***
Tati ayu wulandari (29 tahun), yang biasa di panggil Ayu terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, kedua orang tua Ayu adalah petani perkebunan. Ayu memiliki dua saudari perempuan dan tiga saudara laki - laki, kelima saudara Ayu merupakan saudara seayah. Ayu juga memiliki dua saudara laki - laki seibu.
Ketika usia Ayu beranjak enam tahun kedua orang tua Ayu harus berpisah, dengan alasan tidak ada lagi cocokan di antara keduanya. mama harus terpaksa pergi, karna merasa diri nya sudah tidak sanggup lagi menjalani kehidupan rumah tangga bersama sang suami. ayah Ayu memang terkenal sangat lah keras, bahkan diri nya tidak segan - segan untuk menyakiti mama Ayu apabila pertengkaran antara kedua nya terjadi. ayah Ayu juga suka bermain judi, dan cendrung malas untuk bekarja.
Ayu gadis kecil berusia enam tahun, yang saat itu harus duduk di sebuah kursi pengadilan agama, harus memilih dengan siapa kah diri nya akan tinggal. sungguh sebuah tekan batin dan metal yang harus di hadapi nya sangatlah besar. hingga diri nya bertekad jika kelak diri nya menikah, maka bagai mana pun cara nya diri harus bertahan agar apa yang di rasakan nya saat itu, tidak akan di rasakan oleh anak - anak nya kelak.
Masih jelas dalam ingatan nya saat itu, bagai mana pertanyaan yang hakim ajukan pada diri nya.
" Ade Ayu .. ade Ayu mau tinggal dengan siapa ? sama mama atau sama ayah ?." ujar pak hakim bertanya pada Ayu.
" Mau sama ayah sama mama." jawaban polos dari gadis kecil yang tengah duduk dengan sebuah permen di tangan kanan nya.
" Ade .. kalo di suruh milih satu, mau nya sama siapa ?." kembali pak hakim bertanya pada gadis kecil di hadapan nya itu.
" Engga mau ... nanti kalo Ayu ikut ayah, mama gimana ? terus kalo Ayu ikut mama, ayah juga gimana ?." itu lah yang ada di dalam fikiran gadis kecil polos itu.
Mendengar hal itu pak hakim pun bingung untuk memutus kan Ayu, akan tinggal bersama siapa ? akan tetapi mengingat usia Ayu yang saat itu baru berusia enam tahun, dan atas berbagai pertimbangan, akhirnya Ayu di saran kan untuk ikut tinggal bersama sang mama.
Sejak itu Ayu tinggal dengan sang mama. sejak diri nya tinggal bersama sang mama, Kehidupan gadis kecil itu benar - benar di uji. dengan kondisi ekonomi yang sangat memprihatin kan, Ayu dan sang mama serta nenek Ayu, harus tinggal di sebuah gubuk dari bambu.
Mereka bertiga harus tinggal menumpang di atas tanah milik seseorang kenalan mama, mama juga menjadi buruh tani di perkebunan sang pemilik tanah. selain itu Ayu juga harus berjalan kaki sejauh 25km dari tempat tinggal nya menuju tempat diri nya bersekolah. jalanan yang dilalui Ayu memang sudah beraspal, akan tetapi di sisi kanan dan kiri jalan masih hutan dan perkebunan. diri nya harus berjalan kaki saat berangkat dan pulang sekolah seorang diri. tak ada yang mengantarkan Ayu saat bersekolah, karna memang mama tidak memiliki kendaraan dan juga mama sibuk dengan pekerjaan nya sebagai buruh kebun. hanya sekekali saja Ayu di beri tumpangan jika ada orang yang mengajak diri nya untuk ikut.
Kedua saudara laki - laki Ayu seibu memang tidak selalu tinggal dengan ketiga nya, mereka memilih merantau keluar desa, karna ke dua nya memang belum berkeluarga. pada saat mama mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama, mama Ayu sampai harus merantau ke luar daerah bersama sang kakak, untuk biaya yang harus mama keluarkan atas gugatan ke pengadilan.
" Ayu tinggal dengan nenek ya .. mama mau cari uang dulu untuk Ayu. mama engga lama, nanti kalo sudah ada uang, mama akan segera pulang." itu lah perkataan yang di ucap kan sang mama pada Ayu, sesaat sebelum keberangkatan nya bersama sang kakak.
