Plakkk...
Ponsel mahal itu dilempar dengan enteng ke lantai kamar.
"Apa katanya? Dia hamil, anak aku? Enteng sekali ketikannya." Reno sangat marah ketika mendapat chat dari wanita yang selama ini menjadi kekasihnya.
Dia mengusap kasar wajahnya frustasi Reno frustasi. Bagaimana tidak marah Pria tiga puluh tiga tahun itu ingat betul setiap mereka selesai melakukan hubungan badan, dia selalu mengingatkan kekasihnya untuk minum obat anti hamil lalu mengapa sekarang gadis itu mengirim pesan kalau dia hamil? Anak siapa?
"Enak saja dia ngaku hamil anak aku.Ini tidak bisa dibiarkan dia perlu diajar cara menyampaikan berita buruk yang benar. Sialan gadis tidak tahu diri sudah dibantu malah makin ngelunjak." Umpatan demi umpatan Reno keluarkan dari mulut yang dulu dia dengan mudah melontarkan kata manis untuk kekasihnya itu namun kini kata-kata manis itu berubah jadi umpatan yang tidak pantas Reno ucapkan kepada kekasihnya. Tapi. Semua bisa berubah termasuk kekasih kita sendiri benar, bukan?
Begitupun dengan Reno setelah membaca chat dari kekasihnya dia tidak tidur pria berjakun bagus itu keluar dari kamarnya dia berjalan ke arah dapur mengambil cangkir dari kabinet lalu mengambil sebotol wine dari lemari pendingin dia mulai membuka botol itu lalu menuangkan di gelasnya. Tidak hanya minum wine seorang diri dia juga menyalahkan televisi dan menyetel televisi dengan volume paling besar. Ruang tamu itu sudah disulap oleh Reno menjadi diskotik dia mengambil mic dan mulai bernyanyi sekeras mungkin untuk menghilangkan semua beban yang ada di dalam pikirannya.
🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Sementara dikamar gadis cantik berambut pendek itu tengah menangis diatas ranjang. Tangannya masih memegang alat tespek yang tadi baru selesai dibawa dari kamar mandi. Gadis itu semakin stres ketika ponselnya tidak ada notifikasi masuk baik panggilan ataupun pesan. Ini tidak seperti biasanya. Karena dia tau Reno sangat bersemangat ketika Nabila menghubungi dia, tapi malam ini kenapa Reno berubah? Tidak membalas pesannya?
"Apa dia marah? Atau dia sudah tidur?"gumam gadis itu.
Dia tahu betul karakter Reno, pria itu sangat disiplin waktu apalagi mengenai tidur dia tidak mau telat tidur karena Reno tidak suka kantong matanya menghitam. Gadis itu sering heran kenapa seorang pria suka sekali memerhatikan penampilannya.
Akhirnya Karena menunggu tidak ada balasan dari Reno gadis itu tertidur hingga alarm berdering menyadarkan dia yang sedari tidur duduk diatas ranjang dengan memeluk kedua kakinya, Nabila nama gadis itu dia mengambil ponselnya lalu mengusap layar menatap benda pipih itu ternyata sudah pukul enam pagi.
"Ya ampun aku ketiduran." Nabila mengusap wajahnya. Dia membuka tangannya alat tespek itu kembali mengganggu dirinya. Dia menempelkan alat tespek itu ke dadanya.
"Mama, akan memperjuangkan hakmu, Nak!" Nabila menitikkan air matanya.
Gadis itu mengecek ponselnya sayangnya semua tidak sesuai harapannya.Reno sama sekali tidak membalas pesan dari dia. Nabila meletakkan lagi ponselnya diatas nakas, bahunya merosot tidak bertulang, diiringi air matanya yang berderai membasahi pipinya.
"Dia hanya baca. Aku tidak yakin jika dia belum bangun," gumam Nabila.
Perlahan ia melangkah turun dari ranjang karena perutnya tiba-tiba tidak enak dia berlari masuk kamar mandi menuju wastafel.
Huekk...huek..huek...
Tiga kali ia mengeluarkan isi perutnya membuat badan Nabila lemas.Gadis itu menyenderkan tubuhnya di dinding kamar mandi dengan tangan memegangi perutnya.
