Kania Azzahra, kaget saat melihat isi chat dari seorang teman kuliahnya dulu. Dia menanyakan tentang kebenaran video mesum yang beredar di grup chat WA teman-teman kuliahnya.
Kania membuka video dari Fanni dan semakin kaget saat membukanya. Itu memang video saat dia berhubungan intim dengan Adit. Kania merasa heran, bagaimana bisa video itu tersebar. Yang lebih menyakitkan hati Kania, video itu telah diedit. Wajah Adit sang kekasih tidak terlihat hanya wajahnya saja yang tampak jelas.
"Apa mungkin Adit yang menyebarkan video itu? Bukankah video itu hanya ada di ponsel Adit?" tanya Kania pada dirinya sendiri.
Kania mengganti pakaiannya. Dia harus meminta penjelasan dari Adit, tentang kejadian ini. Jika bukan dari Adit, bagaimana mungkin video itu bisa tersebar?
Kania mengambil motor dan melaju menuju apartemen Adit. Setelah memarkirkan motornya, Kania berjalan dengan cepat menuju lift yang membawanya menuju unit di mana Adit tinggal.
Kania yang sering datang dan menginap di apartemen Adit sangat mengetahui sandi unit tersebut. Sehingga tidak perlu mengetuk dan menanti sang empunya membuka pintu.
Kania yang melihat ruang tamu dan ruang tengah apartemen itu sunyi, langsung menuju kamar.
"Pasti Adit sudah tidur. Sudah jam sepuluh. Apa mungkin Adit yang menyebarkan video itu?" tanya Kania dengan diri sendiri sambil berjalan menuju kamar.
Mendekati pintu kamar, Kania mendengar suara yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Ada suara dua orang berlainan jenis yang sedang bergumul dan melakukan olah raga malam. Suara ******* yang cukup memekakkan telinganya
Kania membuka pintu perlahan dan menghidupkan lampu kamar. Saat lampu kamar menyala terang, tampak dua orang yang sedang bergumul tanpa sehelai benangpun ditubuh mereka.
"Adit ... apa yang kamu lakukan?!" teriak Kania tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Wanita yang sedang bersama Adit, turun dari tubuh pria itu dan mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai menuju kamar mandi.
"Apa kamu melakukan ini pada semua wanita yang dekat denganmu? Aku kira hanya denganku saja? Bodohnya aku mau melakukan ini denganmu!" ucap Kania dengan senyum kepedihan di wajahnya.
"Mau apa kamu ke sini? Aku memang melakukannya pada semua wanita? Kamu saja yang bodoh mau menyerahkan kesucianmu padaku!" seru Adit tanpa rasa bersalah.
Kania mengepalkan tangan kuat mendengar ucapan Adit, yang seolah tidak merasa bersalah. Padahal dia yang membujuk Kania untuk melakukan semua itu.
Kania masih ingat saat awal melakukan dengan kekasih yang saat ini berdiri di hadapannya. Adit mengatakan jika wanita itu memang mencintai Adit, pasti rela menyerahkan kesuciannya.
Adit berjanji akan menikahi Kania secepatnya, dan bertanggung jawab atas apa yang telah direnggutnya. Sejak saat itu hubungan Kania dan Adit seperti suami istri. Kekasih Kania itu sering merekamnya saat mereka melakukan hubungan dengan, alasan untuk dilihat saat mereka berjauhan.
"Aku memang bodoh mau saja percaya dengan omong kosongmu!" geram Kania.
"Baguslah jika kamu sadar, dan aku harap kamu bisa mengerti posisimu saat ini. Bagiku sudah tidak ada lagi namamu. Sekarang kamu bisa pergi dari apartemenku!" usir Adit.
Kania memegang dadanya yang terasa sesak mendengar ucapan dari kekasihnya itu. Tidak pernah Kania menyangka ini akan terjadi dalam perjalanan cintanya.
"Aku mengerti sekarang. Jika kamu hanya memanfaatkan cintaku. Kamu hanya ingin mengambil satu-satunya milikku yang paling berharga. Kamu tidak pernah mencintai aku apa lagi berniat menikahiku!"
