Sebuah mobil mewah sedang melaju di jalanan kota Las Vegas, Amerika Serikat. Penumpang di dalamnya adalah seorang wanita cantik dan seorang pria gemulai yang sibuk memainkan ponsel mahalnya.
Wanita cantik itu adalah Cerelia Park. Bintang papan atas Korea yang kini merambah ke kancah internasional. Ia baru saja menyelesaikan syuting film di negara Paman Sam ini.
"Haaah!" Celia, begitu Cerelia biasa di panggil, ia nampak menghela napas beberapa kali.
"Astaga! Rumor tentangmu sudah menyebar luas!" pekik si pria gemulai yang adalah manajer Celia, bernama Jimmy Choo. Pria itu sedang menscroll benda pipih yang menampilkan berita tentang Celia.
"Aku tahu! Makanya kau cepat bereskan!" Celia memijat kepalanya yang terasa pusing.
Jimmy berpikir sejenak. Celia adalah wanita yang mandiri. Tapi jika dihadapkan dengan masalah begini, ia tidak bisa berpikir untuk mencari solusinya.
"Mungkin jika kau sudah menikah dengan seseorang ... Rumor itu akan berhenti menyebar."
Celia membelalakkan mata mendengar ide dari sang manajer. "Menikah? Tapi, dengan siapa?"
Jimmy menjetikkan jari. "Kau bisa melakukan nikah kontrak."
Celia terdiam. Ia tak menanggapi lagi ocehan Jimmy. Mobil juga telah berhenti di depan lobi hotel. Celia segera turun dari mobil.
Tanpa di duga, beberapa orang datang mengerubungi Celia. Mereka adalah para paparazi yang tak kenal lelah mencari berita.
"Astaga! Bagaimana mereka bisa tahu jika aku menginap disini?" gumam Celia sambil memegangi lengan Jimmy.
"Cel, kau dengarkan aku dan lari sekencangnya masuk ke dalam hotel. Aku akan menghalau mereka. Apa kau mengerti?" bisik Jimmy.
Celia mengangguk. "Iya, aku mengerti."
Celia berjalan sambil menundukkan kepala. Ia menunggu aba-aba dari Jimmy. Ketika Jimmy mengucap kata 'go', secepat kilat Celia memasuki hotel dengan setengah berlari.
Terjadi adegan kejar mengejar antara Celia dan paparazi. Ada yang berhasil menerobos masuk ke dalam hotel.
"Nona Celia! Apa hubungan Anda dengan pria beristri itu benar?" teriak salah seorang paparazi.
"Astaga! Mereka masih mengikutiku!" Celia berlari dengan cepat dan berusaha bersembunyi. Hingga akhirnya ia masuk ke sebuah pintu yang ternyata tangga darurat.
Celia mengatur napasnya. Rasanya benar-benar menyesakkan.
"Aw!" pekik Celia yang memegangi kakinya yang ternyata terkilir.
Celia memegangi kakinya. Tanpa sadar di depan Celia ada seorang pemuda dengan seragam cleaning service hotel yang sedang menatap Celia.
Celia terduduk lemas dengan memegangi kakinya. Hingga akhirnya ia baru menyadari sesuatu.
Celia mendongak. Ia sangat kaget melihat ada pria di depannya.
"Kau! Apa yang kau lihat?" tanya Celia garang.
Pria itu menggeleng. "Tidak! Aku hanya petugas kebersihan. Aku tidak akan mengejarmu juga, Nona."
Celia mendelik. "Jadi, kau tahu siapa aku?"
"Tidak! Aku hanya menebak. Kau baru saja berlari hingga kakimu terkilir."
"Hah!" Celia mendengus kasar.
"Kalau begitu permisi, Nona. Aku harus bekerja." Pria itu seolah tidak peduli dengan Celia.
"Hei, kau tidak menolongku?" seru Celia.
Pria itu menoleh sekilas. "Memangnya Nona butuh bantuanku?"
"Dasar bodoh! Kenapa juga harus bertanya lebih dulu?" gumam Celia kesal yang masih bisa di dengar oleh pria itu.