"Apa ini yang namanya morning sickness?" Tanganya mengambil tisu yang menempel di dinding kamar mandi lalu ia mengelap mulutnya sampai bersih.
Dengan badan yang masih lemas Nabila berjalan keluar dari kamar mandi. Dia sampai lupa tujuan tadi dia bangun ingin mandi. Namun, tiba-tiba dia tidak suka tubuhnya tersentuh air.
Nabila memilih naik lagi keatas ranjang lalu membaringkan tubuhnya di kasur empuk itu. Matanya menerawang keatas langit-langit kamar.
"Baiklah, jika dia tidak membalas chatku nanti makan siang aku akan ke kantornya." Nabila tidak ingin anaknya lahir tanpa ayah. Dia harus berjuang untuk janinnya.
Saat sedang memikirkan nasib janinnya tiba-tiba ponselnya berdering Nabila bangkit dari ranjang tangannya dengan cepat meraih ponselnya. Dia bergegas menggeser layar ponselnya, ternyata bukan notifikasi dari Reno melainkan dari customer.
"Argh, aku lupa banyak pesanan make up yang belum aku bungkus." Dengan berat hati dia harus keluar dari kamar padahal kepalanya sangat berat seperti memikul beras lima puluh kilo.
"Bi, tolong bikinkan aku teh herbal. Ada, 'kan?" pinta Nabila.
Pelayannya mengernyit ini tidak biasanya Nabila pagi-pagi minta teh. Pelayan itu tau kebiasaan Nabila, gadis dua puluh sembilan tahun itu setiap pagi selalu minta kopi latte dengan sandwich.
"Kenapa, masih bergeming disitu? Heran aku minta teh?" ucapan judes dari Nabila membuat Pelayannya kaget.
"Maaf Non, ini tidak seperti biasanya." gumamnya yang masih membuat Nabila dengar.
"Urus saja pekerjaan mu. Cepatan bikin tehnya, banyak pesanan dari customer yang belum dibungkus." teriaknya pada pelayan itu.
Tidak berselang lama, pelayan itu datang membawa teh herbal dan satu buah sandwich disusun diatas baki.
"Ini, Non." ucapnya seraya meletak'kan cangkir teh herbal dan piring berisi sandwich.
"Sandwichnya dibawa lagi aja aku nggak mau." Nabila menutup mulutnya dia tidak bisa menahan mualnya lagi. Gegas Nabila berdiri dari duduknya dia berlari ke wastafel lalu mengeluarkan isi perutnya lagi.
"Bi, aku nggak mau sandwich baunya nggak enak." ucapnya seraya mencuci mulutnya.
Pelayan itu dibuat bingung lagi. Nona nya itu pagi-pagi sudah membuat dia berpikir keras.
"Ada apa?" batin pelayan itu.
Karena dia tahu Nabila bukan seperti gadis Spanyol pada umumnya dimana membawa kekasih ke apartemen atau sering keluar bersama kekasihnya. Nabila gadis baik-baik dia akan bepergian kecuali diajak kedua sahabatnya. Tapi, sebulan ini dia jarang keluar mengingat kedua sahabatnya itu sibuk dengan rumah tangga mereka masing-masing.
🤱🤱🤱🤱🤱🤱
Reno sudah bangun, pria itu kaget dia semalam tidur di sofa ruang tamu.
"Pagi, Tuan." sapa pelayan yang sedang membereskan cangkir kotor dan botol wine yang berserakan di lantai.
"Hmmm, bereskan semuanya." suruhnya lalu berjalan ke kamarnya.
Reno bergegas ke kamar mandi karena hari ini ada meeting penting sebagai wakil CEO dari perusahaan terbesar dia tidak boleh telat bisa-bisa di telan hidup-hidup oleh Walker sang CEO galak.
Setelah mandi, Reno segera mengenakan bajunya lalu mengambil ponsel dan tas ia sedikit berlari keluar dari kamar, karena waktu sudah hampir pukul tujuh pagi.
"Nanti kalau Nona Nabila ke sini suruh dia tunggu ruang tamu aja. Jangan biarkan dia masuk ke kamarku," pesannya kepada pelayan.
"Baik, tuan." sahut pelayan itu menunduk.
