Disarankan membaca novel TURUN RANJANG terlebih dahulu.
Status Janda membuat dirinya menjadi rebutan para pria-pria yang mengincarnya.
Anura, seorang janda yang menjadi rebutan beberapa pria dewasa mapan. Kepribadian nya yang kuat dan ekonomi nya yang mapan membuat dirinya kurang memikirkan untuk menikah kembali setelah dua kali bercerai dengan suaminya. Yang pertama bercerai karena dirinya dikira mandul dan yang kedua janda karena ditinggal mati suaminya.
Akankah Anura bisa menghadapi segala masalah kehidupan nya setelah menjadi single parent?
Temukan kisah selengkapnya di dalam Novel
JANDA LEBIH MENGGODA
Setelah empat puluh hari usia Danan.
Dewa melakukan perjalanan bisnisnya. Sebenarnya Dewa masih sangat berat hati meninggalkan Anura. Apalagi saat ini sudah ada bayi merah dan mungil buah cinta antara Anura bersama dengan Dewa. Sebelum melakukan perjalanan bisnis itu, Dewa selalu saja menempel saja dengan Anura dan juga menggendong Danan, putra nya.
"Aku tidak akan lama-lama di luar kota mengurus bisnisku, sayang! Aku pastikan segera cepat pulang. Karena kalian adalah semangat ku," ucap Dewa sebelum berangkat ke luar kota. Anura tiba-tiba juga menjadi manja dan tidak mau Dewa pergi. Sepertinya malam itu Anura pun juga enggan untuk melepaskan pelukan nya bersama dengan Dewa.
Saat itu Anura sudah siap melakukan ritualnya bersama dengan Dewa. Sampai beberapa kali Dewa melakukan kegiatan malam itu sebelum dirinya berangkat melakukan perjalanan bisnis di luar kota.
"Ini seperti aji mumpung, Dewa. Kamu melakukannya seperti kita akan lama tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak mau kamu nakal yah! Aku tidak mau kamu lama-lama di luar kota tanpa aku, sayang!" kata Anura sembari terkungkung oleh Dewa saat penyerangan nya yang kedua kalinya. Dewa meringis dan saat Anura menggigit pelan bibir nya.
"Tidak, sayang! Aku tidak akan tahan jika lama-lama jauh dari kamu. Apalagi sudah ada Danan, bayi kecil buah hati kita," ucap Dewa.
Dan malam itu kedua pasangan suami istri yang baru saja mendapatkan putra itu menghabis malam tanpa mengenal lelah. Ketika pagi harinya dengan penuh semangat, Dewa berangkat ke luar kota bersama dengan asisten pribadinya melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.
Di rumah kini tinggal Anura bersama Danan yang ditemani dua orang asisten pribadinya, Fatika dan juga dua pembantu di rumah itu. Saat ini Anura belum mendatangkan baby sitter untuk membantu mengurus Danan, bayi mungilnya. Planning nya ketika Anura sudah kembali terjun di dunia akting dan model satu bulan lagi, baru menggunakan jasa perawat bayi.
Sore sudah diujung senja. Kini dengan segala kesibukan nya mengurus Danan kecil, Anura merawat bayi kecilnya. Hari ini mertuanya tidak berkunjung di kediaman rumahnya. Fatika, asisten pribadinya saat ini masih menemani Anura di rumah itu. Apalagi Dewa melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.
Ponsel Anura sangat keras mengeluarkan bunyi dengan irama musik lagu dari Tiffany. Anura masih memberikan air susu nya pada Danan. Fatika dengan sigap mengambilkan ponsel Anura.
"Nomor yang tidak di kenal. Siapa yah?" tanya Anura pada Fatika. Fatika mengangkat kedua bahunya sebagai tanda tidak tahu siapa.
"Halo!" sapa Anura akhirnya saat ikon tombol hijau kini sudah di geser ke atas.
"Betul ini ibu Anura, istri dari pak Dewa Wisesa?" tanya seseorang laki-laki di seberang sana yang bertanya melalui sambungan masuk nya.
"Iya benar, saya sendiri! Ini dengan siapa?" tanya Anura penuh tanda tanya.
