Seorang gadis tengah berlari menuju halte bus. Terlihat ia sangat kelelahan saat sampai di halte bus yang sudah di padati oleh banyak orang, beruntung ia tidak ketinggalan bus pagi ini jika itu terjadi mungkin ia tidak akan bisa melakukan interview kerja.
"Huh, hampir saja aku ketinggalan! Semoga saja tidak macet di jalan, " Gumam gadis itu.
Alesia Dallas, gadis berumur 25 tahun yang baru saja menyelesaikan kuliahnya... Alesia terlahir dari keluarga yang kurang mampu namun ia bisa menyelesaikan studinya karena kepintarannya dan bisa mendapatkan beasiswa di sekolahnya hingga ia tamat sekolah.
Meski Alesia sering di bully saat di sekolah namun ia tidak peduli dan lebih memilih untuk fokus mengejar impiannya, menjadi seorang sekertaris dari perusahaan besar dan bisa membiyayai adiknya yang masih di bangku SMA.
Pagi ini Alesia hendak melakukan interview di salah satu perusahaan besar untuk mendaftar sebagai sekretaris di sana. Namun ia hampir saja ketinggalan bus karena semalam ia tidak bisa tidur memikirkan hari ini. Alesia menaiki bus dengan berhimpitan demi bisa sampai di perusahaan yang ia tuju.
Bus mulai berjalan, namun baru beberapa menit mereka bergerak bus kembali berhenti karena kemacetan terjadi, Alesia berharap bisa datang tepat waktu namun sepertinya harapan itu akan pupus melihat padatnya jalanan bahkan membuat bus pelan sekali bergerak.
"Sial! Kenapa harus terjebak macet? Aku bisa terlambat, " Gumam Alesia berdecak kesal sambil melihat jam tangannya.
Alesia terus bergumam kesal lantaran bus belum juga bergerak, ia terus melihat ke arah jalanan dan ke jam tangannya secara bergantian. Ia takut jika akan terlambat ia tidak ada kesempatan untuk bekerja di perusahaan besar itu, kesempatan yang sangat langka saat perusahaan besar itu sedang mencari sekertaris baru.
"Ayolah! Ya Tuhan, bantu aku jangan sampai aku benar-benar terlambat dan kehilangan kesempatan ini! " Gumam Alesia lagi.
Ia terus berdoa sambil terus melihat ke arah jam yang terus berjalan. Tidak lama kemudian bus berjalan dengan lancar membuat Alesia senang bukan main namun itu hanya sebentar saja dan bus kembali berhenti karena kemacetan yang tidak bisa di hindarkan, membuat Alesia menghela napas gusar.
Bus kembali berjalan namun tidak lama kemudian kembali berhenti, waktu terus berputar namun sudah hampir 30 menit Alesia berada di bus dan terjebak macet, sedangkan waktu interview hanya tinggal 5 meniti lagi dan jarak dari tempatnya sekarang ke perushaan masih cukup jauh.
"Apa aku berlari saja ya? Tidak-tidak aku tidak mungkin berlari dan melakukan interview dalam kondisi berantakan, " Batin Alesia yang masih memperhatikan jalan yang padat.
"Ya Tuhan bantu aku! Jangan sampai aku benar-benar terlambat, " Gumam Alesia lagi.
Dan keajaiban terjadi, jalanan langsung renggang bus pun kembali bergerak dan tidak ada hambatan lagi. Alesia benar-benar bersyukur kala bud tidak berhenti karena kemacetan namun, ia juga sudah telat waktu interview sudah di mulai membuatnya khawatir jika dia tidak akan ada kesempatan.
Saat di pemberhentian tidak jauh dari perusahaan, Alesia turun dan di ikuti oleh beberapa orang, setelah itu Alesia berlari menuju perusahaan yang jaraknya masih cukup jauh namun akan cepat sampai saat ia berlari. Alesia berlari beruntung ia tidak menggunakan sepatu yang berhak tinggi jadi memudahkan ia untuk berlari.
"Hos, hos astaga aku benar-benar terlambat 15 menit! " Ucap Alesia masih berlari.
Alesia berlari sekuat tenaga dan akhirnya sampai di perusahaan. Sebelum masuk ia merapihkan dirinya terlebih dahulu sebelum masuk dan bertanya kepada resepsionis di mana letak ruang interview berada.