Pelayan itu melanjutkan pekerjaannya sembari memikirkan pesan dari Reno, biasanya Nabila datang Reno langsung meminta Nabila ke kamar lalu mengapa hari ini Nabila dilarang masuk kamarnya?
"Tuan, pasti ada wanita lain?" pelayan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Nabila cantik lalu mengapa Reno berselingkuh pikir pelayan itu.
Nabila melirik jam diponselnya waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun Reno belum juga membalas pesannya. Nabila tampak gusar, bukan apa-apa ini menyangkut kehamilannya bagaimana jika Reno menganggap ini hanya jebakan Nabila? Secara Nabila sadar betul hubungan dia dan Reno seperti apa.
Usai membungkus semua pesanan costumer Nabila berdiri dari sofa, ''Bi nanti kurir sebentar lagi datang ambil paketnya. Bibi tolong kasihkan semua yang sudah dibungkus itu, suruh hati-hati karena itu pecah belah semua,'' pesan Nabila.
''Baik, Non.''
Nabila pun bergegas ke kamarnya dia ingin mengirimkan pesan lagi ke Reno. Sesampainya dikamar Nabila duduk ditepi ranjang, di menghela napas lalu jarinya menggulirkan layar ponselnya.
''Ren, makan siang nanti kita boleh ketemuan di cafe tempat biasanya?'' Nabila menekan tombol send namun pesannya hanya cekliz satu.
Dengan berat hati Nabila meletakkan ponselnya. Dia pikir masih pagi mungkin Reno masih sibuk, apalagi kemarin Reno mengatakan hari ini dia ada meeting dikantor.
Nabila berjalan masuk ke kamar mandi. Wanita itu memilih membersihkan dirinya sembari menunggu pukul sepuluh dia akan ke kantor Reno.
♥️♥️♥️♥️
Di kantor.
Reno tengah meeting dengan klien. Tampak pria berusia tiga puluh tiga tahun itu sama sekali tidak konsen, dia terlihat gusar bahkan sesekali dia mengusap keringatnya.
Walker yang sudah sangat mengenal Reno mengernyitkan keningnya, dia tau benar Reno bukan orang yang tidak bertanggung jawab dalam hal pekerjaan.
Usai meeting bersama klien, Walker dan Reno meninggalkan ruang meeting keduanya masuk dalam lift. Di dalam lift, Walker terus memperhatikan Reno. Akhirnya pria matang berusia empat puluh tahun itu bertanya kepada Reno.
''Ren, daritadi meeting aku perhatikan kamu tidak konsentrasi. Sebenarnya ada masalah apa sih? Cerita dong ke aku, kau seperti menganggap aku bukan temanmu saja.'' Walker menaik turunkan alisnya.
''Nggak. Aku baik-baik saja," bohong Reno.
''Tapi wajahmu tidak bisa berbohong semoga ini bukan soal cinta,'' goda Walker tersenyum jahil.
''Nggak lah, mati satu tumbuh seribu,'' jawab Reno dengan sombongnya.
Saat keduanya asyik berbincang lift pun berhenti dilantai ruang kerja keduanya. Reno dan Walker keluar dari lift.
Sebelum Reno masuk ke ruang kerjanya, Walker memanggil Reno.
''Ren, berkas tadi nanti kamu tolong antar ke ruangan aku,'' ucap Walker.
"Baik," sahut Reno.
Lalu ia pun masuk ke ruangannya, sesampainya diruang kerja, Reno mendudukkan tubuh dikursi kerja. Dia mengeluarkan ponsel dari kantong celananya ternyata ada chat dari Nabila. Reno membuka pesan masuk dari Nabila.
"Argh, kenapa dia lagi?" gerutu Reno. Setelah membaca chat dari Nabila.
"Tidak bisa, aku sangat sibuk! Nanti pukul lima sore kita bertemu ditaman." balas Reno.
Kemudian, dengan kasar Reno meletakkan ponselnya diatas meja kerja. Ia menyenderkan tubuhnya di kursi sembari memikirkan solusi kehamilan Nabila. Selain Reno belum siap menjadi Ayah, dia pikir Nabila pasti sudah mengetahui alasan dia. Selama ini mereka menjalin hubungan ini bukan atas dasar cinta melainkan atas permintaan Nabila.