"Itu semua benar. Tidak ada niatku untuk menikah dengan wanita manapun. Aku masih ingin bebas!"
Kania memandangi wajah Adit dengan mata tajam, menyesali kebodohan dirinya yang percaya dengan omong kosong yang diucapkan Adit.
"Aku juga tidak ingin menikah denganmu lagi. Aku datang hanya ingin menanyakan tentang video hubungan kita yang tersebar. Apakah itu kamu yang menyebarkannya?" tanya Kania yang mulai tersulut emosi.
Adit tersenyum. Itu memang perbuatannya. Sengaja menyebarkan agar Kania malu. Setiap wanita yang pernah tidur dengannya, pasti akank ia videokan. Setelah bosan, video hubungan intim mereka akan Adit sebar agar wanita-wanita itu malu. Saat mereka mulai meminta pertanggung jawabannya, dengan mudah ia akan mengelak dan lepas tangan.
"Kenapa kamu jadi menuduhku?" tanya Adit dengan wajah tanpa rasa bersalah.
Wanita yang tadi bersama Adit itu keluar dari kamar mandi dan mendekati pria itu, berbisik dan pergi melewati Kania tanpa senyum dan sapaan.
"Video itu ada di ponsel kamu! Siapa lagi yang bisa menyebarkan jika bukan kamu sendiri?!"
"Aku meminjamkan ponselku dengan beberapa teman. Mungkin saja salah satu dari mereka mengirim ke ponsel mereka lalu menyebarkan. Lagi pula apa yang salah? Memang kamu tidak suci lagi jadi kenapa malu?" tanya Adit.
Kania tidak percaya dengan apa yang Adit ucapkan, bagaimana mungkin pria itu bisa mengatakan hal yang tidak masuk akal begitu. Tentu saja Kania malu karena tubuhnya dipertontonkan pada semua orang dan juga aib dirinya yang sudah berhubungan intim sebelum pernikahan sah.
"Apa kamu tidak salah bertanya begitu? Tentu saja aku malu. Tubuhku bukan untuk dipertontonkan dan di saksikan semua orang. Apa lagi itu aib bagiku, berhubungan badan tanpa ikatan pernikahan. Mungkin bagimu biasa. Tidak bagiku. Apa kata orang-orang yang mengenalku, pasti mereka akan memandang diriku hina dengan sebelah mata. Kau mungkin tidak akan merasa malu karena wajahmu tertutup!" ucap Kania serak menahan air matanya.
Adit memakai bajunya dan berjalan mendekati Kania. Pria itu memandangi Kania dengan senyum mengejek.
"Seharusnya kamu senang, karena sekarang semua orang jadi kenal kamu dan pasti banyak yang mengagumi tubuhmu ini!" ucap Adit dengan menyentuh tubuh Kania.
Kania menepis tangan Adit yang mengelus tubuhnya. Dia menjadi muak melihat pria itu. Dulu Kania begitu mencintainya, namun hari ini rasa cinta itu menguap entah kemana. Tersisa rasa benci.
"Suatu saat aku berharap kau akan menyesali semua ini. Dan saat kau datang lagi untuk meminta maaf, aku telah pergi dan melupakanmu."
Kania melangkah meninggalkan kamar itu dengan langkah pasti.
Mencintai orang yak gak mencintai kita sama dengan memeluk pohon kaktus, semakin erat akan semakin tersakiti. Sangat menyedihkan ketika kamu menyadari bahwa kamu tidak sepenting yang kamu kira bagi seseorang. Aku akhirnya menyadari bahwa aku tidak pernah meminta terlalu banyak. Aku hanya meminta pada orang yang salah.Senja memberikan keindahan, tapi hanya sementara. Begitu pula kamu yang telah memberikan kenyamanan, tapi hanya sandiwara.
Dua hari berlalu telah berlalu sejak video mesumnya beredar, Kania akhirnya memutuskan untuk bekerja. Tidak akan ada perubahan jika dia terus menangisi kejadian itu. Dia berharap dengan bekerja dapat melupakan semua masalah dalam hidupnya. Dyra harus menghadapi semuanya dengan semangat.
