NovelToon NovelToon

Mentari Dan Pak Camat

Hari Pernikahan

"Saya terima nikah nya Mentari Lembayung Senja dengan mas kawin berupa Logam Mulia seberat 30 gram, uang tunai sebesar 17.650.000 , dan seperangkat alat sholat di bayar tunai. "Ucap Fatih dengan lantang saat akad nikah dengan menghentakkan tangan nya saat berjabat tangan dengan penghulu.

" Sah. "

"Alhamdulillah."Ucap para saksi yang menyaksikan proses akad nikah Fatih dan Mentari.

Mentari pun dengan wajah yang tersenyum manis mencium punggung tangan Fatih, setelah itu Fatih mencium kening Mentari.

" Selamat nak, selamat menempuh hidup baru, jadilah istri yang selalu menurut apa kata suami,jadilah penyemangat hidup suami kamu, baik dalam keadaan apapun. " Ucap ibu Hasna, ibu mertua nya, adalah seorang PNS yang berdinas di Kantor Inspektorat Kabupaten Panaran.

"Selamat Nak, jadilah suami yang menjadi pelindung istri kamu, jadilah suami yang selalu mencintai dan menyayangi istri kamu." Ucap Ibu Hasna.

"Fatih, akan menjalankan nasehat dari ibu." Ucap Fatih.

Mentari dan Fatih pun berlanjut mencium punggung tangan Ayah mertua nya, Pak Syahrul adalah seorang Sekda yang berdinas di Kabupaten Panaran.

"Akhirnya, gadis cantik ini menjadi menantu Ayah, jadilah istri yang berbakti pada suami nak. " Ucap Pak Syahrul.

Mentari hanya tersenyum, tak menjawab sepatah kata pun, sedangkan tangan Fatih sudah mencubit pinggang Mentari sangat keras.

"Saya akan menjadi istri yang berbakti Ayah, sama suami, menjaga kehormatan di luar sana dan menjaga nama baik keluarga."Ucap Mentari.

Berlanjut Fatih , berbagai wejangan di berikan oleh Pak Syahrul pada putra nya, dengan kata - kata tidak lain untuk saling rukun dan saling mengasihi.

" Saya akan menjalankan apa yang Ayah ingat kan sama Fatih."

Berlanjut ke kedua orang tua Mentari, Pak Slamet Ayah Mentari yang seorang Kepala Sekolah di sekolah Dasar Panaran menangis, dan langsung memeluk tubuh Mentari.

"Anak Ayah, sekarang sudah dewasa, dan sekarang sudah menjadi seorang istri, Ayah merasakan baru kemarin kamu lahir, lari - lari memanggil Ayah, bahkan meminta gendong sama Ayah, sekarang kamu sudah besar. "

"Terima kasih Ayah, sudah menjadi Ayah yang terbaik buat Mentari. " Ucap Mentari yang ikut meneteskan air mata.

Ibu Nuri, ikut bersedih dan langsung memeluk erat tubuh putri nya, tangisan kedua nya membuat para tamu undangan ikut merasakan momen haru ini.

"Nak, ingat kata Ibu. Apapun yang terjadi, kamu harus menerima, Fatih adalah suami kamu sekarang, jadilah istri yang berbakti pada suami, jadilah istri yang selalu menjaga kehormatan suami. "

"Mentari akan ingat itu. "

"Nak Fatih, jaga baik - baik mentari, jangan sakiti hati Mentari. " Ucap Pak Slamet.

"Fatih akan menjaga nya Yah, Ibu, Fatih akan memberikan cinta untuk Mentari. "

Senyum kedua nya berubah saat sudah berada di atas pelaminan, setelah acara para tamu undangan memberikan selamat.

Fatih yang duduk berjauhan dengan Mentari, dan sama - sama menunjukkan wajah jutek mereka.

Kaki Mentari tiba - tiba kram, dan melepas kan sepatu nya, dengan mengusap pelan kaki nya. Fatih melihat nya tapi seakan cuek.

"Dimana - mana, pengantin pria kalau lihat pengantin wanita nya capek atau kaki nya terasa kram atau sakit pasti perhatian, ini sih boro - boro perhatian yang ada cuek bebek." Sindir Mentari.

"Ih.. siapa kamu? " Ucap Fatih.

"Siapa kamu, istri kamu lah." Ucap Mentari.

