlah! Terimakasih, Dok!"ucap kedua orang tua Anand nampak lega.

"Anand juga mengalami kecelakaan?" tanya Putra pada Rindy dengan ekspresi terkejut, dan Rindy menjawabnya dengan anggukan pelan seraya menghapus air matanya,"Biar aku saja yang mengurus pemakaman Rio. Tidak enak jika kamu meninggalkan suamimu dalam keadaan seperti ini," ucap Putra pengertian.

"Terimakasih!"ucap Rindy tanpa mengatakan pada Putra jika sebenarnya Anand lah yang menabrak Rio, hingga akhirnya Rio meninggal.

Ingin rasanya Rindy mengantarkan Rio ke tempat peristirahatan terakhirnya. Namun sebagai seorang wanita yang sudah menikah dan sekarang suaminya baru saja melewati masa kritis, tidak pantas rasanya jika Rindy meninggalkan suaminya untuk ikut ke pemakaman mantan kekasihnya.

Rindy memang tidak mencintai Anand, dan bahkan sekarang sangat membenci Anand karena dengan mata kepalanya sendiri telah melihat Anand menabrak Rio sampai meninggal. Sangking bencinya Rindy pada Anand, beberapa saat lalu Rindy bahkan berdoa agar Anand mati dan Rio selamat. Namun Tuhan berkata lain, kenyataannya Anand lah yang selamat dan Rio yang meninggal.

Namun bagaimanapun juga, Anand tetaplah suaminya dan tidak pantas bagi Rindy, jika meninggalkan Anand dalam keadaan seperti ini.

.

...🌟"Rasa benci, membuat seseorang melakukan hal-hal buruk yang pada akhirnya berbalik pada dirinya sendiri."🌟...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

.

To be continued

2. Sadar

Saat ini Rindy sedang berada di ruangan tempat Anand dirawat,"Rindy, kami akan pulang dulu. Tolong jaga Anand!"ucap Pramana.

"Iya, pa,"sahut Rindy singkat.

"Nanti kami kesini lagi membawakan pakaian dan makanan untuk mu,"imbuh Silvy, istri Pramana.

"Iya, ma,"sahut Rindy lagi dan kedua orang tua Anand pun meninggalkan Rindy dan Anand di ruangan itu berdua.

Rindy nampak duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan itu. Ingin rasanya dia meninggalkan Anand yang belum sadar itu sendirian dan datang ke pemakaman Rio, mengantarkan pria yang dicintainya ke peristirahatan terakhirnya.

"Tuhan, kenapa tidak bedebah itu saja yang Engkau ambil nyawanya? Kenapa harus Rio? Orang yang sangat aku cintai, orang yang berhati baik dan selalu memikirkan orang lain. Kenapa bedebah yang brengseek dan semena-mena itu yang Engkau biarkan hidup?"gumam Rindy menatap Anand yang belum sadar dengan tatapan penuh kebencian.

Rindy merasa sangat sedih karena meninggalnya Rio, namun juga marah dan benci kepada Anand yang telah membuat pria yang dicintainya meninggal.

Karena merasa sangat benci dan muak melihat wajah Anand yang sudah membuat Rio meninggal, Rindy pun memilih keluar dari ruangan itu untuk mencari udara segar.

Beberapa saat setelah Rindy keluar dari ruangan itu, jemari tangan Anand pun nampak bergerak -gerak. Dalam keadaan mata yang tertutup, bola mata pria itu nampak bergerak ke kiri, kanan , atas dan bawah tidak beraturan. Terlihat sangat gelisah.

Dalam ingatan pria yang sedang terbaring dengan selang infus di tangannya itu....

"Rio, kamu mau kemana?"tanya Putra, sahabat baik Rio saat melihat Rio nampak bersiap-siap untuk pergi.

Rio memakai celana jeans dan kaos ketat yang menampakkan otot-otot ditubuhnya yang terlihat menggoda di mata wanita. Kemudian melapisinya dengan kemeja berlengan pendek yang sama sekali tidak dikancingkan. Penampilan nya pun dilengkapi dengan topi dan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung.

