Hai hai hai ... selamat datang di karyaku yang ke-8 (di Noveltoon🤭) ini tuh menceritakan kisahnya Revald, sahabatnya Arkha. Masih ingat nggak sama Arkha? Yup! Novel ini lanjutan dari novel ke-6 ku yang berjudul Gadis Jebakan. Tapi, kalopun kalian nggak baca di sana dulu juga nggak apa. Karena akan tetap nyambung kok. Selamat membaca🥰
"Apa, Papa bangkrut?" tanya seorang gadis berusia sembilan belas tahun kepada orang tuanya. Dia sangat terkejut mendengar apa yang mereka sampaikan.
"Ya sekarang kita harus kembali ke Surabaya secepatnya sebelum menjadi gelandangan di sini, walaupun kita harus hidup sederhana di sana setidaknya keadaan kita akan jauh lebih baik!" jawab pria paruh baya bernama Derrick.
"No, aku gak mau Pa, lalu aku harus meninggalkan semua fasilitas di sini?" tanya gadis itu semakin nyalang.
"Tidak bisa, kita harus kembali Arruna! Kamu pikir Papa mau keadaan kita seperti ini?" Tanpa ingin mengatakan apa-apa lagi gadis itu masuk ke kamarnya sambil menutup pintu dengan sangat kencang.
"Arruna, Papa belum selesai bicara denganmu!" maki Derrick.
Arruna Pranesti seorang gadis yang terkenal sombong dan selalu berfoya-foya karena dia berasal dari keluarga kaya raya namun kekayaan orang tuanya tidak bertahan lama karena ayahnya tertipu oleh rekan bisnisnya.
"Apa rumah ini disita juga, Pa?" tanya Anika yang merupakan istri Derrick.
"Semua aset kita yang ada di sini mereka sita, Ma!" jawab Derrick dengan lesu.
"Astaga, kalau seperti ini gimana kita melanjutkan kehidupan di Surabaya?" tanya Anika.
"Mama tenang aja, tabungan kita yang atas nama Bi Surti masih aman, mereka tidak tau rekening itu walaupun jumlahnya tidak terlalu besar tapi cukup untuk biaya kehidupan kita di Surabaya, Papa juga tidak akan diam saja mau tidak mau kita harus memulai semuanya dari nol lagi," jawab Derrick. Bi Surti adalah maid mereka yang sudah bekerja lama di keluarga Derrick bahkan saat Arruna belum lahir, baik Derrick atau pun Anika sangat percaya kepada mereka.
"Tapi bagaimana dengan Arruna, Pa? Dia tidak akan bisa hidup sederhana Papa tau dia ...."
"Papa mengerti kegelisahan Mama tapi tidak ada pilihan lain," ucap Derrick.
"Baiklah Pa, Mama yakin Papa sudah memikirkan ini matang-matang dan semuanya pasti demi kebaikan keluarga kita, jadi Mama hanya bisa menuruti semua keputusan Papa," ucap Anika.
"Terima kasih karena di saat seperti ini Mama tidak meninggalkan Papa, entah kenapa Papa begitu ceroboh hingga percaya begitu saja kepada pria licik itu!" ucap Derrick dengan penuh penyesalan.
"Tidak ada gunanya menyesali semua yang terjadi dan jadikan semua ini pelajaran agar kita lebih berhati-hati ke depannya!" Derrick tersenyum mendengar ucapan istrinya.
"Mama dan Bi Surti mulai packing dulu ya, Pa!" ucap Anika lalu dia segera memanggil Bi Surti dan mulai mengemas semua barang mereka.
Derrick merasa sangat beruntung karena sang istri masih mendukungnya dalam keadaan seperti ini. Tanpa mereka sadari Arruna mendengar semua pembicaraan Derrick dan Anika dengan amarah yang memuncak.
"Ini tidak boleh terjadi, pria sialan itu sudah membuat aku kehilangan segalanya dan harus hidup menderita tanpa kemewahan yang sekarang aku dapatkan dari orang tuaku!" maki Arruna dengan rahang yang mengeras.
Arruna benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya di Indonesia nanti apalagi dengan keadaan yang serba kekurangan seperti ini. Tidak, tidak Arruna tidak bisa meninggalkan kehidupan mewah nan glamournya begitu saja. Arruna harus melakukan sesuatu agar dia tetap bisa hidup dengan mewah dan mendapatkan semua yang dia inginkan.