"Eh Mentari, istri di depan mereka. Kamu ingat kan, siapa saya dan siapa kamu? "

"Ingat, kamu Camat saya seorang Guru terus mau bilang apa lagi? "

"Saya tahu kamu Guru, tapi ingat kita ini punya pasangan masing - masing, kita terpaksa mau menikah itu, karena orang tua. Ingat jangan kecewakan orang tua kita, saat di depan mereka. "

"Jangan kan mengecewakan di depan, kita di belakang saja sudah mengecewakan. "

******

Mereka pun telah pulang dari acara resepsi pernikahan yang di adakan di gedung, Mentari dan Fatih masuk kedalam kamar mereka. Kedua nya langsung menempati rumah milik Fatih.

"Mas Fatih. " Panggil Mentari.

"Apa sih? " Ucap Fatih yang sedang melepaskan kancing pergelangan tangan kemejanya.

"Tolong dong, ini kerudung nya nyangkut di resleting deh, sanggul nya rusak dikit. "

"Tinggal gunting aja sih, repot amat. " Ucap Fatih langsung berjalan masuk kedalam kamar mandi.

"Ih... nyebelin, dasar suami nggak ada akhlak."

"Siapa yang nggak ada akhlak? "

"Kamu, kamu Fatih Al Malik. "

"Dasar Manja. " Fatih langsung berjalan mengambil gunting dari dalam laci nya, dan langsung Mentari menghindar dari Fatih.

"Kamu mau apa Mas? ini malam pertama kita loh, jangan di jadikan tragedi berdarah ya."

"Siapa yang mau menghabisi kamu, saya mau gunting itu rambut yang nyangkut. "

"Jangan, nanti rusak. "

"Mau lepas nggak? atau pakaian pengantin kamu yang saya gunting. "

Mentari pun dengan wajah cemberut, akhirnya menurut. Dan Fatih dengan tangan nya mencoba melepaskan kerudung yang menyangkut di resleting nya.

"Nih udah. "

"Kok nggak jadi di gunting? "

"Mau di gunting? "

"Nggak jangan. " Ucap Mentari.

Fatih masuk keluar dari kamar mandi, dan Mentari masuk kedalam kamar mandi. Ponsel Mentari berdering, terlihat nama Gibran yang menelepon nya.

Fatih membiarkan terus berdering, hingga beberapa kali, Mentari keluar dari kamar mandi dan langsung rapi memakai kerudung nya.

"Kok kamu pakai kerudung sih di dalam rumah? "

"Mas kan bukan muhrim nya saya. "

"Kita suami istri loh? "

"Suami istri hanya status, tapi kita tidak boleh saling menyentuh. Awas saya kalau main sentuh, saya potong itu punya mas. "

Fatih refleks langsung melihat ke bawah, ke arah milik nya dan langsung menutupi nya.

"Kamu tidur di atas, saya tidur di lantai. Awas ya kalau mau sentuh saya juga, saya kempesin itu dua balon punya kamu. "

Mentari langsung menutup kedua bagian dadanya, dan langsung naik ke atas tempat tidur menutup rapat tubuh nya.

Ponsel Fatih berdering, dan langsung mengangkat nya. Fatih pun langsung keluar dari kamar nya.

"Paling terima telepon dari cewek nya, pake acara menjauh segala. Ujung - ujungnya nangis, tahu pacar nya nikah. " Sindir Mentari.

*****

Mentari membuka mata nya, saat bangun Fatih tidak ada di dalam kamar nya, Mentari turun dari tempat tidur dan merapikan kerudung nya.

Tak ada Fatih, dan hanya Mentari sendiri di dalam rumah. Mentari pun duduk di sofa panjang depan televisi.

"Hari pertama menjadi seorang istri Camat, istri yang tidak akan pernah di anggap, dan dia pun suami yang tidak akan pernah di anggap juga. Sampai kapan kami akan menjalani pernikahan seperti ini. " Ucap Mentari dengan memikirkan nasib nya.

Terdengar suara mobil, Mentari langsung beranjak dari duduk nya, terlihat Fatih baru pulang.

"Apa semalam dia tidur di rumah pacar nya? "

.

.

.

Hanya Dia Di Hati

Ceklek

"Astagfirullah." Ucap Fatih kaget saat akan membuka pintu rumah, pintu terbuka.