"Aku ingin ke warung mie ayam langganan ku,"ucap pria berwajah tampan itu seraya mengikat tali sepatu sneaker nya.

"Mie ayam yang dekat minimarket itu, ya? Aku mau dong, dibelikan. Bungkus, ya!" pinta Putra.

"Oke, ntar aku minta Mang Udin buat banyakin mutilasi nya,"ucap Rio seraya berdiri mengambil dompetnya.

"Mutilasi, bahasa Lo, bikin ngeri aja,"sahut Putra kemudian terkekeh.

"Kalau beli mie ayam tepat Mang Udin, terus bilang minta mutilasi nya yang banyak, pasti bakal dikasih ceker yang banyak. Kamu, 'kan suka makan ceker,"ujar Rio kemudian terkekeh.

"Halah.. kayak situ nggak suka aja,"cibir Putra.

"Ya suka,.dong! Asal mutilasi nya adalah kaki ayam, bukan kaki orang,"ujar Rio kembali terkekeh,"Aku cabut dulu!"lanjut Rio kemudian keluar dari rumah kontrakan yang ditinggalinya bersama Putra.

Rumah kontrakan sederhana yang terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur dan dapur yang berdekatan dengan kamar mandi.

Setelah tiga puluh menit menaiki kendaraan umum, akhirnya Rio turun dan berdiri di pinggir jalan yang berseberangan dengan tempat warung mie ayam langganan nya berada. Namun saat hendak menyeberang jalan, Rio melihat Rindy keluar dari warung mie ayam itu kemudian berdiri di depan warung mie ayam itu dan tepat berseberangan dengan Rio .

Tanpa sengaja, Rindy melihat Rio yang berdiri bersebrangan dengan nya dan sedang menatapnya. Rindy melempar senyum manis pada Rio dan Rio pun membalasnya dengan senyuman yang manis pula. Untuk beberapa lama mereka saling bertatapan dan tiba-tiba ditengah teriknya matahari itu hujan turun hingga...

Brum! Brakk!

Rio merasa tubuhnya terpental dan jatuh di pinggir aspal. Sepintas Rio bisa melihat siapa yang baru saja menabrak dirinya.

"Riooo!!" Rio mendengar suara Rindy yang berteriak memanggil namanya, kemudian melihat sesosok tubuh yang dikenalinya sebagai suami dari wanita yang dicintainya, sekaligus orang yang baru saja menabraknya, jatuh tepat di sebelahnya.

"Akkhh!" Rindy nampak terkejut saat melihat tubuh Anand yang terpental malah terjatuh di sebelah Rio yang sudah bersimbah darah

"Rioo!!"pekik Rindy dengan air mata yang bercampur dengan air hujan.

"Jika aku di beri kesempatan kedua, aku ingin menjadi suamimu, Rindy,"gumam Rio dalam hati saat melihat Rindy berada di depannya dengan wajah yang terlihat panik, khawatir dan sedih. Tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun lewat bibirnya. Tiba-tiba kilat dan petir menyambar secara bersamaan di antara tubuhnya dan tubuh Anand.

Bersamaan dengan suara kilat dan petir yang menyambar secara bersamaan itu, Rio melihat roh Anand keluar dari tubuhnya dan dibawa oleh kilatan cahaya. Setelah itu Rio merasa rohnya keluar dari tubuhnya sendiri dan merasakan ada kekuatan besar yang menghisapnya masuk kedalam tubuh Anand.

"Akkhh!"pekik Rio yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan infus di tangannya itu. Tidak menyadari jika saat ini rohnya telah berpindah ke dalam tubuh Anand. Mata Rio langsung terbuka dan nafasnya tersengal-sengal.

"Dimana aku? Apa yang terjadi?"gumam Rio dengan suara lemah seraya memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Pria itu memejamkan matanya menahan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya.

"Ceklek"terdengar suara pintu ruangan itu terbuka. Rio yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit itu pun perlahan membuka matanya. Pandangan matanya menangkap sesosok wanita yang sangat dicintainya.

"Rindy,"gumam Rio yang masih berbaring lemah di ranjang rumah sakit itu dengan suara lirih.