"Kami dari pihak kepolisian, saya mendapatkan nomer pribadi ibu dari Pak Helmi, asisten pak Dewa," terang laki-laki itu yang mengakui sebagai polisi. Anura mengerutkan dahinya.
"Iya, lalu ada apa dengan asisten pribadi suami saya, pak Helmi? Di mana dia?" tanya Anura sudah tidak sabar.
"Pak Helmi saat ini sedang di rawat di rumah sakit bersama dengan pak Dewa. Mereka mengalami kecelakaan tunggal saat melewati jalur 45 KM dengan mobil pajero sport berwarna putih," terang laki-laki tersebut yang mengaku sebagai polisi. Anura diam dan seketika lemas. Ponsel Anura segera di sambar oleh Fatika dan Fatika lah yang bertanya posisi Dewa dan juga asisten pribadinya saat ini di rawat di rumah sakit mana.
Fatika segera menghubungi keluarga Dewa untuk menyampaikan perihal kecelakaan tersebut.
"Apa kata pak Harun?" tanya Anura.
"Mereka akan segera ke rumah sakit di mana Dewa dan juga Helmi dirawat di sana," jawab Fatika.
"Aku akan ke sana! Aku akan melihat keadaan Dewa!" sahut Anura.
"No! Tidak Anura! Kata pak Harun, kamu tetap di rumah saja bersama Danan," kata Fatika.
"Tapi Fatika! Bagaimana jika Dewa kenapa-kenapa?" tanya Anura.
"Sayang, sabar, dan doakan Dewa dan juga asistennya tidak kenapa-kenapa," sahut Fatika.
🍀🍀🍀🍀🍀
Bagaimana keadaan Dewa saat terjadi nya kecelakaan tunggal itu? Apakah ada hubungan dengan Sultan mengenai kecelakaan yang terjadi dengan Dewa bersama asistennya?
Temukan jawaban dan cerita lanjutkan nya di
JANDA LEBIH MENGGODA
Di depan gundukan tanah yang masih basah yang di atas nya masih bertaburan berbagai jenis bunga. Anura tidak henti-hentinya menangis meratapi kesedihannya karena kehilangan suami tercinta nya. Baru saja dirinya melengkapi kebahagiaan rumah tangganya dengan lahir nya bayi mungil buah cinta dirinya dengan Dewa, suami keduanya. Kini Anura harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa Dewa meninggal dunia. Kecelakaan yang menyebabkan hilangnya dua nyawa sekaligus yaitu Dewa bersama asistennya, yang bernama pak Helmi. Tentu saja ini sangat mengejutkan semua orang yang mendengar berita ini.
Kabar meninggal nya Dewa benar-benar seperti petir di siang bolong. Ini seperti mustahil dan membuat orang tidak akan mempercayai nya. Baru saja kemarin Dewa bersama Anura bercengkrama manja di malam yang panjang itu. Baru saja kedua pasangan suami istri itu memiliki Dewa junior. Kini Anura harus menelan pil pahit dalam kehidupannya. Dia harus menjadi janda untuk kedua kalinya. Namun kali ini status janda nya karena ditinggal. mati oleh suami tercintanya. Bukan lantaran bercerai karena suatu permasalahan keluarga.
Buliran air mata itu masih menetes deras. Kedua mata itu tidak bisa menghentikan jatuhnya bening kristal itu yang menetes di pipi Anura. Di samping Anura, Fatika sang asisten pribadi masih setia mendampingi suasana duka Anura. Papa mama Dewa sudah kembali ke kediaman Dewa. Mereka tentu saja sangat terpukul dengan meninggalnya Dewa. Meninggal nya Dewa belum bisa diterima oleh kedua orang tuanya.
Betapa rasa sakit itu terasa sangat sakit apalagi seorang ayah maupun ibu harus melihat putra nya meninggal dunia dalam usia yang masih terbilang muda. Bahkan meninggal nya karena kecelakaan. Bagaimana pun ini sangat mengejutkan dan seperti separuh jiwa nya pergi.