Saat menghadapi tantangan hidup, sebagai manusia biasa kita terkadang mengeluh. Belum apa-apa, namun sudah merasa tak sanggup untuk memikul beban yang Tuhan berikan kepada kita. Kita seolah tak memiliki kekuatan dan keberanian untuk menghadapinya. Padahal, pencobaan yang diberikan Tuhan tak akan melebihi kekuatan kita.
Dengan begitu, sebaiknya kita tak memperbanyak keluhan. Sebaliknya, menerimanya dengan syukur dan menjalaninya sampai semua persoalan berlalu dengan keberanian, pikiran positif, dan berserah diri. Tetap bertahan. Semuanya akan baik-baik saja. Mungkin tidak hari ini, atau besok, tapi pada akhirnya.
"Apa pun yang terjadi, sesuatu yang baik selalu ada di dekatmu dan matahari akan selalu bersinar lagi," gumam Kania.
Kania duduk di meja kerja tempat biasanya. Kania heran melihat teman yang biasa duduk di sampingnya berdiri dan pindah ke meja yang lain. Semua mata karyawan melihat Kania dengan pandangan jijik.
"Tanti, kenapa kamu pindah duduknya," sapa Kania akhirnya.
"Aku pindah di meja ini aja."
"Bukankah itu meja kerjanya Mbak Intan."
"Kami gunakan berdua aja," ucap Tanti.
"Sempitlah, Tanti. Meja ini kosong, kenapa harus berdesakan berdua."
"Nggak apa-apa Kania. Aku di sini aja! Lagi pula Mbak Intan tidak keberatan."
"Terserah kamu aja."
"Kenapa semua karyawan di devisi ini menjadi pendiam. Biasanya selalu heboh," batin Kania.
Hingga jam makan siang tidak ada teman yang mau mendekati Kania. Wanita itu masih heran. Saat masuk kantin, banyak yang menghindar dari Kania, begitu juga saat dia mau duduk di sebuah meja, para karyawan yang telah lebih dahulu duduk langsung berdiri saat Kania ingin makan bersama mereka di satu meja yang sama.
Kania makin bertanya-tanya ada apa gerangan? Kenapa semua teman seolah menjauh darinya?"
Kania yang tidak enak hati melihat temannya berdiri dan menjauh karena dirinya duduk di meja yang sama, akhirmya memilih mengalah. Kania minta dibungkuskan dan membawa nasi itu ke taman.
Sambil menyuap nasi, air mata Kania jatuh membasahi pipinya dan turun membasahi nasinya. Kania mulai mengerti mengapa teman-temannya menghindari dirinya. Tadi Kania sempat memdengar salah seorang dari karyawan yang mengatakan dirinya wanita yang menjijikan dan murahan. Pasti semua karena video mesum-nya yang beredar.
"Tuhan, aku tahu semua ini salahku. Kenapa aku melakukan hal yang di larang. Aku ikhlas menerima semua ini. Mungkin ini dapat mengurangi dosaku," gumam Kania dengan dirinya sendiri.
Kania melihat jam di tangannya. Telah menunjukan pukul satu lewat. Wanita itu melangkah masuk ke kantor. Kania berusaha tersenyum pada semua karyawan. Dia langsung mengerjakan tugasnya tanpa pedulikan yang lain.
Ketika sedang asyik mengerjakan tugasnya, seseorang menyampaikan jika atasan memanggilnya.
"Kania, Pak Hendra meminta kamu menemuinya di ruang kerja," ucap sekretaris Pak Hendra.
"Baik, Mbak." Kania berjalan menuju ruang kerja atasannya. Mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk," ucap Pak Hendra dari dalam ruangan. Kania membuka pintu dan tersenyum ke arah atasannya itu.
"Silakan duduk!" perintah Pak Hendra.
"Terima kasih, Pak."
"Kamu pasti kaget karena saya memanggil kamu?"
"Iya, Pak. Apa saya ada melakukan kesalahan?" tanya Kania dengan gugup.
"Kamu nggak tidak ada salah. Namun, saya harus melakukan ini demi kenyaman kerja karyawan yang lain. Dan juga demi nama baik perusahaan ini!" ucap Pak Hendra.
