NovelToon NovelToon

Terikat Simpul Pernikahan

Kehidupan Xena

Seorang gadis terlihat keluar dari sebuah toko perhiasan.

Dia membawa beberapa kotak perhiasan.

Gadis bernama Xena Elsava itu, memang sangat hobi membeli perhiasan dengan harga fantastis.

Dia adalah satu-satunya pewaris harta sang ayah --Deril Elsava-- karena tidak ada lagi saudara lain yang dilahirkan dari rahim sang ibu --Tivani Elsava--.

Xena benar-benar merasa bahwa hidup ini hanya kebahagiaan dan kesenangan semata.

Dia tidak pernah merasa hidupnya susah.

"Maura, tolong bawakan tasku," pinta Xena saat dirinya akan menjawab panggilan dari sang kekasih --Eduardo Devon--

"Baik nona," jawab Maura sambil memasukkan barang sang nona muda ke dalam jok belakang.

"Silahkan masuk nona," pinta sang asisten.

"Oke, terima kasih Maura," jawab Xena yang hanya tersenyum singkat pada sang asisten.

"Sama-sama nona," jawab Maura, dia segera duduk di jok kemudi untuk bersiap mengantar sang nona muda kemanapun sesuai keinginannya.

Kini sang nona muda sudah berada di jok belakang.

Panggilan telepon yang sedari tadi sang nona muda abaikan, terlalu berisik, hingga harus segera di jawab.

Dia terlihat menempelkan ponsel super mahalnya tepat di alat pendengarannya.

"Ada apa Ed?" tanya Xena, sambil masuk ke dalam mobil.

"Aku butuh uang 100 juta untuk bermain judi, berikan uang itu sayang," pinta Eduardo.

"Aku sudah mentransfer uang untukmu 1 milyar kemarin, kenapa kau ingin lagi?" tanya sang gadis merasa tidak habis pikir dengan sang kekasih yang sangat mudah meminta uang yang sangat banyak.

"Kau ingin foto kita saat berada di hotel mewah itu tersebar? Apa kau tidak takut reputasi ayahmu hancur?" ancam sang kekasih.

Eduardo dan sang gadis memang sudah menjalani sebuah hubungan yang terlewat batas.

Namun sebagai pria yang profesional, dia selalu menggunakan pengaman dan senantiasa berjaga-jaga agar benih itu tak tumbuh di rahim Xena.

"Ed? kau jangan melakukan itu, jika tidak aku akan melaporkanmu kepada polisi! kita melakukannya atas dasar saling suka. Kau keterlaluan jika menggunakan momen itu untuk mengancam aku!" ucap sang gadis lirih.

"Ya ya ya, kau kirim saja uangnya, apa sih susahnya?" cetus sang kekasih yang tidak memilliki hati itu.

Dia sebenarnya tidak menyukai Xena, hanya saja semua kekayaannya yang membuat Ed betah bersama dengan gadis angkuh dan sombong itu.

Jika sang gadis tahu saat ini Ed sedang beradu permainan panas di atas peraduan bersama sahabatnya, mungkinkah cinta itu masih ada?

Entahlah!

Hanya sang gadis yang tahu isi hatinya.

"Ed, aku sudah memberikan uang banyak sekali, kenapa kau selalu memaksa aku?" cetus sang gadis merasa bahwa kekasihnya sangatlah tidak pro terhadapnya.

Xena bukannya takut miskin, hanya saja sang kekasih semakin lama hanya menginginkan uangnya saja.

Xena selalu paham tentang apa yang ada di dalam kehidupannya, dia sebenarnya sudah tahu alasan sang kekasih masih mau dengannya meski dirinya sangat arogan dan pemarah.

Harta adalah alasan utamanya, sang kekasih hanya ingin harta dari Xena.

Saat sang gadis melakukan panggilan telepon terhadap Eduardo, dia mendengar ada suara aneh.

Terdengar seperti suara seorang gadis yang sangat dia kenal.

"Ed? Kau sedang bersama siapa?" tanya sang gadis penasaran.

"Oh itu, itu hanya suara dari musik. Kau jangan mengalihkan pembicaraan, segera kirimkan uangnya, kalau tidak aku akan membuat banner foto tanpa busana mu di depan kantor ayahmu!"

Tut ... Tut ... Tut ...

Panggilan telepon itu tiba-tiba terputus.