" Iya ma ..." tak ada yang mampu gadis kecil itu ucapkan, selain mengiyakan kata - kata sang mama. walau pun dengan derai air mata di kedua mata nya, yang menandakan bahwa diri nya tak ingin di tinggal oleh sang mama.
Ayu adalah gadis kecil yang periang serta ceria, diri nya juga memiliki banyak teman, akan tetapi untuk Saat ini diri nya benar - benar harus di paksa untuk mandiri. jika gadis kecil lainya masih bermanja - manja dengan kedua orang tuanya, tapi tidak untuk Ayu.
Selama satu bulan sang mama pergi, maka selama itu pula lah Ayu tinggal berdua dengan sang nenek di gubuk bambu. jika di tanya tentang keluarga, Ayu memang memiliki nya, hanya saja mereka tidak tinggal berdekatan dengan Ayu serta nenek Ayu.
Waktu pun berganti tidak terasa sebulan sudah sang mama meninggal kan diri nya beserta sang nenek. dan akhirnya sang mama pun pulanh, dengan membawa hasil merantau selama sebulan penuh. baik itu uang, beras, dan sembako serta tak lupa sang mama pun membelikan oleh - oleh berupa cemilan untuk Ayu.
" Hore, mama pulang ... mama pulang ... mama pulang .. " teriakan dari gadis kecil itu, saat diri nya melihat sang mama beserta sang kakak datang.
Melihat itu sang mama hanya tersenyum, mungkin sang mama juga merindukan putri nya itu. hanya saja mama adalah tipe seorang ibu yang tidak pernah mengungkap kan rasa sayang nya dengan kata - kata pada putra putri nya. jika di tanya mengapa, maka jawaban nya pun hanya ' entah lah '.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. tidak terasa tiga tahun sudah pasca perceraian sang mama dan sang ayah, dan selama tiga tahun pula Ayu harus berjuang dengan berjalan kaki menuju sekolah nya untuk menimba ilmu.
Dan di saat Ayu duduk di kelas 3 Sd, sang mama pun kini menikah kembali, dengan seorang pria yang selisih usia nya terpaut jauh. karna pria yang akan menjadi ayah sambung bagi Ayu, mempunyai banyak anak dan cucu. usia cucu dari ayah sambung Ayu, seusia Ayu dan bahkan cucu tertua nya saja sudah beranjak remaja. berbeda dengan mama yang hanya memiliki tiga orang dan putri bungsu nya adalah Ayu.
Mungkin bagi mama Ayu usia tidak jadi masalah untuk kembali membangun kehidupan rumah tangga, yang sebelum nya sempat hancur di tengah jalan. bagi mama Ayu yang penting suami nya itu tidak hanya sayang pada diri nya saja, akan tetapi suami nya juga mau menyayangi anak - anak mama.
Begitu pula dengan mama, mama Ayu tidak akan membeda - beda anak, baik anak mama atau pun anak suami nya. Bagi mama Ayu semua anak sama, tak ada yang berbeda, yang membedakan nya hanya bagai mana cara kita menyayangi mereka.
Dan di sini Ayu pun merasakan bagaimana kasih sayang seorang ayah sambung terhadap diri nya. diri nya memang memiliki ayah kandung. akan tetapi semenjak diri nya tinggal bersama sang mama, ayah kandung Ayu tak pernah sekali pun mengunjungin Ayu. apa lagi sampai memberi kan uang jajan untuk Ayu, tak pernah di lakukan sang ayah. benar - benar sungguh miris nasib seorang Ayu. bagai mana kehidupan selanjut nya dari Ayu ? dan bagai mana kehidupan nya sebagai putri tiri dari ayah sambung nya ?.
***
***
Saat ini Ayu telah pindah ke salah satu desa, lebih tepat nya desa di mana sang suami mama Ayu berada. ya .. saat ini Ayu di boyong sang mama untuk ikut pindah rumah, mengikuti di mana sang suami tinggal. hanya nenek Ayu saja yang memilih untuk tidak ikut, nenek Ayu lebih memilih untuk mengikuti cucu dari anak pertama beliau.