"Saya makin tidak mengerti maksud dari Bapak!" ucap Kania. Dalam hatinya berharap ini tidak ada hubungan dengan videonya.
"Begini, saya mendapat banyak aduan jika karyawan merasa tidak nyaman atas keberadaan kamu." Pak Hendra tampak berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata. Sebenarnya pria itu tidak sampai hati untuk mengatakan semua ini.
"Saya melakukan apa? Saya rasa tidak pernah mengganggu mereka!"
"Kamu memang tidak mengganggu, tapi mereka merasa takut dan tidak nyaman atas kehadiran kamu. Mereka takut nama baik ikut tercemar karena video mesum itu. Mereka tidak mau dikatakan berteman dengan orang yang tidak menjaga norma agama!"
"Saya mengerti, Pak. Tapi apa saya tidak bisa tetap bekerja. Saya tahu itu salah dan memalukan. Tapi saya bersumpah, Pak, saya tidak pernah dengan sengaja menyebarkannya. Itu perbuatan seseorang yang ingin memjatuhkan saya."
"Saya juga tidak bisa berbuat apa-apa Kania. Mereka mengancam akan mogok kerja. Dari pada saya kehilangan banyak karyawan, jadi saya meminta kamu yang mengundurkan diri. Saya akan beri pesangon lima kali gaji kamu. Itu bisa kamu gunakan untuk biaya hidup menjelang dapat pekerjaan baru. Aku harap kamu mengerti dengan keputusan saya."
"Saya mengerti, Pak. Ini mungkin balasan atas perbuatan saya yang memang sangat memalukan dan menjijikan. Tapi apakah Bapak tahu, saya juga merasa tertekan dengan semua ini. Bukan mau saya jika video itu beredar."
"Coba kamu berada di posisi saya. Pasti kamu akan melakukan hal yang sama."
"Saya mengerti. Dan apakah mereka juga mengerti, bagaimana perasaan saya saat ini. Semua mengucilkan saya. Saya juga tertekan dengan semua ini!"
Pak Hendra terdiam. Pria itu tahu, pasti berat menjadi Kania. Dikucilkan seluruh orang karena video yang beredar itu.
"Baiklah, Pak. Saya rasa tidak ada yang bisa saya lakukan di sini. Saya pamit." Kania bersalaman
sebelum meninggalkan ruangan itu.
Pak Hendra telah mentransfer uang ke rekening Kania sebanyak enam kali lipat gajinya. Kania merapikan meja kerjanya dan membawa barang miliknya. Tanpa pamit dengan siapapun Kania pergi.
Sebelum berjalan lebih jauh, Kania berbalik dan berkata,"Semoga tidak ada yang mengalami nasib seperti yang saya alami ini. Semoga kalian semua bahagia selalu dengan orang-orang tersayang. Jika kalian menjadi aku, belum tentu kalian akan kuat."
Kania kembali melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerjanya. Sampai di halaman gedung kantor, tangis Kania pecah. Dadanya terasa sesak menahan tangis dari tadi. Wanita itu berjalan menuju taksi yang akan membawanya pulang.
Kania mencoba mencari pekerjaan dari internet. Satu perusahaan menerimanya bekerja dan memintanya datang untuk wawancara besok pagi. Kania merasa sangat senang karena akan diterima bekerja kembali.
Terkadang kita harus bersabar dan mengikhlaskan semua yang kita lakukan jika tidak sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan. Mengeluh tidak akan pernah bisa memperbaiki keadaan, bersemangatlah dalam menjalani hidupmu dengan ikhlas dan kesabaran. Sebuah masalah merupakan tamu yang tak diundang didalam kehidupan kita, dan kita harus perlakukan dia sebaik mungkin, maka kita juga akan diperlakukan dengan baik olehnya.
...****************...
Pagi hari Kania dengan semangat memulai hari dengan mandi dan bersiap ke perusahaan baru. Kania membantu Tante Meri menyiapkan sarapan buat anaknya dan juga suami Tante.