Rindy yang melihat Anand sudah sadar pun mendekati Anand,"Kau sudah sadar? Padahal aku berharap kamu mati dalam kecelakaan itu,"ucap Rindy dengan suara rendah dan penuh penekanan, dimatanya nampak kilatan amarah dan kebencian.

"Rindy, kenapa kamu berkata seperti ini?"tanya Rio lirih dan nampak terkejut.

"Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu sengaja, 'kan membunuh Rio?"tuduh Rindy dengan tatapan tajam seolah ingin mencabik-cabik tubuh pria di hadapannya itu dengan tatapan matanya.

"A.. apa maksud mu? Aku ini..."Rio tidak melanjutkan kata-katanya saat tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka.

"Anand! Kamu sudah sadar?"tanya Pramana membuat Rio mengernyitkan keningnya. Tiba-tiba ingatan Rio berputar seolah-olah dia adalah Anand. Ingatannya saat kejadian Anand menabrak Rio dan berakhir bertabrakan dengan truk dan terpental, jatuh disebelah Rio pun seolah bagai film yang diputar di memory nya.

Rio memejamkan matanya seraya meringis menahan rasa sakit, membuat Pramana panik dan berteriak memanggil dokter. Tak lama kemudian, seorang dokter dan perawat pun datang dan segera memeriksa Rio.

"Keadaannya sudah stabil, hanya masih lemas saja,"ucap dokter setelah selesai memeriksa Rio.

"Anand, apa yang kamu rasakan?"tanya Pramana nampak khawatir.

Rio tidak menjawab, sungguh dia merasa heran, kenapa pria paruh baya itu memanggilnya Anand. Dan anehnya, ada ingatan dalam otaknya yang seolah-olah dia adalah Anand. Sesaat kemudian Rio mengingat kejadian yang seperti mimpi baginya. Kejadian dimana saat kilat dan petir menyambar secara bersamaan.

Roh Anand keluar dari tubuhnya dan dibawa kilatan cahaya, kemudian tiba-tiba Rio merasa rohnya keluar dari tubuhnya sendiri dan merasakan ada kekuatan besar yang menghisapnya masuk kedalam tubuh Anand.

Mengingat hal itu, tiba-tiba jantung Rio pun berdetak kencang, dengan bibir yang bergetar, Rio pun berkata,"Dok, bolehkah saya meminjam cermin?"

Dokter itu nampak mengernyitkan keningnya, namun menyuruh perawat untuk memberikan cermin pada Rio. Sedangkan Pramana dan Rindy pun juga mengernyitkan kening saat mendengar permintaan Rio.

Rio menerima cermin yang diberikan perawat. Dengan tangan gemetar mulai melihat wajahnya di cermin. Rio langsung membulatkan matanya saat melihat bayangan yang ada di cermin itu bukan wajahnya, melainkan wajah Anand.

"I.. ini tidak mungkin!"

...🌟"Terkadang ada hal-hal yang tidak masuk akal yang terjadi di dunia ini. Namun kenyataannya, hal-hal itu terkadang nyata terjadi di sekitar kita."🌟...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

.

To be continued

3. Anand Yang Menyedihkan

Rio menerima cermin yang diberikan perawat. Dengan tangan gemetar mulai melihat wajahnya di cermin. Rio langsung membulatkan matanya saat melihat bayangan yang ada di cermin itu bukan wajahnya, melainkan wajah Anand.

"I.. ini tidak mungkin!"ucap Rio yang rasanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Ada apa, Nand?"tanya Pramana yang melihat putranya nampak terkejut saat melihat wajahnya sendiri.

"Ti.. tidak apa-apa,"ucap Rio terbata-bata, masih syok dengan apa yang dialaminya.

"Jika anda baik-baik saja dan tidak ada keluhan, saya permisi,"ucap dokter yang memeriksa Anand, kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu. Sedangkan Pramana nampak mendapat telepon dan segera keluar dari ruangan itu.