Sore sudah beranjak hadir. Sedangkan Anura masih enggan meninggalkan tempat itu. Fatika dan beberapa keluarga Anura tentu saja menjadi bingung. Anura sulit untuk dibujuk untuk kembali ke rumah. Pelan-pelan Fatika kembali mengusap punggung Anura dan berusaha kembali membujuknya untuk pulang.
"Anura, kita pulang yuk! Dewa junior sudah menunggu kamu di rumah, sayang! Kamu masih memiliki putra kamu yang membutuhkan kamu. Kamu harus semangat, Anura! Kamu harus kuat menjalani takdir ini," kata Fatika. Sebenarnya Fatika sudah bingung mau bicara apa lagi untuk membujuk Anura. Ceramah seperti ustadzah maupun ustad di televisi sudah Fatika sampai kan pada Anura. Namun tidak mempan juga. Pada akhirnya, Anura mulai bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan pusara suaminya itu.
"Dewa, aku kembali! Jangan lupa nanti malam aku menunggu kamu pulang yah! Awas kalau kamu bohong!" ucap pelan Anura. Fatika yang mendengar ucapan Anura menjadi mengerutkan dahinya. Seketika ada rasa takut dalam diri Fatika. Bagaimana kalau nanti malam Dewa benar-benar datang ke rumah itu?
"Ih, Anura! Kamu bikin takut aku saja," ucap Fatika pelan sambil mengejar Anura yang melangkah menuju mobil pribadi nya.
Flashback on.
Kembali Sultan menyesap minuman nya. Dia begitu letih dengan sendirian nya. Kehilangan seseorang bukan karena meninggal dunia namun kehilangan seseorang karena dirinya tidak mampu menggenggam nya erat. Saat terlepas seseorang mengambil nya dengan cepat. Dan Sultan benar-benar sudah kehilangan seseorang itu. Padahal dalam hatinya masing ingin memiliki nya. Namun Sultan menyadari akan sulit untuk merebut seseorang tersebut lantaran dia ada di genggaman laki-laki lain. Kecuali merebut nya dengan cara licik.
"Bagaimana kabar wanita ku? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Sultan kepada Zionis. Zionis masih berdiri sambil menuangkan botol minuman ke gelas tuan mudanya. Sultan segera menegak habis minuman di gelas itu.
"Non Anura sehat, tuan muda. Saat ini non Anura di kelilingi orang-orang yang menyayangi nya. Kedua orang tua dan juga mertuanya. Ada acara tujuh bulan dari kehamilan nya. Semuanya sangat menantikan kehadiran bayi yang masih dalam perut Anura," terang Zionis menjelaskan. Sultan tersenyum lebar saat mendengar kabar gembira yang berhubungan dengan Anura.
"Syukurlah! Aku ikut senang jika mendengar wanita ku selalu bahagia. Seandainya saja ayah dari anak yang dikandungnya adalah aku, betapa bahagianya aku, Zionis! Betapa dulu aku sangat merindukan saat-saat seperti itu. Melihat Anura mengandung dan aku mengusapnya dengan penuh kelembutan. Menjadi suami siaga saat Anura manja meminta sesuatu karena ngidam. Andaikan saja, Zionis," curhat Sultan. Zionis tersenyum getir mendengar nya.
"Tuan muda Sultan! Tidakkah anda mau mencoba membuka hati tuan muda dengan wanita lain, contohnya seperti non Lela misalnya. Ini supaya hati anda tidak selalu terpaut dengan non Anura. Dan ini sama artinya supaya anda belajar mengikhlaskan non Anura bahagia dengan laki-laki lain," kata Zionis mencoba memberikan masukannya. Sultan mengerutkan dahinya. Kini senyuman getirnya tiba-tiba muncul.
"Lela? Dia bukan wanita seperti Anura. Dia wanita murahan sama seperti Tinira. Harga dirinya sudah dijual belikan demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik kesuksesan, ketenaran bahkan harta benda. Zionis aku tetap ingin Anura. Aku ingin menunggu saat-saat itu tiba. Aku akan kembali bersama dengan Anura," ucap Sultan. Zionis menyipitkan matanya.
"Maksud tuan muda Sultan?" sahut Zionis bertanya.