Jika ada yang mengatakan jika seorang ayah sambung itu baik, memang benar. dan jika ada yang mengatakan bahwa seorang ayah sambung itu jahat, memang benar pula. intinya adalah tergantung pada diri orang itu sendiri. diri nya ingin baik atau ingin jahat di hadapan anak sambung nya.
Ayah sambung Ayu bekerja menjadi seorang petani kebun, sama seperti pekerjaan yang selama ini di tekuni oleh mama Ayu. hanya saja yang membedakan, jika mama Ayu harus menjadi buruh di kebun orang lain. hal itu tidak berlaku pada ayah sambung Ayu, karna memang beliau memiliki lahan perkebunan sendiri.
Ayah sambung Ayu adalah ayah yang baik untuk Ayu, beliau juga menyayangi Ayu. beliau juga pernah beberapa kali membelikan setelan baju untuk Ayu, hanya saja dari perlakuan beliau, menimbulkan rasa kecemburuan pada anak dan cucu - cucu beliau.
" Ma .. coba lihat si Ayu di belikan baju sama kakek, aku malah engga di belikah." ujar salah satu cucu perempuan dari beliau, yang usia nya sepantaran dengan Ayu.
" Iya .. kan, si Ayu anak kesayangan kakek mu. jadi jangan heran kalo kamu sudah engga di kasih apa - apa sama kakek mu." ujar Salah satu anak perempuan beliau, yang otomatis diri nya adalah saudari tiri Ayu.
Itu lah perkataan sindiran serta kecemburuan yang sering Ayu dengar secara langsung, karna jika mereka berbicara selalu di lakukan saat ada di hadapan Ayu. begitu pula saat anak - anak dari ayah sambung Ayu berkumpul, mereka selalu saja membicara kan mama Ayu, yang sebenar nya adalah ibu sambung mereka.
Ada rasa sakit hati ketika mereka sering menjelek - jelek kan mama di hadap Ayu, tapi apa yang bisa Ayu lakukan. diri nya hanya mampu terdiam, dan seolah - olah tak pernah mendengar perkataan mereka. Ayu juga tidak pernah sekali pun mengadukan apa yang Ayu dengar pada sang mama. karna Ayu mengerti bagaimana sakit hati mama nya jika mendengar pembicaraan yang selama ini anak tiri nya lakukan.
Ayu juga harus berbagi uang jajan dengan cucu ayah sambung Ayu. selama mama Ayu menikah kembali, Ayu sangat lah jarang di beri uang jajan, mungkin hanya seminggu sekali saja Ayu menerima uang jajan dari sang mama saat panen hasil kebun.
" Yu ... ini ada uang jajan untuk Ayu, itu bisa Ayu pakai dua hari. di irit kalo jajan, kan sekolahan nya dekat dengan rumah. jadi, Ayu kalo mau jajan tinggal pulang ke rumah aja makan. di rumah selalu ada nasi." ujar mama Ayu berkata pada Ayu.
" Iya ma .." dan lagi - lagi Ayu selalu mengiyakan apa yang di katakan sang mama pada nya. tanpa ada batahan sedikit pun.
Padahal jajan dan makan itu suatu hal yang berbeda, ada rasa iri di hati Ayu ketika melihat teman - teman nya berlarian menuju para pedagang untuk jajan saat jam istirahat tiba. tapi tidak untuk diri nya, Ayu harus pulang ke rumah hanya untuk mengganjal perut nya dengan nasi dan lauk seadaanya. agar diri nya tidak terlalu menginginkan jajan seperti teman - teman nya yang lain.
Selain itu, setiap uang jajan yang di dapat Ayu dari sang mama, Ayu masih harus berbagi nya dengan sang keponakan. karna jika tidak, keponakan nya itu akan marah dan sering mengeluarkan kata - kata sindiran untuk Ayu.
" Yu ... hari ini kamu bawa uang jajan kan ? kalo bawa, beli in aku jajan donk." keponakan Ayu pun mulai merengek pada Ayu, saat diri nya mengetahui bahwa Ayu mendapatkan jatah uang jajan.
Dan aneh nya entah mengapa, si cucu dari ayah sambung Ayu itu, selalu saja mengetahui kapan Ayu mendapatkan jatah jajan dari sang mama. Ayu pun tak pernah bisa menolak untuk tak membagi uang yang di miliki nya pada keponakan nya itu.