***
Los Angeles, Amerika Serikat.
"Kapan kau akan menikah, Revald?" tanya seorang pria tua bernama Gladio kepada sang cucu.
Revald Rahardian Burrack, pengusaha muda berusia dua puluh tujuh tahun yang merupakan cucu angkat Gladio Burrack sang miliarder ternama di Los Angeles.
"Revald!" Revald menghela nafasnya dengan panjang saat melihat tatapan mengintimidasi Gladio.
"Aku tidak mau menikah!" ucap Revald dengan wajah datarnya.
"Sampai kapan kamu seperti ini, huh? Usiamu sudah dua puluh tujuh tahun, Kanaya yang lebih muda darimu sudah menikah!" ucap Gladio.
"I don't care!" Revald pun keluar dari ruangannya lalu menutup pintu dengan sangat kencang hal itu membuat Gladio semakin kesal kepada cucunya itu.
"Tidak bisa seperti ini terus, aku harus bertindak secepatnya!" ucap Gladio lalu menghubungi seseorang yang bisa membantunya untuk membuat Revald segera menikah.
Revald langsung menuju cafe yang tak jauh dari kantornya karena dia harus bertemu dengan sahabatnya yang bernama Arkha. Tidak ada pertemuan penting mereka hanya ingin makan siang bersama di sana.
"Kenapa kau terlihat lesu seperti itu?" tanya Arkha yang sudah duduk nyaman di hadapan Revald.
"Aku ingin kembali ke Surabaya!" Jawaban Revald membuat mata Arkha membulat sempurna.
"Kenapa?" tanya Arkha.
"Aku sudah malas berdebat dengan kakek yang terus memintaku untuk segera menikah!" jawab Revald.
"Apa hanya karena itu kau ingin kembali ke Surabaya?" tanya Arkha dengan alis yang terangkat. Namun Revald hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan sahabatnya.
"Dasar bodoh, kakek hanya memintamu untuk menikah bukan memintamu terjun ke jurang kenapa kau sampai ingin melarikan diri seperti ini!" Arkha.
"Aku tidak mau menikah!" ucap Revald dengan penuh penekanan.
"Astaga, menikah tidak akan membuatmu mati, kau harus tau betapa nikmatnya kehidupan setelah menikah!" Kening Revald berkerut saat melihat ekspresi Arkha yang menurutnya sangat menjijikan.
"Stupid, pasti kau memikirkan hal yang sangat memuakkan!" maki Revald.
"Kau berkata seperti itu karena kau belum merasakan nikmatnya menikah!" Revald tidak ingin lagi menghiraukan ucapan Arkha, dia langsung beranjak dari tempatnya untuk pergi.
"Kau mau ke mana? Kita belum memesan apa-apa?" tanya Arkha.
"Like I care!" Revald pun segera pergi dari sana, membicarakan masalahnya dengan Arkha bukanlah hal yang tepat. Kini Revald semakin yakin untuk kembali ke Surabaya. Revald pun memtuskan untuk pulang dan segera mengemas pakaiannya.
"Apa ingin disiapkan air hangat, Tuan?" tanya maid saat melihat Revald datang.
"Tidak perlu," jawab Revald dengan wajah datarnya lalu dia segera masuk ke kamar.
Revald segera mengambil kopernya dan memasukkan semua pakaiannya ke sana, saat di perjalanan Revald sudah memesan tiket penerbangan menuju Surabaya dan beruntungnya dia mendapatkan jadwal penerbangan malam ini juga. Selesai berkemas Revald segera pergi sebelum Gladio pulang namun sayangnya saat sampai di ambang pintu Revald berpapasan dengan Gladio.
"Mau ke mana kamu?" tanya Gladio saat melihat Revald keluar dengan membawa kopernya.
"Aku harus kembali ke Surabaya karena ada masalah di showroom, Kek," jawab Revald.
"Bohong, kau pasti ingin menghindar dari perjodohan!" Kening Revald berkerut mendengar hal itu, dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Gladio.
"Perjodohan apa?" tanya Revald.
"Kakek sudah mengatur perjodohanmu dengan anak dari salah satu relasi kita," jawab Gladio.
"Aku tidak mau dan aku harus segera kembali ke Surabaya!" Revald pun segera pergi dari rumahnya tanpa menghiraukan Gladio yang terus memanggilnya.
"Tidak bisa dibiarkan seperti ini, aku harus terus memaksa dia untuk segera menikah sebelum dia menjadi bujangan tua!" ucap Gladio.