"Setelah Anura melahirkan bayi nya, aku akan merebutnya dari tangan suaminya. Bagaimana pun caranya. Aku sudah tidak perduli lagi, Zionis. Aku sudah memiliki segalanya. Baik harta, kekuatan maupun kekuasaan. Tetapi kenapa aku merasakan kehampaan saat tidak bersama dengan Anura. Aku ingin Anura," kata Sultan. Zionis tiba-tiba takut dengan ambisi Sultan yang tiba-tiba muncul.
"Tuan muda Sultan! Ini bukan lagi cinta itu sendiri, tuan muda! Ini adalah ambisi tuan muda untuk mendapatkan Anura kembali. Tolong tuan muda! Jangan lakukan itu tuan muda Sultan! Anda akan menyakiti Non Anura jika anda akan melenyapkan orang yang dia sayangi," sahut Zionis berusaha memberikan nasihat yang baik bagi tuan muda nya.
"Aku sudah tidak perduli lagi, Zionis!" kata Sultan kembali menengguk minuman beralkohol itu.
"Aku ingin Anura! Aku ingin Anura!" teriak Sultan sambil melemparkan botol minuman itu hingga pecah berkeping-keping. Zionis melebar matanya melihat tuan mudanya sudah tidak terkontrol lagi.
"Tuan muda Sultan! Kendalikan emosi anda!" sahut Zionis.
"Aku sudah tidak bisa mencintai wanita manapun selain Anura, Zionis! Kamu tahu itu. Bahkan beberapa kali aku mencobanya dan kamu mencoba mendatangkan wanita-wanita penghibur itu. Namun apa? Aku tidak bisa melakukan itu selain dengan Anura," kata Sultan. Zionis menyipitkan matanya.
"Bagaimana dengan non Tinira? Bukankah dulu anda bisa bersama dengan non Tinira?" sahut Zionis ingin memprotes yang pernah terjadi.
"Entahlah! Setelah semuanya terjadi, dan aku menyesal telah melepaskan Anura. Aku sudah tidak bisa memaafkan diriku sendiri," kata Sultan.
"Anda terlalu naif tuan muda Sultan! Ayolah tuan muda Sultan. Wanita tidak hanya non Anura! Bangkit dan temukan wanita yang lebih baik dari Anura! Saya yakin anda bisa melupakan non Anura. Hem, bagaimana kalau besok saya akan memperkenalkan gadis muda yang masih perawan? Ini akan membuat tuan muda bersemangat," kata Zionis.
"Tidak Zionis! Cari saja untuk kamu sendiri! Bukankah kamu perjaka ting ting yang belum pernah merasakan jatuh cinta seperti ku? Apalagi merasakan bagaimana rasanya kehilangan permata yang sudah ada digenggaman," kata Sultan. Zionis diam dan melongo. Kini Zionis tidak bisa berkata-kata. Benar! Dirinya memang belum merasakan itu semua. Namun, apakah jatuh cinta akan menjadi sebodoh itu?
Zionis menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan pelan.
"Baiklah tuan muda Sultan! Besok malam saya akan mencobanya. Saya akan melepaskan perjaka saya," ucap Zionis dengan bodohnya. Sultan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Zionis. Zionis malah melongo ketika tuan mudanya menertawakan dirinya.
🦋🦋🦋🦋🦋
Pagi hari itu, Sultan menjalankan aktivitasnya dengan memenuhi janji dengan klien-klien nya. Di dampingi oleh Zionis sang asisten pribadinya, Sultan dengan penuh percaya diri dan semangat mengembangkan bisnis nya sampai ke beberapa kota bahkan sampai di manca negara.
Setelah semua urusan nya selesai, Sultan segera kembali ke kantor di ruangan kerjanya. Zionis terlihat sibuk menerima panggilan masuk di ponselnya. Wajahnya terlihat serius ketika mendapatkan kabar terkini mengenai seseorang. Sultan mengernyitkan dahinya menatap asistennya yang sangat serius mendengarkan kabar berita dari anak buah Sultan di seberang sana.
"Ada apa, Zionis?" tanya Sultan seraya mengerutkan dahinya. Sultan sudah sangat penasaran dengan perubahan Zionis setelah menerima telepon dari anak buahnya yang bertugas di lapangan.