Mentari bersandar di daun pintu dengan melipat kedua tangan nya, Mentari mengendus - endus kan hidung nya di tubuh Fatih.

"Apaan sih. " Ucap Fatih yang risih dan mendorong pelan tubuh Mentari.

"Habis tidur sama Neli ya? " Sindir Mentari.

Fatih hanya diam langsung masuk kedalam kamar nya, dan membuka kemeja dan melemparkan asal.

Mentari memutari tubuh Fatih, sedangkan Fatih menatap Mentari seakan Mentari ingin memakan nya.

"Lagi ngapain sih? "

"Ini apa? " Tunjuk Mentari pada leher Fatih.

"Apa nya sih? " Ucap Fatih sambil berkaca melihat leher nya nya terdapat tanda merah.

"Neli ganas juga ya? Tadi malam berapa ronde? "

"Kasih tahu nggak ya? " Ucap Fatih sambil mikir.

"Kamu sudah balas telepon belum dari Mamas Gibran. " Ucap Fatih sambil melirik ponsel Mentari yang masih tetap di posisi yang sama.

Mentari langsung mengambil ponsel nya, dan melihat banyak panggilan tak terjawab sejak malam, dan beberapa chat dari Gibran.

"Ngapain lihat - lihat? " Ucap Mentari sambil menatap risih Fatih.

"Nggak, saya mau mandi junub dulu. "

"Dasar, Camat nggak ada akhlak. " Ledek Mentari dan langsung keluar dari kamar nya.

*

*

*

"Assalamu'alaikum Mas? "

"Walaikumsalam, kamu kenapa nggak jawab telepon dari Mas? apa suami kamu melarang nya? " Tanya Gibran dari seberang.

"Nggak Mas, saya nggak tahu ada banyak panggilan tak terjawab, baru tahu Mas Fatih kasih tahu Mentari. "Jawab Mentari.

" Mas, seharian tidak keluar kamar. Mas sakit hati ini, kamu menikah dengan Fatih. "

"Mas sabar ya, kita nggak serius kok. Kita hanya ingin kedua orang tua kita bahagia."

"Apa kita akan Backstreet terus, padahal Mas ini sudah sama kamu selama 3 tahun, Mas niat lamar kamu, tapi kamu malah di jodohkan."

"Nanti, kita bertemu besok di sekolah.Mas jangan takut, saya tinggalin Mas Gibran, tunggu waktu ya. "

"Mas akan terus menunggu, sampai kamu menjadi janda nya Fatih. "

Mentari menutup telepon nya dan saat berbalik badan, Fatih sudah tersenyum dengan menunjukkan deretan giginya yang putih.

"Astagfirullah, bikin jantungan aja sih, nguping ya tadi? "

"Dikit kok, dia bilang nunggu kamu jadi janda ya? "

"Sok tahu. " Ucap Mentari langsung berjalan ke arah tV dan menyalakannya.

"Eh jorok, mandi gih sana. Saya lapar, pengen makan. "

"Masak aja sendiri, biasa nya juga masak sendiri. "

"Kamu kan cewek di sini, kerjaan cewek lah urusan masak. Buruan saya lapar. "

"Kenapa nggak suruh Neli aja yang masak. Saya kan istri di atas kertas bukan istri di dunia nyata. "

"Ok, saya akan hubungi Neli suruh bawa makanan. Kamu kalau mau makan, makan sendiri. "

"Makan sendiri lah, orang punya tangan dua."

*****

"Enak nggak Yank? " Tanya Neli yang sudah berada di rumah Fatih sedang menyuapi nya.

"Enak banget, kamu kalau masak mantap." Jawab Fatih makan dengan lahap sambil dia suapi oleh Neli.

"Hey... Mentari, kamu mau makan bareng kita? " Ajak Neli.

"Gila, nih orang. Berani panggil pacar nya kesini, jangan - jangan nih cewek sering kesini. " ucap Mentari dalam hati.

"Makasih, makan saja berdua. Saya makan sama mie rebus aja. " Ucap Mentari menuju dapur.

Suara tawa, membuat telinga Mentari panas, sesekali Mentari mengintip Fatih yang begitu romantis dan perhatian pada Neli.

Mentari tersenyum getir melihat mereka berdua, dan lanjut Fokus pada mie rebus buatan nya.

"Mentari."

"Ada apa Nel? "

"Saya pinjam suami kamu ya, kita mau nonton."