"Permisi, Nona!"
Celia berpikir sejenak. Celia terlalu gengsi untuk meminta tolong. Begitulah Celia. Ia selalu beranggapan jika dirinya adalah wanita mandiri yang hebat. Memiliki karir yang cemerlang sebagai aktris papan atas di negara asalnya membuatnya sedikit berbangga hati.
"Hei!" Sekali lagi Celia memanggil.
Pria itu kembali menoleh. Ia menunggu kelanjutan kalimat Celia.
"Bisakah kau menolongku? Kakiku ... Tidak bisa digerakkan." Akhirnya sebuah kalimat ajaib meluncur bebas dari bibir Celia.
Dengan mata sendu dan memelas, Celia menatap pria itu.
Pria itu menghela napas berat. Ia letakkan peralatan bekerjanya dan membantu Celia.
"Apa kau bisa berdiri?" tanyanya dengan memegangi lengan Celia.
"Sepertinya tidak bisa! Bisakah kau gendong aku?" Celia yang terbiasa berakting di depan kamera, kini memerankan kemampuannya dengan baik.
Dengan sekali angkat pria itu berhasil membawa Celia dalam gendongan ala bridal style. Celia cukup terkejut karena pria yang memakai seragam petugas kebersihan ini memiliki otot yang cukup kuat.
Reflek tangan Celia melingkar di leher si pria asing yang tidak dikenalnya. Baru kali ini Celia begitu dekat dengan seorang pria asing yang tidak dikenalnya.
"Dia lumayan tampan juga. Tapi kenapa dia bekerja jadi petugas kebersihan? Harusnya dia bisa menjadi model," batin Celia.
"Dimana kamarmu, Nona?" Pertanyaan pria itu membuat lamunan Celia buyar.
"Kamar 301," jawab Celia singkat.
Tiba di depan kamar hotelnya, Celia membuka tas jinjingnya dan mengambil kunci kamarnya. Pria itu membawa Celia masuk dan mendudukkan tubuh Celia di atas sofa.
Pria itu berjongkok di depan Celia.
"Eh, apa yang kau lakukan?" pekik Celia yang mengira pria itu akan melakukan tindakan tidak senonoh padanya.
"Aku hanya ingin memeriksa lukamu saja!" tegas pria itu dan memegangi kaki Celia.
"Kau terkilir! Sebentar, aku punya obatnya di keranjang peralatan bekerjaku. Kau tunggu sebentar!" Pria itu keluar dari kamar Celia.
Tidak lama kemudian, pria itu kembali denngan membawa handuk dan obat untuk Celia. Dengan telaten pria itu mengoles salep di kaki Celia dan menutupnya dengan handuk hangat.
"Jangan bergerak dulu selama 30 menit. Jika kau merasa kakimu sudah membaik, kau coba ajak berjalan pelan-pelan. Jika kakimu masih bengkak maka sebaiknya hubungi dokter saja."
Celia mengangguk mendengar penjelasan pria asing itu.
"Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku sudah terlambat untuk bekerja." Pria itu melangkah pergi dari kamar Celia.
"Tunggu!" cegat Celia.
"Ada apa?"
"Terima kasih."
"Hmm, tidak masalah."
Pria itu kembali melangkah.
"Hei!" Celia kembali memanggil.
"Kenapa lagi?"
"Apa besok kau bertugas membersihkan kamarku?" tanya Celia. Rasanya ia ingin berterimakasih dengan cara yang benar pada pria itu.
"Aku tidak tahu. Aku hanya melakukan tugas."
Celia sedikit kecewa dengan jawaban si pria asing. Setelahnya pria itu benar-benar pergi dari kamar Celia.
Keesokan harinya, Celia terbangun dari tidurnya karena getaran ponselnya menggema. Siapa lagi yang memanggil jika bukan Jimmy, sang manajer yang khawatir dengan kondisi Celia.
"Aku baik-baik saja. Oh ya, aku ingin istirahat lebih lama di kamar. Kau urus saja keperluan kepulangan kita ya!"
