NovelToon NovelToon

Pengkhianatan Cinta Aminah

Aminah

Perkenalkan nama ku Aminah, aku adalah seorang wanita berusia 25 tahun dimana masa-masa ku untuk menikah telah tiba.

Aku hanyalah gadis lulusan sekolah menengah atas tanpa keahlian apapun dan baba ku barusan meninggal dunia.

Baba memang sengaja tidak mengijinkan ku bekerja di luar rumah dan hanya mengurus bisnis peninggalan baba.

Suatu hari ada keluarga kenalan almarhum baba datang ke rumahku di Janakpur.

Aminah memakai hijab di kepalanya saat ibunya datang ke dalam kamarnya sembari memberikan secangkir teh hijau kesukaannya.

Dia hanya menolehkan kepalanya dan duduk terdiam saat ibunya berbicara padanya pagi itu.

" Ada keluarga dari kenalan almarhum baba hendak kemari dan ingin melihatmu", ucap Ibu.

" Siapa mathair ? Apakah teman baba semasa sekolah ", tanya Aminah.

" Bukan... ", sahut ibu terdiam.

Ibu duduk di samping Aminah seraya menghela nafasnya.

Dia mengusap kepala Aminah yang tertutup hijab dengan lembutnya.

" Mereka keluarga konglomerat dari Delhi... Kenalan bisnis ayah... ", sahut ibu.

" Lantas apa hubungan nya dengan ku mathair ?", tanya Aminah.

Ibu mengeluarkan sebuah kotak dari dalam saku gamisnya yang terbuat dari kain sari yang cantik.

"Mereka memberikanku sebuah mahar, anakku", sahut ibu.

" Apa mathair??? Mahar???", tanya Aminah terkesiap dingin.

" Minggu depan mereka akan datang melamar mu, Aminah", kata ibu.

Ibu mengusap kedua matanya yang berair seraya menyerahkan sekotak perhiasan kepada Aminah.

Aminah termenung menatap kotak yang ada ditangannya tanpa mampu berbicara lagi.

" Sudah waktunya kamu menikah, nak", ucap mathair.

Aminah terdiam dan hanya duduk melamun.

" Baba juga telah tiada dan selalu berpesan pada mathair untuk segera mencarikanmu calon suami yang baik", ucap Ibu.

Ibu kembali mengusap kepala Aminah seraya tersenyum.

" Mereka datang setelah mendengar kabar kematian Baba dan bermaksud untuk menjenguk kita di Janakpur ", ucap Ibu.

Aminah masih terdiam membisu dan hanya memandangi kotak di tangannya.

" Besok kita akan mulai berbelanja untuk kebutuhan pernikahan mu nanti dan menghias rumah", ucap Ibu.

Ibu memandang ke arah Aminah dan mulai mengerti sikap yang ditunjukkan oleh puteri nya.

" Ini memang mungkin berat untuk mu tapi kamu harus mengerti bahwa usia mu sudah tidak muda lagi dan umur 25 tahun, dirasakan sudah terlalu terlambat untuk menikah, Aminah ", ucap Ibu.

Ibu melipat selimut yang ada di ranjang tidur Aminah lalu membersihkan pakaian yang tergeletak di sampingnya.

" Aku akan menyiapkan lulur khusus untukmu dan pakailah mulai hari ini agar saat di hari pernikahan mu, kamu akan tampak segar dan cerah, Aminah ", ucap Ibu.

Aminah tidak menjawab ucapan ibunya dan hanya tertunduk diam.

" Minumlah teh hijau itu dan turunlah dari kamar mu untuk membantu ku membuat kheer dan mentega ", ucap Ibu.

Ibu beranjak dari ranjang tidur Aminah dan berdiri sambil merapikan hijab sarinya.

Lantas menarik nafasnya kembali.

" Jika Baba mu tahu hal ini, dia pasti sangat gembira dan bahagia karena mendengar puteri nya akan menikah", ucap Ibu.

Aminah tersentak kaget saat mendengar ucapan Ibunya ketika Baba yang paling dia sayangi akan bahagia jika mendengar kabar pernikahannya.

" Apakah Baba juga menginginkan ku segera menikah, mathair ? ", tanya Aminah.

" Tentu dan dia juga yang merencanakannya ", ucap Ibu.

" Baba ??? Apakah ini rencana Baba ? ", ucap Aminah.

" Iya... Sebelum Baba meninggal dunia, dia telah merencanakan perjodohan ini untuk mu dan sayangnya Baba mu pergi sebelum menggelar pernikahan mu, Aminah ", sahut Ibu.

Aminah terdiam lalu kembali memandangi kotak perhiasan ditangannya dengan hati sendu.

Anda Calon mempelai prianya

Aminah mengenakan gamis sarinya yang indah berwarna putih gading serta hijab putih di kepalanya.

Dia termenung lama menatap cermin dan melihat pantulan dirinya di depan cermin yang tengah memakai riasan.

Ibunya menyuruh seorang wanita perias datang ke rumahnya untuk membantu nya menata penampilan nya agar terlihat cantik di hari ini.