"Kau selalu terlihat cantik, Arruna!" Saat ini Arruna sedang mematut dirinya di hadapan cermin, dia masih bersiap untuk berangkat kuliah.
"Kamu mau ke mana?" tanya Anika yang melihat sang putri baru keluar dari kamarnya. Anika melihat penampilan Arruna dari atas sampai bawah, dia menggelengkan kepalanya dengan perlahan karena Arruna kembali menggunakan pakaian pendek nan ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.
"Aku mau kuliah, Ma!" jawab Arruna sambil memainkan kukunya yang dia poles dengan cantik.
"Apa pantas kamu kuliah dengan pakaian kayak gini?" tanya Anika.
"Ya ampun, Ma! Kenapa terus membahas hal yang gak penting, lagi pula bukannya sudah biasa aku ke kampus kayak begini!" jawab Arruna.
"Bicara yang sopan sama Mama, Arruna!" Arruna berdecak kesal mendengar Derrick tiba-tiba berteriak kepadanya.
"Kamu tidak akan pergi kuliah karena Papa sudah mengurus kepindahanmu, satu jam lagi kita harus pergi ke bandara!" Arruna terkejut mendengar keputusan Derrick karena Arruna benar-benar tidak mau meninggalkan kehidupan mewahnya di sini.
"Kenapa Papa tidak menyewa rumah di sini jadi kita tidak perlu pindah ke Surabaya," ucap Arruna.
"Kali ini Papa tidak mau mendengar bantahan, semakin hari sikap kamu makin tidak karuan jika seperti ini terus mau jadi apa kamu, huh?" tanya Derrick.
"INI SEMUA GARA-GARA PAPA YANG GAK BECUS MENGELOLA PERUSAHAAN, KARENA KEBODOHAN PAPA JUGA KITA HARUS MENGALAMI KEBANGKRUTAN YANG MEMALUKAN INI!" maki Arruna.
"Arruna!" bentak Anika.
"Kenapa? Mama juga bodoh mau-maunya Mama bertahan sama pria yang udah gak bisa kasih apa-apa lagi sama Mama!"
PLAAK
Anika yang sudah tidak bisa mengendalikan emosinya langsung menampar pipi Arruna dengan sangat kencang.
"APA PANTAS KAMU BICARA SEPERTI ITU SAMA ORANG TUA KAMU? TIDAK BISA KAH KAMU MENGERTI KEADAAN KAMI SEKARANG?" Anika kembali mengangkat tangannya untuk menampar Arruna tapi Derrick cepat-cepat mencegahnya.
"Kenapa kalian marah? Sebagai orang tua seharusnya kalian bisa membahagiakan anak kalian bukan membuat hidup anak kalian menderita seperti ini!" Arruna pun pergi dari rumahnya.
"Arruna, kamu tidak boleh pergi!" teriak Anika namun Arruna tidak menghiraukan panggilannya sama sekali.
"Maafkan sikap Arruna, Pa!" ucap Anika.
"Sudah lah Ma, selama ini kita memang terlalu memanjakan Arruna dan tidak membiarkan dia hidup susah hal itulah yang membuat Arruna tidak bisa menerima keadaan kita sekarang," ucap Derrick.
"Sekarang bagaimana, Pa? Arruna pergi dan Mama yakin dia tidak akan mudah dibujuk begitu saja," ucap Anika.
"Papa tau harus melakukan apa, lebih baik kita siap-siap sekarang jangan sampai kita ketinggalan pesawat!" Derrick dan Anika pun segera bersiap.
Mereka akan menunggu Arruna di bandara karena tidak mungkin mereka membiarkan Arruna tetap tinggal di Singapore sendirian.
Sedangkan Arruna sedang berada di salah satu cafe untuk menunggu teman-temannya, namun teman-teman Arruna tidak kunjung datang, Arruna pun memutuskan untuk pergi. Arruna segera menuju kasir untuk membayar pesanannya.
"Maaf Nona, kartu ini sudah diblokir jadi tidak bisa digunakan," ucap penjaga kasir.
"Tidak mungkin, saldo di sana masih banyak!" ucap Arruna lalu memberikan kartu debit yang lainnya.
"Ini juga tidak bisa digunakan!" Arruna berdecak kesal karena semua kartu debit dan ATM miliknya tidak bisa digunakan.
'Kenapa mereka memblokir semua ATM-ku!' Ucap Arruna di dalam hatinya.