Celia menghela napas dan mengakhiri panggilan. Ia kembali teringat dengan kakinya yang terkilir. Belum sepenuhnya sembuh tapi ia sudah merasa lebih baik berkat bantuan si petugas kebersihan itu.
"Kenapa aku tidak menanyakan namanya? Bodoh sekali! Dilihat dari wajahnya, sepertinya dia juga berasal dari Korea."
Tidak ingin larut dalam lamunan, Celia segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Lima belas menit kemudian, Celia keluar dari kamar mandi. Ia memakai bathrobe dengan rambut tergelung handuk ke atas.
Pintu kamarnya di ketuk. Sebuah sapaan ramah di dengar oleh Celia.
"Room service!"
"Iya, masuk!" jawab Celia.
Seolah sudah mengetahui siapa yang datang, Celia menyambut dengan sebuah senyuman.
"Kita bertemu lagi, Kang Seok Joon!" ucap Celia dengan seringai khasnya.
Pria yang semalam menolong Celia bernama Kang Seok Joon. Celia sengaja mencari tahu dengan menghubungi manajer hotel. Secara khusus Celia meminta agar Seok Joon kembali datang dengan dalih membersihkan kamar Celia. Rupanya Celia merencanakan sesuatu yang besar dari pertemuan tak terduga ini.
Lima belas jam sebelumnya...
Kang Seok Joon, pria berkebangsaan Korea ini merantau ke Las Vegas untuk mengubah nasibnya. Lebih tepatnya untuk menghindar dari sesuatu. Ia bekerja serabutan bahkan rela menjadi petugas kebersihan di sebuah hotel bintang lima di pusat kota Vegas.
Hari ini Joon nampak sibuk. Dikarenakan ada sosok tamu penting yang katanya menginap di hotel tempatnya bekerja.
Semua teman-temam seprofesinya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan tamu penting itu.
"Hei, Joon. Bukankah aktris yang sedang menginap disini berasal dari negaramu, bisakah kau mintakan tanda tangan atau foto dengannya? Kau pasti bisa berbahasa Korea kan?" Robert, salah satu teman Joon meminta tolong padanya.
"Aku tidak tertarik dengan hal semacam itu. Lagipula bukankah gadis-gadis Vegas lebih menarik dari pada dia?" jawab Joon sekenanya.
"Hei, kawan. Gadis Asia itu berbeda. Ada aura yang kuat dalam diri mereka. Ayolah, kawan! Kau bantulah aku!"
Joon memutar bola mata malas. "Sebaiknya kita bekerja saja. Waktuku sudah terbuang karena mengurusimu!" Joon melenggang pergi dari hadapan Robert.
Joon bukanlah tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Ia terkesan sangat cuek dan dingin. Ia juga berkomitmen tinggi dengan pekerjaan. Maka dari itu ia tidak suka membuang waktu dengan mengobrol ataupun menonton hal yang tidak penting.
Saat melewati lobi, Joon tidak sengaja melihat tampilan layar televisi yang menampilkan sosok selebriti yang dibicarakan Robert tadi. Dialah Cerelia Park. Bintang asal Korea yang kini sedang mengadakan syuting film di Las Vegas.
Cerelia memiliki paras cantik bak aktris drama Korea pada umumnya. Kecantikannya bahkan tanpa perlu melalui proses bedah plastik. Itulah yang semakin membuat orang-orang kagum padanya.
Namun sayang seribu sayang, saat ini Cerelia harus menerima banyak hujatan karena di tuduh memiliki hubungan gelap dengan pria yang sudah beristri. Tentu saja pihak manajemen Cerelia mengelak berita tersebut. Cerelia bahkan tetap menunjukkan kemampuan aktingnya hingga merambah ke luar negeri.
Joon yang melihat paras Cerelia hanya menggeleng pelan.
"Entah apa yang kau sembunyikan dari senyum palsumu itu, Nona!" gumam Joon kemudian berlalu.