Rio menatap Rindy yang wajahnya terlihat datar. Tidak ada senyuman, apalagi pancaran kebahagiaan di manik matanya yang berwarna coklat. Bingung? Itulah yang dirasakan oleh Rio saat ini. Rasanya ini semua seperti mimpi, dan Rio berharap bahwa ini semua benar-benar hanya mimpi. Rio berharap semuanya akan baik-baik saja saat dia terbangun dari mimpinya ini.

Tak lama kemudian, Pramana pun masuk kedalam ruangan itu,"Rin, tolong keluar sebentar, papa ingin bicara dengan Anand,"ucap Pramana terdengar datar.

"Iya, pa,"sahut Rindy, kemudian melangkah keluar dari ruangan itu.

Pramana mendekati Anand yang masih berbaring dengan wajah pucat dan infus yang masih menempel di tangannya. "Nand, apalagi yang kamu lakukan? Kamu mengalami kecelakaan ini karena kamu sengaja menabrak seseorang? Sampai kapan kamu akan terus berbuat ulah?"

"Belajarlah menjadi dewasa dan pikirkan resiko dan konsekuensi dari setiap tindakan yang kamu lakukan! Papa sudah bosan membereskan semua masalah yang kamu buat,"Pramana terlihat marah dan kesal karena tingkah Anand yang selalu membuat ulah dan dirinyalah yang harus membereskannya.

Kali ini pun, Pramana harus membereskan masalah yang dibuat Anand, jika tidak, maka Anand akan ditangkap polisi atas tuduhan pembunuhan pada Rio. Dan hal itu jelas akan membuat nama keluarganya tercoreng.

Tanpa menunggu pembelaan dari Anand, Pramana langsung keluar dari ruangan itu dan menghampiri Rindy yang berada di luar ruangan itu,"Rin, kamu jaga Anand!"titah Pramana.

"Iya, pa,"sahut Rindy.

Pramana meninggalkan tempat itu dengan menahan rasa geram dan hati yang sangat kesal. Anak satu-satunya yang seharusnya bisa membantunya mengurus perusahaan malah kerjaannya hanya membuat masalah.

Selain wajahnya yang tampan dan bentuk tubuhnya yang proporsional, sedikitpun, tidak ada yang bisa diandalkan dan dibanggakan dari Anand. Itulah penilaian Pramana pada Anand.

Setelah kepergian Pramana, tiba-tiba kepala Rio kembali sakit, ingatan dalam otak Rio menampilkan betapa sedihnya Anand karena jarang mendapat perhatian dari papanya. Anand merasa kesepian dan merasa kurang kasih sayang dari papanya. Rio dapat merasakan kesedihan di hati Anand.

Ternyata di balik sifat arogan nya, Anand hanyalah seorang pemuda yang kesepian. Berbuat ulah hanya untuk mencari perhatian dari papanya. Tapi sayangnya, Anand tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang diinginkan nya dari papanya.

Walaupun kenyataannya Anand yang membuat dirinya meninggal, namun entah mengapa, setelah mengetahui perasaan Anand, Rio tidak bisa membencinya. Dibandingkan dengan kehidupan Anand yang serba kecukupan dengan segala kemewahan, ternyata hidup Rio yang jauh dari kata mewah dan menjadi yatim piatu sejak SMU lebih membahagiakan dari pada hidup Anand.

Sebelum orang tuanya meninggal, walaupun Rio dan kedua orang tuanya hidup dalam kesederhanaan, namun mereka saling menyayangi. Dan kini, walaupun dirinya hanya yatim piatu, banyak teman dan sahabat yang selalu ada bersamanya.

Ternyata hidup Anand sangat lah menyedihkan. Tak ada orang yang benar-benar tulus mau berteman dengan nya. Semua orang yang dekat dengan Anand hanya menginginkan keuntungan dari Anand. Sikap Anand yang suka menghambur-hamburkan uang membuat banyak yang ingin menjadi temannya hanya agar bisa bersenang-senang tanpa mengeluarkan uang dari dompet mereka.

Anand tahu jika teman-temannya hanya menyukai uang nya saja, tapi tetap berteman dengan mereka karena merasa kesepian. Sungguh, Rio tidak pernah menyangka jika kehidupan Anand begitu menyedihkan seperti itu.