"Anda bisa membayarnya dengan uang cash," ucap penjaga kasir.
"Berapa totalnya?" tanya Arruna.
"Dua belas dollar singapore (12 SGD)!" Arruna langsung membuka dompetnya lalu dia menghela nafasnya dengan panjang karena dia memiliki uang cash yang lebih. Setelah itu Arruna pergi dan menghubungi orang tuanya.
"Ada apa?" tanya Derrick saat telpon tersambung.
"Kenapa semua ATM dan kartu debit aku tidak bisa dipakai," jawab Arruna dengan kesal.
"Karena Papa sudah memindahkan semua saldo di ATM-mu dan memblokir kartu debit milikmu, ada masalah?" tanya Derrick dengan santai.
"Papa harus mengembalikan semuanya karena itu punyaku," jawab Arruna.
"Tentu saja tapi dengan dua pilihan yang mudah!" Arruna berdecak dengan kesal karena mendengar ucapan Derrick.
"Jika kamu mau ikut ke Surabaya dengan kami maka kamu akan mendapatkan lagi uang di ATM kamu tapi jika kamu menolak, selamat menjadi gelandangan di sini!" ucap Derrick.
"Papa tidak bisa melakukan ini sama aku!" maki Arruna.
"Tentu saja bisa karena semua kendali ada di tangan Papa, tentukan pilihanmu sekarang juga dan Papa hanya memberi waktu lima belas menit untuk kamu segera datang ke bandara karena Papa tidak ingin ketinggalan pesawat hanya untuk menunggu kamu!" Derrick langsung memutuskan sambungan telponnya, hal itu membuat Arruna semakin kesal kepada sang ayah.
"Arrggh sial!" maki Arruna sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Jika aku menjadi gelandangan di sini apa yang harus aku katakan kepada semua temanku, mereka pasti mempermalukan aku!" Kini Arruna terjebak dengan pilihan yang memaksanya harus ikut dengan kelurganya pindah ke Surabaya.
Beberapa menit kemudian akhirnya Arruna sampai di sana orang tuanya dan Bi Surti sudah menunggunya di sana.
"Pilihan yang tepat!" ucap Derrick dengan tersenyum penuh kemenangan.
"Papa curang!" ucap Arruna dengan kesal.
"Papa hanya memberi pilihan jika kau ingin tetap tinggal di sini tidak masalah, ambil lagi kopermu!" ucap Derrick sambil mendorong koper milik Arruna, setelah itu Derrick membawa Anika pergi karena mereka harus segera masuk ke pesawat.
"Ayo, Non!" ajak Bi Surti, Arruna pun pergi sambil menggerutu dengan kesal.
***
Revald yang baru duduk di pesawat berdecak kesal karena ponselnya berdering, ternyata Arkha sahabatnya yang menghubungi Revald.
"Kau di mana?" tanya Arkha saat Revald sudah menerima telpon darinya.
"Aku sedang transit di Singapore," jawab Revald.
"Astaga, jadi kau benar-benar pergi?" tanya Arkha namun Revald hanya bergumam menanggapi ucapan sahabatnya.
"Dengarkan aku bodoh, kemarin kakek memintaku untuk mencarikan wanita yang akan dia jodohkan denganmu dan sekarang kau malah membuat masalah baru, kakek terus memintaku untuk menyiapkan penerbangan ke Indonesia agar kau segera menikah dengan wanita itu!" jawab Arkha.
"Jika kau membiarkan kakek datang ke Surabaya maka aku tidak segan untuk melenyapkamu, aku tidak peduli walaupun kau sahabatku dan suaminya Kanaya!" ancam Revald.
"Revald, Stupid! Kau tidak bisa ...." Belum sempat Arkha melanjutkn ucapannya Revald segera memutuskan sambungan telponnya dan mengaktifkan mode pesawat.
'Memuakkan, kenapa mereka hanya memikirkan tentang pernikahan!' Maki Revald di dalam hatinya, tak lama kemudian pesawat yang dia tumpangi pun lepas landas.
Hampir tiga jam penerbangan akhirnya pesawat mendarat dengan selamat di bandara Juanda, Surabaya.
Setelah mengambil kopernya di bagasi, Revald berjalan dengan santai karena dia sudah meminta seseorang untuk menjemputnya, namun Revald dikejutkan dengan seorang wanita yang berjalan di hadapannya tiba-tiba berbalik hal itu membuat mereka bertabrakan dan pertahanan diri Revald goyah hingga membuat wanita itu terjatuh tepat di atas Revald bahkan bibir mereka saling bersentuhan.