"Aku harus menyingkirkan bayi itu sebelum kabar ini beredar" batin Reno.
Saat sedang memikirkan Nabila telepon diatas meja berdering mengagetkan Reno dari lamunannya.
Reno cepat meraih gagang telepon lalu menempelkan ditelinganya, "Baik. Saya segera ke sana." Lalu, ia menutup lagi telepon.
Reno mengambil berkas itu dan keluar dari ruangannya. Reno berjalan menuju ruangan Walker.
♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Di Apartemen Nabila sedang menangis, dia sudah menduga Reno menolak ajakan makan siang bersama.
Namun, tiba-tiba ada panggilan masuk. Nabila bergegas meraih ponselnya, dia pikir itu panggilan dari Reno. Gegas Nabila menggeser layar ponselnya matanya membulat ketika panggilan itu dari nomor yang tidak tersimpan. Nabila lalu menggeser menolak, dengan kesal Nabila meletakan ponselnya diatas nakas lagi.
Namun, bukan berhenti. Ponselnya kembali berdering, nomor itu lagi yang memanggil hingga sepuluh kali panggilan namun tidak satu pun Nabila terima wanita itu akhirnya mensilet nada dering ponselnya.
Ting...
Notifikasi pesan masuk. Gegas Nabila meraih ponselnya dia lalu membaca isi chat itu. Nabila tersenyum kecut. Dengan cepat Nabila membalas chat.
''Aku mohon jauhi aku.''
[Tidak, aku ingin bertemu]
''Sampai kapan kamu berhenti menganggu aku?'
[Sampai aku melihat kau bahagia]
Nabila tidak membalas lagi dia hanya bisa menghela napas. Satu masalah belum selesai, orang itu menambah beban pikirannya lagi.
''Aku mohon jauhi aku,'' gumamnya.
Karena, perubahan hormon Nabila memilih tidur sembari menunggu pukul lima sore dia akan ke taman untuk bertemu dengan Reno.
♥️♥️♥️♥️♥️
Sementara di lobby ada seorang pria memakai mantel hitam serta topi hitam untuk menutup wajahnya sedang duduk menunggu di lobby. Pria itu berulang kali melakukan panggilan namun panggilannya diabaikan Nabila.
Pria itu menghela napas, namun tiba-tiba ada bayangan yang keluar dari lift membuat dia tersenyum. Siapa lagi jika bukan Nabila. Wanita yang ditunggu-tunggu, karena wanita itu juga sudah membuat pria ini melupakan dunianya.
Pria itu berlari mengikuti Nabila dari belakang. Ya, sejak Nabila meminta dia untuk menjuhi Nabila, pria itu hanya bisa mengawasi Nabila dari kejauhan. Dia tidak bisa menampakan dirinya langsung. Karena, dia pria yang memegang janji untuk tidak muncul lagi didepan Nabila demi menghormati wanita yang dia cintai.
Nabila masuk ke mobil, ia memacukna mobilnya menuju taman sesuai permintaan Reno mereka akan bertemu di taman. Pria itu pun mengikuti Nabila dari belakang.
Satu jam dalam perjalan Nabila menghentikan mobilnya di tepi jalan tempat parkir mobil. Pria itu masih berada di dalam mobil menunggu Nabila masuk, dia penasaran Nabila ingin bertemu dengan siapa.
Nabila turun dari mobilnya dia berjalan ke taman di sana sudah ada Reno yang menunggu di taman. Pria itu mengepalkan tangannya, satu sudut bibirnya diangkat ke atas.
"Kau sepertinya sangat mencintai dia." gumam Pria itu. Tangannya meremas stir mo ilnya dengan kuat untuk menyalurkan emosi yang membakar hatinya.
"Hai, sudah lama menunggu?" tanya Nabila dengan senyum manisnya. Saat ia keluar dari mobilnya.
"Belum," sahut Reno dingin.
Nabila seperti biasa dia langsung melingkarkan tangannya di lengan Reno. Kekasihnya itu tidak menolak tapi kali ini tidak ada ciu*man. Biasanya setiap kali bertemu Reno selalu mendaratkan satu kecupan di kening Nabila namun kali ini tidak. Pria itu tampak dingin dengan guratan dikeningnya terlihat begitu jelas.