"Tumben kamu belum ke kantor?" tanya Tante Meri yang merasa heran melihat Kania masih berada di rumah. Biasanya Kania berangkat kerja jam 6 pagi.
Kania sengaja awal berangkat kerja agar tidak terlambat, karena rumah Tante Meri yang cukup jauh dari kantornya.Kania juga harus menggunakan kendaraan umum, karena motor-nya selalu digunakan suami Tante Meri buat jualan.
"Aku pindah kerja, Tante!" jawab Kania pelan. Namun, suaranya masih dapat di dengar oleh Tante Meri.
"Kenapa kamu pindah? Pasti di pecat. Apa yang kamu lakukan sehingga pimpinan memecat kamu sebagai karyawan!" ucap Tante Meri dengan ketus.
Kania tinggal dan hidup bersama tante Meri sejak kedua orang tuanya meninggal di saat Kania masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tante Meri selalu saja ketus dengannya.
"Pengurangan karyawan aja, Tante. Nanti aku juga wawancara lagi di perusahaan lain. Doakan saja aku diterima," ucap Kania.
Wanita itu menghidangkan sarapan di meja. Setelah itu masuk ke kamar. Tidak pernah Kania sarapan satu meja dengan keluarga tantenya. Kania akan sarapan setelah semua selesai dan masih ada sisa.
Tante Meri takut tidak di beri uang bulanan jika Kania berhenti kerja. Semenjak tamat SMA, Kania telah bekerja. Dia bekerja di sebuah kafe pada malam hari, dan kuliah di pagi hari. Di kafe itulah Kania mengenal Adit.
Kania menarik napas dalam jika mengingat Adit. Semua juga salahnya, kenapa mau saja terbujuk dengan rayuan Adit hingga sampai menyerahkan kesuciannya.
Ketika jam menunjukan pukul delapan, Kania pamit dengan tantenya.
"Jangan pulang jika belum dapat kerjaan. Kamu tahu'kan biaya hidup sekarang mahal. Kamu seharusnya menambah uang buat belanja Tante. Jika di tempat kerja ada yang kurang enak, dibetahin aja. Tidak mudah cari kerjaan di zaman seperti saat ini." Tante Meri mengomelin Kania.
"Ya, Tante. Aku akan mencari kerjaan hingga dapat. Tante jangan kuatir!" ucap Kania sebelum meninggalkan rumah.
***
Kania melakukan wawancara kerja dengan baik, dia diterima bekerja dan akan dimulai besok pagi. Kania bahagia karena dia tidak harus menganggur lebih lama.
Kania mampir di supermarket dan membeli bahan makanan buat Tante di rumah. Wanita itu tidak mengatakan mengenai uang pesangon yang di dapatnya, jika Tante Meri tahu, pasti akan di minta.
Kania pualng dengan segera karena sudah jam sembilan malam. Tadi dia mampir ke salah satu toko pakaian membeli baju untuk kerja.
Langit tampak mendung dikelilingi awan hitam. Sepertinya akan turun hujan. Kania mempercepat langkahnya menuju jalan pulang. Begitu Kania sampai di rumah Tantenya hujan turun dengan derasnya.
Kania mengetuk pintu rumah, beberapa kali diketuk tidak ada tanda orang yang akan membuka pintu. Kania mengetuk sambil memanggil nama tantenya. Tapi tidak ada sahutan dari dalam rumah.
Kania kembali mengetuk pintu. Terdengar suara langkah kaki mendekat. Saat pintu terbuka, tampak tante Meri berdiri.
"Tante, syukurlah akhirnya tante terbangun. Aku sudah sangat kedinginan. Bajuku basah kuyup. Aku mau ganti pakaian ini dulu," ucap Kania. Wanita itu berjalan menaiki tangga untuk masuk ke rumah. Namun langkahnya di tahan tante Meri.
"Ada apa, Tante? Kenapa menahanku. Apa salahku?" tanya Kania heran.
"Maaf, Kania. Mulai hari ini kamu tidak usah tinggal dengan Tante lagi!"
"Tapi kenapa, Tente? Apa yang salah dariku? Katakan saja biar aku bisa merubahnya," ucap Kania mulai ketakutan. Di mana lagi dia akan tinggal.