Mirisnya lagi, ibu sambungnya yang dikira Anand sangat menyayangi dirinya, nyatanya hanya palsu belaka. Ternyata selama ini wanita itu memanjakannya dan selalu membelanya di depan papanya hanya agar dirinya menjadi anak yang tidak berguna.

Lalu bagaimana Rio bisa membenci orang yang telah membunuhnya ini? Pria yang bisa dibilang tidak pernah merasakan kebahagiaan sejak berumur tujuh tahun, tepatnya setelah ibu kandung nya meninggal.

Melihat Anand yang nampak kesakitan, Rindy pun tidak percaya,"Tidak usah berpura-pura sakit! Dokter mengatakan bahwa kamu baik-baik saja. Jangan pikir aku akan simpati padamu! Kamu tahu? Aku sangat membenci mu! Kamu membuat aku terpaksa putus dengan Rio dan menikah dengan mu. Dan sekarang, kamu bahkan membuat Rio meninggal,"

"Kamu dimata ku, tidak lebih dari pria brengseek! Pembunuh! Aku benci kamu! Sangat membencimu! Kenapa kamu tidak mati dan pergi ke neraka saja?!"ucap Rindy dengan suara yang tidak terlalu keras, tapi penuh dengan penekanan. Butir-butir kristal menetes dari kelopak matanya. Nampak jelas kebencian dan juga kesedihan di manik mata coklat milik Rindy.

Rindy membalikkan tubuhnya menjauh dari Rio yang sekarang ada dalam tubuh Anand. Rio hanya bisa menghela nafas berat seraya menahan rasa sakit di kepalanya, menatap sendu punggung Rindy yang berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu. Rindy memalingkan wajahnya dari Rio yang berwujud Anand.

Tak ada yang bisa dilakukan Rio selain diam. Menjelaskan pada Rindy bahwa dirinya adalah Rio, pasti Riny tidak akan percaya. Menenangkan Rindy dalam wujudnya sebagai Anand saat ini pun tidak mungkin, karena Rindy terlihat sangat membenci Anand. Jadi Rio sama sekali tidak memiliki pilihan selain diam dan berharap semua ini hanya mimpi.

Sudah setengah jam semenjak Pramana keluar dari ruangan itu, sepasang suami istri itu hanya diam tanpa kata. Rindy yang membenci Anand, dan Rio dalam wujud Anand yang bingung harus berbuat apa.

Karena merasa haus, Rio mencoba untuk duduk dan meraih gelas yang berisi air putih di atas nakas. Namun sayangnya Rio malah membuat gelas itu terjatuh. Rindy yang dari tadi sibuk berselancar di dunia maya pun terkejut. Reflek menoleh ke arah Anand saat mendengar suara gelas jatuh.

Dengan hati yang kesal, Rindy membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai itu.

"Maaf! Aku haus sekali, aku tidak sengaja menjatuhkannya,"ucapan Rio seketika membuat Rindy yang sedang memunguti pecahan gelas itu menghentikan gerakannya. Selama tiga bulan menikah dengan Anand, belum pernah Rindy mendengar Anand berbicara lembut seperti itu, apalagi meminta maaf padanya.

Tanpa sadar Rindy mendongakkan kepalanya menatap Anand yang juga sedang menatapnya. Rindy merasa tatapan mata Anand berbeda dari sebelumnya. Anand yang biasa menatap nya dengan tatapan arogan, saat ini malah menatapnya dengan tatapan lembut dan penuh penyesalan.

Sesaat kemudian Rindy tersadar bahwa Anand adalah orang yang di bencinya. Rindy pun kembali membereskan pecahan gelas itu tanpa merespon kata-kata Rio yang berwujud Anand itu.

...🌟"Tidak selamanya yang berwarna hitam itu pahit, seperti brownies, walaupun hitam tapi manis....

...Dan tidak selamanya yang berwarna merah itu manis, seperti mahkota dewa yang rasanya pahit....

...Kita tidak bisa menilai sesuatu dengan hanya melihat nya saja."🌟...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

.

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!