"Itu tuan muda, suami non Anura kecelakaan dan tidak bisa diselamatkan lagi," jawab Zionis. Sultan melebarkan matanya. Walaupun Dewa adalah saingan nya dalam soal percintaan memperebutkan hati Anura, tentu saja Sultan juga ikut merasakan syok mendengar nya.
"Kamu bicara yang jelas, Zionis! Apakah Dewa meninggal dunia?" tanya Sultan memperjelas akan kabar berita yang disampaikan oleh Zionis dari anak buahnya.
"Benar tuan muda! Tapi tuan muda, kalau boleh saya bertanya satu hal. Apakah kecelakaan tuan Dewa ini adalah... " kata Zionis. Seketika Sultan melotot matanya dengan sempurna. Bola mata itu seperti hendak keluar dari tempat nya.
"Kau menuduh ku Zionis? Kamu menuduh ku kalau kecelakaan Dewa itu merupakan sabotase atas rencana jahat ku?" sahut Sultan merasa geram karena dituduh melakukan kejahatan itu.
"Maaf, saya tidak berani tuan muda," kata Zionis.
"Walaupun aku sangat mencintai Anura dan rasanya ada keinginan untuk merebutnya dari tangan Dewa, tapi aku tidak mempunyai pikiran untuk melenyapkan Dewa. Kamu harus percaya akan ucapan ku, Zionis!" kata Sultan.
"Maaf tuan muda! Saya hanya takut dan khawatir jika tuan muda ku yang paling saya banggakan melakukan tindakan kriminal," ucap Zionis.
"Anura! Kasihan Anura ku. Di saat dirinya sudah mendapatkan kebahagiaannya dengan Dewa dan mendapatkan keturunan nya, Anura harus kembali menerima kesedihan dan kedukaan kembali. Anura harus kehilangan orang yang ia sayangi," pikir Sultan.
"Tuan muda! Apakah tuan muda Sultan merasa senang dan bersyukur?. Paling tidak setelah ini tuan muda akan mempunyai peluang kembali untuk mendekati dan mendapatkan non Anura kembali," ucap Zionis tanpa perasaan.
"Apa katamu, Zionis?" sahut Sultan dengan membulat matanya seperti kelereng. Zionis menahan tawa nya melihat ekspresi dan tanggapan dari tuan muda nya tersebut.
Flashback off.
🍀🍀🍀🍀🍀
Tinira bisa bernafas dengan lega karena perusahaan nya telah selamat dari kebangkrutan. Sultan terbuka hatinya mau membantu dan menyelamatkan perusahaan suaminya itu tanpa diketahui oleh Zainal. Perusahaan baru yang telah didirikannya itu membantu memberikan modal pinjaman dan juga membeli beberapa saham perusahaan milik Zainal. Perusahaan baru itu tidak diketahui oleh Zainal kalau pemilik aslinya adalah Sultan sendiri.
Om Fata pun juga susah jarang sekali memanfaatkan Tinira untuk memenuhi segala hasrat nya. Om Fata sudah tidak bisa mengancam Tinira karena Tinira sudah mengambil video rekaman mesumnya dan telah memusnahkan nya. Tinira takut jika suatu saat video tersebut bisa ditemukan oleh suaminya yaitu Zainal jika tidak ia musnahkan lebih awal.
🦋🦋🦋🦋🦋
Di rumah kediaman Anura. Anura walaupun masih dalam suasana duka, Anura tetap semangat dan bangkit untuk menjalani kehidupan ini. Apalagi sekarang ada Danan, putra nya yang masih bayi. Ketika melihat wajah Danan, bayi mungil itu, Anura seperti melihat Dewa. Banyak kemiripan dari wajah Dewa pada diri Danan.
Fatika mendekati Anura yang sedang menyusui Danan.
"Apakah banyak air susu nya?" tanya Fatika.
"Banyak, Fatika! Aku sudah banyak menyimpan juga di lemari es. Oh iya Fatika! Aku ingin kembali bekerja," ucap Anura. Fatika menyipitkan matanya.