"Papa!" panggil Arruna.
"Apalagi?" tanya Derrick dengan kesal.
"Kenapa jutek terus sih, aku cuma mau ke toilet!" jawab Arruna.
"Papa pikir kamu mau kabur lagi." Arruna berdecak dengan kesal lalu dia berbalik sambil menggerutu hingga Arruna tidak menyadari jika ada seorang pria di hadapannya lalu ....
BRUK
Arruna terjatuh tepat di atas tubuh pria itu, mata Arruna membulat sempurna saat bibirnya beradu dengan bibir pria itu.
'My first kiss!' Ucap Arruna di dalam hatinya. Arruna langsung bangun dari atas pria itu.
"Jalan pake mata, bukan pake dengkul!" maki Arruna setelah itu dia pergi meninggalkan pria itu yang kesal juga dengan perbuatannya. Ternyata pria itu adalah Revald, si kulkas berjalan.
"Seharusnya aku yang memaki dia!" maki Revald dengan kesal lalu dia pergi karena supirnya sudah menunggu.
Sesampai di toilet pun Arruna masih menggerutu, saat dia hendak mencuci muka Arruna kembali teringat kejadian tadi, dia langsung menepuk pipinya dengan kencang.
"Gila, kenapa terbayang lagi!" Arruna pun segera pergi untuk kembali ke keluarganya.
"Kita nginap di hotel mana, Pa?" tanya Arruna.
"Langsung ke rumah kita, soalnya Papa udah minta tolong saudaranya Bi Surti cari rumah buat kita!" Mata Arruna berbinar seketika mendengar jawaban Derrick. Arruna berpikir mereka akan tinggal di rumah mewah seperti di Singapore kemarin.
Namun sesampainya di rumah ....
"WHAT? INI RUMAH KITA?" teriak Arruna saat melihat rumah sederhana yang menurutnya tidak layak untuk ditempati.
Padahal untuk orang-orang di sekitar sana rumah itu cukup mewah walaupun bukan rumah lantai dua namun luas untuk ditempati tiga orang.
"Iya memangnya kenapa?" tanya Derrick dengan tangan yang melipat di dada.
"Terus mobil kita mana?" Derrick menghela nafasnya dengan panjang karena gaya hidup Arruna masih belum berubah, mungkin gadis itu memerlukan waktu lebih lama untuk menerima keadaan keluarganya saat ini.
"Ada, kamu tenang aja," jawab Derrick dengan santai.
"Ayo masuk Tuan, Nyonya, saya sudah minta saudara saya beresin rumahnya jadi udah bisa ditempatin!" Bi Surti pun segera membuka pintu rumah itu lalu mengantarkan Arruna ke kamarnya.
"Ini kamar apa kandang ayam? Kok kecil banget?" tanya Arruna.
"Iya, kamu ayamnya!" celetuk Anika.
"Mama!"
"Kamu harus bersyukur Arruna, kamu masih bisa tinggal di rumah yang nyaman tidak jadi gelandangan di pinggir jalan!" Anika pun keluar dari kamar Aruna.
"Kenapa hidupku jadi sial kayak begini!" maki Arruna.
***
Keesokan harinya Arruna masih bermalas-malasan di kamarnya karena dia belum tau harus pergi ke mana.
"Arruna!" panggil Anika sambil mengetuk pintu kamar Arruna.
"Ada apa, Ma?" tanya Arruna dengan malas.
"Papa sudah mendaftarkan kamu kuliah cepat siap-siap ini hari pertama kamu kuliah di sini." Tanpa ingin berkata apa-apa lagi Arruna segera menuruti perintah ibunya karena Arruna sangat malas untuk berdebat.
Setelah bersiap Arruna langsung menghampiri Derrick dan Anika yang sudah menunggunya di ruang tamu.
"Ya ampun Arruna, apa tidak ada pakaian yang lebih sopan?" tanya Derrick sambil melihat penampilan Arruna dari atas sampai bawah.
"Aku udah biasa kayak gini, Pa!" ucap Arruna.
"Cepat pergi, jangan sampai kamu terlambat di sini kamu harus kuliah dengan serius!" Sambil berdecak dengan kesal Arruna keluar rumah lebih dulu, Arruna memandang ke sekitarnya mencari di mana kendaraan yang akan dia gunakan namun Arruna hanya melihat dua motor matic yang terparkir di halaman rumahnya.