Waktu begitu cepat berlalu. Joon tidak menyangka akan bertemu dan berinteraksi dengan sosok wanita yang dilihatnya di televisi tadi. Wanita itu kesakitan karena kakinya terkilir.
Joon yang merasa tidak tega akhirnya menolong Cerelia. Entah reaksi apa yang akan diberikan Robert jika tahu dirinya kini sedang menggendong sang aktris idola.
Tapi bukan Joon namanya jika harus heboh dan berbangga diri. Joon tetap tenang membantu Cerelia. Hingga akhirnya Joon meninggalkan kamar sang aktris usai membantunya.
Jantungnya berpacu dengan cepat. Ini pertama kalinya ia berdekatan dengan seorang gadis. Ketika Joon mengingat bagaimana wajah cantik Cerelia, ia pun menelan salivanya.
"Dia memang sangat cantik," gumam Joon secara tak sadar.
Di sisi lain, Celia yang sedang bersandar di sofa, tiba-tiba ingat ide Jimmy mengenai pernikahan kontrak. Celia ingin lepas dari bayang-bayang gosip tak enak. Ia tidak ingin orang-orang memandang buruk terhadap dirinya.
Celia adalah tipe wanita perfeksionis. Ia tak ingin memiliki cela, apalagi di depan publik.
"Sepertinya ide Jimmy bagus juga. Tapi, aku harus menikah dengan siapa?"
Pikirannya tertuju pada satu sosok yang bisa ia ajak kerjasama.
"Si cleaning service!" seru Celia lalu meraih telepon yang ada di kamarnya.
Celia menghubungi manajer menanyakan tentang petugas kebersihan yang berasal dari Korea. Celia yakin jika pria itu dari negara yang sama dengannya.
Namun Celia harus menelan kekecewaan. Karena manajer hotel harus mengecek ke bagian HRD lebih dulu. Si manajer berjanji jika sudah ada kabar, ia akan mengirim pesan ke ponsel Celia.
Dan pagi itu, usai Celia membersihkan diri. Ponselnya menyala. Sebuah pesan masuk diterima oleh Celia. Senyum mengembang di wajah putih bersihnya.
Senyum Celia makin melebar ketika mendengar suara di depan pintu kamarnya.
"Masuk!"
Seorang pria yang sudah ditunggu oleh Celia akhirnya datang juga.
"Kita bertemu lagi, Kang Seok Joon."
Joon tampak kaget karena Celia mengetahui namanya. Tapi sebisa mungkin ia masih cuek dan profesional.
"Maaf, Nona. Saya akan membersihkan kamar Anda," ucap Joon.
Celia mengangguk. "Oke! Aku akan bersiap. Tapi ... selesai kau mengerjakan tugasmu, aku ingin bicara denganmu. Ini penting!"
Celia melenggang menuju walk in closet kamar presidential yang di tempatinya. Ia memilih gaun terbaiknya karena akan bicara serius dengan si petugas kebersihan.
Lima belas menit berlalu, Joon telah selesai membersihkan kamar Celia. Pria itu menatap Celia dan melihat kaki Celia yang kemarin terkilir.
"Kakimu sudah baik-baik saja?" tanya Joon.
"Iya, berkat kau aku jadi bisa berjalan lagi. Oh ya, duduklah!"
Joon dan Celia duduk saling berhadapan.
"Aku sengaja mengundangmu kemari karena ada yang ingin aku tawarkan padamu."
Joon mengernyitkan dahinya. "Kau orang Korea kan? Dan aku juga orang Korea. Jadi, aku ingin meminta bantuanmu karena kita berasal dari negara yang sama."
Joon makin bingung. "Katakan saja apa maumu, Nona! Aku harus kembali bekerja!"
Celia mendengus kesal dengan sikap Joon. Bahkan kecantikan dan pesona Celia tidak membuat Joon luluh dan bersikap manis padanya.
"Baiklah, langsung saja. Aku ingin menawarimu kerjasama. Menikahlah denganku!"
"APA?!" Ajakan Celia membuat Joon sontak bangkit dari duduknya.