"Kamu yakin? Danan masih kecil loh, jika harus kamu tinggal-tinggal bekerja," sahut Fatika.
"Bagaimana lagi, Fatika! Jika aku banyak di rumah saja, aku akan kepikiran dengan Dewa. Aku harus menyibukkan diri supaya bayang-bayang Dewa tidak membuat ku semakin bersedih. Kepergian Dewa membuatku sangat syok dan rasanya tidak bisa aku percaya, Fatika," kata Anura.
"Baiklah! Tapi sampaikan niatmu ini pada mertua kamu Pak Harun. Secara finansial mereka bisa saja memenuhi kamu bersama Danan. Kamu tidak perlu bekerja lagi menjadi aktris. Apalagi Dewa juga sudah memiliki banyak aset-aset yang setiap bulannya menghasilkan uang. Seperti beberapa villa dan Hotel resort," terang Fatika.
"Benar! Tapi setelah Dewa meninggal dunia, aku tidak ingin ikut campur dalam urusan harta milik mereka. Walaupun ada beberapa yang sudah atas nama Dewa. Aku ingin uangku sendiri, Fatika. Perusahaan Dewa, perusahaan keluarganya juga. Aku tidak ingin mencampuri nya," kata Anura. Fatika menyipitkan bola matanya seolah tidak mempercayai ucapan Anura yang tidak tergoda dengan banyak harta yang dimiliki oleh Dewa.
"Oke, baiklah! Lusa aku akan menjumpai om Jackie untuk mempertanyakan soal pekerjaan yang bisa kamu ambil," ucap Fatika.
"Terimakasih, Fatika!" sahut Anura.
"Sama-sama, sayang! Kamu yang semangat yah, Anura! Hidup harus kamu hadapi dengan senyuman. Kebahagiaan itu harus kita cari," kata Fatika. Anura tersenyum mendengar nasihat dari Fatika.
🦋🦋🦋🦋🦋
Tok.
Tok.
Tok.
Ketukan pintu kamar Anura terdengar. Asisten rumah tangga Anura memberitahu bahwa ada seorang tamu yang mencari Anura.
"Nona muda, ada seseorang yang mencari nona muda di luar!" terang asisten rumah tangga Anura yang bernama Yayan.
"Siapa, mbak?" tanya Anura.
"Hem, saya tidak tahu namanya nona muda," jawab mbak Yayan.
"Laki-laki atau perempuan? Muda atau tua?" tanya Fatika ikut penasaran.
"Laki-laki dan masih muda serta tampan," jawab Mbak Yayan. Fatika dan Anura saling pandang.
"Jangan-jangan Dewa pulang ke rumah, Fatika! Aku rasa Dewa tidak akan kerasan tinggal di dalam alam kubur," ucap Anura dengan nada bercanda. Fatika tiba-tiba menjadi bergidik takut.
"Eh ya ampun, Anura! Jangan bicara begitu dong! Serem tau!" protes Fatika.
"Sebenarnya aku sih masih mengharapkan Dewa kembali pulang, Fatika. Aku kangen!" sahut Anura kembali bersedih.
"Sudahlah Anura! Jangan diingat terus, sayang! Sekarang kamu lihat saja, siapa tamu yang mencari kamu sore ini?" kata Fatika.
"Aku malas Fatika! Kamu saja deh yang menjumpai nya dulu! Aku mau bobok dulu sambil menemani Danan. Mbak baby sitter nya biar istirahat. Kasihan sejak tadi dia mengurus Danan dan menemani Danan," kata Anura.
"Baiklah! Aku lihat dulu, siapa tamu yang datang dan mencari kamu di luar. Laki-laki muda dan tampan. Bisa saja mbak Yayan bicara," ucap Fatika sambil berjalan keluar dari kamar Anura.
*****
Aku malas Fatika! Kamu saja deh yang menjumpai nya dulu! Aku mau bobok dulu sambil menemani Danan. Mbak baby sitter nya biar istirahat. Kasihan sejak tadi dia mengurus Danan dan menemani Danan," kata Anura.
"Baiklah! Aku lihat dulu, siapa tamu yang datang dan mencari kamu di luar. Laki-laki muda dan tampan. Bisa saja mbak Yayan bicara," ucap Fatika sambil berjalan keluar dari kamar Anura.