"Bawa aja, asal nanti di kembali kan masih utuh seperti di bawa pergi. " Ucap Mentari sambil fokus pada Mie rebus nya.

"Kalau Ayah ibu datang, kamu bilang saja, ada keperluan Dinas. " Udah Fatih.

"Kamu mau di bawakan apa? "

"Itu bocah balik juga udah tenang, dari pada bocah tuh kagak balik, nanti bikin saya darah tinggi nya kumat."

"Hahahaha... kamu lucu juga, tenang nanti pulang utuh kok. "

Mentari tersenyum kecut setelah kepergian Fatih dan Neli, seketika makan nya pun tidak berselera.

"Ini, masih suasana bahagia, seharusnya suasana seperti ini pasangan bulan madu, tapi ini saya hanya diam diri di rumah. Kenapa juga, saya harus menjalankan pernikahan seperti ini. Kamu istri macam apa, tidak memiliki perasaan kalau suami nya pergi dengan wanita lain. "

*****

"Ayah, ibu senang banget akhirnya Fatih menikah sama Mentari. " Ucap Ibu Hasna.

"Benar Bu, Ayah itu lebih cocok Fatih sama Mentari, dari pada sama Neli. Dan ini kan, janji kita sama Slamet dan Nuri kalau anak kita nantinya akan menikah, kita akan jadi keluarga. " Ucap Pak Syahrul.

"Semoga, dengan bersatu nya mereka. Fatih dah Mentari bisa saling menerima dan mencintai. "

"Benar Bu, pernikahan mereka begitu tiba - tiba, tidak ada kata pacaran. Kalau sudah di ikat begini kan, mereka nggak bisa saling mengkhianati. "

"Fatih harus melupakan Neli, begitu juga Mentari harus melupakan Gibran. "

*****

Gibran menatap rumah, dimana Mentari kekasih nya kini menjadi istri teman nya. Gibran kekasih Mentari, yang sama - sama seorang Guru yang mengajar satu sekolah dengan Mentari.

Dari lantai atas, Mentari melihat Gibran yang duduk di atas motor nya, dan Mentari langsung segera keluar dari kamar nya.

Namun saat Mentari membuka pintu gerbang, Gibran sudah pergi jauh dengan motor nya. Hati Mentari sedih, saat Gibran sudah tidak ada.

"Kamu pergi, tanpa menunggu saya keluar."

****

Pukul 12 malam Fatih pulang, Mentari yang masih terjaga mata nya sedang santai di ruang keluarga sambil menonton TV.

"Kok belum tidur? Kirain sudah tidur pintu di kunci. " Ucap Fatih.

"Malas saja, bukain pintu nya. Film nya asik tuh. "

" Lihat film apa sih? "

"Films tentang psikopat, pembunuhan berantai.'

" Ini ada Martabak, kamu belum makan kan?"

"Sudah sama Mie rebus. "

"Kok sama Mie, nggak makan sama yang tadi Neli masak. "

"Makasih, itu kan jatah nya Mas. "

"Dia bawa lebih buat kamu juga, makan sana nanti sakit. "

"Malas ah mau tidur. " Ucap Mentari langsung bangun dan masuk kedalam kamar nya.

Terdengar ponsel milik Mentari berdering, yang tertinggal di atas sofa. Fatih melihat Gibran yang menelepon nya lagi.

Fatih membiarkan terus berdering, dan membiarkan ponsel tetap berada di atas sofa. Fatih pun meletakkan Martabak yang dia beli untuk Mentari di atas meja makan.

Di balik selimut, Mentari dengan menutup mulut nya menangis, rindu akan kekasih nya, rindu akan kata - kata indah dari nya.

Fatih melihat tubuh Mentari di balik selimut yang bergetar, Fatih hanya diam dan langsung membaringkan tubuh nya.

"Maaf kan saya Mentari, hati saya hanya untuk Neli. " Ucap Fatih dalam hati nya.

"Mas Gibran, Mentari kangen sama Mas. Bukan dalam posisi seperti ini, Mentari rasanya sakit. " Ucap Mentari dalam hati nya.

.

.

.

Pertanyaan Hati

"Pagi Mas. " Sapa Mentari yang sedang menyiapkan makanan nya.

"Pagi, kamu masak? " Tanya Fatih saat melihat meja makan terdapat dua piring nasi goreng dan telur ceplok.