"Jangan kaget begitu! Kita hanya menikah kontrak!"
Joon menggeleng pelan. "Kau sudah tidak waras, Nona!" Joon melangkah pergi dari hadapan Celia.
Sejenak Celia tertegun dan syok dengan sikap Joon yang seakan tidak tertarik dengan penawaran Celia. Tapi Celia tidak akan menyerah. Ia bangkit dari duduk dan mengejar Joon.
"Tunggu! Jangan pergi!" Celia memegangi lengan Joon.
Entah apa yang ada dipikiran Celia, ia seakan menurunkan harga dirinya hanya untuk seorang petugas kebersihan.
"Kau tahu kan aku digosipkan memiliki hubungan gelap dengan pria beristri. Tapi itu semua tidak benar! Aku tidak akan melakukan hal menjijikkan seperti itu!" Celia mengeluarkan jurus akting yang sangat mumpuni.
Joon menepis tangan Celia. "Kenapa harus aku? Kau bisa cari pria lain yang bisa kau ajak nikah kontrak. Aku hanya petugas kebersihan hotel. Rasanya tidak pantas aku bersanding dengan aktris papan atas sepertimu."
Celia tertunduk lesu. "Karena hanya kau saja yang tulus membantuku. Aku tahu kau pria baik. Aku tahu aku bisa mempercayaimu. Tidak bisakah kau membantuku? Aku akan membayarmu dengan mahal jika kau bersedia."
Celia masih menunjukkan mode menunduk. Ia harus berhasil mendapat persetujuan Joon.
Joon memegangi pelipisnya dan memijat pelan.
"Baiklah, aku bersedia membantumu!"
Seketika Celia mendongak. "Benarkah?"
"Iya, benar!" tegas Joon.
Celia yang teramat senang, tidak sengaja memeluk Joon dan melompat-lompat. Kini Celia mirip anak kecil yang keinginannya dikabulkan oleh sang ayah.
"Hentikan, Nona!" Joon segera menghentikan aksi Celia.
"Maaf..." lirih Celia.
"Jadi ... Kapan kita menikah?" tanya Joon untuk mengusir kecanggungan. Jujur saja, dipeluk oleh bintang top pastinya membuat jantungnya berdebar tak karuan.
"Hari ini! Kita akan menikah hari ini juga!" seru Celia.
"APA?!"
Jimmy mendatangi kamar Celia usai mendapatkan panggilan dari wanita cantik itu. Jimmy menatap horor kearah Celia yang sudah menceritakan semua ide yang akan dilakukannya hari ini.
Jimmy menatap Joon yang juga ada di kamar hotel Celia.
"Kau yakin akan menikah dengan pria itu? Dia itu hanya petugas kebersihan, Celia!" bisik Jimmy yang masih bisa di dengar oleh Joon.
"Aku mendengarnya!" ucap Joon yang bersedekap.
"Maaf," balas Jimmy.
Celia menarik tangan Jimmy dan memintanya duduk di sofa.
"Ini semua adalah idemu!" ujar Celia.
"Iya, aku tahu. Tapi..."
"Sudahlah, Jim. Aku sangat yakin hal ini bisa meredam gosip itu. Kau hubungi juga pihak manajemen agar mereka bisa membantuku mengatakan semua ini di depan publik."
Jimmy memutar bola mata malas. "Kau yakin dia orang yang tepat? Kau bahkan belum mengenalnya lebih dari 24 jam." Jimmy nampak khawatir.
"Aku yakin dia bisa dipercaya. Aku percaya dengan instingku. Percayalah!"
Jimmy tak bisa menolak permintaan Celia.
"Siapkan pernikahanku dan belikan juga jas untuk Joon."
"Joon?"
"Ya, namanya Kang Seok Joon. Dia juga orang Korea."
"Hmm, baiklah." Jimmy beranjak dari duduknya.
"Ayo ikut denganku!" titah Jimmy saat melewati tubuh Joon.