" Iya, kita bagi dua ya ..." ujar Ayu dengan mengambil uang yang di miliki nya itu.
" Iya.." setelah menerima uang yang di berikan Ayu, diri nya pun langsung berlalu pergi dari hadapan Ayu begitu saja.
Lagi - lagi Ayu hanya bisa terdiam, dengan keadaan yang di hadapi nya saat itu. seorang gadis kecil berumur delapan tahun, harus menghadapi ujian hidup yang begitu berat, tanpa tau diri nya harus mengadu pada siapa.
Pernah satu kejadian yang bahkan mungkin akan membekas dalam kenangan Ayu hingga kelak diri nya dewasa. di mana di suatu pagi, seperti biasa setelah sholat subuh mama serta ayah sambung Ayu harus pergi ke kebun untuk berkerja. dan tinggal lah Ayu di rumah beserta cucu - cucu dari ayah sambung Ayu.
Pagi itu libur sekolah dan saat ini cucu tertua dari ayah Ayu sedang memasak di dapur. Ayu pun pergi ke dapur, di saat diri nya merasa lapar dan berniat untuk makan.
" Kamu mau apa ? kalo kamu mau makan, jangan makan lauk masakan ku, masak aja sendiri. awas aja kalo kamu makan ... !" ujar nya dengan nada sedikit mengancam pada Ayu. dan berlalu pergi begitu saja dari dapur.
Mendengar hal itu, Ayu hanya mampu terdiam. diri nya hanya bingung saat itu, dengan kondisi perut yang sangat lapar. karna Ayu memang belum makan apa - apa sejak pagi. dan entah mengapa pagi itu mama Ayu memang tidak memasak, mungkin sang mama kesiangan hingga tak sempat untuk memasak.
Di lihat nya jam pada dinding yang menunjukan pukul 10.00 siang, dan jika menunggu sang mama diri nya harus menunggu selama tiga jam lagi untuk makan. apa kah diri nya sanggup, akhir nya Ayu pun pergi ke dapur untuk mencari apa yang bisa di makan oleh diri nya.
Dengan modal nekat, Ayu menghidupkan api pada tungku kayu yang baru saja di gunakan, dan meletakan penggorengan di atas tungku. Ayu dengan terpaksa harus mengais sisa - sisa lendir telur yang sudah di pecah kan, untuk di masak kembali sebagai lauk makan diri nya.
Saat itu lah benar - benar titik terendah seorang Ayu, karna saat mama Ayu belum menikah kembali. Ayu tak pernah di larang untuk makan apa saja yang di inginkan nya, bahkan ke sekolah pun Ayu selalu mendapatkan bekal uang jajan setiap hari.
Tapi saat sang mama menikah kembali, Ayu harus pura - pura tuli walaupun kedua telinga nya mendengar, diri nya juga harus pura - pura buta walau pun kedua mata nya melihat. Ayu harus tuli akan sindiran dan perkataan judes dari para saudara tiri dan keponakan nya, diri nya juga harus buta, buta akan prilaku yang di dapat nya dari orang - orang di sekitar nya.
Ya gadis kecil yang harus memedam rasa pilu, rasa sedih, dan kecewa. entah kepada siapa rasa itu harus diri nya tujukan. apa kepada kedua orang tua nya ? ... entah lah.
***
***
Tak terasa waktu kini telah berlalu, tiga tahun sudah mama Ayu menjalani kehidupan rumah tangganya bersama sang suami. Ayu pun saat ini sudah berusia dua belas tahun, dan saat ini Ayu duduk di bangku kelas 6 SD.
Di dunia ini tak akan ada wanita yang menginginkan kehidupan rumah tangga nya yang hancur, apa lagi sampai harus berkali - kali. begitu pula dengan mama Ayu, beliau pun sangat menginginkan keluarga yang utuh. tapi apa lah daya jika memang keputusan bercerai pun kini kembali di ambil oleh sang mama.
Mama Ayu memang telah dua kali gagal dalam membina rumah tangga, dan harus kah kali ini sang mama akan kembali gagal dalam rumah tangga nya. sebelum mama Ayu menikah dengan ayah kandung Ayu, beliau memang janda beranak dua. sedang Ayah kandung Ayu juga seorang duda beranak dua. kedua nya menikah lalu, lahir lah Ayu dari buah pernikahan kedua nya.