" Apakah kamu menyukai gaun buatan Kamalakshi ? ", tanya Ibu.

Ibu datang memasuki kamar Aminah dengan membawa semangkuk kheer di tangannya.

" Makanlah kheer khusus buatan ku ini sebagai awal hari baik di hari lamaran mu, akan ada perayaan kunyit sebelum acara pernikahan di gelar nanti, Aminah ", ucap Ibu.

Ibu menyuapkan kheer pada Aminah yang saat itu mengenakan lipstik merah muda.

" Berdoalah sebelum turun dari kamar mu dan aku telah membawakan mu Al Qur'an khusus yang aku datangkan dari Hyderabad ", ucap Ibu.

" Hyderabad, mathair ? Itu sangatlah jauh sekali, mathair ", sahut Aminah.

" Hyderabad sangat terkenal dengan kaligrafi nya dan aku sengaja memesan Al Qur'an ini di hari lamaran mu sebagai hadiah yang sangat indah ", ucap Ibu.

" Terimakasih, mathair ", sahut Aminah.

Aminah lantas membuka kitab suci di tangannya dengan sangat antusias.

" Wow, ini sungguh sangat indah sekali, mathair! Dan aku sangat menyukai nya, mathair !", seru Aminah.

" Bacalah satu surah sebelum keluar dari kamar mu, Aminah ", ucap Ibu.

Ibu memandangi Aminah dengan tatapan serius dan entah apa yang sedang Ibu lamunkan saat ini.

" Bacalah ! Supaya Allah SWT selalu melindungi mu, nak ", ucap Ibu.

Ibu menatap Aminah sekali lagi dengan serius lalu mencium kening puterinya yang amat dia cintai.

" Aku tidak dapat memberikan mu harta berlimpah tapi aku harap Allah SWT senantiasa mencintaimu hingga akhir hidup mu kelak, maafkan ku jika kamu harus menerima pernikahan ini, nak ", ucap Ibu.

Ibu mengusap kedua matanya yang berurai air mata lalu pergi meninggalkan Aminah sendirian di kamarnya.

Aminah membuka Al Qur'an di tangannya lalu mulai melantunkan ayat-ayat suci dengan khusyuk.

Terdengar suara merdu dan lembut dari arah kamar tidur Aminah.

Di ruangan tamu rumah...

Seorang pria muda berdiri dengan angkuhnya menatap dingin ke arah pelayan yang tengah menyuguhkan hidangan kepadanya.

" Silahkan anda duduk dan menikmati hidangan lezat ini ", sapa seorang pelayan pria kepada pria tampan di hadapannya.

" Tidak ! Aku tidak terbiasa makanan tradisional ! ", ucap pria tampan.

" Oh !? ", sahut Chapalata.

" Duduklah, nak! ", ucap seorang pria paruh baya di sampingnya.

" Ada apa Chapalata ? "

Ibu datang membawa senampan bunga seraya tersenyum kepada pria tampan itu.

" Tidak mathair, tidak ada apa-apa, aku hanya menawarkan laddu dan manisan kepada pria tampan ini tapi ternyata dia tidak menyukainya ", sahut Chapalata terlihat kecewa.

" Berikan padaku ! ", ucap Ibu.

Chapalata menyerahkan hidangan yang dia bawa kepada Ibu.

" Makanlah hidangan ini sebagai awal hari pernikahan kalian agar diberkati selalu oleh Allah SWT, nak ! ", sapa Ibu.

Ibu menyuapkan sebuah laddu kepada pria tampan di hadapannya yang berdiri angkuh tanpa menatapnya.

" Semoga Allah SWT senantiasa menyertai pernikahan kalian berdua, amien! ", ucap Ibu.

" Amien... ", sahut pria tampan itu acuh.

Pria tampan memakan laddu pemberian Ibu dengan sikap dinginnya.

Ibu hanya terdiam lalu menuntun pria tampan itu untuk duduk.

" Duduklah, nak ! Acara akan segera dimulai dan silahkan nikmati hari ini, nak Shaheer Sheikh ", ucap Ibu.

" Terimakasih mathair ", sahut pria tampan.

" Nyonya, bagaimana kabar mu ? ", sapa pria paruh baya.

Ibu menolehkan kepalanya ke arah pria paruh baya disamping pria tampan bernama Shaheer Sheikh.

Dia memandang cukup lama lalu tersenyum ramah kepada pria tersebut sambil memberinya hidangan lezat kepada pria paruh baya itu.

Acara Lamaran Yang Meriah

Aminah menyelesaikan bacaan surahnya lalu membereskan Al Qur'an dan meletakkannya di atas meja bundar berukir khas Janakpur.

Dia beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan keluar dari kamar.

Aminah turun melewati anak-anak tangga rumahnya yang berhias karpet sulaman tangan khas India.

Terdengar suara musik khas Islami tengah mengalun indah mengisi ruangan rumah Aminah.

Berbagai hiasan cantik serta bunga warna warni yang menghias rumahnya menambah semarak acara lamaran.

" Aminah...", ucap Ibu.