Celia menghembuskan napas lega. Satu masalah akan terselesaikan dengan baik. Namun pastinya ini akan menimbulkan masalah yang lebih besar nantinya.
...***...
Saat ini Celia sudah bersiap dengan gaun pengantin berwarna putih yang indah. Rambut panjangnya ia gelung keatas dan dihiasi mahkota kecil diatas kepala.
Berkali kali Celia mengatur napasnya. Rupanya pernikahan pura-pura ini tetap saja membuatnya gugup. Ia bahkan mondar mandir tak tenang menunggu Jimmy menjemputnya.
Tak kalah gugup dengan Celia, sejak tadi Joon juga mondar mandir di depan altar menunggu kedatangan si mempelai wanita.
"Aku pasti sudah gila! Bagaimana mungkin aku menikah dengan tiba-tiba tanpa memberitahu siapapun." Joon terus bergumam.
"Tapi, aku sudah menyetujuinya. Aku tidak bisa mundur lagi. Aku harus menghadapi ini!"
Joon memperhatikan penampilannya yang sangat berbeda hari ini. Setelan jas berwarna hitam ini sangat melekat pas ditubuhnya. Usianya yang sudah matang yaitu 35 tahun, membuatnya sangat sempurna hari ini.
Ketika musik khas pernikahan mengalun, datanglah Celia yang digandeng oleh Jimmy. Sejenak Joon terpana melihat penampilan Celia dalma balutan gaun pengantin ditubuhnya.
Celia tersenyum kearah Joon. Sebuah senyum tulus yang Celia berikan pada pria yang akan menjadi suaminya.
Tiba di depan altar, Celia melingkarkan tangannya ke lengan Joon.
"Baiklah, kalian sudah siap?" tanya pak pendeta.
Joon mengangukkan kepala. Begitu juga dengan Celia.
"Saudara Kang Seok Joon, apakah Anda menerima Cerelia Park menjadi istri Anda? Akan menghabiskan waktu dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat."
"Saya bersedia!" jawab Joon mantap.
Begitu juga dengan Celia. Ia menjawab dengan tegas tanpa ragu.
"Baiklah. Kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Kang Seok Joon, kau bisa mencium istrimu."
"Eh?" Mata Joon membelalak.
"Ya Tuhan, apakah harus ada adegan berciuman juga?" batinnya meronta.
Celia tersenyum kikuk. Meski ia sudha terbiasa beradegan mesra dengan lawan mainnya, tetap saja kali ini ia merasa gugup. Dicium oleh pria yang menikahimu, tentu saja membuatmu gugup.
"Saudara Kang Seok Joon!" Sekali lagi pak pendeta memanggil.
Joon maju satu langkah dan menatap Celia sejenak. Mata mereka saling beradu dan saling mengungkap rasa yang entah apa itu.
Joon menangkupkan kedua tangannya di wajah Celia. Lambat namun pasti, Joon mengecup lembut bibir Celia. Mata mereka saling terpejam dan merasakan sentuhan masing-masing.
Celia tahu ini bukan pertama kalinya ia berciuman. Joon bukanlah pria pertama. Tapi baginya ini bagai yang pertama.
Jimmy yang melihat adegan kissing scene itu pun heboh sendiri. Ia bahkan berdoa jika pernikahan mereka bukanlah pernikahan kontrak semata. Ia berharap Joon adalah jodoh Celia.
Joon melepas tautannya dari bibir Celia. Napas mereka masih memburu di tambah dengan debaran jantung yang tak beraturan.
Namun seketika buyar ketika Joon membisikkan sesuatu ke telinga Celia.
"Ciuman ini hanya akting, Nona. Dan aktingmu sangat bagus."
Entah kenapa ada rasa sesak usai Joon berkata begitu padanya. Padahal Celia sama sekali tidak mengenal Joon. Mereka masih belum saling mengenal satu sama lain.
...***...
Usai upacara pernikahan dilaksanakan, kini Joon sibuk menandatangani kontrak pernikahan yang sudah di buat oleh Celia. Dari kejauhan Celia menatap tubuh pria yang kini menjadi suaminya.