Xena merasa panik karena sang kekasih adalah tipe orang yang sangat nekat dan bisa saja melakukan hal yang akan membuatnya susah.

"Pria itu! untung dia ganteng dan memuaskan, jadi aku akan memberikannya uang!" gerutu sang gadis.

Dia segera mengirim uang ke rekening sang kekasih.

Tidak sampai satu menit, uang itu sudah sampai dan pesan chating dari sang kekasih langsung memberikan informasi.

"Sudah masuk ya sayang, terima kasih. Nanti malam aku minta jatah ya?"

Pesan itu terbaca dengan jelas oleh sang gadis.

Bukannya menolak, tetapi gadis itu cukup gembira.

"Oke, berikan yang terbaik. Hotel XZY nomor 124."

Sang gadis sudah membalas pesan itu dan membiarkan ponselnya berada di tangannya.

"Nona? apakah kau sudah selesai?" tanya salah satu asisten bernama Maura.

"Ya, kau bisa menyetir mobil dan kau Malik, tetaplah di depan, temani saudara kembar mu. Jangan terbiasa menguping aku saat menelpon kekasihku," sindir sang majikan yang selalu memergoki Malik melakukan hal tak terduga.

Sepertinya Malik juga memiliki rasa dengan Xena yang memang memiliki tubuh yang bagus dan sangat menggoda.

Namun Malik masih memiliki rasa takut, dia adalah orang yang tak akan melakukan hal nekat yang akan membahayakan diri dan keluarga.

Terutama Maura yang sangat dia sayangi, dia tidak mau mendapatkan nasib yang sama dengan beberapa asisten pribadi yang sudah berganti hampir 10x dalam satu bulan sebab tidak bisa menahan diri dengan sang majikan yang selalu mengumbar kecantikannya.

Untung saja sikap Maura dan Malik selalu baik, jadi sudah lima bulan ini tidak berganti asisten.

"Baik nona," jawab Malik, kembali pada posisinya yang rapi.

Dia duduk di samping kursi kemudi lalu meminta Maura untuk segera tancap gas.

Sebab sang majikan sudah tidak sabar untuk merawat kuku.

.

.

.

Sesampainya di salon terbaik ...

Mobil sang gadis berhenti di depan salon mewah langganan.

Malik turun dari mobil dan perlahan membuka pintu jok belakang, tempat sang majikan berada.

"Terima kasih Malik," ucap sang majikan sambil memberikan tips.

"Ini apa nona?" tanya Malik merasa aneh, dia tak pernah mendapatkan ini selama bekerja dengan sang gadis.

"Kau bisa membeli wanita penghibur dengan uang yang aku tulis di check ini, berhenti mengintip dan mencuri pandang kepada tubuhku, aku memang cantik dan sangat mempesona. Akan tetapi pandangan matamu mengotori kehormatan Xena sebagai gadis kaya raya."

Seketika itu juga Malik merasa emosi, amarahnya sudah berada di ubun-ubun, ingin rasanya menghabisi gadis yang menjadi majikannya ini, namun bagaimana caranya?

"Hey? kenapa kau diam saja? kau itu hanya rendahan, tak pantas menyukai gadis cantik dan kaya sepertiku! Kau harus menjadi seorang bintang film paling tidak jika ingin berkencan denganku! Cih, bau orang miskin! minggir!"

Sang majikan benar-benar menggores luka di hati sang asisten.

Ini sangat menarik, ketika jiwa jahatnya mulai memberinya ide.

Jiwa hitam dan amarah telah membuatnya gelap mata, hingga rasa kasihan terhadap Maura jika mendapatkan masalah karena ulahnya nanti, hampir tidak ada di dalam pikirannya.

Dia benar-benar gelap mata.

"Hah! aku akan melecehkannya, lalu menghabisi seluruh anggota keluarganya. Selama ini aku sudah diam, Maura mengatakan padaku, kata-kata Xena jangan di ambil hati. Akan tetapi aku tidak bisa diam saja," batin Malik.

Dia akan menyusun sebuah rencana yang sangat kejam untuk memberikan pelajaran kepada Nona Muda yang sangat arogan itu.

"Malik, ada apa?" tanya sang kembaran.

Dia heran dengan Malik yang menyobek kertas check berisi digit angka yang cukup banyak itu.

"Tidak ada, hanya saja aku lelah," jawab Malik.