Di satu sore, saat Ayu tengah asyik nangkring di atas pohon jambu.
" Yu ... turun yu, cepat beresin semua baju - baju Ayu, kita pergi dari sini sekarang ... ! " ujar sang mama memberi perintah pada Ayu dengan nada yang tak ingin di bantah.
" lho .. ma, kita mau pergi ke mana ?." ujar Ayu yang saat itu tengah asyik nangkring di atas pohon jambu di samping rumah.
" Engga usah banya tanya, kalo mau ikut cepat beresin semua baju kamu." mama Ayu kembali bersuara, dan berlalu pergi dan kembali masuk ke dalam rumah setelah mengatakan hal itu pada Ayu.
Mendengar hal itu, Ayu pun bergegas turun dari atas pohon, dan langsung masuk ke dalam rumah menuju kamar nya. dengan tergesa - gesa Ayu membereskan seluruh pakaian serta barang - barang yang di miliki nya. karna saat itu Ayu tidak memiliki tas untuk mengemasi barang - barang nya, maka kain sarung lah tempat Ayu mengemasi seluruh milik nya.
Tak ada pembicaraan atau pun perdebatan yang Ayu dengar saat itu, hanya ada kebisuan antar mama Ayu dan ayah sambung Ayu. Ayu sebenarnya memahami keadaan, bahwa saat ini keadaan nya memang sedang tidak baik - baik saja. akan tetapi, dirinya hanya tak tau apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya.
Setelah selesai membereskan seluruh barang - barang dan pakaian milik mama dan Ayu kedua nya pun langsung pergi dari rumah. tak ada kata pamit dari sang mama pada ayah Ayu yang saat itu tengah duduk di dapur. Ayu yang saat itu bingung, hanya mengikuti sang mama di belakang, diri nya pun tak sempat untuk berpamitan pada sang ayah sambung.
Saat ini tujuan kedua nya yaitu ke rumah keponakan mama yang itu berarti adalah sepupu Ayu. akan tetapi lebih tepat nya kedua nya menuju kediaman sang nenek, yang berdampingan dengan rumah keponakan mama sekaligus cucu nenek Ayu.
sebuah pondok atau saung yang sengaja di bangun di atas tanah milik sang cucu sekaligus berdampingan dengan rumah sang cucu.
Sebuah pondok yang hanya berukuran dua meter setengah persegi, itu lah yang saat ini menjadi kediaman Ayu bertiga bersama mama dan nenek Ayu. hanya saja keadaan pondok yang saat ini menjadi kediaman Ayu bukan lagi dari bambu seperti sebelum nya melain kan dari kayu papan.
" Bibi ada masalah apa sama suami bibi ?." ujar keponakan mama bertanya, setelah melihat barang - barang bawaan ke dua nya.
" Mau gimana lagi tik, selama ini bibi harus banting tulang kerja, selama ini juga bibi tidak pernah membedakan anak - anak. tapi kenapa, saat baru pertama kali anak pertama bibi datang, bahkan hanya semalam saja menginap di rumah. dengan begitu mudah nya suami bibi mengatakan kapan anak mu pulang ?. sakit hati bibi mendengar nya, padahal selama tiga tahu menikah, anak pertama bibi baru saja berkunjung. dan belum lagi, saat Ayu pernah minta jajan. dengan mudah nya diri nya pun berkata, anak mu jajan terus. padahal, Ayu hanya jajan satu minggu sekali tik. " curhatan mama pada kakak sepupu Ayu.
Mendengar hal itu, kakak sepupu Ayu hanya mampu menghela nafas. diri nya hanya mampu terdiam, dan memilih untuk menenang kan sang bibi. agar sang bibi bisa lebih tenang.
Dan di sini lah Ayu mengerti, ternyata mama kembali bercerai dengan sang ayah sambung karna permasalahan anak. ini lah realita kehidupan pernikahan, apa bila menikah di pernikahan yang kedua atau ketiga dengan status seorang single mom atau single dad. anak adalah faktor pertama yang akan memicu permasalahan apa bila tak ada saling mengerti dan memahami di antara ke dua nya.