"Haaah! Apa ini keputusan yang tepat?" batin Celia.
Joon membaca dengan seksama semua isi kontrak perjanjian sebelum menandatanganinya. Joon adalah orang yang sangat berhati-hati dalam bertindak.
"Hmm, kau ternyata cukup teliti juga ya!" ucap Jimmy ketika Joon mempertanyakan bayaran yang akan dia terima.
"Jadi, aku akan mendapatkan bayaran sejumlah 1 juta Won setiap bulannya? Hingga kontrak berakhir yaitu 6 bulan?" tanya Joon.
Jimmy mengangguk.
"Apa masih kurang?" sahut Celia lalu menghampiri mereka berdua.
"Tidak! Itu lebih dari cukup."
"Baiklah. Dua hari lagi aku akan kembali ke Korea. Dan kau harus ikut denganku."
Joon terkejut. "Apa? Ke-kenapa kembali ke Korea?"
Celia tertawa. "Kau pikir aku akan selamanya tinggal di Vegas? Yang benar saja! Karirku ada di Korea!"
Joon panik. Entah apa yang ia hindari di negara asalnya itu.
"Tidak bisakah aku tetap berada disini?" tanya Joon.
Jimmy dan Celia saling pandang.
"Tidak! Kau adalah suamiku sekarang! Jadi kau harus ikut kemanapun aku pergi!" tegas Celia.
Joon tidak memikirkan sejauh itu ketika menerima tawaran Celia. Ia pikir meski menikah, mereka akan tinggal terpisah. Bukankah Celia hanya butuh status menikah saja? Bukan tinggal bersama. Kenapa harus mengajaknya pindah segala? Begitulah pikiran Joon.
"Kau pikirkan saja dulu! Sekarang kau pergilah! Aku ingin istirahat! Aku lelah. Kau juga, Jim. Tinggalkan aku sendiri!"
Celia masuk kamar pribadinya. Ia melepas gaun pengantin yang melekat di tubuhnya. Ia menggantinya dengan gaun tidur kesukaannya.
Celia merebahkan tubuhnya. Rasanya ia sangat lelah. Ia lelah dengan semua dunia sandiwara yang dijalaninya selama ini.
...***...
Pukul tujuh malam, bel pintu kamar Celia berbunyi. Celia terbangun dari tidur panjangnya. Baru kali ini Celia bisa tidur dengan nyenyak.
Celia bangkit dari ranjang lalu menuju ke pintu. Celia membuka pintu dan melihat sosok Joon ada di depan matanya.
"Oh, kau. Masuklah!" Celia menguap. Ia masih mengantuk meski sudah tertidur seharian.
"Ada apa?" tanya Celia saat duduk di sofa.
Joon ikut duduk berhadapan dengan Celia.
"Aku bersedia untuk ikut denganmu ke Korea. Tapi dengan satu syarat."
Celia mengerutkan keningnya. Ia tak menyangka jika Joon si petugas kebersihan berani mengajukan syarat padanya.
"Oke! Katakan apa syaratmu!" jawab Celia.
"Sembunyikan identitasku dari siapapun. Bahkan foto dan bayangan diriku pun jangan sampai terlihat oleh publik."
Celia menganga tak percaya. Ia bahkan menertawakan syarat yang diajukan Joon.
"Jika kau tidak mau maka perjanjian kita sebaiknya batal! Lebih baik aku tetap tinggal di Vegas." Joon mengambil sikap tegas.
Celia berhenti tertawa. Ia berpikir sejenak.
"Baiklah! Aku terima syarat darimu. Aku akan minta Jimmy untuk merahasiakan siapa dirimu."
Joon mengangguk. "Aku percaya denganmu, Nona."
Celia mengamati penampilan Joon. Sejak pertama kali bertemu, Celia tidak pernah memperhatikan dengan seksama siapa sosok Joon ini.
"Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu, Tuan. Tapi apa itu? Semoga kau tidak mengkhianati aku, Tuan Kang Seok Joon," batin Celia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!