"Permisi nona! Saya mau tanya di mana ruang interview ya? " Tanya Alesia setelah berdiri di hadapan resepsionis.
Resepsionis yang berjaga melihat penampilan Alesia yang sangat biasa dengan tajam, tatapan itu membuat Alesia tidak nyaman namun ia tetap tersenyum untuk menjaga ke profesionalannya. Resepsionis itu memanggil temanya dan menyuruh temannya memberi tahu Alesia dengan tatapan menjijikkan yang di layangkan kepada Alesia.
"Hey! Kau antar dia menuju ruang interview! Aku tidak sudi mengantarnya, " Ucap resepsionis itu.
"Baiklah, " Jawab temannya.
"Mari, biar aku antar, " Ucap resepsionis yang baru saja di panggil dengan ramah tidak seperti temannya itu.
Alesia hanya mengangguk, ia mengikuti langkah resepsionis itu namun karena terlalu canggung Alesia hanya diam. Resepsionis itu yang memang tidak menyukai kecanggungan memecahkan suasana mereka agar lebih hangat.
"Hey, siapa nama mu? Aku Carla, " Ucap resepsionis memperkenalkan diri sebagai Carla.
"Oh hay, aku Alesia Dallas kau bisa memanggilku Alesia, " Jawab Alesia dengan ramah.
"Baiklah Alesia, oh ya jangan di masukan ke hati ucapan Ruby dia memang seperti itu, " Ucap Carla.
"Tidak masalah, aku sudah terbiasa di tatap seperti itu, " Jawab Alesia memaklumi.
"Baiklah, tidak terasa karena mengobrol kita sudah sampai... Ini ruangannya kau masuklah dan semangat! Aku yakin kau akan di terima, " Ucap Carla menyemangati Alesia.
"Baiklah terimakasih, oh ya apakah aku sudah terlalu terlambat? " Tanya Alesia kepada Carla sebelum wanita itu pergi.
"Tidak, hanya sedikit masih ada banyak orang yang melakukan interview jadi kau tidak akan ketahuan jika kau terlambat, " Jawab Carla dengan kedipan mata.
"Baiklah terimakasih, kau bisa kembali ke tempat mu, " Ucap Alesia berterimakasih.
Carla hanya mengangguk, lalu wanita itu meninggalkan Alesia di depan pintu yang cukup besar di mana ruangan interview berada. Alesia menarik napas dalam-dalam sebelum ia membuka pintu, setelah ia sudah yakin Alesia membuka pintu besar itu dan melihat banyak wanita seksi yang tengah menunggu giliran mereka di interview.
Saat masuk Alesia langsung menjadi tatapan semua orang, banyak yang mencibir penampilan Alesia yang sangat biasa bahkan tidak banyak yang langsung berbicara di hadapan Alesia tanpa peduli dengan perasaan Alesia yang sama seperti mereka untuk melakukan interview.
"Hey! Apakah kau berharap bisa menjadi sekertaris dari direktur perusahaan ini? Apakah kau tidak mengaca? Sebaiknya mundur sebelum kau malu sendiri! " Ucap salah satu wanita yang pakaiannya sangat minim dan make-up yang tebal.
Alesia memilih untuk diam, ia tidak mau mencari ribut di hari yang menegangkan. Apa katanya tadi? Mengundurkan diri? Tidak itu tidak akan terjadi, ini kesempatan yang sangat bagus untuknya dan untuk masa depannya jadi ia lebih memilih untuk diam dan fokus kepada handphonenya meski pikiranya bukan di sana.
"Hey apakah kau tuli? Haha wanita seperti mu hanya pantas menjadi pelayan di toko kecil! " Ucap salah satu dari mereka yang tidak lain teman dari wanita yang sudah berkata lebih dulu.
Alesia tetap diam, ia tidak mau membuat keributan ia lebih memilih untuk menyumpal telinganya dengan earphone dan mengabaikan orang-orang yang tengah mencibirnya.
"Cih! Dia benar-benar berlagak! Kita lihat bagaimana dia akan di permalukan oleh direktur perusahaan! " Ucap wanita yang tadi di abaikan oleh Alesia.
"Benar, aku dengar direktur perusahaan yang langsung menginterview, aku dengar dia masih muda dan sangat tampan... Jika aku tidak bisa menjadi sekertaris nya tidak masalah asal aku bisa naik ke atas ranjangnya saja, " Ucap satunya lagi.