"Iya, kita sarapan bareng yuk sebelum berangkat. " Jawab Mentari yang sama - sama sudah memakai seragam Dinas mereka.

"Pagi...!! " Sapa Neli.

"Hey... kamu kok kesini? " Tanya Fatih saat melihat Neli sudah berada di rumah nya.

"Kan setiap pagi, saya kesini dulu sebelum berangkat kerja kasih sarapan. " Jawab Neli.

"Eh.. Mentari, kita sarapan sama - sama yuk. " Ajak Neli yang seperti sudah biasa langsung mengambil piring untuk sarapan Fatih.

"Kamu masak nasi goreng ya, saya cicipi dulu ya. " Neli mencicipi nasi goreng buatan Mentari.

"Ini kamu kasih bawang ya? Mas Fatih itu tidak suka sama namanya bawang. Dia bisa alergi, dia ini kalau makan bawang bisa batuk - batuk. Ya kan sayang, mending kamu sarapan sama nasi goreng buatan saya. Maaf ya Mentari, ini saran saja. "

"Makasih ya, sudah kasih informasi. " Ucap Mentari yang langsung makan dengan nasi goreng buatan nya.

Fatih melirik ke arah Mentari yang hanya menundukkan wajahnya saat makan, sedangkan Fatih dan Neli saling suap - suap an.

"Yank, mending kamu cepat berangkat deh. Takut telat, Mas juga harus Apel. " Ucap Fatih.

"Ok, nanti pas makan siang saya ke kantor ya." Ucap Neli.

"Jangan, kamu kan tahu status saya suami nya Mentari. Kalau sampai ada yang tahu, gawat apalagi wartawan. " Ucap Fatih.

"Ok deh, tapi nanti malam jadi kan kita keluar? ada acara keluarga, Mas harus datang. "

"Iya, pasti Mas datang. "

"Mentari, saya berangkat duluan ya, bye.. "

Mentari lalu bangun dan membereskan sisa sarapan nya, tanpa bicara Mentari langsung mengambil tasnya.

"Mas antar kamu. " Ucap Fatih.

"Nggak usah Mas, kita hanya istri di atas kertas. Saya lebih baik berangkat sendiri, Mas Gibran sudah menunggu di depan. " Ucap Mentari.

"Kamu nggak bisa berpura-pura, apa kata mereka kalau kamu, pulang pergi dengan pacar kamu. "

"Lantas, Mas nggak memikirkan tetangga kanan kiri, Neli suka kesini, Mas jalan sama dia. Kita ini hanya pura - pura bahagia di depan orang tua kita, tapi nggak begini juga Mas, bebas keluar masuk Neli. Kalau sampai Ayah sama Ibu tahu, bagaimana saya bilang sama mereka. "

"Mas tahu, kamu nggak tahan kan. Kamu kangen kan sama Gibran? "

"Jelas lah, saya nggak bebas seperti Mas. Bagaimana rasanya, nggak bisa bertemu sama dia. "

"Mas ijinkan kamu ketemu sama dia, jalan sama dia. Tapi jangan untuk datang ke rumah."

"Ok deal ya, Neli juga jangan datang ke rumah."

"Ok deal. "

*****

Fatih sampai di kantor kecamatan, hari pertama setelah menikah datang ke kantor kecamatan dengan berkas yang sudah menumpuk.

"Pak." Pak Ibnu, Kasi kesos masuk kedalam ruangan Fatih.

"Pak Ibnu, bagaimana? "

"Begini Pak, tadi saya dapat amanat, dari Pak MP katanya para istri kepala desa ingin, jamuan makan bersama dengan Ibu, dan ingin mengenal lebih dekat. Nanti kan Ibu juga akan menjadi ketua PKK di kecamatan. "

"Kapan acaranya? "

"Nanti malam Pak, mereka sudah siapkan semua nya. "

"Nanti malam ya, baik boleh. Jam berapa? "

"Sekitar jam 7 malam. "

"Baik, nanti saya sampai kan sama ibu. "

*****

"Mas, ingin bicara sama kamu. " Ucap Gibran yang menarik tangan Mentari masuk kedalam gudang.

"Saya juga ingin bicara sama Mas. " Ucap Mentari.

"Mas nggak bisa tidur, Mas nggak bisa bilang apa - apa, saat kamu sudah sah jadi istri Fatih."