"Kenapa kau mengajak bertemu? Aku sudah bilang hari ini aku sibuk bangat dikantor." Reno langsung menyerang Nabila dengan pertanyaan.Reno langsung duduk dikursi panjang yang terbuat dari kayu itu, diikuti Nabila duduk disamping Reno.
"Maafkan aku. Aku harap kamu tidak lupa isi chatku tadi malam," sahut Nabila sembari menyenderkan kepalanya di bahu Reno.
Nabila memang selalu menunjukkan sisi romantisnya. Karena, dia ingin siapa saja yang melihat mereka menganggap mereka pasangan paling romantis tapi itu tidak sesuai kenyataan. Reno, tidak pernah menganggap dia kekasihnya namun menganggap dia hanya sebagai teman.
"CK, maaf tapi kau tau hari ini kau sudah membuat aku tidak bisa konsen dengan pekerjaanku."Reno masih bersikap dingin.
Nabila melepas tangannya dari lengan Reno, wanita itu langsung menatap Reno tidak percaya. Dimana-mana calon ayah pasti bahagia mendengar kekasihnya hamil namun tidak bagi Reno kabar kehamilan Nabila seperti bom bagi dirinya. ''Harusnya kau bahagia aku sedang hamil anakmu.'' Nabila mencebik.
''Kau hamil? Mana buktinya? Bukannya aku selalu mengingatkan kau untuk minum pil itu? Apa kau ingin menjebak aku?'' Reno memutar tubuhnya menghadap Nabila. Kedua tangannya mencengkram keras lengan Nabila hingga wanita itu merintih kesakitan, "Lepaskan! Kau menyakitiku." Nabila berkaca-kaca, dia tidak menduga Reno akan berlaku kasar kepada dirinya. Untung saja mereka duduk di bagian yang sepi pengunjung jadi orang tidak melihat kelakuan Reno.
''Aku selalu minum. Tapi, kau lupa bulan kemarin kita melakukan dalam keadaan mabuk. Padahal aku sudah menolak jangan lakukan karena kita sementara dibawa pengaruh alkohol tapi apa jawabmu? 'Aku akan keluarkan diluar' Apa kau pikir aku pun senang dengan berita ini?'' Nabila sudah menangis.
Semua pasti tau di negara Eropa hamil diluar nikah adalah aib terbesar. Nabila juga tidak menginginkan hal itu namun apalah daya jika Tuhan sudah memberi? Nabila pikir Reno pun akan menerima karena kehamilan ini terjadi karena ceroboan Reno juga. Namun, semua diluar dugaan Nabila Reno calon ayah dari janin yang didalam perutnya justru dengan tegas menolak kehadiran calon anak mereka.
''Lalu, sekarang kau hamil? Kau minta aku untuk bertanggung jawab? Cih, kau sudah gila, Nab!'' Reno meletakkan kedua tangannya diatas pahanya. Sumpah pria ini sangat emosi semoga saja dia bisa mengontrol emosinya.
''Jika bukan kau siapa lagi? Kau ayahnya jadi aku pasti minta kau yang bertanggung jawab. Aneh saja aku minta pria lain untuk bertanggung jawab,'' sahut Nabila. Air matanya terus membasahi pipi mulusnya.
''Jangan lupa syarat awal kita menjalin hubungan,'' Reno menatap sinis Nabila. Dia berdiri dari kursi panjang itu.
Nabila pun segera berdiri dia takut Reno pergi karena dia tau pria itu kalau marah pasti tempatnya di club malam. Nabila tidak akan membiarkan calon ayah dari bayinya, celup sana-sini lagi.
"Kau mau kemana?" tanya Nabila sembari menahan tangan Reno.
Reno menghentikan langkahnya, namun ia tidak ingin menatap wanita yang tengah menangis sembari menahan tangannya itu.
"Aku mau pergi. Satu lagi, gugurkan kandungan itu sebelum Alfonso dan Leticia tahu!" pesannya sembari menghempaskan tangan Nabila dengan kasar.
"Tapi, itu tidak mungkin." Nabila menjatuhkan tubuhnya di atas rerumputan yang berada ditaman itu, dia menutup wajahnya di dalam kedua lututnya. Sementara Reno sudah meninggalkan Nabila tanpa peduli.
♥️♥️♥️♥️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!