"Tante tak ingin terbawa sial jika kamu masih menetap di sini dengan, Tante!"
"Maksud Tante apa?" tanya Kania kaget. Bukannya wanita itu tidak mengerti jika dirinya di minta pergi dari rumah tante Meri. Apakah ini ada hubungan dengan videonya.
"Silakan kamu pergi dari rumah ini! Cari tempat lain saja buat kamu tinggal. Tante takut kebawa sial jika terus bersama dirimu. Tante malu punya ponakan seperti kamu, yang tidak tahu adat apalagi agama!."
"Kenapa Tante berkata begitu?" tanya Kania lagi. Sebenarnya dia mulai mengerti perkataan Tante-nya.
"Tidak peduli apa katamu. Tante tidak sudi lagi tinggal denganmu. Tunggu di sini!"
Tente Meri menutup dan mengunci pintu, takut Kania masuk. Wanita itu menangis sambil menahan dinginnya malam ini. Sepuluh menit kemudian pintu di buka kembali. Tante Meri tampak menjinjing dua tas besar berisikan pakaian Kania.
"Ini semua pakaianmu serta barang-barangmu. Tante tidak mau malu dan terbawa sial karena perbuatan kamu yang tidak tahu malu itu!" ucap Tante Meri dengan suara lantang.
"Maksud Tante apa?" tanya Kania masih pura-pura belum paham.
"Apa yang kamu pikirkan saat membuat video itu? Menjijikkan dan memalukan. Berbuat dosa tapi dengan bangganya videokan semua itu. Apa kamu tidak punya malu lagi? Kamu sudah melakukan hal tabu dan dosa besar, dengan bangganya menyebarkan semua itu. Tante malu dan jijik denganmu!"
"Tante, maafkan aku. Semua memang salahku. Tapi aku tidak bermaksud memalukan Tante, apa lagi sengaja menyebarkan itu semua," ucap Kania sambil menangis.
"Apa pun alasannya, kamu itu bodoh dan menjijikkan. Tante tak sudi hidup denganmu lagi!"
Tante Meri menutup pintu kembali dan menguncinya setelah meletakkan kedua tas itu dihadapan Kania. Wanita itu kembali mengetok pintu rumah tantenya.
"Tante, aku mohon jangan usir aku. Aku takut. Ini sudah larut malam. Aku juga kedinginan. Izinkan aku masuk, Tante."
Tente Meri yang berada di balik mengacuhkan teriakan dan tangisan Kania. Dia kembali ke kamar.
Kania akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkan rumah kediaman tante Meri. Air hujan seolah ikut larut dalam kesedihan yang Kania rasakan.
"Air hujan, basahi tubuhku ini. Basuh luka hatiku. Aku ingin menangis dibawah derasnya air hujan, agar tidak ada yang tau bahwa aku lagi bersedih. Kutitipkan salam pada hujan. Tentang rindu yang tak berujung temu pada kedua orang tuaku. Hingga waktu tak kuasa untuk menunggu. Lewat hujan aku sematkan rindu dengan harapan mereka juga bisa merasakannya, Ayah, Ibu. Aku rindu dengan kalian.''
Kania meminta supir taksi mengantarkan ke sebuah penginapan. Setelah sampai di kamar Kania mengganti pakaiannya dengan yang bersih, dan mencoba memejamkan matanya. Beruntung dia masih memiliki uang simpanan.
Kulewati perjalanan ini, di mana aku hanya sendiri di malam hari, menghadang hujan yang tak juga kunjung berhenti, menangis pun tidak ada yang peduli. Namun, aku harus tetap fokus dengan hodupku. Aku sudah bosan mulai bosan menjadi penikmat hujanmu. Bisakah kali ini kau tuntun aku menuju altar pelangi, pelangi bahagiamu? Saat cinta tak memberi arti lagi, hanya memberikan luka yang menyayat hati, seolah seperti malam hari, di mana hujan badai tak kunjung berhenti, namun semua ini harus kuhadapi karena perjalanan hidup itu tidak akan pernah berhenti.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!