"Hey! Lihat dirimu apakah kamu pantas? Tentu saja aku yang akan di terima menjdi sekertaris dan teman ranjangnya haha, "
"Ya aku tahu kau memang cantik, tapi kita lihat apakah dia akan takluk dengan kecantikanmu atau dengan kecantikan ku! Hehe, "
"Kita lihat saja nanti! "
"Hey sudah! Apakah kalian tidak tahu jika direktur tampan itu sangat kejam dan dingin? "
"Oh aku melupakan itu! Tapi aku tidak peduli HAHAHA, "
Alesia jelas mendengar semua percakapan dari ketiga wanita di sampingnya, wanita yang sama yang sudah mengejeknya tadi. Sebenarnya ia tidak peduli jika direktur nya tampan atau tidak yang ia takuti adalah jika direktur itu sangat galak dan akan sulit di tangani.
Satu persatu para wanita yang ada di ruangan di panggil ke dalam untuk melakukan interview dan mereka semua di tolak dengan kejam hingga membuat para gadis di sana menangis bahkan ada yang memaki karena ia sempat di hina yang sebenarnya wanita itu memang menggoda direktur secara langsung membuat mereka langsung di usir dengan paksa.
Alesia melihat itu sedikit takut dan semakin gugup, namun saat ia mengingat Carla yang sudah memberikan semangat padanya teman pertamanya di perusahaan dan di hidupnya, ia kembali semangat dan mencoba untuk menghilangkan kegugupan yang ada di hatinya.
"Huh sudah mulai sepi, namun belum ada yang di terima! Apakah aku bisa di terima ya? " Gumam Alesia bertanya-tanya.
Saat tengah memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi, seorang gadis menghampirinya dan duduk di sebelahnya dengan tersenyum menatap Alesia yang tengah di landa kegugupan.
"Hay, " Sapa gadis itu.
"Oh hay, " Balas Alesia dengan canggung.
"Apa kau ke sini ingin mendaftar pekerjaan? " Tanya gadis itu yang terlihat lebih muda dari Alesia.
"Iya, tentu saja apa kau juga sama? Tapi sepertinya kau sedikit berbeda dari mereka, " Ungkap Alesia jujur.
"Hehe, aku tidak akan melamar oh ya aku masuk dulu ya... Semangat aku yakin kau akan di terima, " Ucap gadis itu menyemangati Alesia.
"Baiklah terimakasih, " Jawab Alesia tersenyum.
Namun Alesia belum menyadari jika gadis itu masuk ke ruang interview tanpa di halangi oleh penjaga. Tidak mau memikirkan itu Alesia lebih memilih untuk menghapal agar daat interview ia tidak salah berbicara nantinya.
"Hey siapa gadis itu? Kenapa dia bisa masuk tanpa di halangi? " Tanya seorang wanita kepada Alesia yang tengah menunduk.
Alesia baru sadar apa yang di ucapkan wanita di sampingnya, ia menatap pintu besar yang tertutup dengan bertanya-tanya. Siapa sebenarnya gadis tadi yang sudah memberikannya semangat?
"Aku tidak tahu, " Jawab Alesia jujur.
Satu persatu peserta yang ingin melakukan interview berkurang, tidak banyak yang keluar dengan keadaan menangis membuat Alesia semakin gugup. Dan sekarang adalah gilirannya untuk melakukan interview, masih banyak orang di tempat menunggu dan menatapnya remeh namun di abaikan oleh Alesia.
Alesia masuk ke dalam ruangan interview dengan gugup, aura mencengkam saat ia masuk dan melihat sang direktur yang duduk dengan di temani oleh gadis yang sempat memberikannya semangat saat di luar tadi.
"Pagi! " Sapa Alesia dengan ramah.
"Duduk! " Perintah sang direktur.
Alesia menurut lalu ia duduk di hadapan sang direktur dengan gugup, ia memberikan berkas yang ia bawa ke hadapan sang direktur yang langsung di baca oleh direktur itu dengan wajah datar namun terlihat sangat tampan.
Alesia melihat gadis yang ada di samping sang direktur memberikan semangat lewat isyarat, dan Alesia membalas dengan senyum manisnya. Direktur sudah selesai membaca semua laporan di berkas yang di bawa Alesia, ia menatap Alesia dengan tajam dan datar membuat Alesia ketakutan.