"Kau masih merasa sedih dengan kata-kata majikan?" Sang kembaran memiliki feeling yang cukup jitu.

Dia bisa mengetahui apapun kata hati Malik, tanpa perlu dikatakan olehnya.

Malik masih menutup-nutupi.

Jika Maura tahu, rencananya pasti akan gagal.

"Tidak, hanya saja tuan besar sudah memberikan banyak bonus, aku tak butuh uang dari nona muda," tukasnya beralasan.

*****

Rencana Malik

Dua jam kemudian ...

"Nona lama sekali," ucap Malik merasa aneh dengan sang nona muda yang tak terbiasa lama saat merawat kuku.

"Kau tunggu di sini, aku akan memeriksa," pinta Maura.

Baru akan melangkahkan kaki, namun Malik menghentikan sang kembaran sebab dia yang ingin masuk ke dalam salon.

Sang kembaran mengiyakan apa yang dia katakan.

Kini Malik sudah berada di dalam pintu salon, dan tak sengaja sang nona juga berada di sana.

"Kau mau apa?" tanya nona muda arogan itu.

"Aku hanya ingin memeriksa, kenapa nona lama sekali keluar dari salon," cetus Malik dengan nada suara rendah dan wajah yang menunduk.

"Hah, sok peduli! aku sudah mengatakan kepadamu bahwa jangan terlalu peduli padaku, kau hanyalah seorang asisten rendahan!"

Sang nona muda menghempaskan pundak sang asisten hingga terjatuh.

"Cih, pria lemah!"

Sang nona muda melenggang jauh dari hadapan sang asisten dan berjalan menuju mobil mewah miliknya.

"Aku sudah tidak tahan lagi," ucap sang asisten sambil mengepalkan tangannya.

Dia meraih ponsel yang ada di dalam sakunya.

Lalu melakukan panggilan kepada seorang yang akan membantunya mengeksekusi rencana yang sudah sangat lama ingin dia lakukan tetapi terkendala oleh Maura yang selalu memberikan pengertian bahwa majikannya memang seperti itu dan tidak perlu dilawan.

Namun, kejadian di depan salon itu membuatnya gelap mata.

Dia akan terus melakukan aksinya tanpa sepengetahuan Maura.

"Robin, kau tahu rumah majikan ku?" tanya Malik di dalam sambungan telepon.

"Iya, aku tahu," jawab Robin.

"Kau datanglah ke sana malam ini pukul 10.00 malam. Lalu, pura-pura saja ingin bertemu denganku. Aku merencanakan sesuatu agar rumah itu terbakar bersama dengan majikan ku, kau bawa nona muda pergi. Aku akan memberinya pelajaran nanti."

"Lalu bagaimana bagian ku?"

"Aku akan membawa beberapa perhiasan serta uang, surat-surat penting juga akan aku amankan semua. Kita bagi dua nanti!"

"Siap!"

Setelah selesai melakukan panggilan telepon, Malik kemudian berjalan menuju mobil sang nona muda.

Lagi-lagi sang nona muda terlihat marah-marah karena Malik tak kunjung datang padahal hanya bertugas untuk menemaninya.

"Heh! kau ini memang tidak tahu malu! bagaimana bisa melakukan segalanya sesuai dengan keinginanmu? masuk ke dalam mobil! dasar! miskin! lebih baik aku memecat kau saja! pria tidak berguna!"

Sang gadis lalu masuk ke dalam mobil dengan hati yang dongkol.

"Cih, apanya yang memecat, kau yang akan aku pecat dari dunia ini!" batin Malik dengan rasa dongkol yang membahana.

Dia juga masuk ke dalam mobil, Malik duduk di samping sang kakak.

Setelah itu, Maura tancap gas menuju rumah karena tidak ada hal lain yang akan di lakukan sang majikan setelah merawat kuku.

.

.

Rumah mewah keluarga Elsava ...

Sebuah rumah dengan halaman super mewah, ada beberapa pengawal yang berjejer.

Sungguh kekayaan itu sudah terpampang jelas di depan mata.

Mobil mewah itu berhenti tepat di depan rumah itu, lalu sang gadis keluar dari mobil.

Sudah ada sambutan dari para pengawal.

Mereka membawa barang-barang milik sang gadis masuk ke dalam rumah, sedangkan Malik dan Maura bergantian berjaga.

Maura yang curiga dengan Malik, lalu bertanya.

"Kau akan merencanakan hal buruk?" ucap sang kakak.