"Mas, hati saya tetap sama Mas, percaya sama Mentari. "

"Lalu, sampai kapan, kalian menjalankan pernikahan seperti ini? "

"Tolong jangan tanya itu, biar kita sedikit demi sedikit lepas dari ikatan pernikahan ini."

"Jujur, Mas kecewa, mungkin Neli juga sama. Tapi Mas akan tetap menunggu kamu."

"Makasih Mas, sabar ya Mas. Tunggu Mentari agar bisa secepatnya lepas dari pernikahan ini."

Mentari keluar lebih dulu, dan di susul oleh Gibran, dari Jauh Aneke melihat kedua nya. Saat Mentari duduk di kursi, Aneke langsung menghampiri Mentari.

"Kamu masih pacaran sama Gibran? "

"Nggak, saya kan sudah jadi istri Pak Fatih. "

"Jangan bohong, saya tahu kamu keluar dari gudang berdua. Kamu sama dia tidak melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi kan? "

"Tidak, kamu sok tahu. "

"Mentari, ingat sekarang kamu itu jadi sebuah titik pembicaraan, apalagi kalau sampai tahu kamu masih berhubungan sama Pak Gibran, bisa gawat, kamu bisa kena kasus. "

"Kami itu saling mencintai, pernikahan kita yang salah. "

"Kenapa kamu mau? "

"Orang tua, demi orang tua. Mereka sudah berjanji untuk anak - anak nya menikah, jujur orang tua saya juga, tidak merestui hubungan saya sama Mas Gibran dari awal, mungkin karena saya sudah di jodoh kan. Sama hal nya, Mas Fatih. "

***

"Kita pulang bareng yuk? " Ajak Gibran.

Tepat Mentari dan Gibran yang sedang mengobrol, mobil milik Fatih berhenti. Pintu pun terbuka, Fatih langsung menghampiri mereka.

"Apa kabar? " Sapa Fatih bersalaman dengan Gibran.

"Alhamdulillah baik, tolong jangan kamu apa - apa kan Mentari. " Ucap Gibran.

"Tenang saja, kita tidur terpisah. " Ucap Fatih dengan tersenyum.

"Syukur lah, kamu mau jemput Mentari? " Ucap Gibran.

"Iya,sudah pada mau pulang kan? " Tanya Fatih.

"Sudah, ini juga tadi saya ingin antar Mentari. Eh Pak Camat sudah kesini jemput. "Jawab Gibran.

" Mentari yuk pulang. " Ucap Fatih.

"Mas, saya duluan ya. " Ucap Mentari pada Gibran.

"Hati - hati. "

****

"Kenapa sih jemput segala? "

"Eh saya juga sebenarnya malas jemput kamu. Kata kamu, kita harus pulang pergi sama - sama. "

"Nah, ini jam berapa? Mas keluar hanya buat jemput saya aja. Sok perhatian, noh Neli cemburu nanti. "

"Kata kamu, Neli di larang ke rumah, kata kamu ketemu di luar saja. "

"Iya, dia juga pasti cemburu kalau tahu. Mas Gibran juga Pasti cemburu, tapi kayak nya Neli deh yang nggak punya rasa cemburu, di kasih jampi - jampi apa sih? "

"Ada deh, Neli mungkin nggak akan baper seperti Gibran. "

"Mungkin, pacar Mas ini terlalu polos ya."

"Nggak, dia nggak polos tapi selalu percaya sama Mas. "

"Tahu kita nikah, dia nangis? "

"Pasti lah, tapi Mas jelaskan agar dia mengerti."

"Nanti malam, ada pertemuan makan malam bersama dengan Para kepala desa dan istri nya, mereka ingin kenal lebih dekat lagi sama kamu. "Ucap Fatih kembali.

"Jam berapa? "

"Jam 7."

"Pakaian nya, saya nggak punya Mas? "

"Pakaian yang menurut kamu bagus dan cantik. "

****

"Maaf Neli, saya ada acara sama Para kepala desa. " Ucap Fatih melalui sambungan telepon nya.

"Jadi nggak bisa hadir ya? " Ucap Neli dengan nada kecewa.

"Iya, maaf ya. "

"Mentari ikut? "

"Jelas ikut, dia kan istri Mas. "

"Seharusnya, saya yang jadi Ibu Camat, bukan Mentari. "

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!