"Alesia Dallas! Baru menyelesaikan sekolah dan ingin mendaftar menjadi sekertaris? Dapat keberanian dari mana kau?! " Tanya sang direktur dingin namun menusuk.
"Tentu saja karena ada peluang pekerjaan dan juga tidak mungkin setelah saya menyelesaikan sekolah tidak bekerja dan hanya menjadi beban keluarga saja? Selagi ada kesempatan saya akan mencobanya, " Jawab Alesia dengan yakin.
Direktur yang mendengar itu tersenyum miring meremehkan, baru pertama kali ada orang yang berani mengatakan hal itu. Alesia yang senang akan jawabannya sendiri dan juga di berikan acungan jempol oleh gadis yang berada di samping direktur membuatnya semakin percaya diri.
"Cih! Aku sudah banyak bertemu dengan wanita seperti mu! Apa kau yakin hanya ingin pekerjaan ini? Bukankah wanita sepertimu rela naik ke atas ranjangku secara cuma-cuma? " Pertanyaan dari sang direktur yang malah membuat Alesia tidak menyukai direktur itu.
"Saya bukan wanita seperti itu! Jika anda tidak menerima saya anda tidak perlu berkata seperti itu! Kalau tidak ada apa-apa lagi sebaiknya saya pergi! " Ucap Alesia datar dan mengambil berkasnya setelah itu ia berdiri dan hendak meninggalkan ruangan itu dengan kesal namun ucapan selanjutnya dari sang direktur membuatnya berbalik dengan tidak percaya.
"Hehe, baiklah kau ku terima! Jawaban yang bagus Alesia, " Ujar direktur dengan di sertai senyum yang sulit di artikan.
"Apa? Tunggu aku di terima? Apa kau serius tuan? " Tanya Alesia masih tidak percaya.
"Cih! Jika bukan karena adikku menyukai mu, aku juga tidak akan mempekerjakan wanita seperti mu! " Jawab direktur dengan ketus.
"Baiklah terimakasih atas hinaannya, jadi kapan saya bisa mulai bekerja? " Tanya Alesia mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak menghina mu! Tapi itu kenyataan, besok pagi kau sudah bisa bekerja jangan sampai telat jika tidak aku tidak segan-segan memecat mu! " Jelas direktur.
"Baiklah aku paham, jika tidak ada lagi saya pamit, " Ucap Alesia dan membungkukkan badan lalu mulai melangkah meninggalkan ruangan.
Baru beberapa langkah, Alesia sudah kembali di panggil membuatnya mau tidak mau kembali memutar balik dan menatap direktur yang sangat menyebalkan menurutnya. Dengan senyum paksa Alesia bertanya.
"Tunggu! " Panggil sang direktur.
"Ada apa lagi tuan? " Tanya Alesia.
"Namaku Josephton Matilda, ingat namaku itu! Dan juga selama kau bekerja di sini kau harus melayani ku! " Ucap sang direktur.
Alesia mengangguk, namun ada satu kata yang membuatnya kebingungan. Karena kalimat 'melayani' yang di ucapkan oleh sang direktur sedikit ambigu, karena tidak mau salah paham Alesia memilih untuk bertanya.
"Baiklah aku paham, namun melayani seperti apa? " Tanya Alesia gugup.
"Cih, tentu saja membuatkan kopi dan lain-lain kau pikir apa? Lagi pula aku tidak tertarik dengan tubuh biasamu itu! " Ujar Josep dengan tajam dan meremehkan.
"Aku hanya bertanya! Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu sampai jumpa, " Sahut Alesia dan cepat-ceoat pergi dari ruangan itu.
"Menarik! " Gumam Josep setelah Alesia tidak terlihat lagi.
Sekarang hanya tinggal Josep dan adik perempuan nya, adik perempuan nya itu yang bernama Arsyla Matilda yang baru saja berusia 18 tahun, tersenyum puas karena kakanya mau menerima Alesia sebagai sekertaris nya. Arsyla menyukai Alesia yang apa adanya makan dari itu ia menyuruh sang kakak untuk menerimanya.
"Daniel! Usir semua yang masih ada di depan! Bilang pada mereka jika aku sudah mendapatkan sekertaris, " Ucap Josep kepada bodyguard yang ada di sana.
"Baik tuan! " Jawab bodyguard yang bernama Daniel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!