Fatika segera menemui seseorang yang mencari Anura. Benar saja tamu yang mencari Anura adalah seorang laki-laki dewasa, tampan dan tentu saja masih muda. Fatika segera menyapa dan mengulurkan tangannya pada laki-laki yang sudah menunggu si tuan rumah untuk menemuinya.
"Mas Sultan!" sapa Fatika sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangannya. Sultan tersenyum lebar dan menyambut jabat tangan dari Fatika.
"Fatika! Apa kabar?" ucap Sultan berbasa-basi. Fatika tersenyum ramah.
"Kabar baik, mas Sultan! Mencari Anura yah?" tanya Fatika mempertegas pertanyaannya.
"Benar! Kira-kira bisa bertemu dengan Anura tidak? Dan apakah kedatangan ku mengganggu Anura, tidak?" tanya Sultan seperti minta pendapat dari Fatika.
"Anura di rumah. Tapi merasa terganggu atau tidaknya, itu aku tidak mau," jelas Fatika sambil ikut duduk di kursi teras di sebelah Sultan duduk.
"Memangnya Anura sedang apa di dalam?" tanya Sultan.
"Anura bilang mau tidur dan beristirahat. Sekalian menemani putra nya bobok juga sih," jelas Fatika. Sultan manggut-manggut saja.
"Oh, berarti aku datang di waktu yang tidak tepat. Kalau begitu lebih baik aku pulang saja, Fatika," kata Sultan sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Eh, nanti dulu mas Sultan! Aku lihat ke dalam dulu yah, siapa tahu Anura tidak jadi tidur," sahut Fatika.
"Hem, terserah kamu saja deh. Tapi kalau Anura sedang tidur jangan dibangunkan yah," kata Sultan.
"Oke, siap!" sahut Fatika. Fatika segera masuk ke dalam rumah dan berjalan kembali ke kamar Anura.
Setelah Fatika mengetuk pintu dan masuk ke kamar Anura, Anura sedang menyusui Danan.
"Siapa tamu nya, Fatika?" tanya Anura.
"Eh, kirain kamu jadi tidur!" sahut Fatika yang belum menjawab pertanyaan Anura.
"Danan nangis minta *****. Siapa yang datang?" tanya Anura lagi.
"Mas Sultan!" jawab Fatika singkat. Anura diam saja. Fatika menatap ekspresi Anura.
"Aku tadi bilang kalau kamu sedang tidur. Jadi mau ditemui apa tidak?" tanya Fatika.
"Untuk apa mas Sultan datang kemari?" tanya Anura.
"Enggak tahu, Anura! Mungkin saja ingin mengucapkan bela sungkawa kepada mu atas musibah yang kamu alami," jawab Fatika.
"Mas Anura pasti menertawakan aku. Karena kebahagiaan aku bersama dengan Dewa hanya sebentar saja," praduga Anura.
"Jangan berprasangka buruk dulu, Anura! Jadi gimana, mau ditemui atau tidak?" tanya Fatika. kembali.
"Kalau kamu sudah bilang kalau aku sedang istirahat dan tidur, aku tidak perlu menjumpai mas Sultan," kata Anura.
"Baiklah! Oke, aku ke depan dulu," sahut Fatika.
"Eh, ngapain lagi ke depan?" tanya Anura.
"Aku harus bilang dengan Mas Sultan kalau kamu saat ini sedang tertidur pulas," jawab Fatika.
"Oh, begitu! Oke ya sudah sana!" kata Anura. Fatika segera keluar dari kamar Anura dan menjumpai Sultan di teras depan rumah Anura. Anura menatap.
"Ada apa lagi sih, mas Sultan harus datang ke rumah?" gumam Anura. Danan terlihat masih ***** dan belum mau melepaskan sumber makanan nya. Anura dengan sabar dan telaten menyusui putra nya.
"Kalau sedang kasih asi ke Danan jadi mengantuk mataku," ucap Anura.
"Sudah kenyang belum sayang?" tanya Anura sambil mengusap lembut puncak kepala putra nya yang masih merah itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!