"Jangan mengada-ada," jelas Malik.

"Oke, aku berharap kau tidak akan melakukannya sebab sebagai seorang pria, sangatlah buruk jika menjadi orang yang tidak memiliki hati, padahal keluarga Elsava sudah sangat baik dengan kita, kau pertimbangkanlah ketika sedang kesal dengan nona muda. Dia memang kekanak-kanakan, pahami dia Malik, oke?" pinta sang kakak yang merasa jika adiknya terlalu kecil hati, dia terkadang tak bisa menahan diri untuk emosi.

"Ya, kau tidak perlu menjadi orang yang terlalu mengkhawatirkan hal itu. Aku itu adalah orang yang akan menjaga nona muda," cetus sang adik dengan wajah yang tidak meyakinkan.

Dia sebenarnya kasihan dengan sang kakak, hanya saja menjadi orang baik tidak terlalu sok suci, sebab dia hanya ingin membalas semua hal yang tadi sang nona lakukan padanya.

Dia sudah terhina, sakit hati dan harga dirinya benar-benar terinjak.

"Maura, aku jaga gerbang depannya, kau sebelah sini," pinta Malik.

"Tumben, biasanya kau tidak mau melakukannya?" ungkap sang kakak dengan mengacak rambut dan adik.

Maura dan Malik adalah saudara kembar fraternal, jadi jenis kelamin mereka berbeda meski menjadi saudara yang memiliki wajah yang mirip.

"Aku hanya ingin saja, kenapa kau selalu curiga padaku atas semua hal?" jelas Malik mulai terpancing emosi.

Dia mencoba menahan, hanya saja kebiasaan nya yang sangat tidak baik ini terus terbentuk semakin berjalannya waktu.

"Haha, kau tidak perlu terlalu serius menanggapi apa yang aku katakan, oke?" cetus sang kakak yang meminta adiknya segera bertugas.

Malik segera berjalan menuju gerbang depan, Maura menatap punggung adiknya," Aku tahu apa yang ada di dalam hatimu, namun aku berharap kau tidak perlu melakukannya."

Sang kakak bergumam, dia hanya tidak mau sang adik bertindak sejauh itu, jadi dia hanya bisa memantau dari jauh.

Dia perhatikan memang sang adik sudah menunjukkan gelagat aneh beberapa hari ini, apalagi kata-kata nona muda begitu mengesalkan.

Maura akan terus memantau Malik, supaya dia bisa menegur dengan cara yang pas.

Di saat kecemasan itu coba diredakan oleh sang kakak, Malik makin menjadi dengan caranya untuk memberikan pelajaran terhadap sang nona muda.

Dia kembali menghubungi orang yang sama untuk membantu melancarkan segala rencana untuk menghancurkan keluarga Elsava yang selama ini telah memberikannya gaji tiap bulan.

"Kau sudah sampai?" tanya Malik berbisik.

Dia bersembunyi di dalam pos penjagaan agar tidak ada yang mengetahui apa yang di bicarakan.

"Sudah, aku akan bersembunyi di rumah kosong dekat dengan rumah bosmu itu," ungkap sang teman yang akan membantunya melancarkan usahanya menghabisi seluruh anggota keluarga itu.

"Oke siap, kau tetaplah di sana, sudah bawa orang?" ungkap Malik.

"Aku sudah mengenal kau dari dulu, tanpa kau bilang, aku sudah bawa, semuanya sudah siap. Minuman yang membuat semua orang bisa pingsan juga ada," cetus sang teman yang sangat cerdik dan licik, sama persis dengan Malik.

"Haha, kau selalu bisa di andalkan."

Malik sangat puas bekerja sama dengan temannya yang selalu militan itu.

Dia merasa bahwa rencananya akan segera terealisasi dengan baik.

"Kau akan hancur nona! seperti kertas tadi, kau akan aku hancurkan! bukan hanya dirimu tetapi apa yang "Apa yang kau memiliki, akan menjadi milikku," batin sang asisten yang sudah tidak tahan lagi dengan semua perlakuan tidak sopan sang majikan kepadanya.

Dia cukup merasa percaya diri dengan rencananya yang akan segera mendapatkan hasil sangat memuaskan.

...

Malam harinya, sang pria mampu membuat semua orang tak sadarkan diri dan semuanya berjalan begitu singkat.