***
Waktu demi waktu Ayu jalani, dan tidak terasa kini usia Ayu menginjak lima belas tahun, dan saat ini Ayu telah lulus dari bangku SMP. empat tahun sudah pasca perceraian mama yang ketiga, dan kali ini mama benar - benar memutus kan untuk tidak menikah lagi.
Mama pernah berkata, suami akan jadi mantan saat kita bercerai. akan tetapi anak, sampai dunia kiamat pun anak tidak akan pernah jadi mantan. karna mama akan memilih anak dari pada suami. jangan pernah mampertahan kan sesuatu yang memang tidak pantas untuk di perjuangkan dan di pertahankan.
Ketika lulus dari bangku SMP, di sini Ayu kembali di uji. ketika Ayu berniat untuk melanjutkan sekolah kejuruan yang ada di kabupaten, justru biaya lah yang menjadi kendala. karna selama ini ayah kandung Ayu hampir tidak pernah memberi uang pada Ayu sebagai bentuk tanggung jawab nya terhadap Ayu. jika Ayu tidak datang ke rumah sang ayah untuk meminta, maka jangan harap sang ayah akan memberikan uang saku untuk Ayu. apa lagi kini ayah telah berkeluarga kembali dan telah memiliki anak.
" Yah ... Ayu mau ngelanjutin sekolah. di sekolah kejuruan yang ada di kabupaten." ujar Ayu pada sang ayah saat setelah kelulusan nya di umum kan.
" Kenapa harus jauh - jauh sekolah ke kabupaten, di sini kan ada sekolah juga. kamu bisa tinggal dengan ayah di sini." ujar ayah pada Ayu.
" Tapi yah ... Ayu ingin nya sekolah kejuruan, dan sekolah itu cuma ada nya di kabupaten. ayu ingin sekolah kejuruan, agar bisa mempunyai keahlian yah .. kan enak kalo mau cari kerja." Ayu menjelaskan pada sang ayah apa keinginan nya selama ini. diri nya hanya ingin bekerja setelah lulus sekolah, agar bisa membantu perekonomian mama nya.
" Engga usah keras kepala Yu .. kalo kamu mau sekolah, ya sekolah aja di sini, tinggal sama ayah. tapi jika kamu masih saja keras kepala, maka ayah akan lepas tangan." ujar ayah Ayu dengan tegas saat itu.
Mendengar hal itu, Ayu hanya mampu menghela nafas nya dengan berat. sejak diri nya berusia enam tahun sampai kini berusia lima belas tahun sang ayah tak pernah memberikan biaya apa pun untuk Ayu, khusus nya biaya peralatan sekolah Ayu.
Selama ini semua biaya hidup Ayu sang mama lah yang selalu berjuang banting tulang, dengan bekerja sebagai buruh tani di kebun milik orang. selama hampir sembilan tahun sang mama menanggung biaya hidup Ayu, yang seharus nya itu adalah kewajiban sang ayah. tapi, apa lah daya ketika orang yang seharus nya bertanggung jawab itu justru tak pernah peduli.
Selama menikah dengan sang mama tentu saja ada harta gono - gini yang di hasil kan kedua nya selama hidup bersama. tapi itu hanya lah tinggal cerita, karna mama meninggal kan semua nya tanpa meminta hak nya pada ayah Ayu.
Banyak harta hasil kedua nya yang sengaja di jual sang ayah tanpa sepengetahuan mama dan Ayu. jadi, jangan harap jika Ayu dan mama nya akan mendapatkan bagian dari hasil penjualan itu. sebenar nya hasil itu lah yang di minta oleh Ayu pada sang ayah, karna bagian hasil dari penjualan itu yang akan Ayu pergunakan untuk diri nya melanjutkan sekolah.
Tapi semua nya hanya tinggal keinginan Ayu saja, jika sang ayah saja memang tak pernah peduli dengan Ayu. kadang Ayu merasa, apa kah diri nya anak yang tak di ingin kan oleh sang ayah ? dan entah kenapa, perlakuan sang ayah selalu berbeda terhadap Ayu, tidak seperti kedua kakak perempuan Ayu. karna seolah - olah ayah Ayu sangat lah menyayangi kedua nya ketimbang diri nya. ini lah takdir dan kehidupan yang harus di jalanin nya dengan penuh rasa sabar.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!