"Mobilnya mana, Pa?" tanya Arruna.
"Gak ada mobil, kamu pakai motor itu! Kamu pilih mau menggunakan motor yang mana, satu untuk kendaraan kamu yang satu lagi kendaraan Papa di sini!" jawab Derrick.
"Papa gak salah kasih aku motor?" tanya Arruna.
"Enggak!" jawab Derrick dengan santai sambil melipat tangannya di dada.
"Aku gak bisa naik motor Pa, nanti kulit aku yang perawatannya mahal ini bisa rusak," ucap Arruna.
"Papa gak peduli, kalau kamu mau pakai motor ini silahkan tapi kalau kamu tetap mau naik mobil ke kampus kamu bisa naik angkot atau bus sama-sama mobil 'kan," ucap Derrick.
"Papa ...." Arruna menghentikan ucapannya karena kedatangan seorang gadis yang menyapanya.
"Hai Arruna, aku Naomi!" sapa gadis itu.
"Siapa sih sok kenal banget?" tanya Arruna dengan tatapan sinisnya.
"Kan tadi aku udah bilang nama aku, Naomi," jawab Naomi.
"Dia anaknya Bi Surti, mulai sekarang kamu kuliah di kampus yang sama dengan dia!" Arruna terperanjat mendengar ucapan Derrick.
"Aku harus satu kampus sama anak pembantu?" tanya Arruna dengan suara naik satu oktaf.
"ARRUNA!" bentak Derrick.
"KENAPA SIH SELALU AKU YANG JADI SASARAN, PADAHAL PAPA YANG MEMBUAT HIDUP AKU KAYAK GINI!" bentak Arruna lalu dia pergi.
"Ada apalagi, Pa?" tanya Anika yang mendengar suara bentakan Arruna.
"Dia berulah lagi dan langsung pergi begitu saja," jawab Derrick.
"Ya ampun, kalau dia nyasar gimana?" tanya Anika dengan khawatir.
"Tuan, Nyonya biar aku susul Arruna," ucap Naomi.
"Ini kunci motornya, kamu hati-hati kalau Arruna gak ketemu kamu langsung hubungi saya!" Naomi pun segera pergi menyusul Arruna. Beruntungnya Arruna belum pergi terlalu jauh.
"Arruna!" panggil Naomi.
"Pergi, aku jijik dekat sama anak pembantu kayak kamu!" maki Arruna.
"Ya ampun, dia gak sadar diri," ucap Naomi dengan lirih.
"Pergi gak!" bentak Arruna lagi.
"Oke deh aku pergi berarti kamu mau pergi naik angkot biar gak kepanasan, tapi hati-hati loh penumpang angkot gak semuanya ramah dan wangi, kadang ada ibu-ibu yang pulang dari pasar bawa belanjaan belum lagi ada bapak-bapak yang bawa ayam hidup, kebayang gak tuh kayak gimana ...."
"STOP!" teriakan Arruna membuat Naomi menutup telinganya.
"Kenapa kamu jadi nakut nakutin aku!" bentak Arruna.
"Lah siapa yang nakutin, kamu pasti belum pernah naik angkot jadi kamu gak tau gimana rasanya naik angkot, desak-desakan belum lagi kalau macet udah pasti panas banget, terus ...." Karena sangat kesal dengan ucapan Naomi, Arruna pun segera naik ke motor.
"Jadi mau naik motor?" tanya Naomi.
"Cepetan jalan!" jawab Arruna dengan ketus.
'Huh ... untung ibu udah kasih tau gimana sifatnya orang ini, tapi gak sangka ngeselinnya lebih dari yang dibayangkan!' Ucap Naomi di dalam hatinya, dia mulai melajukan motornya menuju kampus.
Sesampainya di kampus Arruna kembali terkejut karena Derrick mendaftarkan dia di universitas biasa bukan universitas ternama dan berkelas seperti kampusnya di Singapore semua itu terlihat dari bangunan kampus yang biasa saja.
"Ini serius aku kuliah di sini?" tanya Arruna.
"Iya emangnya mau di mana lagi, kemarin ibu bilang kamu kuliah sama aku," jawab Naomi.
"Astaga, kenapa hidupku berubah tiga ratus enam puluh derajat, sekarang aku harus bergaul dengan orang-orang miskin seperti mereka!" maki Arruna.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!