Ibu berjalan mendekati Aminah kemudian menuntunnya ke sebuah permadani cerah yang terdapat bantalan duduk berwarna keemasan yang indah.

" Duduklah disini sebelum kamu menemui calon suami mu, nak ", ucap Ibu.

Ibu menutup wajah Aminah dengan sehelai kain tipis putih.

Seorang wanita cantik berpakaian sari hijau yang sangat indah berjalan menghampiri Ibu dan Aminah.

" Maaf, Yasmina Kapoor, aku sedikit mengganggu mu ", sapa wanita berkerudung pada Ibu.

Ibu memalingkan wajahnya ke arah wanita cantik itu dan tersenyum ramah.

" Jannah Sheikh, tidak kamu tidak mengganggu ku, ada apa ?", tanya Ibu.

" Aku membawakan Aminah seperangkat perhiasan yang khusus aku pesan dari Delhi dan aku ingin dia mengenakan nya di hari lamaran ini, Yasmina ", sahut Jannah Sheikh.

" Oh Jannah ! Aku rasa ini sangat berlebihan, bukankah kamu telah memberikan kami sekotak perhiasan untuk Aminah dan aku rasa itu sudah sangat cukup, Jannah ", ucap Ibu.

" Tidak, tidak, Yasmina ! Demi Allah SWT, aku rela memberikan nya untuk Aminah dan tolong jangan kamu menolaknya, aku mohon ! ", pinta Jannah Sheikh.

" Ya Allah SWT... Kami tidak membutuhkan nya... Jannah... ", ucap Ibu kebingungan.

" Tidak... Tidak... Tidak... Tolong terimalah ! ", ucap Jannah Sheikh.

Wanita bersari hijau itu lalu membuka kotak perhiasan di tangannya.

Tampak gelang cantik berhiaskan berlian di dalam kotak yang sangat berkilauan indahnya.

" Pakailah nak !", ucap Jannah Sheikh.

" Maaf mathair ! Ini terlalu mewah untuk ku dan simpanlah sebagai mahar untuk ku ! ", ucap Aminah.

Aminah menangkupkan kedua telapak tangannya sebagai tanda penolakan terhadap pemberian Jannah Sheikh yang dirasakannya terlalu berlebihan.

" Tidak, nak ! Ini adalah anugerah indah buat keluarga kami mendapatkan menantu seperti mu, Aminah ", ucap Jannah Sheikh.

" Terimakasih mathair tapi aku menolaknya untuk mengenakannya ! Aku mohon pengertian mu karena bagi ku ini adalah pernikahan yang tulus bukan karena harta mu, mathair !", sahut Aminah.

Jannah Sheikh terdiam mendengar ucapan Aminah.

Dia tidak pernah bertemu dengan seorang gadis seperti Aminah yang dengan tegas menolak perhiasan mewah untuk dia kenakan lantaran iman nya yang kuat.

" Baiklah, aku akan menyimpan nya sebagai mahar lamaran tapi aku akan tetap memberikan nya kepada mu, nak ", ucap Jannah Sheikh tersenyum lembut.

" Terimakasih mathair ", sahut Aminah lega.

" Simpanlah perhiasan ini untuk puteri mu, Yasmina ", ucap Jannah Sheikh.

" Tapi Jannah... Pemberian mu sangatlah banyak dan hampir memenuhi separuh rumah kami, tidakkah ini lebih dari cukup, Jannah... ", sahut Ibu.

Ibu menoleh ke arah sudut ruangan rumah yang telah dipenuhi hadiah-hadiah lamaran untuk Aminah.

" Tidak, Yasmina, ambillah dan tolong simpanlah !", sahut Jannah Sheikh.

Jannah Sheikh menyerahkan sekotak perhiasan dari beludru mewah warna hitam kepada Ibu. Dan memaksanya untuk menerima hadiah itu.

" Tolong terimalah sebagai mahar lamaran dan aku ingin Aminah memakai cincin ini ", ucap Jannah Sheikh.

Jannah Sheikh memberikan sekotak kecil kepada Ibu yang berisi sebuah cincin bermata berlian.

" Ya Allah SWT ! Tidak, Jannah ! Hadiah apalagi ini ? Dan aku rasa ini sudah sangat berlebih-lebihan ! Allah SWT melarang kita untuk berlebih-lebihan, Jannah ! ", ucap Ibu terkejut panik.

" Cincin ini sebagai cincin lamaran yang sengaja aku berikan pada Aminah di hari lamaran nya, dan cincin ini berasal dari mathair ku, aku harap kamu tidak menolak nya ", sahut Jannah Sheikh.

" Aminah, apakah kamu mendengar nya, nak ? ", tanya Ibu masih terbengong.

" Pakaikanlah cincin itu pada ku, mathair ", sahut Aminah.

Aminah mengulurkan tangan kanan nya yang berhias mehendi kepada Ibu nya, Yasmina Kapoor.

Ibu lalu menerima cincin pemberian Jannah Sheikh yang merupakan cincin milik Ibu Jannah Sheikh dan memakaikan cincin itu kepada Aminah yang sedang duduk di atas bantalan khusus di atas permadani cantik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!