Malik hanya perlu memberikan secangkir kopi pada para penjaga, kopi yang ada obat biusnya.

Sang gadis bersama teman Malik menuju rumah yang sudah di tentukan sebagai tempat penyekapan.

Di sisi lain, Maura yang selamat karena tak meminum secangkir kopi yang di buat oleh Malik, mencoba mencari celah untuk menyelamatkan majikan, tetapi tak ada yang bisa dia lakukan.

Dia memilih untuk memantau dari rumah pohon milik Xena.

Kehancuran keluarga Xena

Malik langsung membakar rumah itu, hingga tak ada yang tersisa sebab semuanya harta berada di tangan sang teman yang bekerja sama dengannya.

"Haha ... pada akhirnya hanya aku yang akan berkuasa di tempat ini, apakah kau paham gadis cantik yang selama ini begitu sombong ingin membuatku jatuh?" ucap Malik sambil membayangkan kemenangan yang baru saja ia dapatkan.

Xena sudah berada di dalam kuasanya, sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.

Maura tak menyangka jika seorang Malik mampu melakukan hal yang sangat tidak manusiawi, hanya saja dia tidak bisa mengungkap dengan mudah.

Mau tak mau dia harus diam, tak bisa langsung memberikan pelajaran bagi pria itu, bisa-bisa kalau gegabah, akan mendapatkan banyak permasalahan baru.

"Aku tidak pernah menyangka kau melakukan ini Malik," ujar Maura.

Dia meneteskan air mata sebab sang adik justru melakukan hal yang tidak benar seperti ini.

Hingga langkah sang adik terlihat pergi meninggalkan rumah yang sudah terbakar api.

Beberapa orang yang menjadi tetangga, begitu ramai datang setelah ada kobaran api yang membuat rumah itu dilalap api dalam waktu yang sangat singkat.

...

Pagi harinya ...

Maura masih berada di sana, dia tidak bisa kemanapun meski memiliki keinginan untuk segera turun dari rumah pohon itu.

Maura terlihat tidur di dalam rumah pohon, dia tak sadar sudah ada banyak orang di sana.

Polisi, damkar, ada ambulan juga.

Mereka berusaha untuk mengevaluasi orang-orang yang ada di rumah itu, tapi tak ada seorang pun yang hidup.

Maura melihat sang adik ada di antara kerumunan, Malik menyamar sebagai seorang yang ingin memantau.

Di atas rumah pohon, dia tahu segala.

"Ayah ibu, maaf! aku tak bisa menjaga dan mendidik adikku dengan baik, dia ternyata telah berkhianat, dia tak menjadi orang baik. Justru tega menghabisi seluruh keluarga itu, aku tak menyangka semua ini bisa terjadi pada nona muda, hiks. Maafkan adikku tuan, nyonya."

Sang kakak menangis, dia tak menyangka akan mendapatkan cobaan hidup yang seperti ini, penuh dengan liku dan air mata.

Dia dan Malik, bukan siapa-siapa, keluarga Xena telah memberikan banyak hal, tetapi gara-gara ucapan Malik, semuanya berubah dan tak ada bisa menahan semua ini.

Malik merasa bahwa dia tak harus berbuat baik pada nona muda keluarga itu, karena telah memperlakukan dirinya dengan sangat buruk.

Si gadis yang bersalah tapi banyak yang kena imbasnya.

Seperti saat ini, semuanya sangat aneh.

.

.

.

Tempat persembunyian ...

Teman Malik sedang menunggu kembalinya seorang yang sudah cukup lama pergi.

"Malik sangat lama," ucap sang teman.

Dia berharap jika semuanya akan segera berakhir sebab Malik sudah menghabisi satu keluarga.

Malik pasti tidak akan bisa lepas dengan mudah.

Sang pria yang merupakan teman dari Malik, berdoa agar Malik tak mendapatkan satu hukuman pun sebab yang dari hasil perampokan tadi malam, akan segera diberikan kepada salah satu anggota keluarga teman Malik yang kebetulan sakit.

"Malik sangat baik padaku, aku tak suka jika ada hal buruk terjadi padanya. Semoga saja dia selalu mendapat kebaikan serta berada dalam lindungan Tuhan."

Teman Malik paham jika rasa sayang itu tak cukup hanya saja tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

Saat Xena bangun dari tidurnya, baru teman Malik menyadari jika apa yang terjadi padanya benar-benar nyata adanya.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!